Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maulana Akbar
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31630
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Claudya Anjani
"Penelitian ini menganalisis kelimpahan serta bentuk mikroplastik pada saluran pencernaan dan insang ikan kerapu lumpur Epinephelus coioides (Hamilton, 1822) di Tambak Desa Muara, Teluknaga, Tangerang. Pengambilan sampel ikan dilakukan ±4 jam setelah pemberian makan menggunakan alat pancing dengan kriteria sampel berukuran 300—400 g. Saluran pencernaan dibagi menjadi dua bagian yaitu lambung dan usus. Mikroplastik pada saluran pencernaan diamati dari air bilasan dan dinding permukaan masing-masing sampel. Setiap lambung dan usus dibedah untuk mengeluarkan isinya kemudian dibilas dengan 15 ml akuades. Sampel air bilasan diambil sebanyak 0,25 ml kemudian diletakkan pada gelas objek untuk diamati di bawah mikroskop. Saluran pencernaan yang telah dibilas selanjutnya dipotong menjadi 2 x 1 cm sampel lambung dan 3 cm sampel usus. Pengamatan insang dilakukan dengan memisahkan antar lembar insang dari lapisan terdalam hingga terluar. Partikel mikroplastik diukur menggunakan aplikasi ImageJ. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan mikroplastik pada saluran pencernaan sebanyak 1.384 ± 197,95 partikel ind-1 pada air bilasan lambung, 1.822 ± 292,79 partikel ind-1 pada air bilasan usus, 103,24 ± 19,72 partikel ind-1 pada dinding lambung dan 154,27 ± 26,42 partikel ind-1 pada dinding usus. Kelimpahan mikroplastik yang ditemukan pada setiap lembar insang yakni 16,35 ± 2,8 partikel pada insang 1; 20,05 ± 3,1 partikel pada insang 2; 21,9 ± 2,9 partikel pada insang 3; dan 26,7 ± 3,4 partikel pada insang 4. Kisaran ukuran mikroplastik yang ditemukan pada seluruh sampel yakni 9—4.800 µm dengan kelimpahan tertinggi pada bentuk fiber. Terdapat perbedaan kelimpahan mikroplastik antara kedua bagian saluran pencernaan serta antara masingmasing lembar insang.

This study analyzed the abundance and shape of microplastics in the digestive tract and gill of orange spotted grouper Epinephelus coioides (Hamilton, 1822) in Muara Village Pond, Teluknaga, Tangerang. Fish sampling was carried out ±4 hours after feeding by using fishing line with weight criteria around 300—400 g. Digestive tract is divided into two parts which are stomach and gut. Microplastic in digestive tract was observed from rinsed water and the surface wall of each sample. Each stomach and gut were dissected to take out its content then they were rinsed with 15 ml distilled water. The rinse water sample was taken as much as 0,25 ml and then placed on object glass to be observed under a microscope. The digestive tract that has been rinsed with the distilled water then cut into 2 x 1 cm stomach sample and 3 cm gut sample. Gill observation was done by seperating gills from innermost to outermost layer. Microplastic particles were measured using the ImageJ application. The results showed the abundance of microplastic in digestive tract was 1.384 ± 197,95 particles ind-1 in stomach rinsed water, 1.822 ± 292,79 particles ind-1 in gut rinsed water, 103,24 ± 19,72 particles ind-1 in stomach wall and 154,27 ± 26,42 particles ind-1 in gut wall. Microplastics abundance which found in each gill were 16,35 ± 2,8 particles in 1st gill; 20,05 ± 3,1 particles in 2nd gill; 21,9 ± 2,9 particles in 3rd gill and 26,7 ± 3,4 particles in 4th gill. The range of microplastic sizes found in all samples was 9—4.800 µm with fiber as the most abundant shape. There was a difference in microplastic abundance between two parts of the digestive tract and between each gill."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Claudya Anjani
"Penelitian ini menganalisis kelimpahan serta bentuk mikroplastik pada saluran pencernaan dan insang ikan kerapu lumpur Epinephelus coioides (Hamilton, 1822) di Tambak Desa Muara, Teluknaga, Tangerang. Pengambilan sampel ikan dilakukan ±4 jam setelah pemberian makan menggunakan alat pancing dengan kriteria sampel berukuran 300—400 g. Saluran pencernaan dibagi menjadi dua bagian yaitu lambung dan usus.  Mikroplastik pada saluran pencernaan diamati dari air bilasan dan dinding permukaan masing-masing sampel. Setiap lambung dan usus dibedah untuk mengeluarkan isinya kemudian dibilas dengan 15 ml akuades. Sampel air bilasan diambil sebanyak 0,25 ml kemudian diletakkan pada gelas objek untuk diamati di bawah mikroskop. Saluran pencernaan yang telah dibilas selanjutnya dipotong menjadi 2 x 1 cm sampel lambung dan 3 cm sampel usus. Pengamatan insang dilakukan dengan memisahkan antar lembar insang dari lapisan terdalam hingga terluar. Partikel mikroplastik diukur menggunakan aplikasi ImageJ. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan mikroplastik pada saluran pencernaan sebanyak 1.384 ± 197,95 partikel ind-1 pada air bilasan lambung, 1.822 ± 292,79 partikel ind-1 pada air bilasan usus, 103,24 ± 19,72 partikel ind-1 pada dinding lambung dan 154,27 ± 26,42 partikel ind-1 pada dinding usus. Kelimpahan mikroplastik yang ditemukan pada setiap lembar insang yakni 16,35 ± 2,8 partikel pada insang 1; 20,05 ± 3,1 partikel pada insang 2; 21,9 ± 2,9 partikel pada insang 3; dan 26,7 ± 3,4 partikel pada insang 4. Kisaran ukuran mikroplastik yang ditemukan pada seluruh sampel yakni 9—4.800 µm dengan kelimpahan tertinggi pada bentuk fiber. Terdapat perbedaan kelimpahan mikroplastik antara kedua bagian saluran pencernaan serta antara masing-masing lembar insang.

