Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuni Iswardi
Abstrak :
ABSTRAK
Pendanaan dengan sekuritisasi aset future flow bagi pelaku bisnis. secara agregat mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak terjadinya krisis yang melanda negara negara berkembang di Amerika Latin, Asia Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara hingga saat sekarang. Keuntungan paling optimal bagi pelaku future flow securitization memang paling dirasakan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki peringkat hutang (rating) yang tinggi namun berada pada batasan sovereign rating yang buruk, yang biasa dialami oleh negara yang sedang mengalami krisis.

Dengan sekuritisasi future flow, Perusahaan yang memiliki peringkat investasi (di atas BBB) akan mendapatkan keuntungan dalam hal perolehan immediate cash dengan cara menjaminkan aset yang dimilikinya. Immediate cash tersebut tentu saja sangat berguna untuk dikelola sedemikian rupa dan dimanfaatkan sebagai revenue generator di masa yang akan datang. Tingginya aspek keamanan dan struktur Asset-Backed Securities. menguntungkan penerbit efek hutang tersebut dalam hal rendahnya beban hutang yang akan ditanggung relatif jika dibandingkan terhadap tingkat bunga yang berlaku di pasar.

Dengan alasan potensi keuntungan tersebut, maka perusahaan-perusahaan dengan peringkat hutang yang baik yang berada di negara berkembang yang memiliki sovereign rating kurang baik termasuk Indonesia, selayaknya mempertimbangkan alternatif pendanaan dengan masuk ke dalam struktur ABS sebagai originator yang menjaminkan asetnya.

Di Indonesia sendiri, sub-sektor industri perikanan termasuk salah satu industri yang memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan menjadi penjaring devisa bagi negara. Sebagian besar pelaku bisnis tidak dilengkapi dengan fasilitas processor yang dapat memproduksi produk-produk bernilai jual tinggi. Kinerja ekspor hanya didominasi oleh sebagian kecil pelaku dalam industri ini, termasuk PT DSFI, Tbk yang bergerak di bidang pengolahan. Laut Indonesia yang sangat luas dengan potensi kekayaan yang bahkan menyimpan hingga 10% persediaan ikan dunia, belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Utilisasi terhadap sumber daya laut kita masìh sekitar 50% saja. Untuk meningkatkan kinerja industri perikanan dibutuhkan investasi dana yang tidak sedikit.

Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mensimulasikan strategi pendanaan Asset-backed Securities kepada salah satu pemain pada industri perikanan nasional, yaitu PT DSFI, Tbk. DSFI disimulasikan sebagai originator yang menjaminkan asetnya dengan cara menjual future receivables kepada entitas khusus yang akan menerbitkan ABS kepada investor. Future receivables yang dimaksud adalah piutang dagang ekspor yang akan dihasilkan akibat adanya penjualan kepada pelanggan di masa yang akan datang.

Faktor penting yang menjadi ukuran kemampuan struktur ABS dalam melunasi kewajiban sehubungan dengan efek hutang yang dikeluarkannya adalah kualitas kredit (credit quality) dari ABS itu sendiri. Peniiaian tentang kualitas kredit dan ABS tidak hanya dilakukan dengan cara menguji kinerja aset jaminan selama beberapa tahun terakhir. Sebab, khusus untuk kelompok aset berupa future flow, dimana aset yang dijaminkan belum ada saat ABS diterbitkan, maka penilaian kualitas kredit ABS tidak dapat dipisahkan dari penilaian terhadap kinerja originator yang menjaminkan aset tadi. Perlu diuji terlebih dahulu apakah ada kemampuan yang cukup baik dari originator tadi untuk menghasilkan aset tersebut di masa yang akan datang. Kemudian harus dilihat juga apakah perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang cukup dalam melunasi seluruh kewajibannya sehubungan dengan hutang yang dimilikinya. Sebab hal tersebut sangat berpengaruh dalam hal probabilitas default stare dan perusahaan tersebut di masa yang akan datang.

