Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Nandika Putri
"Makanan prelakteal adalah makanan atau minuman selain ASI yang diberikan kepada bayi sebelum menyusui dalam 3 hari pertama kehidupan yang dapat menyebabkan gagalnya pemberian ASI Eksklusif dan mendorong risiko infeksi dan malnutrisi yang kemudian berdampak pada stunting. Satu dari dua bayi yang pernah diberikan ASI di Indonesia pernah diberikan makanan prelakteal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan perilaku pemberian makanan prelakteal pada bayi di pulau Sumatera. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari SDKI tahun 2017 dengan rancangan studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 0 – 23 bulan yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah 1.224 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 54,4% ibu yang memberikan makanan prelakteal. Pada analisis hubungan didapatkan hasil bahwa usia ibu, paritas, IMD, dan jenis persalinan memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian makanan prelakteal pada bayi (p-value < 0,05). Hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan IMD sebagai faktor dominan yang menyebabkan pemberian makanan prelakteal pada bayi di pulau Sumatera (OR 6,06) yakni ibu yang terlambat memberikan IMD berpeluang 6 kali lebih berisiko untuk memberikan makanan prelakteal pada bayi di pulau Sumatera setelah dikontrol oleh variabel berat lahir, ANC, jenis persalinan, usia ibu, paritas, dan tenaga penolong persalinan.

Prelacteal is anything other breastmilk that given to infants before breastfeeding in the first 3 days of life which can cause failure of exclusive breastfeeding and may increased risk of infection and malnutrition which then will impact on stunting. One in two babies who have been breastfed in Indonesia have been given prelacteal. This study aims to determine the determinants of prelacteal feeding behavior in infants on the island of Sumatra. This study uses data from the 2017 IDHS with a cross sectional study design. The sample of this study was mothers who had babies aged 0-23 months with the inclusion criteria with a sum of 1,224 respondents. The results showed that there were 54.4% of mothers who gave prelacteal. From correlations analysis it was found that maternal age, parity, IMD, and type of delivery were associated with prelacteal feeding to infants (p-value < 0.05). The results of the logistic regression analysis showed that IMD as the dominant factor that causes prelacteal feeding (OR: 6.06) where mothers who are late in giving IMD are 6 times more likely to giving prelacteal to infants after being controlled by weight. birth, ANC, type of delivery, maternal age, parity, and birth attendants."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah
"Pemberian ASI (Air Susu Ibu) salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia. Air Susu Ibu merupakan nutrisi yang terbaik dan yang terpenting bagi bayi untuk meningkatkan kesehatan dan mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pemberian ASI akan membantu pertumbuhan bayi yang adekuat dalam 6 bulan pertama kehidupannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola pemberian ASI dan hubungannya dengan faktor determinan (umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan, sikap, dukungan tenaga kesehatan dan dorongan keluarga) di wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan "Cross Sectional" dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan sebagai respondennya adalah 97 orang ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 4 sampai 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang. Pengolahan dan analisa data menggunakan uji univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan Program SPSS versi 10. Analisa bivariat dengan "Chi-Square" dan analisa multivariat menggunakan analisa Regresi Logistik berganda dengan metoda "Backward". Hasil analisa univariat, yang berhubungan dengan pola pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang, yaitu waktu pemberian ASI pertama kali pada saat 112 jam setelah lahir sebesar 12,4 % dan 112 - 24 jam setelah lahir 35,1 %. Frekwensi dalam pemberian ASI sesuka bayi (on demand) 71,1 % dan lama (durasi) dalam pemberian ASI usia bayi sampai 4 - 6 bulan masih diberi ASI 87,6 %, pemberian makanan prelacteal seperti susu formula 41, 2 %, lain-lain 44,4 %. Hasil analisa bivariat menunjukan dari 7 variabel yang dianalisa 4 variabel mempunyai hubungan bermakna dengan pola pemberian ASI yaitu : pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan dan dorongan keluarga. Dari hasil analisis multivariat menunjukan variabel yang menjadi kandidat model yaitu pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan. Variabel yang berpengaruh terhadap pola pemberian ASI adalah dukungan petugas kesehatan. Hasil uji interaksi untuk memperoleh model akhir persamaan rekresi adalah interaksi antara sikap ibu dengan petugas kesehatan. Dalam rangka peningkatan penggunaan pemakaian ASI di wilayah kerja Puskesmas Gandus perlu diupayakan beberapa hal yaitu peningkatan penyuluhan, pemasyarakatan dan penggalakan pemberian ASI. Selain itu perlu adanya pembinaan pengawasan terhadap tenaga kesehatan untuk ikut memasyarakatkan penggunaan ASI.

