Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haris Azhari
"Electric discharge machine merupakan proses pemotongan non konvensional yang banyak digunakan saat ini, Hal ini dikarenakan electric discharge machine mampu memotong material yang memiliki kekerasan tinggi dengan cepat dan mampu membentuk dimensi yang rumit. Permasalahan muncul pada saat hasil proses pemotongan memperlihatkan adanya recast layer. Recast layer adalah lapisan tipis hasil dari proses pemanasan yang tinggi lalu didinginkan dengan cepat. Kemunculan recast layer berdampak pada munculnya micro crack disekitar lapisan tersebut. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pengkajian tentang pengaruh arus yang digunakan pada electrictric discharge machine menggunakan material aluminium alloy. Aluminium alloy banyak digunakan di dunia industri otomotif sehingga cacat yang mungkin terbentuk sangat berpengaruh terhadap reject produk yang dihasilkan. Selain recast layer penelitian ini juga mengkaji adanya migrasi material. Penggunaan suhu yang tinggi memungkinkan terjadinya difusi antara benda kerja dan elektroda. Pada hasil recast layer akan dilakukan uji EDAX untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Pengujian EDAX juga dilakukan di daerah base metal. Perbandingan hasil dari daerah recast layer dan base metal hasil electric discharge machine tersebut akan membuktikan apakah terjadi migrasi material.

Today, the process of cutting the material that is widely used. This is because the electric discharge machine was able to cut material that has a high hardness rapidly and capable of forming a complex dimension. The problems emerged when the result of the cutting process showing the recast layer. Recast layer is a thin layer that result from high heating process and cooling down rapidly. The emergence of recast layer affects the advent of micro crack around the layer. Therefore in this research, the study of the influence of currents used in electric discharge machine that using aluminium alloy. The aluminium alloy is widely used in the automotive industry that defect possible is formed very influential to reject the product.in addition recast layer, this study also examine the migration of material. the application of high temperature allowing the diffusion between the electrode and the workpiece. The result of testing will be performed recast layer EDAX to find out elements contained within it. The testing of EDAX was also carried out in the area of the base metal. The comparision the result from the recast layer and base metal would be proving whether the migration of material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anatasya Novritas Putri
"Aplikasi pengelasan dengan material yang berbeda mendapatkan keuntungan dari segi ekonomis. Pada penelitian ini digunakan material antara baja tahan karat austenitik dan baja karbon rendah SS 400 dengan jenis kawat las yang berbeda yaitu ER 309 dan ER 316 dengan metode GMAW. Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari sifat mekanis material. Untuk mengidentifikasi fase penyusun pada sambungan las tak sejenis dilakukan melalui mikroskop optik (OM), dan untuk menguji kekerasan dilakukan menggunakan micro Vickers untuk mendapatkan sifat mekanik lasan yang terdiri dari logam dasar (BM), daerah terpengaruh panas (HAZ), dan logam las (WM). Dari hasil percobaan didapatkan bahwa nilai kekerasan tertinggi ada pada daerah WM dan HAZ sebab memiliki butir yang lebih halus dibandingkan dengan logam induk. Butir yang halus ini akan membuat semakin banyak batas butir sehingga memiliki kekerasan yang lebih tinggi. Struktur mikro yang didapat pada BM dan HAZ SS 316 memiliki fasa austenit sedangkan BM dan HAZ SS 400 memiliki fasa ferit dan perlit. Pada daerah logam las (WM) dengan kawat las ER 309 memiliki kekerasan tertinggi sebesar 258 Hv dibandingkan dengan nilai kekerasan logam las menggunakan kawat las ER 316, 253 Hv, hal ini disebabkan karena adanya kandungan Cr yang lebih tinggi pada ER 309 (23,5%), dibandingkan dengan menggunakan kawat las ER 316 (19,25%).