Posisi bersaing originator dalain industri baik pada skala lokal maupun global, kemudian tíngkat permintaan dan penawaran pada pasar internasional yang berpengaruh terhadap commodity pricing akan menjadi faktor penting untuk dipertimbangkan dalam membuat proyeksi keuangan, sebab sangat erat berhubungan dengan ketahanan bersaing dan daya serap pasar intemasional terhadap produk yang dihasilkan oleh originator. Faktor penting lain adalah strategi ekspansi berupa investasi fisik yang berpengaruh terhadap kapasitas produksí perusahaan. Hal ini akan menjadi pegangan yang mendasari asumsi untuk membuat proyeksi di masa mendatang. Pembahasan mengenai faktor-faktor penting tersebut dirangkum dalam dua kelompok besar analisa, yakni corporate finance analysis dan structured finance analysis.

Dari hasil penilitian yang dilakukan, originator memiliki kemampuan yang cukup baik untuk menghasilkan aset jaminan dalam jumlah yang cukup signifikan di masa depan. Kemampuan untuk memenuhi kewajiban hutangnya juga cukup baik, seperti yang tercermin dalam rating jd BBB+ yang diterbitkan oleh Petindo. Dapat disimpulkan bahwa ada potensi yang cukup besar untuk meningkatkan kinerja ekspor perikanan baik oleh para pelaku industri maupun bagi industri perikanan nasional secara keseluruhan mengingat potensi sumber daya perikanan laut yang belum termanfaatkan masih sangat besar.
2001
T3085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Indratjahaja
Abstrak :
ABSTRAK
lJntuk meningkatkan kesejahteraan pegawai, sejak tanggal 1 April 1974 direksi BUMN ?X? menetapkan kebijakan menyisihkan dana dalam bentuk tabungan yang akan diberikan kepada pegawai saat putus hubungan kerja. Pengelola dana tabungan tersebut berbentuk yayasan. Yayasan pengelola dana tabungan mengalami perkembangan dari terakhir adalah yayasan tabungan pegawai BUMN ?X? yang berdiri pada 17 Pebruari 1993.

Krisis perekonomian regional asía tenggara sejak pertengahan bulan Juli 1997 berdampak pada perekonomian indonesia hingga saat ini. Kondisi krisis ini berakibat pada indikator makro ekonomi seperti inflasi, tingkat bunga dan nilai tukar rupiah. Hasil pengembangan dana yayasan sangat banyak tergantung pada indikator tersebut, untuk itu diperlukan keputusan investasi yang tepat. Tujuan studi kasus ini adalah melihat sampai sejauh mana keputusan investasi sudah dilakukan tepat sasaran dalam mengoptimalkan pengelolaan dana tabungan.

Selama tahun analisa yaitu 1995/96 hingga 1998/99 kebijakan alokasi aset investasi yayasan bertumpu pada deposito berjangka yaitu diatas 85% dari total nilai investasi. Bila melihat hasil pada tahun 1995/96 dan 1996/97, dimana krisìs ekonomi belum melanda Indonesia maka hasil dari deposito berjangka lebih rendah dari hasil saham atau hasil obligasi. Dengan tingkat suku bunga dan kurs US dollar yang tinggi sejak krisis, alokasi aset investasi dalam deposito berjangka adalah tepat.

Batasan-batasan yayasan adalah likuiditas rendah, horison investasi panjang, peraturan relatif rendah, dikenakan pajak dan mempunyai kebutuhan khusus akan besarnya hasil investasi sebagai bekal peserta di hari tua dan penyisihan dana untuk pengembangan. Selanjutnya tujuan yayasan adalah return requirement mendapatkan capital gain dengan hasil minimal setara bunga deposito bank pemerintah dengan toleransi resiko relatif lebih besar dari rata-rata investor institusi.

Sesuai batasan dan tujuan yayasan maka kebijakan investasi dalam alokasi aset sebaiknya dalam bentuk saham dan obligasi dengan proporsi lebih besar dari proporsi deposito berjangka. Diversifikasi investasi harus dilakukan pada saham penempatan langsung, tanah dan bangunan, dari usaha sektor rill. Diversilikasi juga perlu dilakukan pada pasar luar negeri.