This study analyzed the abundance and shape of microplastics in the digestive tract and gill of orange spotted grouper Epinephelus coioides (Hamilton, 1822) in Muara Village Pond, Teluknaga, Tangerang. Fish sampling was carried out ±4 hours after feeding by using fishing line with weight criteria around 300—400 g. Digestive tract is divided into two parts which are stomach and gut. Microplastic in digestive tract was observed from rinsed water and the surface wall of each sample. Each stomach and gut were dissected to take out its content then they were rinsed with 15 ml distilled water. The rinse water sample was taken as much as 0,25 ml and then placed on object glass to be observed under a microscope. The digestive tract that has been rinsed with the distilled water then cut into 2 x 1 cm stomach sample and 3 cm gut sample. Gill observation was done by seperating gills from innermost to outermost layer. Microplastic particles were measured using the ImageJ application. The results showed the abundance of microplastic in digestive tract was 1.384 ± 197,95 particles ind-1 in stomach rinsed water, 1.822 ± 292,79 particles ind-1 in gut rinsed water, 103,24 ± 19,72 particles ind-1 in stomach wall and 154,27 ± 26,42 particles ind-1 in gut wall. Microplastics abundance which found in each gill were 16,35 ± 2,8 particles in 1st gill; 20,05 ± 3,1 particles in 2nd gill; 21,9 ± 2,9 particles in 3rd gill and 26,7 ± 3,4 particles in 4th gill. The range of microplastic sizes found in all samples was 9—4.800 µm with fiber as the most abundant shape. There was a difference in microplastic abundance between two parts of the digestive tract and between each gill.

 

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaidah Fitri
"ABSTRAK Anadara granosa dan Cerithidea obtusa merupakan sumber makanan yang penting bagi masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Anadara granosa dan Cerithidea obtusa yang memiliki habitat di kawsan hutan mangrove, dapat menyebabkan organisme tersebut sangat rentan terkontaminasi berbagai bahan pencemar. Salah satu bahan yang dapat mencemari ekosistem mangrove yaitu mikroplastik. Fungsi hutan mangrove sebagai filter biologis alami marine debris yang berasal dari darat dan laut, dapat menyebabkan mikroplastik melimpah di kawasan hutan mangrove. Penelitian ini menggunakan sampel kerang Anadara granosa, keong Cerithidea obtusa, sedimen dan air. Hasil penelitian menunjukkan 100% sampel mengandung mikroplastik. Jenis mikroplastik yang ditemukan pada sampel adalah fiber, film dan fragmen. Fiber adalah jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada sampel kerang dan air. Pada sampel kerang, fiber ditemukan sebanyak 180,6 ± 21,22 partikel/individu dan 4,1 ± 0,43 partikel/g kerang. Fiber ditemukan pada sampel air sebanyak 128,3 ± 0,15 partikel/L. Sungai di indikasikan sebagai sumber mikroplastik menuju laut. Stasiun 1 pengambilan sampel yang berada di dekat muara sungai memiliki konsentrasi mikroplastik yang lebih tinggi dengan jumlah 448,3 ± 53,92 mikroplastik/individu, dibandingkan dengan stasiun 3 yang hanya 420,3 ± 42,66 mikroplastik/individu. Berdasarkan uji korelasi, jumlah mikroplastik pada Anadara granosa berkorelasi dengan massa kerang. Korelasi juga ditunjukkan antara jumlah mikroplastik pada air dan kerang, serta mikroplastik pada sedimen dan kerang secara keseluruhan. Hasil penelitian pada keong Cerithidea obtusa ditemukan mikroplastik sebanyak 167 ± 16,01 partikel/individu. Film merupakan jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada keong sebanyak 5,4 ± 0,69 partikel/g keong. Film juga merupakan jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada sedimen yaitu 3,7 ± 0,28 partikel/g. Berdasarkan stasiun pengambilan sampel, stasiun 1 memiliki jumlah mikroplastik tertinggi 190 ± 37,74 partikel/stasiun. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa massa Cerithidae obtusa berkorelasi terhadap jumlah mikroplastik yang mencemarinya. Korelasi juga ditunjukkan antara mikroplastik jenis film pada sedimen terhadap mikroplastik jenis film pada keong.