Breast-feeding is one of the main factors in the improvement of qualities of human resources. Mother's milk has been found to be best and most important nutrition for babies to improve their health and to maximize their growth to an optimum development. Breast-feeding is an essential element to boost adequate growth of babies during their first 6 month of life. This study has the purpose to identify and present a clear picture of breast-feeding pattern and its relationship with other determinants (such as age, level of education, occupation status, knowledge, attitude, support from health care providers and encouragement from family) within the catchments area of Puskesmas Gandus. Palembang. The research was carried out using the "Cross Sectional" design with a quantitative approach. The data collection process was accomplished by using questionnaire with 97 respondents consisting of mothers who have babies with the range of 4 to 6 months of age, all in the catchment area of Puskesmas Gandus, Palembang. The processing and analyzing of the collected data was conducted using univariate, bivariate and multivariate methods as suggested in the SPSS Software version 10. The bivariate analysis used "Chi-square" test and the multivariate analysis used to Multiple Logistic Regression analysis with Backward method. The univariate analysis showed that only 12,4% respondents who gave first breast-feeding at half-hour after the babies born. Further, the percentage is increased at 35,1% who gave the first breast-feeding at interval - 24 hours. About 71,1% of respondents gave breast-feeding on demand; and 87,6% of them still breastfed their babies until age of 4-6 months. There are 21,2% who gave prelacteal supplements i.e., bottle milk, and 44,4% gave others supplement, such as honey or watered poridge. The result of bivariate analysis show that 4 of the 7 variables showed significant relationship with the prevailing breast-feeding pattern, i.e.: knowledge, attitude, support cf health care providers and encouragement from family. The logistic regression showed that only one variable and one interaction were related to the breast-feeding pattern. This are level of mother's knowledge and interaction between mother's attitude with support of health care providers. In the context of promoting breast-feeding practice within the catchments area of Puskesmas Gandus, it is necessary to prioritize on several issues including education, socialization and advocacy for breast-feeding. In adition, it is also deemed necessary to exercise supervision over the work of the health care providers so that they may actively participate in the socialization of breast-feeding practices."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fadhilah
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan usia menarche berdasarkan faktor jenis diet, asupan gizi, status gizi, dan faktor lainnya pada remaja putri. Jenis penelitian dilakukan dengan desain penelitian cross-sectional yang dilakukan pada 121 remaja putri usia 11-14 tahun di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi dan Pusdiklat Maitreyawira, Jakarta Barat. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia menarche responden adalah 11,89 tahun atau 142,71 bulan. Rata-rata usia menarche responden vegetarian adalah 148,65 bulan.
Berdasarkan hasil analisis bivariat, variabel jenis diet, status gizi, persen lemak tubuh, usia menarche ibu, dan keterpaparan terhadap media informasi adalah variabel yang memiliki perbedaan bermakna dengan usia menarche remaja putri dengan p-value < 0,05. Berdasarkan analisis multivariat, variabel jenis diet merupakan variabel yang paling mempengaruhi usia menarche (r=0,490, b=9,92).

This study aims to determine the difference age of menarche is based on the type of dietary, nutrient intake, nutritional status, and other factors in adolescent girls. Types of research is a cross-sectional study design conducted in 121 young women aged 11-14 years at Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi and Pusdiklat Maitreyawira, Jakarta Barat. The results showed the average of menarcheal age is 11.89 years or 142.71 month. The average of menarcheal age in vegetarian is 148.65 month.
Based on the bivariate analysis, the variable type of diet, nutritional status, percent body fat, mother's age of menarche, and exposure to media information is a variable that has a significant difference in age of menarche in adolescent girls with a p-value <0.05. Based on the multiariate analysis, variable type of diet is a dominant variable to menarcheal age (r=0.490, b=9.92).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56137
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathalia Mentanaway
"Mahasiswi memiliki aktifitas belajar yang tinggi dan membutuhkan asupan gizi seimbang terutama energi dan zat gizi makro untuk memenuhi kebutuhannya. Namun pada kenyataanya karena kesibukan selama perkuliahan, banyak mahasiswi tidak memperhatikan asupan gizinya sehingga jumlah asupan energi dan zat gizi makro yang dikonsumsi menjadi lebih atau kurang dari yang dianjurkan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan survei deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik, asupan energi, dan zat gizi makro pada mahasiswi Prodi Gizi Universitas Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan analisis data sekunder FKM UI pada bulan februari hingga juli 2022. Responden dalam penelitian ini adalah 137 mahasiswi aktif Gizi FKM UI. Analisis data menggunakan analisis univariat pada variabel karakteristik mahasiswi (uang saku, pengetahuan gizi, status gizi, frekuensi makan, kebiasaan sarapan, dan frekuensi snacking), asupan energi, asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak). Hasil penelitian menunjukan sebagian besar rata-rata variabel responden berada pada kategori rendah atau kurang dari normal yaitu pada uang saku (59.9%), pengetahuan gizi (71,5%), frekuensi makanan (56,9%), kebiasaa sarapan (58,4%), dan frekuensi snacking (59,1%), asupan energi (95,6%), asupan karbohidrat (99,3%), asupan protein (70,1%), dan asupan lemak (77,4%). Sedangkan variabel responden yang berada pada kategori normal ialah status gizi (67,2%).