Pada tahun 1998/99 hasil dari deposito berjangka merupakan 95,64% dan hasil usaha yayasan dengan alokasi sebesar 97,31% dari total nilai investasi. Tingkat hasil dari deposito berjangka sebesar 35,40% selama tahun 1998/99. Berdasarkan analisa portofolio tahun 1998/99, maka alokasi aset yang optimal adalah 100% penempatan dalam deposito berjangka.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmy Hoessein
Abstrak :
ABSTRAK
Pada dasarnya pcrusahaan efek rnerupakan organisasi bisnis. Organisasi merupakan sistem yang terbuka. OIeh karena itu dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan Iingkungan internalnya. Kerangka hukum merupakan faktor eksternal organisasi. Yang menjadi pertanyaan penelitian adalah (I) bagaimanakah kondisi kerangka hukum yang mengatur kegiatan perusahaan efek, (2) apakah yang merupakan peluang dan hambatan dalam kerangka hukum tersebut, dan (3) bagaimanakah strategi perusahaan di masa depan dalam lingkungan hukum yang ada saat ini. Penelitian dilakukan di PT. X.

Kerangka konsepsional penelitian ini didasarkan atas teori strategi dan manajemen strategi. Penelitian dilakukan dengan studi dokumen dan wawancara mendalam dengan pedoman wawancara terhadap sejumlah informan dalam kalangan PT. X.

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum kerangka hukum yang mengatur perusahaan efek dapat menjadi hambatan bagi perusahaan untuk menjalankan kegiatan perantara pedagang efek, terutama di dalam menjalankan pengawasan terhadap penerapan dan ketentuan, tetapi kerangka hukum tersebut juga memberikan peluang untuk menjalankan kegiatan penjamin emisi efek.

OIeh karena. itu disusun formulasi strategi sebagai berikut; (1) kegiatan bisnis lebih dikonsentrasikan kepada kegiatan penjamin emisi efek dan penasehat keuangan, sedangkan untuk kegiatan perantara pedagang efek difokuskan kepada nasabah institusi (2) restrukturisasi organisasi dengan mempertahankan divisi yang mewadahi kegiatan bisnis yang menjadi konsentrasi perusahaan (3) dilakukan pengembangan kapasitas bagi sumber daya manusia melalui program pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan (4) membangun pusat data dan informasi untuk mengakomodasi seluruh kegiatan usaha (5) mengatasi meningkatnya beban operasional agar tercapai efisiensi untuk memperkuat keuangan perusahaan
2002
T2488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fauzi
Abstrak :
ABSTRAK
Sejak krisis ekonomi talum 1997, banyak sekali investor jalan tol dan Pemerintah (Ditjen Bina Marga) menunda pembangan fisik proyek jalan yang telah direncanakan sebelumnya. Hal tersebut mengakibatkan permintaan aspal minyak sebagai bahan perkerasan jalan ikut terimbas pula. Akan tetapi prospek dan peluang kedepan untuk berbisnis aspal khususnya aspal berkualitas tinggi masih sangat besar. Hal ini dapat ditunjukan dengan data yang menyebutkan bahwa untuk mengantisipasi perkembangan lalu lintas kendaraan yang pesat lebih dan 800 km jalan tol akan dibangun di masa yang akan datang. Selain ¡tu menurut data dan Ditjen Prasarana Wilayah-Dep. Permukiman dan Prasarana Wiiayah, Jalan Nasional yang akan dibangun pada tahun 2001 adalah 946,3 km dan pada tahun 2002 adalah 1137,2 km.

Sebagai imbas dari menurunnya permintaan aspal, pada tahun 1998 produksi dalam negeri aspal minyak Pertamina menurun sekitar 17 persen lebih. Sedangkan impor aspal turun sangat drastis, yakni sekitar 80 persen dari tahun sebelumnya. Dengan kata lain, suplai aspal pada tahun itu secara total mengalami penurunan sebesar 42,3 persen. Akan tetapi dengan mulai membaiknya kondisi ekonomi, diharapkan permintaan aspal akan mengalami peningkatan.