ABSTRACT
Anadara granosa and Cerithidea obtusa are important food sources for people in the West Tanjung Jabung District, Jambi. Anadara granosa and Cerithidea obtusa which have habitat in the mangrove forest area, can cause these organisms to be very susceptible to contamination with various pollutants. One ingredient that can pollute mangrove ecosystems is microplastic. The function of mangrove forests as a biological filter for marine debris that originates from land and sea can cause microplastic abundance in the mangrove forest area. This study used samples of Anadara granosa mussels, Cerithidea obtusa snails, sediment and water. The results showed that 100% of the samples contained microplastic. The types of microplastic found in the sample are fiber, film and fragments. Fiber is the type of microplastic that is most commonly found in mussels and water samples. In the mussels sample, fiber was found as much as 180.6 ± 21.22 particles/individual and 4.1 ± 0.43 particles/g mussel. Fiber is found in water samples of 128,3 ± 0.15 particles/L. The river is indicated as a microplastic source to the sea. Station 1 sampling near the river mouth has a higher microplastic concentration with 448.3 ± 53.92 microplastic/indiviual, compared with station 3 which is only 420.3 ± 42.66 microplastic/individual. Based on the correlation test, the number of microplastic in Anadara granosa correlated with the mass of mussel. Correlation is also shown between the number of microplastic in water and mussel, as well as microplastic in sediments and mussels as a whole. The results of the study on the Cerithidea obtusa snail were found microplastic as much as 167 ± 16.01 particles/individual. The film is a type of microplastic which is most commonly found in snails as much as 5.4 ± 0.69 particles/g snail. Film is also the most common type of microplastic found in sediments, namely 3.7 ± 0.28 particles/g. Based on the sampling station, station 1 had the highest microplastic number of 190 ± 37.74 particles/station. The results of the correlation analysis showed that the mass of the Cerithidea obtusa correlated with the number of microplastic contaminants. Correlation was also shown between microplastic types of films in sediments to microplastic types of films in snails.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52472
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Parlinggoman
2007
T39501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Yudana Y.
"Keputusan mengalirkan Lumpur sidoardjo yang berasal dari sumur pengeboran milik PT. Lapindo ke Taut melalui Sungai Porong merupakan keputusan terbaik. Perbedaan karakter antara Lumpur Sidoardjo dengan lumpur yang telah ada di pesisir serta volume yang besar dari lumpur sidoardjo dikhawatirkan akan memengaruhi ekosistem yang ada di Muara Sungai Porong, terutama mangrove.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies mangrove yang ada di Muara Sungai Porong, perbedaan karateristik media Iumpur sidoardjo dengan Iumpur pesisir, kelulushidupan dan pertumbuhan mangrove pada media tanam yang berasal dari Iumpur Sidoardjo (LUSI), Iumpur pesisir Sidoardjo (LUPES) dan penambahan kompos. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember 2006 -. April 2007. Ada 4 spesies yang digunakan dalam penelitian, yaitu Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagai dan Avicennia marina. Propagul keempat spesies tersebut ditanam pada 5 jenis media tanam yang berbeda dan terendarn secara alami oleh pasang aural harian. Tinggi dan jumlah mangrove yang masih hidup dicatat setiap minggu selama 18 minggu.
Secara umum ada 14 spesies mangrove yang ditemukan di Muara Sungai Porong. Avicennia marina dan Rhizophora mucronata merupakan spesies yang mendominasi kawasan tersebut. Analisis pada media tanam memperlihatkan ukuran butir LUSI sedikit lebih besar daripada LUPES. Kandungan unsur C pada LUST (1,51%) lebih kecil dibandingkan LUPES (4,63%).