Undergraduate female students have high learning activities and need a balanced nutritional intake, especially energy and macronutrients to meet their needs. However, in reality due to their busy schedule during lectures, many undergraduate female students do not pay attention to their nutritional intake, so the amount of energy and macronutrient intake consumed becomes more or less than the recommended one. This research is quantitative research with a descriptive survey that aims to describe the characteristics, energy intake, and macronutrients of undergraduate female students in the Nutrition Program at the University of Indonesia. The design of this study was cross-sectional using secondary data analysis of FKM UI undergraduate from February to July 2022. The respondents in this study were 137 active Nutrition FKM UI undergraduate female students. Data analysis used univariate analysis on undergraduate female students characteristics variables (pocket money, nutritional knowledge, nutritional status, eating frequency, breakfast habits, and snacking frequency), energy intake, intake of macronutrients (carbohydrates, protein, and fat). ). The results showed that most of the respondents' variables were in the low or less than average category, namely pocket money (59.9%), knowledge of nutrition (71.5%), frequency of food (56.9%), breakfast habits (58, 4%), and snacking frequency (59.1%), energy intake (95.6%), carbohydrate intake (99.3%), protein intake (70.1%), and fat intake (77.4%). Meanwhile, the respondent variable in the normal category is the nutritional status (67.2%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Marisi
"ABSTRAK
Pemahaman ketidakcukupan ASI didefinisikan sebagai keadaan dimana seorang
ibu telah atau menganggap dirinya tidak lagi memiliki ketersediaan ASI dan hal
ini merupakan alasan utama lepas susu lebih awal. Penelitian ini merupakan
penelitian analitik cross sectional dengan menggunakan data primer dan
sekunder yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi selama
hamil dengan persepsi ketidakcukupan ASI di Puskesmas Kecamatan Tanjung
Priok yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa status gizi yang tidak sesuai rekomendasi, umur ≤ 30 tahun, ibu bekerja,
hamil anak pertama, tidak adanya bimbingan laktasi, pengetahuan, dan dukungan
nakes mempengaruhi ketidakcukupan ASI. Agar persepsi ibu tentang
ketidakcukupan ASI tidak dijadikan alasan utama untuk menghentikan ASI maka
perlunya peningkatan status gizi selama hamil serta penyuluhan oleh nakes
tentang ASI Eksklusif.

ABSTRACT
The understanding off breast milk is defined as asituation where a mother has or
thinks she is no longer has the availability of brenst milk and this is the main
reason of early off milk. This research is a cross sectional analytic study using
primary and secondary data aimed to determine the relationship between nutrional
status during pregnancy with the perceived insufficient milk in Tanjung Priok
public health center that has not been done before. The result shovvs that
nutritional status that is not relevant to the recommendation, age under 30 years
old, working mother, first pregnancy, no gvidance about lactation, knowledge, and
support from health worker are affecting inadequacy of breast milk. In order
mothers perception abaut breast milk inadequacy can not be use as the main
reason to stop breast feeding, therefore improving nutritional status during
pregnancy and counceling by the health worker are needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Gusmara Adiwidjaja
"Dari hasil evaluasi tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Serang (2000) diketahui bahwa kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP) yang dilaksanakan puskesmas dan kabupaten (rumah sakit umum dan dinas kesehatan) sudah berjalan sejak tahun 1994. Selama ini kegiatan AMP telah menghasilkan banyak rekomendasi dan tindak lanjut namun hasilnya masih belum baik dan jauh dari yang diharapkan. Kegiatan AMP di Kabupaten Serang belum memperlihatkan daya ungkit yang berarti dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) hal ini tampak dengan masih tingginya AKI yaitu 425/100.000 kelahiran hidup dan AKB yaitu 86,70/1000 kelahiran hidup yang merupakan angka tertinggi di Jawa Barat.
Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran pelaksanaan kegiatan AMP di Kabupaten Serang yang dilihat dengan pendekatan sistem input, proses dan output. Sebagai komponen input adalah pengetahuan petugas, struktur organisasi, sarana dan dana 1 anggaran. Komponen proses dilihat melalui koordinasi , metoda dan bimbingan teknis serta supervisi. Outputnya adalah rekomendasi dan tindak lanjut.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yang pengumpulan datanya dilakukan dengan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) bagi 32 informan yang terdiri dari 16 dokter puskesmas dan 16 bidan puskesmas dan Wawancara Mendalam (WM) bagi 7 informan terdiri dan 4 informan RSU Serang dan 3 informan Dinas Kesehatan Kabupaten Serang serta telaah dokumen yang ada di puskesmas, rumah sakit dan dinas kesehatan kabupaten. Peneliti mengumpulkan data sejak 1 Mei 2000 sampai dengan 22 Juli 2000, sedangkan analisa dilakukan dengan cara analisis isi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya pengetahuan petugas tentang AMP sudah cukup baik dan sudah dirasakan manfaatnya oleh petugas, tapi tidak menyeluruh. Struktur organisasi belum tertata dengan baik terutama ditingkat puskesmas . Kemudian sarana dan anggaran yang ada sampai saat ini belum mencukupi, terutama untuk tindak lanjut dan mengenai koordinasi antar petugas, metoda AMP dan bimbingan teknis serta supervisi yang telah dilaksanakan selama ini sudah cukup baik . Rekomendasi yang dihasilkan sudah cukup baik hanya kasusnya masih terbatas dan tindak lanjut yang dilaksanakan oleh tim AMP kabupaten sudah cukup baik sedangkan oleh puskesmas masih kurang baik.
Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan dan jangkauan AMP perlu dibuat perencanaan AMP lebih baik lagi menyangkut pelatihan dan penyegaran petugas, pengadaan sarana dan dana. Perlu juga diusulkan agar puskesmas membuat struktur organisasi AMP yang baku dan ditandatangani oleh kepala dinas kesehatan. Selain itu perlu melakukan perbaikan Surat Keputusan (SK) tim AMP kabupaten dengan SK yang ditandatangani oleh bupati_ Tim AMP kabupaten perlu melakukan bimbingan teknis dan supervisi yang lebih intensif lagi. Selain itu tim AMP kabupaten perlu memikirkan agar rekomendasi dan tindak lanjut lebih sederhana lagi sehingga dapat dilaksanakan oleh petugas serta perlu adanya penelitian lanjutan guna melengkapi penelitian ini.

Based on Yearly Evaluation of Health Office of Serang District,(year 2000) known that Maternal and Perinatal Audit( MPA ) has been held by Public Health Centre, Public Hospital and Health Office of Serang District since 1994.. During that period, the audit got a lot of recommendation and follow-up care, but it is still bad and not as expected. The implementation of MPA doesn't show that Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) have been deceased quickly. lt can be proved that MMR is 4251100.000 live births and IMR is 86,7011000 live births. It is high rate in West Java.
The purpose of observation is to know the implementation of. MPA program in Serang District by System Approach "input, process and output". The component parts of input are knowledge of officers, structure of organization, facilities and fund/budget. The components of process are coordination, method, guiding and supervising. TheOutput components are recommendation and follow-up.
This observation uses qualitatyve method , which data is collected by Focus Group Discussion (FGD), there are 32 informants, , consist of 16 doctors and 16 midwives from public health centre. Also by In dept Interview 7 informants, consist of 4 informants from Hospital and the others from Health Office of Serang District. And also observing the documents in Public Health Centre, Hospital and Health District Office, done from 1st May until 22nd July 2000, using content analysis.
The result of observation shows that knowledge of some officer about MPA are good enough and useful for officer but not all. But the arrangement of structure of organization is still bad, especially at public health centre. The facilities and budget are not enough right now, especially in follow-up. The implementation of coordination of officers, MPA method, guiding and supervising are good enough. The result of recommendation is also good, even though limited number of cases. The follow up from MPA district team is good enough but it is bad from public heath centre team.
