Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maduretno Puspitaningtyas
"Salah satu penentu keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi adalah faktor sumber daya manusia (5DM). SDM merupakan sumber pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. SDM merupakan sumber keunggulan kompetitif yang potensial karena kompetensi yang dimilikinya berupa intelektualitas, sifat, ketrampilan, karakter personal, serta proses intelektual dan kognitif, tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain. Kompetensi 5DM yang ada dalam organisasi tidaklah selalu sesuai dengan apa yang dituntut untuk keberhasilan sebuah pekerjaan.
Untuk mendapatkan 5DM yang kompeten perlu adanya kriteria atau standar pengelolaan SDM yang jelas, salah satu caranya adalah dengan menetapkan kompetensi yang dibutuhkan oleh setiap pekerjaan. Kompetensi dapat diartikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkannya untuk mencapai kinerja yang superior (LOMAs Competency Dictionary, 1998). Adanya kompetensi yang terangkum dalam suatu model kompetensi dibutuhkan oleh pengelola SDM, dapat digunakan antara lain untuk seleksi, pelatihan dan pengembangan karyawan, evaluasi kinerja, evaluasi uraian pekerjaan, sampai untuk ganjaran dan pengakuan.
Seperti telah dijelaskan di atas, salah satu penerapan model kompetensi adalah untuk proses seleksi. Manfaat utama dari proses perekrutan dan seleksi adalah untuk mendapatkan orang yang tepat untuk suatu jabatan. Selain itu, menurut Shermon (2004), seleksi berbasis kompetensi dapat meningkatkan kinerja karyawan dan mengurangi turnover karyawan. Selama ini sudah banyak organisasi yang telah menyadari bahwa sistem seleksi berdasarkan kompetensi menghasilkan keputusan yang lebih akurat (Byham, 2004), namun belum semua perusahaan menerapkan sistem tersebut.
Permasalahan yang terjadi di PT. EPU adalah belum adanya sistem pengelolaan SDM yang jelas. Adanya karyawan yang kurang sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang ada di perusahaan seringkali menyebabkan keluhan pada beberapa karyawan yang merasa kinerja bagiannya terganggu dengan kinerja karyawan-karyawan baru yang kurang kompeten dalam pekerjaannya. Proses seleksi karyawan yang selama ini dilakukan oleh PT. EPU banyak menyimpang dari prosedur seleksi yang ditetapkan. Dengan kata lain, prosedur seleksi yang ditetapkan oleh PT. EPU merupakan sekedar formalitas. Pada proses seleksi, seharusnya perusahaan merekomendasikan calon karyawan untuk mengikuti serangkaian proses seleksi yang bertujuan untuk mempertimbangkan apakah calon karyawan yang bersangkutan memiliki persyaratan yang dibutuhkan untuk dapat melakukan pekerjaan. Namun, hal ini tidak sepenuhnya dapat dilakukan oleh PT.EPU. Pihak manajemen PT. EPU belum memiliki kriteria yang objektif tentang persyaratan karyawan yang masuk ke perusahaan.
Akibat belum adanya sistem seleksi dengan kriteria yang objektif tersebut, PT. EPU mengalami berbagai permasalahan antara lain, rendahnya kinerja atau produktivitas pada jabatan yang penting, tingginya tingkat keluar masuk (turn over) karyawan, karyawan baru membutuhkan waktu belajar yang lama, dan adanya diskriminasi pada penerimaan karyawan baru.
Dari permasalahan tersebut yang harus dilakukan adalah menyusun suatu rancangan seleksi berdasarkan kompetensi. Pada penulisan ini akan diajukan rancangan seleksi kombinasi, berdasarkan kompetensi dan metode tradisional yang menggunakan tes-tes psikologis yang saat ini banyak digunakan dalam proses seleksi. Menurut Spencer & Spencer (1993), proses seleksi berdasarkan kompetensi dapat meminimalisasi rendahnya kinerja atau produktivitas karyawan, tingginya tingkat keluar masuk karyawan, dan juga diskriminasi yang seringkali terjadi dalam perekrutan karyawan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shanti Rahayuningtyas
"Penelitian ini berfokus pada hubungan antara kepuasan komunikasi dan kepuasan kerja pada pegawai Antar generasi di Institusi Keuangan X. Selain itu, penelitian ini ingin membuktikan apakah kepuasan komunikasi merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja individu (Goris, 2007, Carriere dan Bourque, 2009). Penelitian ini menggunakan tipe penelitian aplikatif dan korelasional dengan jumlah responden sebanyak 777 pegawai. Alat ukur yang digunakan adalah adaptasi dari communication satisfaction survey (Downs dan Hazen, 1977) dengan nilai koefisien alpha (α) sebesar 0.960 dan alat ukur kepuasan kerja (Roelen, dkk, 2008) dengan nilai koefisien alpha (α) sebesar 0.901. Analisis data menggunakan statistika deskriptif, korelasi pearson product moment, regresi linear, t-test, dan anavar satu arah.