Persentase hidup setiap spesies pada setiap media tanam berbeda-beda. Rhizophora mucronata mampu bertahan baik.di media LUPES (97%), Ceriops tagal pada media LUSI (100%), LUSI+K dan LUPES (90%) dan Avicennia marina mampu bertahan baik pada semua media dan Bruguiera gymnorrhiza tidak mampu bertahan pada semua media.
Perbedaan media tanam tidak berpengaruh nyala terhadap pertumbuhan Rhizophora mucronata, Avicennia marina dan propagul Ceriops tagal, namun tidak pada Bruguiera gymnorrhiza. Kemampuan toleransi terhadap kondisi Iingkungan, kualitas dari propagul menjadi faktor utama selain karakter dari media tanam. Lokasi di area pasang surut dengan salinitas Tinggi diduga bukan habitat yang cocok untuk Bruguiera gymnorrhiza selain ketersediaan propagul yang terbatas untuk spesies tersebut.

The (government) decision to discharge mud effluent into the sea was believed to be the best solution to overcome the mud volcano problem generated by PT Lapindo drilling well. However, its mud different character and volume suspected will be influence the surounding estuary ecosystem especially the mangrove.
The study aimed to investigate mangrove diversity in Porong estuary where the mud is poured, characteristics of 'Sidoarjo's mud' and orignal coastal mud, and growth and viability of mangrove planted on 'Sidoarjo's mud' (LUSI) and original coastal mud (LUPES) and its combination with organic fertilizer. The study was conducted between Nopember 2006 - April 2007. There were four mangrove species employed for this experiment i.e.: Rhizophora mucronata, 8ruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal dan Avicennia marina. Propagule of those four species was planted on five different planting-medium combination and positioned in mangrove floor where they could naturally inundated by daily tide. The plant height and viability was then recorded weekly for 18 weeks period.
In general there were 14 species of mangrove found in the area, and Avicennia marina and Rhizophora mucronafa were the most dominan species. The difference between LUSI and LUPES medium is mainly on its grain size where LUSI's mostly bigger than LUPES's. The nutrient content was also slightly different where carbon (C) in LUSi was 1,51% while LUPES 4,63%.
Viability of each species on each planting-medium was vary Rhizophora mucronata growth very well (97%) in LUPES medium, while Ceriops tagal growth 100% in LUSI and LUSI+ compost medium and 90% in LUPES medium. Avicennia marina grew in all medium but in contrast, none of Bruguiera gymnorrhiza propagules could growl.
The medium in fact was not significantly influenced the growth of propagule except for Bruguiera gymnorrhiza. High life tolerance to different environmental condition and propagule quality could be more dominant factors influencing propagle growth rather than planting medium. In the case of failure growth of Bruguiera gymnorrhiza, tide regime and water salinity probably were the most dominant cause."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T29019
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rusnaningsih
"The research of the Gastropoda community structure in Pangkal Babu Mangrove forest was conducted on January until February 2012. The researcher used Purposive Random Sampling Method. There are 1950 Gastropods in mangrove forest of Pangkal Babu which consist of 15 species, 11 genera, and six families. From the 15 species, there are two types of the species which have a high frequency of subsistence. They are Cerithidea obtusa and Cassidula aurisjudae, that is 93.33% for each. The range of Gastropoda relative density is between 28 ind/m2-58.1 ind/m2, species diversity ranges from 1.5 to 1.9, evenness of species is between 0.553 to 0.684 and the distribution of species ranges from 2.4 to 3.9. In measuring of abiotic parameter, the temperature showed 29oC--34oC. Substrate salinity values at the research site varies between 20 ? -- 26 ?. Substrate type heavy foundation at Station 1, 2, and 3 in the Pangkal Babu Mangrove forest is a kind of mud contour and the degree of acidity of the mud (pH) varies between 5- 7. Spearman correlation test results indicated there is no correlation between the density of Gastropoda and abiotic parameters."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T31685
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tectona Grandis Sulaiman
"Penelitian mengenai struktur komunitas Diatom di area pertambakan Marunda Cilincing, Jakarta Utara telah dilakukan pada bulan Maret hingga Mei tahun 2012. Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas Diatom pada 3 stasiun penelitian dan hubungan dengan parameter lingkungan di setiap stasiun. Sampel diambil secara horizontal di setiap stasiun di area pertambakan Marunda Cilincing, Jakarta Utara.