To increase the quality of implementation and scope of MPA, need a good planning, such as : training and refreshing for officers, preparing facilities and funds. Public health centre should be better make the standard of MPA organization structure, signed by head of health district office. The Decision letter for MPA team of district must be sign by bupati (Head of District). The team must get the training of guiding and supervising intensively how to make recommendation and follow up more simply. So it can make officers do it easily. And it's better to do the following research to complete this research."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2001
T636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mellisa
"Pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia dilakukan dalam keseluruhan proses kehidupan mulai dalam kandungan sampai usia lanjut. Indonesia sebagai negara berkembang, walaupun sedang dilanda krisis di segala bidang, sudah sepantasnya tetap mempertahankan generasi penerus agar tetap sehat dan handal. Kesehatan gigi, sebagai bagian integral dari kesehatan manusia seutuhnya juga berperan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia. Kesehatan gigi memang bukan masalah utama, namun apabila gigi anak mengalami kerusakan, sudah pasti anak mengalami gangguan 'intake' makanan.
Kunjungan anak sedini mungkin ke klinik gigi puskesmas merupakan salah satu contoh perilaku orang tua yang memperhatikan masalah kesehatan gigi dan mulut, dalam hal ini posisi seorang ibu sangat menentukan perilaku pencarian pengobatan untuk anaknya.
Departemen kesehatan RI mentargetkan kunjungan anak balita dan prasekolah ke klinik gigi puskesmas adalah 50 % dari kunjungan anak balita dan prasekolah ke klinik KIA puskesmas. Berdasarkan data yang ada, dari 20 puskesmas di wilayah Kota Pontianak pada tahun 1999, baru 5 puskesmas yang mencapai target tersebut, selebihnya sebanyak 15 puskesmas masih jauh dari pencapaian target tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kunjungan anak balita dan pra-sekolah ke klinik gigi puskesmas di Kota Pontianak.
Menurut teori Green, faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dibedakan dalam tiga jenis yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin (enabling) dan faktor penguat (reinforcing). Dalam penelitian ini, faktor predisposisi yang ingin dilihat adalah keadaan sosiodemografi ibu, yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman ibu berobat gigi, sikap dan pengetahuan ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut anaknya. Faktor pemungkin adalah persepsi ibu terhadap jarak menuju puskesmas, sedangkan penyuluhan kesehatan gigi yang pernah diterima ibu adalah faktor penguat. Metode penelitian ini adalah cross-sectional, dengan jumlah responden 165 yang berasal dari 4 wilayah puskesmas di Kota Pontianak.
Hasil penelitian menunjukkan pekerjaan ibu merupakan satu-satunya faktor yang mempunyai hubungan dengan kunjungan anak balita dan pra-sekolah ke klinik gigi puskesmas di Kota Pontianak. Hampir semua (90,1%) responden belum pernah menerima penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut.
Oleh karena hanya pekerjaan ibu yang mempunyai hubungan bermakna dengan kunjungan anak balita dan pra-sekolah ke klinik gigi puskesmas, maka disarankan agar pendidikan kesehatan gigi dan mulut diberikan melalui kegiatan posyandu, arisan dan kegiatan pengajian pada ibu-ibu yang tidak bekerja, di samping kepada anak balita/pra-sekolahnya sendiri melalui kegiatan upaya kesehatan gigi sekolah di Taman Kanak-kanak.
Untuk meningkatkan kunjungan ke klinik gigi puskesmas, koordinasi antara klinik gigi dan klinik KIA di puskesmas dalam penanganan pasien anak balita dan pra-sekolah perlu ditingkatkan. Selain itu saran yang menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas perlu ditingkatkan, di samping perlu adanya supervisi dan bimbingan teknis secara rutin. Untuk meningkatkan cakupan kunjungan anak balita dan pra-sekolah ke klinik gigi puskesmas di Kota Pontianak, perlu diberikan pendidikan kesehatan gigi bagi kader posyandu, sehingga mereka dapat mempromosikannya pada ibu-ibu balita pengunjung posyandu yang rata-rata tidak bekerja.

The Factors that Regarding With Under Five and Pre-School Children Visited to Dental Clinic of Public Health Centers at Pontianak City at the year 2000The development of Indonesian community healthy is doing to the whole process of live starting from the pregnancy until the continued ages. Indonesia as development country, even having in every circumstances, is ought to defend the future generation to stay health and reliable. Dental health, as an integral part from the totality human health too that have part to increase the quality and productivity of human sources. The dental health is not an important problem after all, but if the children teeth have damaging, the children surely have the food intake disturbance.
The children visited as soon as possible to the dental clinic of the public health center is represent one sample of parent behavior that concerning the teeth and mouth health problem, in this problem a mother position is very decided to the kind of way for their children medication.
The Ministry of Health of Indonesia targeting the visiting of under five and pre-school children to the dental clinic of the public health center is 50% from the visiting of under five and pre-school children to the mother and child health clinic of public health center. Based on the data that exist, from 20 public health centers at Pontianak city area at the year 1999, only 5 public health centers reached that target. This research purpose to know any factors that related with the under five and pre-school children visited to the dental clinic of public health center of Pontianak city.