Secara umum, jenis aspal yang dipasarkan di Indonesia ada dua macam yaitu aspal dengan grade 60/70 dan 80/100. Aspal tersebut biasanya dalam bentuk drum atau curah. Karena merupakan komoditas intemasional, maka harganya sangat berfluktuatif dan tergantung dari harga dasar di pasar internasional.

Sampal saat ini, kebutuhan aspal minyak di Indonesia berasal dari produksi lokal (Pertamina) dan impor yang berasal dari Singapore (Esso, BP. SPC, Caltex & Shell). Thailand (Thailoops & ThypCo), Malaysia dan negara laìnya. Aspal impor yang didatangkan dari Singapore tersebut terutama ditujukan untuk memenuhì permintaan aspal kualitas tinggi yang selama ini tidak dapat dipenuhi oleh produk lokal. Sedangkan sistem distribusinyapun secara garis besar juga dibedakan menjadi dua, tergantung dari asal aspal tersebut lokal atau impor.

Secara garis besar, konsumen domestik pengguna aspal minyak dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsumen yang membutuh aspal berkualitas tinggi (Jalan tol, jalan kelas I runway bandara udara dan proyek prestisius lainya) dengan struktur pasar oligopoly dan konsumen yang tidak membutuh aspal berkualitas tinggi (dibawah jalan kelas 1) dengan penjual yang banyak. Sedangkan instansi yang menggunakan aspal kebanyakan berasal dan pemegang otoritas jalan raya (Bina Murga, Jasa Manga, dan swasta) dan bandar udara (Angkasa Pura I & II), serta beberapa pengguna Iainya.

Secara umum aspal dapat dikatakan sebagai industrial product yang tidak dikonsumsi secara langsung oleh penggunanya. Seperti halnya konsumen pada produk komoditas, pembeli aspal pada umumnya sangat mempertimbangkan masalah harga, selama spesifikasi teknisnya sudah memenuhi syarat. Sehingga salah satu syarat utama untuk dapat bersaing pada industni aspal adalah dengan menerapkan strategi cost leadership.

Metode penelitian yang digunakan untuk melakukan studi pada karya akhir ini adalah studi kasus dengan memilih Esso sebagai obyek studi kasus tersebut. Dengan menggunakan data primer dan data sekunder sebagai sumber pembahasan studi kasus ini.

Pada tahun 1996 dan 1997, Esso merupakan pemimpin pasar sekaligus sebagaì kontributor terbesar pada proyek jalan tol dan bandar udara di Indonesia. Akan tetapi pada tahun 2000, pemimpin pasarnya berasal dari Thailand yaitu Thailoops & Thypco. Hal ini sebagai akibat sedikitnya proyek jalan tol dan bandar udara yang merupakan Pengguna utama pada segmen pasar yang memerlukan aspal kualitas tinggi. Selain ¡tu, sebagian pemiIik proyek cenderung menurunkan spesifikasi teknis yang disyaratkan karena alasan biaya. Pada akhirnya, beberapa pemilik proyek tersebut mulai berpaling ke produk lain yang lebih murah, meskipun kualitasnya jauh dibawah produk Esso seperti produk dan Thailoops & Thypco. Segmen pasar yang mengunakan produk Thailoops & Thypco bukanlah segmen yang memerlukan kualitas aspal yang tinggi seperti segmen pasar Esso. Sehingga dapat disimpulkan jika penyebab utama dan penurunan penjualan Esso sejak krisis adalah berkurangnya permintaan aspal yang berkualitas tinggi.

Sebagai salah satu pelaku bisnis aspal di Indonesia, Esso dapat memperbesar pangsa pasarnya lagi yang sempat mengalami penurunan cukup berarti sejak tahun 1998 dengan menerapkan strategi pemasaran (target pasar, positioning, marketing relationship strategies dan marketing mix) yang tepat. Dengan selalu mempertimbangkan faktor eksternal (identifikasi peluang dan ancaman) dan faktor internal (identifikasi kekuatan dan kelemahan).