Hasil identifikasi sampel diperoleh 27 marga Diatom di perairan area pertambakan Marunda. Kepadatan Diatom di area pertambakan Marunda berkisar antara 1847,11?4729,643 sel/m3. Area pertambakan Marunda didominansi oleh Thalassiosira dan Thalassionema. Berdasarkan nilai Indeks kemerataan, marga Diatom tidak tersebar merata di Area pertambakan Marunda. Nilai indeks keanekaragaman menunjukan perairan di area pertambakan Marunda memiliki tingkat pencemaran berat.

Research on The Community Structure of Bacillariophyta (Diatomae) in brackish water ponds of Marunda Cilincing, North Jakarta was conducted on March and May 2012. The aims of this study was to determine the community structure of Diatomae from 3 stations and the relationship of environmental parameters at each station. Samples were taken horizontally at 3 stations of brackish water ponds of Marunda.
The identification results of samples obtained 27 genera of Diatomae in the waters. The density of Diatomae in brackish water ponds of Marunda was between 1847,11?4729,643 cell/m3. The waters in brackish water ponds of Marunda was dominated by Thalassiosira dan Thalassionema. Based on index of distribution point, genera of Diatomae in brackish water ponds of Marunda is maldistribution. Index of diversity point showed brackish water ponds of Marunda was heavily polluted.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42908
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Nabila
"Penelitian ini bertujuan menganalisis kelimpahan serta bentuk mikroplastik yang terkandung pada saluran pencernaan dan insang ikan kakap putih (Lates calcarifer) di tambak Desa Muara Teluknaga, Tangerang. Sampel sebanyak 10 individu dengan ukuran ±31 cm diisolasi insang serta saluran pencernaanya (lambung dan usus). Analisis mikroplastik pada saluran pencernaan dengan cara melarutkan isi lambung dan usus dengan 30 mL akuades serta mengamati preparat 1 cm2 dinding usus dan dinding lambung dibawah mikroskop optik cahaya. Sepanjang 1 cm lembar insang dijadikan preparat, kemudian diamati dibawah mikroskop optik cahaya. Hasil yang didapatkan terdapat mikroplastik bentuk fiber, film, fragmen dan granula dengan ukuran berkisar 20 – 3160 µm. Rata-rata kelimpahan mikroplastik pada larutan isi lambung dan larutan isi usus yaitu 677 ± 241,34 partikel/ind dan 983 ± 211,4 partikel/ind. Sekitar 9,68% dan 11,9% mikroplastik masih ditemukan pada dinding lambung dan usus setelah proses pencucian menggunakan akuades. Rata-rata kelimpahan mikroplastik yang ditemukan pada dinding lambung dan usus yaitu 72,55  ±  34,9 partikel/ind dan 132,72 ± 42,16 partikel/ind. Hal ini menunjukkan kelimpahan mikroplastik pada usus lebih tinggi dibandingkan pada lambung. Ada perbedaan kelimpahan mikroplastik pada insang berdasarkan lembar insangnya. Jumlah rata-rata mikroplastik pada lembar insang pertama hingga keempat pada insang ikan kakap putih yaitu 41,4 partikel per lembar; 25,04 partikel per lembar; 23,52 partikel per lembar; dan 19,53 partikel per lembar. Sementara jumlah rata-rata mikroplastik yang ditemukan pada 10 sampel insang adalah 109,49±38,17 partikel/ind.

This study aims to analyzed the abudance and type of microplastic in digestive tract and gill of  barramundi  (Lates calcarifer) at Desa Muara pond Teluknaga, Tangerang, Banten. Gills and digestive tract (stomach and intestine) of 10 barramundi with size of about 31 cm were isolated. Microplastic abundance analysis in digestive tract by dissolving the content of stomach and intestine in 30 mL distilled water and observing preparations 1 cm2 intestinal and wall under microscope. Gills sample with size of 1 cm of gill sheet made as preparations, then were observed under light optical microscope. The results obtained are microplastic types of fibers, films, fragments and granules with sizes ranging from 20 µm – 3160 µm. Average microplastic abundance in stomatch contents solution and intestine contents solution were 677 ± 241,34 particle/ind and 983 ± 211,4  particle/ind. On average about 9,68% and 11,9% of microplastics are still attached to the stomach and intestine wall after the washing process using distilled water. Average microplastic abundance in stomach wall and intestine wall were 72,55  ±  34,9 particle/ind and 132,72 ± 42,16  particle/ind. It showed that abundance in the intestine is higher than in the stomach. There is a difference in microplastic abundance on the gills based on the gill sheet. The average number of microplastics in the first to fourth gill sheets in the barramundi was 41.4 particles per sheet; 25.04 particles per sheet; 23.52 particles per sheet; and 19.53 particles per sheet. while While the average number of microplastics found in 10 gills samples was 109.49 ± 38.17 particles / ind.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>