According to the Green theory, the factor of the behavior cause is classified to three kinds of factors that is predisposing factor, enabling factor and reinforcing factor. In this research, predisposing factor that wanted to see is the condition of mother sosiodemograph, that is age, education, profession, mother experience having teeth medication, attitude and mother knowledge about teeth and mouth health of their children. The enabling factor is mother perception about the distance to the public health center, and information about dental health that mother ever accepts is the reinforcing factor. The method of this research is cross sectional, with totally 165 respondents that came from 4 different area of public health center at Pontianak city. Almost all (90, 1%) respondent never accept information about teeth and mouth healthy.
There for the mother profession that had an important relation with the visited of children under five and pre-school children to the dental clinic of the public health center, so it suggested the information about the teeth and mouth health is giving by the activity of Posyandu, a saving club and the religious recitation activity on not working mother, beside that to the children under five and pre-school children having the dental health activity at the kindergarten.
To increase the visiting to the dental clinic of public health center, the coordination between the dental clinic and mother and child clinic at the public health center in handling children under five children patient and pre-school children needed to increase. Besides that the material that supporting the dental health service at the public health service needed to be increase, beside needed the realization of the supervision and the technical guide intensifies. To increase snatch of the under five and pre-school children visiting to the dental health clinic of the public health center at Pontianak city, needed to give the teeth healthy training to the Posyandu cadre, so they can promoted to the baby under five mothers that equally not working.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4459
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atin Karjatin
"Angka kematian ibu di Kabupaten Garut didapatkan masih relatif tinggi demikian juga dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang masih rendah. Melihat kenyataan tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat faktor internal maupun eksternal pada ibu bersalin yang berhubungan dengan pemanfaatan penolong persalinan. Penelitian ini mengunakan pendekatan potong lintang dengan metode survei cepat yang berbasis masyarakat. Survey cepat ini memakai prosedur sampling dua tahap. Tahap pertama terpilih 30 kluster meialui cara probability proportional to size (pps) berdasarkan inforrnasi jumlah penduduk desa. Tahap kedua pemilihan sampel dengan memilih rumah yang terdekat dengan pusat desa, selanjutnya berputar seperti obat nyamuk. Besar sampel sebanyak 210 responden adalah ibu-ibu yang melahirkan pada tahun 2001. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2002, menggunakan kuesioner, dengan cara wawancara yang dibantu oleh petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Garut sebanyak 10 orang yang sudah mendapat pelatihan dari peneliti dan mempuyai pengalaman tentang survey cepat. Hasil penelitian memperlihatkan proporsi pemanfaatan penolong persalinan dengan tenaga kesehatan adalah sebesar 60% dengan estimasi selang 95% antara 53,82% - 66,18%. Pendidikan ibu dan persepsi terhadap penolong persalinan yang merupakan faktor internal pada ibu bersalin serta biaya persalinan yang termasuk faktor ekstenal berhubungan bermakna dengan pemanfaatan penolong persalinan. Persepsi terhadap penolong persalinan merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan penolong persalinan. Agar mendapatkan simpati dari masyarakat, penolong persalinan perlu memantapkan kerjasama dengan dukun bayi dan juga mengadopsi pengalaman dare kelebihan yang dimiliki dukun bayi. Hal ini perlu untuk memperbaiki persepsi negatif terhadap penolong persalinan yang selama ini ada di masyarakat. Dalam hal ini petugas juga harus berusaha meningkatkan kemampuannya dalam segi teknis maupun komunikasi. Bagi yang membutuhkan biaya untuk memanfaatkan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, perbaikan program yang sudah ada seperti JPKM taanpaknya sangat bermanfaat, selain itu masyarakat juga harus didorong untuk membentuk tabulin atau mekanisme lain yang diharapkan dapat membantu pelayanan kesehatan tersebut.