Dari analisis data, disimpulkan bahwa: 1) terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan komunikasi dengan kepuasan kerja pegawai Antar generasi Institusi Keuangan X; 2) secara umum responden penelitian memiliki kepuasan komunikasi yang sedang dan kepuasan kerja yang sedang pula; 3) dimensi kepuasan komunikasi yang memiliki nilai rata-rata paling rendah adalah dimensi personal feedback; 4) dimensi kepuasan komunikasi yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja adalah dimensi communication climate, organization integration, media quality, dan personal feedback; 5) intervensi dilakukan pada dimensi personal feedback yakni dengan memberikan pelatihan constructive feedback; 6) intervensi yang dilakukan dinyatakan cukup efektif dan aplikatif untuk diterapkan dalam organisasi.

This study focuses on the relationship between communication satisfaction and job satisfaction of intergenerational employee at Financial Institutions X. This study was held to approve that communication satisfaction give influence to job satisfaction (Goris, 2007, Carriere and Bourque, 2009). This study uses a type of applied research and correlation research with the number of respondents is 777 respondents. Measurement instruments used in this research are the adaptation of communication satisfaction survey (Downs and Hazen, 1977) with coefficient alpha (α) of 0.960 and job satisfaction questionnaire (Roelen, et al, 2008) with coefficient alpha (α) of 0.901. Descriptive statistics, Pearson product moment correlation formula , linear regression, t-test, and ANOVA will be used to analyze the infomation gathered.
From the data analysis, it was concluded that: 1) there is a significant relationship between communication satisfaction with employee job satisfaction across generations at Financial Institution X; 2) majority of respondents have a moderate level of communication satisfaction and job satisfaction; 3) personal feedback is the dimensions of communication satisfaction which has the lowest mean score, 4) communication satisfaction dimensions that give influence to job satisfaction are climate communication, organization integration, media quality, and personal feedback; 5) intervention held to improving the personal feedback dimension is with giving the constructive feedback training; 6) the intervention is acknowledged as quite effective and applicable for implementation in the organization."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Yulianti
"Tesis ini terfokus pada usaha untuk meningkatkan iklim psikologis yang dipersepsikan karyawan antar generasi melalui pelatihan keterampilan coaching kepada para line manager. Upaya tersebut nantinya akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan dari tiga generasi yang berbeda di lembaga keuangan negara. Data pendukung, sebagai langkah diagnostik organisasi awal, diperoleh melalui studi dokumentasi terhadap hasil survei sebelumnya yang pernah dilakukan oleh lembaga keuangan negara mengenai kepuasan kerja dan wawancara dengan pihak HRD. Berdasarkan data tersebut, didapat bahwa kepuasan kerja karyawan semakin menurun dari generasi paling tua, yaitu Baby Boomers, hingga paling muda, yaitu Generasi Y. Data tersebut juga menunjukkan bahwa kepuasan kerja karyawan diduga disebabkan oleh dua faktor, yaitu iklim psikologis dan kepemimpinan transformasional.
Untuk mengetahui dugaan tersebut, peneliti mengukur pengaruh iklim psikologis dan kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan antar generasi dengan menggunakan kuesioner. Hasil menunjukkan bahwa iklim psikologis memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan kepemimpinan transformasional terhadap meningkatnya kepuasan kerja karyawan, baik pada karyawan secara keseluruhan maupun antar generasi. Lebih jauh lagi, dari enam dimensi iklim psikologis, hasil menunjukkan bahwa role clarity memiliki pengaruh paling besar terhadap kepuasan kerja dan skor terendah dibandingkan dengan dimensi iklim psikologis lainnya.
Salah satu cara untuk meningkatkan role clarity adalah dengan coaching yang secara berkala dilakukan oleh atasan. Untuk itu, peneliti memberikan pembekalan pelatihan keterampilan coaching terkait dengan role clarity antar generasi kepada atasan melalui pelatihan yang disebut dengan Komunikasi CLEAR. Hasil menunjukkan bahwa atasan yang diberikan pembekalan secara mendalam mengenai Komunikasi CLEAR antar generasi memperoleh hasil keterampilan coaching yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan pembekalan secara mendalam. Untuk itu, perlu dilakukan pelatihan serupa kepada para atasan di lembaga keuangan negara secara menyeluruh.