Welding applications with different materials have an economic advantage. In this study, materials between austenitic stainless steel and SS 400 low carbon steel were used with different types of welding wire, namely ER 309 and ER 316 with the GTAW method. It aims to see the effect on the mechanical properties of the welded joints. To identify the constituent phases of dissimilar welded joints, an optical microscope (OM) was carried out, and the hardness testing, micro Vickers was used to obtaining the mechanical properties of the weldment, which consists of base metal (BM), heat affected zone (HAZ), and weld metal (WM). The experimental results show that the highest hardness values are in the WM and HAZ regions because they have finer grains than the parent metal. These fine grains will create more grain boundaries so that they have higher hardness. The microstructure obtained in BM and HAZ SS 316 has an austenite phase, while BM and HAZ SS 400 have ferrite and pearlite phases. In the weld metal (WM) area with ER 309, the highest hardness is 258 Hv compared to the hardness value of welding metal using ER 316, 253 Hv. This is due to the higher Cr content in ER 309 (23.5 %) than ER 316 (19.25%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian
"Super Duplex Stainless Steel (SDSS) adalah material yang dibentuk oleh kombinasi unik fasa ferit (alfa) dan austenit (gamma) yang idealnya memiliki jumlah fraksi volum yang sama besar yang menawarkan kombinasi yang menarik dari sifat mekanik dan ketahanan korosi. Pengelasan TIG atau GTAW adalah jenis pengelasan yang paling umum digunakan dalam material DSS dan SDSS di berbagai industri. Pemanasan cepat dan siklus pendinginan yang terjadi dalam proses pengelasan dapat mengganggu keseimbangan fasa alfa / gamma.
Banyak penelitian telah dilakukan terkait dengan perubahan struktur mikro akibat adanya proses pengelasan dalam material SDSS yang berdampak pada sifat mekanik dan ketahanan korosi. Namun, studi dan referensi terkait dampak pengelasan berulang pada material SDSS masih sangat jarang. Padahal dalam praktiknya, karena sulitnya mendapatkan kualitas hasil lasan yang baik pada material SDSS, perbaikan pengelasan sering dilakukan.
Dalam penelitian ini, spesimen dievaluasi untuk mensimulasikan siklus pengelasan berulang yang terdiri dari lasan asli (OW), Perbaikan- 1 (R1), Perbaikan- 2 (R2) dan Perbaikan- 3 (R3). Perubahan struktur mikro diamati melalui mikroskop elektron optik, fasa intermetalik diperiksa dengan SEM- EDS. Sementara itu, ketahanan korosi sumuran diselidiki dengan menggunakan uji korosi gravimetri, uji polarisasi potensio- dinamik dan uji potensio- statik suhu sumuran kritis (CPT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa endapan nitrida, karbida dan oksida mulai muncul di area terpapar panas (HAZ) pada spesimen R- 2 dan R-m3. Berdasarkan uji korosi gravimetri, uji polarisasi potensio- dinamik dan uji potensio- statik CPT menunjukkan bahwa ketahanan korosi sumuran menurun dengan meningkatnya jumlah pengulangan atau proses perbaikan pengelasan. Penurunan ketahanan korosi secara signifikan mulai terjadi pada spesimen R- 2.

Super Duplex Stainless Steel (SDSS) is a material that is formed by a unique combination of ferrite and austenite microstructure that ideally has the same large volume fraction that offers an interesting combination of mechanical properties and corrosion resistance. TIG Welding or GTAW is the most common type of welding used in DSS and SDSS materials in various industries. Rapid heating and cooling cycles in the welding process can interfere with the alfa / gamma phase balance.
Many studies have been carried out related to changes in microstructure due to the welding process in SDSS materials which have an impact on mechanical properties and corrosion resistance. However, the studies and references in repeated welding cycles of SDSS materials are infrequently. In fact, because of the difficulty in obtaining quality welds of SDSS material, repaired welding is often carried out.
In this study, the specimens were evaluated to simulate repeated welding cycles consist of the original weld (OW), Repair- 1 (R1), Repair- 2 (R2) and Repair- 3 (R3). The microstructural evolutions were observed through optical electron microscope, intermetallic phases were examined by SEM EDS. Meanwhile, pitting corrosion resistance were investigated by means of gravimetric corrosion test, electrochemical potentio- dynamic polarization and potentio- static critical pitting temperature (CPT).