Setelah dilakukan analisa SWOT terhadap Esso, diperoleh hasil jika posisi Esso pada saat ini dan yang akan datang berada pada kuadran dimana peluang dan kekuatannya dominan. Dari posisi tersebut, Esso dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat dengan memanfaatkan segala peluang dan menggunakan kekuatan yang dimilikinya dalarn usaha memperkuat posisinya di pasar.
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyan Danisworo
Abstrak :
ABSTRAIT
La satisfaction de client est quelque chose que les clients s?attendent en achetant le produit ou des services de leur fournissew. Encore parfois les clients n?obtiennent jamais ce qu?ils &attendent. Quand cela anive les clients iront et essayeront de trouver un autre fournisseur. Du point de vue des fournisseurs, c?est un moment très malheureux aux clients lâches parce quils ne peuvent pas accomplir les besoins des clients. Donc il est exigé pour avoir un mécanisme dans lequel l?interaction entre un fournisseur et les clients est gérée pour que tout ¡e dynamisme dans les besoins des clients puisse être capturé. Encore mieux, le fournisseur peut dresser la carte des clients basés sur leurs besoins et préférence et leur offrir l?offre qu?ils ne peuvent pas refuser ? parce qu?ils en ont besoin.

Limas Stokhomindo sont la société anonyme qui livre des informations sur des activités de marché financier qui ont lieu à la Bourse de Jakarta. Il y a les certaines normes qui définissent le ?assez bon? - le cap du service perçu par les clients. Dans l?industrie avec la compétition très serrée, c?est impératif qu?une société développe un mécanisme pour maintenir l?interaction avec les clients et au sens où les clients veulent aller et ce que la société peut faire pour aider les clients en lvrant la satisfaction de client totale.