The death rate of mothers in the district of Garut is relatively at a high level of statistical data and that deliveries, supported by delivery team is quite minim. The mentioned report proposed to conduct a study of internal as well as external factors that prevents mothers from utilizing delivery supporters provided by the health institute. A cross sectional study was performed and followed a method of short term survey of community. This study was carried out according to two procedure sampling. The first step was to select 30 cluster in accordance with probability proportional to size (pps) of the rural population that had been informed, the second step was the selection of homes located closed to the center of the rural center and moved to the center. The number of the sample consisted of 210 mother respondents, experiencing delivery in the year 2001. Collecting the data took place on May 2002, using questioner forms and interviews guided by officials of the District Health Service Department of Garut, that were 10 in number. This study showed that 60% with interval between 53,82% to 66,18% benefited the support of attendants provided by health services. Mothers education, perception to delivery supporters and delivery bill were internal as well as external factors that may become hindrance to utilizing supporters available. Mother perception was the most significant variable of utilizing delivery supporters. Cooperative attitude of delivery supporters with traditional midwifery habits may became clues of willingness to utilize supporters delivery team members were suggested to adopt some experiences of traditional midwifes and advance their technical knowledge and communication activities. For those needing delivery bill of skill full supporters JPKM should extend its capacity of finding system and last of all the community should be motivated to have delivery insurance and other mechanism that may increase supportive measures to health services."
2001
T3640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Mulyanti
"Kesehatan reproduksi mencakup area yang luas, tcrmasuk diantaranya pemeliharaan kesehatan seseorang dimasa remaja. Keiompok remaja mcnjadii perhatian, karena kelompok ini merupakan kelompok yang bcsar jumlahnya dan rentan serta mempunyai resiko gangguan tcrhadap kesehatan rcproduksi. Pada pubertas, khususnya pada wanita terdapat perubahan yang ditandai dengan datangnya menstruasi. Perisliwa haid sclaiu berpengaruh terhadap psikologis, yang perlu diperhatikan adalah yang terkait dengan pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi, karena bila hal ini Iidak diperhatikan akan berakibat tumbuhnya mikroorganismc sehingga menyebabkan gangguan pada alat reproduksi, yang pada akhirnya akan mengurangi kualitas hidup seseorang.
Tujuan penelilian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara faktor perdisposisi (umur, pengetahuan, sikap dan kepercayaan) faklor pemungkin (keterpaparan terhadap media massa dan pendidikan ibu) dan faktor penguat (informasi dari lingkungan sosial dengan praktek pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi). Penelitian ini menggunakan rancangan non eksoerimental, dimana data diperoleh secata potong lintang (cross sectional) target populasi pada penelitian ini adalah siswi kelas 1 SLTP N l Kabupaten Purwakana yang telah mengalami menstruasi. Jumlah responden pada pdnelitian ini 64 orang, dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data kemudian diolah dengan bantuan komputer, dianalisa secara slatistik dengan teknik analisis bivariat Chi Square dam multivariat regresi logistik.
Dari hasil analisis diketahui bahwa praklek pemeliharaan kebersihan yang baik pada responden SLTP N I sangat rendah (25%) Dengan menggunakan anaiisis bivariat, variabel yang terbukli mempunyai hubungan bermakna secara statistik terhadap praktek pemeliharaan kebersihan menstruasi yaitu variabel pengelahuan, sikap, dan umur, sedangkan variabel lain diketahui secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna dengan praktek pemeliharaan kebersihan menstruasi adalah keterpaparan terhadap media masa pendidikan ibu dan keecrcayaan. Dari model regresi logislik diketahui tenyaia variabel yang paling berhubungan adalah sikap yang dinyatakan dengan nilai Odds Rasio lerbesar yailu 4,9342 dengan 95% CI.
Sebagai saran untuk tindak lanjut, maka upaya yang sebaiknya dilakukan adalah pengembangan program penyuluhan kesehatan, terutama program pembinaan kesehatan keluarga yang terkait dengan kesehatan reproduksi, khususnya dalam praktek pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi baik meialui media massa maupun lingkungan sosial seperli orang ma, guru sena pemgas kesehatan dan untuk menghasilkan penelilian yang Iebih representatif periu pcnelitian lebih lanjut dengan sampel yang mewakili popuiasi, desain yang berbeda dan variabel lain seperli status ekonomi dan kelompok usia yang berbeda dan lain-lain.

Reproductive health covers such large an area, where one of the components is the adolescent reproductive health. The adolescence had became a main issue because of its magnitude and risk towards reproductive health problems. During the puberty, especially to the adolescent girl, menstruation is a remarkable change, and it needs attention. The practice of the menstrual hygiene is important, because if it may cause problem in the reproductive organnand may end the decrease ofthe quality of life.
The purpose of this research is to find out whether there is relationship between some variables named as predisposing factors (age, knowledge and attitude), enabling factors (exposure with mass media and education of motherand exposure to social environment) with practice of menstrual hygiene among the junior high school students. The research was carried out in one junior high school of Purwakarta, a district in west Java, 2001. This research was non-experimental, using cross sectional method in collecting data. Population target were first year female student in a public junior high school of Purwakarta a distric in west Java. The numbers of respondents in this study were 64 people, and data were by using questionnaires collected. The data was then processed by the help of computer and statically analyzed using the Chi square technique (bivariat : 95 % Cl), and finally double logistic regression multivariat).