The result show that the nitride, carbides and oxide precipitates starts appear in R- 2 and R- 3 welding cycles heat- affected zone. Based on gravimetric corrosion test, potentiodynamic polarization test and CPT test show that the pitting corrosion resistance decreased significantly in repair 2 and repair 3 specimens. The more repetitions in the welding process will reduce pitting corrosion resistance. The significant reduction of corrosion resistance started in R-2 specimens.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Bambang Romijarso
"Komposit Matriks Logam (KML), pada saat ini merupakan salah satu material yang banyak digunakan di industri manufaktur terutama yang berbasis alumunium, karena alumunium ini mempunyai berat jenis yang rendah. Material alumunium sebagai matriks dengan penguat Al2O3 maupun SiC sudah banyak digunakan dalam pembuatan KML. Proses pembuatan KML di Indonesia merupakan hal yang baru-baru ini ramai diminati, meskipun penelitian awal sudah dilakukan jauh sebelumnya. Faktor penting pada pembuatan KML adalah menghidari adanya keropos atau adanya porositas pada hasil produk. Karena itu pada percobaan ini setelah dilakukan proses pengadukan dilanjutkan dengan proses tempa untuk mengurangi adanya porositas tersebut.
Bahan yang digunakan sebagai matriks adalah Al-5%Cu dengan kandungan 4% Mg sebagai wetting agent, sedangkan penguat yang digunakan adalah 5 dan 10% Vf Al2O3 serta 5 dan 10% Vf SiC. Pengujian mekanik yang dilakukan antara lain uji tarik, kekerasan dan keausan, sedangkan pengujian fisik; metalografi, berat jenis, porositas, SEM/EDS dan XRD, untuk melihat fasa dan senyawa baru. Dengan pertambahan penguat Al2O3 maupun SiC terjadi kenaikkan sifat mekanik antaralain naiknya angka kekerasan dan turunnya nilai keausan.

The Metal Matrix Composite (MMCs), one of a kind material which is widely used in manufacturing industry, especially made form aluminum. It is caused by the easiness to process and the weight that is lighter then the other metals. The using of reinforced material such as Al2O3 and SiC have been known to make MMCs. The making of MMCs in Indonesia have just developed recently, eventough the previous research have been conducted for a long time. The important factor in making MMCs in to prevent the porosity at it's product. This is the reason why we conduct a forging process after the agitation process.
The materials used as matrix is Al-5%Cu with 4% Mg content as wetting agent, and as reinforcement 5 and 10% volume fraction Al2O3 and 5 and 10% of volume fraction SiC is used. The mechanical testing, such as metallography, weight measuring, porosity, SEM/EDS and XRD, is conducted to see the existence of new phase. As the increasing of Al2O3 and SiC content, the mechanical properties, such as hardness in increasing and the wear rate is decrease.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T41127
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Setiawan
"Konsep knowledge management telah banyak diterapkan di Indonesia, baik pada perusahaan swasta maupun instansi pemerintah. Hal ini berlaku juga di Lembaga litbang pemerintah sebagai lembaga yang menciptakan knowledge. Saat ini di lembaga Unit X mengalami krisis kurangnya terbitan ilmiah yang merupakan salah satu tolok ukur utama dari kinerja suatu lembaga litbang. Salah satu penyebab kurangnya terbitan ini adalah kurangnya knowledge sharing di dalam lembaga litbang tersebut. Tesis ini meneliti mengenai tingkatan dan motivasi yang mempengaruhi knowledge sharing di lembaga Unit X. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda kuantitatif dengan memberikan saran intervensi untuk mengatasi masalah itu. Ditemukan bahwa hambatan knowledge sharing terletak di tingkat organisasi dan faktor motivasi utama yang dapat mempengaruhi knowledge sharing adalah uang. Intervensi yang dipilih dan dirancang adalah dengan cara melakukan modifikasi tata kelola insentif honor kegiatan penelitian dengan jalan melakukan hukuman pengurangan nilai honor bila knowledge sharing tidak dilakukan.