This thesis is focused on the effort to improve perceived psychological climate on employees among generation through coaching skill training for line manager. Later, this effort will increase employees? job satisfaction on three different generations in financial state institution. The supporting data, a preliminary organization diagnostic step, are collected through study documentation from previous survey conducted in financial state institution about job satisfaction and interview with human resource department employees. Based on data collected, findings show that job satisfaction decreased from the oldest generation, i.e. Baby Boomers, to the youngest generation, i.e. Generation Y. From the data, it is assumed that the decreasing on job satisfaction could be affected by psychological climate and transformational leadership factors.
To test the assumption, researcher conducted research to measure the effect of psychological climate and transformational leadership on employees job satisfaction among generation by using questionnaire. Result shows that psychological climate has a greater effect than transformational leadership in increasing employees job satisfaction, either on employees in general or among generation. Furthermore, from the six dimensions of psychological climate, result shows that role clarity has a greater impact on job satisfaction and has the lowest score among the other dimensions.
One of the ways to improve role clarity is by doing regular coaching conducted by the line manager. Therefore, researcher equipped line manager with coaching skill related to role clarity among generation through training called CLEAR Communication. Results shows that line managers who were given in depth material about CLEAR Communication among generation obtained better score on coaching skill than they who were not given in depth. Thus, further action is suggested to conduct the similar training to every line manager in financial state institution."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yovita Ismaya Wulan Sari
"Penelitian ini akan melihat pengaruh konsep diri terhadap kepuasan kerja karyawan di industri media yang dikatakan memiliki reputasi menarik, namun tingkat turnovernya cukup tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang akan dilihat apakah konsep diri berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan bagaimanakah kontribusi aspek-aspek konsep diri terhadap kepuasan kerja di perusahaan media X. Hasil menunjukkan bahwa konsep diri berpengaruh terhadap kepuasan kerja di perusahaan media X.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa hasil gambaran konsep diri responden rendah, dan berpengaruh terhadap kepuasan kerja yang juga rendah. Aspek konsep diri yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja adalah aspek harga diri dan keyakinan diri. Untuk aspek keyakinan diri, pengaruh memiliki bentuk berbanding terbalik (koefesien regresi negatif). Sedangkan aspek integrasi diri dan aspek kritik diri tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Setelah diketahui, hasil dari penelitian ini nantinya akan menjadi dasar untuk usulan intervensi Program Pengembangan Konsep Diri.

This study will look at the influence of self-concept on job satisfaction in the media industry which is said to have a reputation for exciting, but the turnover level is high enough. Based on this background then this study want to look whether the self concept have influence on job satisfaction and how do these self concept?s aspects contribute to job satisfaction in X media company. The results of this study indicate that self concept affects job satisfaction in the X media company.
In this study it was found that the image of self concept the respondents is low, and the effect on job satisfaction is also low. Aspects of self concept which affects job satisfaction are self-esteem and self-certainty. For the aspect of self-certainty, the effect is inversely proportional to shape (negative regression coefficient). While aspects of the self-integration and self-criticism aspect had no effect on job satisfaction. Once known, the results of this study will later be the basis for the intervention proposed that is Self Concept Development Program.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31422
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Purnamasari
"Salah satu elemen dari organisasi yang penting adalah sumber daya
manusia. Sumber daya manusia inilah yang dapat menggerakkan elemen-
elemen organisasi lainnya. Dengan demikian, untuk menghadapi persaingan
yang semakin ketat dan situasi ekonomi yang selalu herubah, maka harus
selalu dilakukan pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki oleh
perusahaan.
Untuk mendukung pengembangan sumber daya manusia yang
dimilikinya, perusahaan harus memberikan kesernpatan bagi karyawan untuk
melakukan pengembangan karir (career developmen0 yang Salah satu caranya
adalah dengan penjenjangan karir (career path). Penjenjangan karir
memberikan keuntungan baik bagi karyawan maupun perusahaan, yaitu
mengurangi turn over, memotivasi karyawan untuk menampilkan unjuk kerja
yang baik, memungkinkan perencanaan pengembangan keahlian untuk masa
kini dan masa yang akan datang, dan membantu karyawan merencanakan
karimya sendiri
PTSI merupakan Salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
didirikan tahun 1991 yang bergerak di bidang pemberian jasa konsultasi yang
berbasis survey dan inspeksi telah melakukan program penjenjangan karir
untuk mengatasi masalah turn over jabatan fungsionalnya. Satu hal penting
yang berhubungan dengan penjenjangan karir adalah dibutuhkannya suatu
standar kritcria untuk dapat memutuskan layak tidaknya scorang karyawan
menduduki suatu tingkatan jenjang karir tertentu.