Étant donné la structure des utilisations de gestion de relation client pour augmenter Ja satisfaction de client, le rapport discutera les initiatives la société prend et les résultats des initiatives. Le rapport discutera l?approche prise par la société quant aux produits et entretiendra la livraison et analysera son impact dans le niveau de satisfaction de client
2002
T1584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrina Dewani
Abstrak :
Penulisan karya akhir ini dilatarbelakangi penghapusan tata niaga tepung terigu yang menjadi akhir monopoli Bulog dalam industri ini. Implikasi Iebih lanjut dan keputusan pemerintah tersebut adalah pembebasan impor terigu dan gandum bagi Importir Umum, penghapusan subsidi pembelian gandum serta meningkatnya persaingan di dalam industri. Perubahan dalam lingkungan industri tersebut tentunya berpengarub terhadap strategi pemasaran yang diterapkan oleh para pelaku usaha. Dan studi kasus yang dipilih dalam pembahasan karya akhir ini difokuskan pada strategi pemasaran yang diterapkan oleh PT. ISM Bogasari Flour Mills. Melalui analisa lingkungan internal dan eksternal, serta lingkungan industri untuk mengidentifikasi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan disusun Matriks TOWS untuk memunculkan strategi yang sesuai. Identifikasi terhadap ancaman, peluang, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Bogasari memberikan hasil bahwa ancaman yang dihadapi mencakup foreign currency impact & raw material supply; peluang yang dimiliki Bogasari bersumber dari captive market, degress of concentration, degrees of integration, types of competitors, barrier to entry/exit, ecological impact, consumer protection; kelemahan utama terletak pada price competitiveness-, kekuatan bersumber dari size of plants, number of equzment owned, number of specialists, procurement, capacity utilization, market share, company image, planning & control systems. Ancaman, peluang, kekuatan dan kelemahan yang telah diidentilikasi dimasukkan ke dalam Matriks TOWS. Kombinasi strategi yang dihasilkan berupa strategi TOWS yaitu Strategi SO (optimalisasi kapasitas, memperbesar market share, dan meningkatkan sales melalui ekspor); Strategi WO (memanfatkan economies of scale, meningkatkan etisiensi., dan memberi miai tambah pada produk); Strategi ST (mencari alternatif bahan baku selain gandum, memanfaatkan kapasitas untuk produk tepung-tepungan lainnya); Strategi WT (mendorong pengembangan teknologi budidaya gandum di dalam negeri). Selain itu, berdasarkan hasil analisa dan evaluasi yang dilakukan melalui in-depth interview dengan perwakilan manajemen Bogasari, maka ditentukan posisi Bogasari dalam matriks Industiy Attractiveness - Business Strengths. Posisi tersebut akan berimplikasi terbadap strategi yang sebaiknya diterapkan oleh Bogasari. Selain itu, berdasarkan hasil analisa juga ditentukan target market, positioning serta implementasi strategi yang diperoleh dati Matrik TOWS & Matriks Industry Attractiveness-Business Strengths yang dijabarkan melalui strategi bauran pemasaran / marketing mix (product, price, place & promotion). Penjelasan strategi bauran pemasaran dikaitkan dan dibandingkan dengan strategi yang telah diterapkan oleh Bogasari sebelum dan setelah dihapuskannya tata niaga tepung tetigu. Data yang digunakan untuk melakukan analisa diperoleh dari berbagal sumber literatur dan juga wawancara dengan pihak PT. Bogasari Flour Mills. Hasil analisa menunjukkan bahwa posisi Bogasari di dalam matriks Industry Attractiveness Business Strengths adalah pada kuadran "Selective Growth" (high business strengths dan medium industry attractiveness) Implikasi strategi yang ditimbulkan adalah: investasi pada segmen yang atraktif untuk dikembangkan; membangun kemampuan untuk menghadapi persaingan dan mengutamakan pencapaian profitabihtas. Target market yang disarankan adalab segmen mie (noodle) yang pada tahun 2000 menyerap konsumsi tepung terigu nasional hingga rnencapai 50% dari total konsumsi. Selain itu, pergeseran pola makan masyarakat juga berdampak pada meningkatnya konsurnsi mie instant yang rata-rata mencapai 12% per tahun. Bogasari telah memiliki keuntungan tersendiri dengan memilih segmen ini karena integrasi dengan produsen mie instant terbesar di Indonesia yaitu PT. Indofood Sukses Makmur telah menjamin penyerapan sebesar 17% total produksi Bogasari. Positioning pemisahaan sebagai pelaku bisnis yang memperhatikan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui slogan ?Turut Membangun Gizi Bangsa? dinilai telah cukup baik. Demikian pula positioning produk terigunya secara umum sebagai ?Terigu Istimewa Hasil Sempurna?. Namun, satu hal yang perlu diperhatikan Bogasari dalam penerapan positioning produk-produknya adalah pembedaan jenis terigu berdasarkan fungsinya. Banyak sekali produk