The concept of knowledge management has been widely applied in Indonesia, both in private companies and government agencies. This is also true in government R & D institutions as institutions that create knowledge. Currently in R&D X there are lack of scientific publications, especially in international scientific publication. As scientific publications is one of the key measures of performance of an R & D institutions, so R&D X are in crisis. One of the reason are lack of knowledge sharing within the &D X. This thesis examines which level and the motivations that influence knowledge sharing in R&D X. The study was conducted using quantitative methods and provide means of interventions to address those issues. Keyfounding are that the barriers to knowledge sharing is in the organizational level, and the main motivating factor that can affect knowledge sharing is money. Interventions that are selected is to modify the governance R&D incentive fees by reduction of the incentive fee if knowledge sharing is not done.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30955
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Bahanan
"ABSTRAK
Pengelasan resisitansi titik dengan dua material berbeda telah banyak digunakan
pada struktur kendaraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanik
dari pengelasan dua material yang berbeda. Pada penelitian ini pengelasan
dilakukan antara baja karbon rendah SPCC dan aluminium paduan A5052 dengan
pengelasan resistansi titik dengan dua tipe penyambungan. Tipe pertama
menyambungkan dua tumpukan (SPCC/A5052) dan tipe kedua menyambungkan
tiga tumpukan (SPCC/A5052/SPCC). Pembahasan utama dalam penelitian ini
adalah menganalisa pengaruh arus pengelasan terhadap sifat mekanik sambungan
dari kedua tipe penyambungan tersebut. Parameter pengelasan yang digunakan
adalah waktu pengelasan 1 detik, tekanan elektroda 150 kgf, dan variasi arus 6kA,
8kA, 10kA, dan 12 kA. Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
pengujian tarik-geser, pengujian kekerasan mikrovickers, dan pengukuran lebar
manik las yang terbentuk. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada
pengelasan dua tumpukan kekuatan tarik-geser tertinggi pada arus 6kA dan pada
pengelasan tiga lembaran kekuatan tarik-geser meningkat seiring peningkatan arus
pengelasan. Nilai kekerasan vickers tertinggi pada daerah lasan mencapai 249,2
HV. Nilai kekerasan meningkat dengan meningkatnya arus pengelasan di kedua
tipe sambungan.

ABSTRACT
Resistance spot welding with dissimilar workpiece have been widely used in the
structure of the vehicle. This study aims to determine the mechanical properties of
this joint. In this research, low carbon steel SPCC and aluminium alloy A5052 has
been welded using resistance spot welding with two kind of joint type. The first
type is joined two stack sheets (SPCC/A5052) and the second type is joined three
stack sheets (SPCC/A5052/SPCC). The main discussion in this research is to
analyse the influences of welding current to the mechanical properties of the both
of joint types. Welding parameters used are 1 second welding time, 150 kgf
electrode pressure, and current variations are 6kA, 8kA, 10kA, and 12kA. The
characterizations including tensile-shear testing, mikrovickers hardness testing,
and measurement of nugget width. It is found that the highest tensile-shear
strength of two stack sheets is on the welding current 6 kA and the tensile-shear
strength of three stack sheets increases with increasing welding current. The
highest vickers hardness value in the weld area reached 249,2 HV. Hardness
values increased with increasing welding current in both of joint types.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43848
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Zakiyya
"ABSTRAK
Penggunaan baja tahan korosi cuaca pada aplikasi struktural tidak lepas dari proses penyambungan terutama pengelasan. Tesis ini membahas perubahan sifat ketahanan korosi cuaca akibat aplikasi pengelasan. Penelitian dilakukan menggunakan pengujian sembur garam dan polarisasi terhadap material yang telah dilas dengan metode GTAW. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah lebur memiliki laju korosi paling tinggi. Daerah ini juga memiliki potensial korosi yang paling negatif diikuti oleh daerah terpengaruh panas dan logam induk. Hal ini memungkinkan terjadinya efek galvanis pada saat material terekspos lingkungan. Peningkatan masukan panas memperlihatkan ferit Widmastatten yang lebih dominan. Ferit Widmanstatten dapat mempercepat terjadinya reaksi katodik. Pada percobaan peningkatan laju reaksi katodik diperlihatkan oleh pergeseran kurva polarisasi menjadi lebih negatif. Namun demikian, pengamatan visual pada pengujian sembur garam tidak memperlihatkan perbedaan produk korosi pada material yang dilas. Peningkatan masukan panas menyebabkan pergeseran potensial korosi kearah yang lebih negatif. Sebaliknya, rapat arus korosi mengalami penurunan akibat peningkatan masukan panas.