Sejalan dengan sistem Competency Based Human Resource
Management yang diterapkan di PTSI, maka diperlukan suatu standar kriteria
bagi setiap tingkatan dalam penjenjangan karir yangjuga berbasis kompetensi.
Kompetensi untuk setiap tingkatan dalam penjenjangan karir ini merupakan
motif; sifal, nilai-nilai, sikap, pengelahuan dan keahlian yang dipersyaralkan
oleh masing-rnasing tingkatan dalam penjenjangan karir untuk dapat
menampilkan unjuk kerja yang baik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34040
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Cinthyadevi Erviantini
"Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk menyusun program pengembangan berbasis kompetensi untuk posisi team leader PT.HSO. Teori yang digunakan dalam penyusunan program pengembangan berbasis kompetensi adalah teori Spencer & Spencer (1993). Tahapan penyusunan program pengembangan dimulai dengan menyuslm model kompetensi. Dari hasil penyusunan kompetensi didapatkan sembilan kompetensi yang dibutuhkan pada posisi team leader. Kompetensi tersebut adalah anabethical thinking coaching, organizing, bussiness sense, teamwork willingness to learn, achievement orientation, communication, dan self' confidence. Setelah kompetemi tersusun, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kompetensi-kompetensi untuk dikembangkan dengan melihm kesenjangan antara level pencapaian aktual saat ini dengan level pencapaian yang diharapkan organisasi. Kompetensi yang menjadi prioxitas pengembangan adalah analvthical thinking coaching, organizing, dan bussiness sense. Hal ini dikarenakan kompetensi tersebut merupakan kompetensi yang paling penting dibutuhkan oleh posisi team leader sedangkan level pencapaian aktualnya Qat ini masih rendah. Langkah selanjutnya adalah menentukan metode pcngembangan yang paling efektif untuk setiap kompetensi. Metode yang akan digunakan adalahof the job training dan on the job training. Setelah mengetahui metode yang akan digunakan., langkah selanjutnya adalah membuat lcurikulum untuk tiap metode yang digunakan.

The purpose of this study is to competency-based development program for team leader PT.HSO. This study utilize Spencer & Spender (1993) theory in develop employee development program. The first phase is building competency model. There are nine competencies that required by team leader. Those are anabftical thinldng, coaching, organizing bussiness sense, teamwork, willingness to learn, achievement orientation, communication, and seMcorgEdence. The second phase is identiiication of competencies that needed to develop by analysed gap exist between actual level and expected level of competency. The result shows analytyical thinking, coaching, organizing and bussiness sense will be priority to develop because they haven’t met proicieney level that required. The next phase is selecting the effective method to develop each competency. Methods that will beused for the development program are of the job training and on the job training. The final phase is develop curricula for each methods."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34095
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa Sandrianti
"Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kondisi iklim organisasi pada salah satu divisi PT X yang memiliki tingkat turnover paling tinggi, untuk menentukan intervensi apa yang dapat dilakukan untuk membantu menurunkan intensi turnover. Penelitian menggunakan kuesioner Patterson dkk (2005) yang mengevaluasi 8 dimensi persepsi karyawan atas lingkungan pekerjaan mereka, serta kuesioner untuk mengukur intensi turnover, yang diadaptasi dari Mobley (1987).
Hasilnya adalah terdapat hubungan negatif antara iklim organisasi dengan intensi turnover, dengan nilai korelasi R -0,508. Selain itu ditemukan bahwa dimensi umpan balik kinerja pada iklim organisasi adalah faktor yang paling besar berkontribusi pada intensi turnover sehingga peneliti mengusulkan rancangan program coaching untuk meningkatkan proses umpan balik kinerja yang diharapkan dapat menurunkan intensi turnover pada di PT X tersebut.

This research was conducted to measure the organizational climate conditions in one of the divisions of PT X which has the highest turnover rate, in order to determine what intervention can be done to help lower turnover intention. The study used a questionnaire Patterson et al (2005) which evaluated the 8 dimensions of employees? perception on their work environment, as well as a questionnaire to measure the turnover intention, which was adapted from Mobley (1987).