The result showed that most of the respondent did not have a good's practice of menstrual hygiene (25%), Using hivnriut analysis mentioning 2 variables, were related the menstrual hygiene practice were l-cnovvlctlge and attitude. Other variables such as age, exposure with mass medians. mother's education. exposure to social environment did not provide significant relation with the practice of menstrual hygiene. Further analysis using double logistic regression simultaneously showed that attitude (P=0.0l78) and exposure to social environment (l?=-'0.036l) were statically significance. Also statically approved that from those two variables, attitude was the most dominant variable related with the practice of menstrual hygiene, because it had the biggest odds ratio (OR 4,9342 ; 95 % C.l). compared with other variables. Interaction test canied out for there three variables did not eoniimt the existence of interaction resulting the model as the last accepted definitive model.
Recognizing the factors related with the practice of menstrual hygiene, this research suggested that the authority who is responsible for improving reproductive health of women to develop health education programmed, especially that related with practice of menstrual hygiene of adolescent girls. For parents and teachers to be able and to provide information as early as possible to the adolescent girl's when they were in their puberty about menstruation, and especially about the practice of menstrual hygiene. To attain more representative conclusion it is recommended to carry out further studies using samples that represent the whole population, different designs and involving many other relevant variables, such as socio economic, cultural and varies age group.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destry Rizkawati
"Stunting tidak hanya berdampak pada perawakan yang pendek namun juga padapenurunan fungsi kognitif usia sekolah, menurunkan kapasitas kerja dankemampuan ekonomi serta peningkatan risiko penyakit metabolik di usia dewasa.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor dominan kejadian stuntingpada balita kelompok usia 6-12 bulan, 13-24 bulan dan 25-59 bulan di wilayah kerjaPuskesmas Kelurahan Tambora tahun 2017. Desain penelitian ini adalah kasuscontrol dengan 68 sampel kasus dan 68 sampel kontrol. Data dianalisis dengan ujichi square untuk melihat hubungan antar variabel dan uji regresi logistik gandauntuk menemukan faktor dominan penyebab stunting pada setiap kelompok usia.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tinggi badanibu, kenaikan berat badan hamil, panjang badan lahir, asupan energi saat usia 6-12bulan, 13-24 bulan dan 25-59 bulan, asupan protein saat usia 6-12 bulan dan 13-24bulan, penyakit infeksi dan sanitasi total dengan kejadian stunting pada balita disetiap kelompok usia.
Berdasarkan hasil analisis multivariat diketahui bahwa faktordominan kejadian stunting pada balita kelompok usia 6-12 bulan adalah asupanenergi saat usia 6-12 bulan p-value 0,001; OR 7,382; 95 CI 2,261-24.102 , padakelompok usia 13-24 bulan adalah penyakit infeksi p-value 0,016; OR 7,154;95 CI 1,436-35,653 dan pada kelompok usia 25-59 bulan adalah asupan energisaat usia 13-24 bulan p-value 0,040; OR 12,599; 95 CI 1,125-141,126 . Perluadanya perbaikan asupan gizi balita sesuai kelompok usia dan pencegahan penyakitinfeksi melalui pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat.

Stunting affects not only to short stature but also decreases in cognitive function atschool age, decreases work and economic capacity at the productive age andincreases the risk of metabolic diseases in elderly. The purpose of this study was toanalyze the dominant factors of stunting among children aged grup 6 12 months,13 24 months and 25 59 months in Kelurahan Tambora. This was case controlstudy with 68 cases and 68 controls. The data were analyzed by chi square test forbivariate analysis and multiple logistic regression test to find the dominant factorof stunting in each of age group.
The results of this study shows that there was asignificant relationship between maternal height, weight gain during pregnancy,birth length, energy intake at 6 12 months, 13 24 months and 25 59 months, proteinintake at 6 12 months and 13 24 months, infectious diseases and sanitation withstunting.
Based on multivariate analysis, it was found that the dominant factor ofstunting at 6 12 months children was energy intake at 6 12 months p value 0,001 OR 7,382 95 CI 2,261 24,102 , at 13 24 Months was infectious disease p value0.016 OR 7,154 95 CI 1,436 35,653 and at 25 59 months was energy intake at13 24 months p value 0,040 OR 12,599 95 CI 1,125 141,126 . It is necessaryto improve the nutritional intake of under five children and prevention of infectiousdiseases through community based total sanitation approaches.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>