ABSTRACT
The used of Weathering steel on structural demand has increased by its superior weathering performance. Join method, especially welding is often used for maintaining structural application. So that, this research take a focus on examining the corrosion performance change of weathering steel (BTKC A) by welding (GTAW) application. Salt spray test and polarization has been used for performance examination. The result showed slightly corrosion potential different of weathering material by heat input change. However, welding pool had more negative corrosion potential than heat affected zone and base metal. So do its current density. The more negative corrosion potential means the more anodic surface. It may be galvanic effect take place on this bulk surface, due to large cathode and narrow anode on material surface. The review on the microstructure, showed that the higher heat input the more dominant Widmanstatten ferrite on the structure. Widmanstatten was known as the cathodic reaction speed trigger. It was proofed by the change of the polarization curve to be more negative by the increasing of heat input. There was no visual different on corrosion product of weld area, but the variation of exposure showed the different product. It must be conclude that the higher heat input, the more negative corrosion potential of the metal."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shella Cahya Eka
"Permintaan yang tinggi terhadap layanan ambulans di public safety center 119 Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menunjukkan kebutuhan akan layanan ambulans yang penting, termasuk di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu untuk transportasi rujukan dan gawat darurat dengan Ambulans Air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan layanan Ambulans Air Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menggunakan pendekatan evaluasi program Context, Input, Process, Product (CIPP). Dengan pendekatan kualitatif, data primer dan sekunder dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian konteks tujuan, sasaran dengan visi, misi, dan rencana strategis Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Meskipun produk program dinilai bermanfaat oleh penerima manfaat, hambatan dalam proses terjadi karena kurangnya integrasi sistem dan kekurangan tenaga kesehatan perawat dan bidan dalam layanan. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan pada input program ini untuk pengembangan dan peningkatan program layanan ambulans air.

The high demand for ambulance services at the public safety center 119 of the DKI Jakarta Provincial Health Service shows the need for important ambulance services, including in the Seribu Islands Administrative District for referral and emergency transportation by Water Ambulance. This research aims to analyze the implementation of the DKI Jakarta Provincial Health Service Water Ambulance service using the Context, Input, Process, Product (CIPP) program evaluation approach. With a qualitative approach, primary and secondary data are collected through observation, in-depth interviews, and document review. The research results show the suitability of the context of goals, and targets with the vision, mission, and strategic plans of the DKI Jakarta Health Service. Even though the program products are considered useful by the beneficiaries, obstacles in the process occur due to a lack of system integration and a shortage of healthcare nurse workers and midwives in the service. Therefore, improvements are needed in this program input for the development and improvement of the water ambulance service program."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Mikael Januardi
"ABSTRAK
Zamak 3 merupakan salah satu paduan seng aluminium yang banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri manufaktur dengan produk yang beragam aplikasinya. Paduan ini memiliki kombinasi dengan sifat mekanis, castability, dan stabilitas dimensi yang baik sehingga pengecorannya dengan metode diecasting dan dapat produksi dalam skala massal dan bentuk yang presisi. Scrap yang tersisa dari gating system hasil pengecoran produk belum optimal pemanfaatannya. Hal ini disebabkan karena adanya unsur pengotor yang berlebih dan mengurangi castability. Salah satu elemen pengotor yang terkandung adalah unsur besi (Fe) yang mengurangi kemampuan mekanis (keuletannya turun) dan fluiditas.