The result is that there is a negative relationship between organizational climate with turnover intention, with R value is -0,508. In addition it was found that the performance feedback is one of the dimensions of organizational climate with high factor contributing to turnover intention. As such the researcher proposed coaching program as intervension design to improve performance feedback in aim to reduce turnover intention at PT X."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45165
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rami Busyra Ikram
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara job embeddedness dan intensi meninggalkan pekerjaan pada karyawan outsourcing. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pengukuran job embeddedness menggunakan alat ukur Global Job Embeddedness Scale (Crossley, Jex, Bennett, & Burnfield, 2007) dan intensi meninggalkan pekerjaan menggunakan alat ukur intention to turnover questionnaire (Adiningtyas, dkk, 2010). Partisipan berjumlah 116 karyawan outsourcing bidang CSO (Customer Service Officer) yang bekerja pada perusahaan tenaga listrik. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara job embeddedness dengan intensi meninggalkan pekerjaan pada karyawan outsourcing (r = -0.632; p<0.01; one-tailed). Artinya, semakin tinggi job embeddedness yang dimiliki seseorang, maka semakin rendah intensi meninggalkan pekerjaan.

This research was conducted to find relationship between job embeddedness and turnover intention among outsourcing employess. This is a quantitative research with correlational design. Job embeddedness was measured by Global Job Embeddedness Scale (Crossley., 2007) and turnover intention was measured by Intention to Turnover Questionnaire (Adiningtyas et al., 2010). The participants of this research are 116 CSO (Customer Service Officer) outsourcing employees who work in electrical power company. The main results of this research shows that job embeddedness negatively correlated significantly with turnover intention (r = -0.632; p<0.01; one-tailed). It means, the higher job embeddedness, the lower turnover intention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Octara
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara iklim organisasi dan perilaku inovatif di tempat kerja pada karyawan perusahaan, serta untuk mengetahui dimensi dari iklim organisasi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap perilaku inovatif di tempat kerja. Pengukuran perilaku inovatif di tempat kerja sendiri dilakukan dengan menggunakan Janssen’s Innovative Work Behavior, sedangkan pengukuran iklim organisasi dilakukan dengan menggunakan Organizational Climate Measure (OCM). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 205 karyawan perusahaan, yang terdiri dari berbagai macam divisi dalam satu perusahaan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara perilaku inovatif di tempat kerja dan iklim organisasi pada karyawan perusahaan X (r = 0.685, n = 205, p < .01, one-tailed). Hasil tersebut memiliki arti bahwa semakin tinggi perilaku inovatif di tempat kerja yang dimiliki oleh individu, maka akan semakin tinggi iklim organisasi yang dimilikinya. Hasil lain dari penelitian ini diperoleh bahwa dimensi open system dari iklim organisasi memberikan sumbangan terbesar terhadap perilaku inovatif di tempat kerja, yang berarti peningkatan pada open system dari iklim organisasi akan diikuti oleh peningkatan terhadap perilaku inovatif di tempat kerja.

This research was conducted to find the relationship between organizational climate and innovative work behavior among employee in company, to know how much each dimension of organizatioanl climate was given to innovative work behavior. Innovative work behavior was measured by using instrument named Janssen's Innovative Work Behavior and organizational cimate was measured by using a modification instrument named Organizational Climate Measure (OCM). The participants of this research were 205 employee of company, consist of various divisions within company.
The main result of this research showed that there was a positive significant correlation between innovative work behavior and organizational climate among employee (r = .685, n = 205, p < .01,onetailed). This result means that the higher innovative work behavior of one’s own, the higher organizational climate of him. Another result of this research was that the biggest contribution of organizational climate to innovative work behavior was open system, which meant, an increase of open system component from organizational climate would be followed by an increase of innovative work behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah Faturochmah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan kesiapan untuk berubah. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data. Responden dalam penelitian ini adalah 139 pegawai Bank Syariah X. Kesiapan untuk berubah diukur dengan menggunakan Readiness for Change Scale (Hanpachern, 1997) dan kepemimpinan transformasional diukur dengan menggunakan Transformational Leadership on Multifactor Leadership Questionnaire Form 5X (Avolio & Bass, 2002). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kepemimpinan transformasional dengan kesiapan untuk berubah (r = .387, p < .01). Artinya, semakin tinggi kepemimpinan transformasional, maka semakin tinggi pula kesiapan untuk berubah.

The aim of this research was to investigate the correlation between transformational leadership and readiness for change. This research was a non-experimental study using questionnaires as the instruments of data collection. The respondents of this research were 139 employees of X Sharia Bank. The readiness for change was measured using ‘the Readiness for Change Scale (Hanpachern, 1997) and the transformational leadership was measured using the Transformational Leadership on Multifactor Leadership Questionnaire Form 5X (Avolio & Bass, 2002). The result of this research indicated a significant correlation between transformational leadership and readiness for change (r = .387, p < .01). This meant that the higher the transformational leadership of an employee, the higher his or her readiness for change."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>