Akibat permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan memanfaatkan komposisi dan sifat dari scrap tersebut yang diberikan modifier agar mengurangi pengaruh buruk unsur pengotor yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi scrap tersebut dengan adanya penambahan grain refiner Al-5TiB. Melalui variasi penambahan 0,5% dan 1%, penelitian ini akan mengamati morfologi struktur paduan, pengaruh terhadap sifat mekanik serta fluiditas pada pengujian tekanan vakum. Butir yang halus akan mengurangi pengaruh fasa intermetalik yang ada karena unsur Fe.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh dari grain refiner Al-5TiB memicu pembentukan fasa baru dengan bentuk fasa intermetalik yang halus. Hal ini memperbaiki castability dari paduan yang disimpulkan dari pengujian terhadap nilai fluiditas dan sifat mekanik. Grain refiner mengurangi pengaruh buruk dari intermetalik yang terlihat pada hasil pengamatan mikrostruktur.

ABSTRACT
Zamak 3 is one of the many zinc alluminium alloys, as a raw material in the manufacturing industry with diverse product applications. This alloy has a good combination of mechanical properties, castability, and good dimensional stability. Therefore, the manufacturing able to do with the method of die casting with the production on a mass scale and shape precision. In casting industry, scrap left over from casting results have not been optimal product use. This is because there is an element of excess impurities and reduce castability. Iron (Fe) element is the element contained impurities that reduce the ability of mechanical and fluidity.
As a result of these problems, the research carried out by utilizing the composition and nature of the scrap is given modifier to reduce the bad influence of impurity elements are present. This study aims to determine the scrap optimization with the addition of grain refiner Al-5TiB. Through variation of the addition of 0.5% and 1%, this study will examine the morphology of alloy structure, influence on the mechanical properties and fluidity with vacuum testing. Refined grains will reduce the influence of intermetallic that is because the element Fe.
The results will showed that the grain refiner trigger the formation of a new phase with a subtle form intermetallic phase. It is also a major effect on the value of the fluidity and mechanical properties of the alloy that improve castability. This grain refiner addition affect the intermetallic properties that han been proved by characterization and relationship by micro structure analysis."
2014
S56190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Robert Parulian Hasudungan
"ABSTRAK
Tesis ini membahas perilaku korosi dari pengelasan dissimilar antara baja karbon ASTM A36 dan baja tahan karat SS316L dengan kawat las E309L menggunakan prosedur pengelasan SMAW dan GTAW untuk dibagian root. Plat baja tahan karat dan baja karbon dengan ketebalan 10 mm dan 15 mm dilas, dipotong, diberi perlakuan panas tempering, dilakukan pengamatan mikrostruktur dan kemudian diuji secara elektrokimia. Pengujian secara elektrokimia meliputi uji electro impedance spectra (EIS), Potentiodynamic Polarization, Cyclic Voltametry. Oleh karena inti las baja tahan karat biasanya lemah terhadap korosi terlokalisasi, maka uji celup korosi sumuran ASTM G48 metode A dilakukan demi pengujian menyeluruh perilaku korosi pada pengelasan dissimilar ini. Hasilnya menunjukkan bahwa proses tempering akan meningkatkan ketahanan korosi pengelasan dissimilar. Pengelasan dissimilar tebal plat 15 mm menunjukkan ketahanan korosi yang lebih lemah dibandingkan plat 10 mm, dimana setelah diamati jumlah weld pass yang lebih banyak pada plat 15 mm mempengaruhi struktur mikro dan ketahanan korosi dari pengelasan dissimilar.

ABSTRACT
The focus of this study was addressed to observe corrosion behavior at dissimilar metal welding between carbon steel ASTM A36 and stainless steel 316L with E309L as weld consumables using SMAW and GTAW procedure at root weld. Stainless steel and carbon steel plate of 10 mm and 15 mm thickness were welded, cut, heat treated (tempered), observed for microstructure and then tested electrochemically. Electrochemical testing included electro impedance spectra (EIS), Potentiodynamic Polarization, Cyclic Voltametry. The core welding of stainless steels are known vulnerable to localized corrosion, hence the pitting corrosion immersion test ASTM G48 method was done for a thorough observation of welding dissimilar corrosion behavior. The results showed that the tempering process improved corrosion resistance of dissimilar weld. It was observed that dissimilar welding of 15 mm thickness was more susceptible than plate 10 mm. It is related to the number of weld passes which affect the microstructure and corrosion resistance of the weld dissimilar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45291
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>