Bogasari yang memuiki positioning yang tumpang tindih (Lencana Merah, Segitiga Merah dan Kunci Biru), terutama pada produk-produk baru yang diluncurkan setelah penghapusan tata niaga. Menimbang kondisi tersebut maka disarankan agar Bogasari menerapkan marketing relationship strategy, untuk mendekatkan hubungan dengan konsumen melalui pelayanan yang diberikan serta mengkomunikasikan fungsì/kegunaan produk yang dihasilkan. Saran lain adalah penetapan orientasi yang jelas untuk pengembangan produk baru melalui new product strategy dimana pengembangan produk baru diarahkan pada segmen yang telah dipilih. Stratregi bauran pemasaran yang telah diterapkan Bogasari digambarkan dalam dua masa yaitu sebelum dan setelah deregulasi (penghapusan tata niaga terigu). Perubahan drastis yang dilakukan Bogasan memberikan hasil yang cukup baik dengan mulai meningkatnya penjualan produk pada tahun 2000 (2.010 juta ton) setelah mengalami titik terendah pada tahun 1999 (1.700 juta ton). Namun belum cukup baik jika dibandingkan dengan performa sebelum deregulasi. Strategi produk diterapkan melalui implementasi product design strategy, new product design dan value marketing strategy; mengutamakan pengembangan produk untuk industri mie dan perbaikan positioning produk. Strategi harga melaiui penerapan pricing strategies for established produclls serta price flexibility strategy. Penerapan strategi distribusi yang telah cukup baik perlu diperkuat dengan pertimbangan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh seperti adaptabiitas, perubahan teknologì dan nilai-nilai sosial budaya. Sedangkan strategi promosi diterapkan melalui gabungan promotion mix dan pemilihan media (media selection strategy.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buyung Deniansyah
Abstrak :
Kendati kondisi pasar modal Indonesia belum sepenuhnya pulih, industri reksa dana terus menunjukkan perkembangan, baik dari sisi jumlah reksa dana, nilai aktiva bersih, unit penyertaan yang terjual. Namun dari 88 reksa dana yang tercatat di Bapepam hingga akhir Agustus 2000, hanya terdapat 2 Reksa Dana Syariah, yaitu Danareksa Syariah dan PNM Syaniah. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam, maka 2 reksa dana tersebut masih dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan investasi umat muslimin. Masih terbuka lebamya peluang dalam menjual Reksa Dana Syariah saat ini, membuat para Manajer Investasi berlomba-lomba untuk menawarkan reksa dana islam tersebut. Pengevaluasian karakteristik instrumen investasi syaniah merupakan tahapan penting yang harus diperhatikan para Manajer Investasi. Dengan mengetahui berbagai karakteristìk investasi syariah para Manajer Investasi dapat menginvestasikan dananya ke berbagai instrumen investasi syariah yang menurutnya menguntungkan. Dalam mencari portfolio investasi syariah yang optimal, dilakukan analisis rasio keuangan dari 30 saham anggota Jakarta Islamic Index (JIl), yang kemudian dilakukan model penilaian saham dengan menggunakan dividen discounted model. Dari hasil penilaian saham ini diperoleh dua kelompok besar saham, yaitu kelompok overvalue dan kelompok undervalue. Kelompok undervalue adalah kelompok saham dimana harga teoritisnya lebih besar dibandingkan dengan harga penutupannya. Sedangkan kelompok overvalue merupakan kelompok saham yang harga teoritisnya lebih kecil dibandingkan harga penutupannya. Saham-saham yang termasuk kelompok undervalue adalah Astra Graphia, Astra Otoparts, Astra International, Berlian Laju Tanker, Charoen Pokpand, Dankos Lab., Fajar Wisesa, Indofood SM, Kalbe Fauna, Komatsu, Medco Energi, Metrodata, Tambang Timah, Tempo Scan, United Tractor. Langkah selanjutnya melakukan analisis diskriminan berdasarkan dita kelompok tersebut terhadap 24 raslo keuangan perusahaan. Dari 24 variabel tersebut, temyata hanya 4 variabel saja yang dapat digunakan sebagai variabel pembeda, yaitu Return on Total Asset, Sales to Inventory, Sales to Account Variable, dan Return to Total Asset. Setelah dipero!eh dua kelompok dengan empat variabel pembeda, maka diperoleh klasifikasi Fisher. Fungsi diskriminan Fisher ini masing-masing kelompok tersebut adalah: Kelompok Overvalued: z = -4,781 + 19,210 (Dividend Payout Ratio) + 0,506 (Sales to Inventory) + 0.002139 (Sales to Account Receivable)? 22,498 (Return to Total Asset). Kelompok Undervalue: Z = -3,877 ?4,618 (Dividend Payout Ratio) + 0,236 (Sales to Inventory) ? 0,00212 (Sales to Account Receivable) +43,421 (Return on Total Asset). Kedua fungsi diskriminan Fisher ini dapat digunakan untuk mengalokasikan obyek baru berdasarkan nilai diskriminan terbesar. Dalam menentukan proporsi dari 15 saham syariah pilihan tersebut dalam membentuk suatu portfolio saham syariah yang optimal, digunakan optimasi portfolio Markowitz. Dengan mengambil weekly return tahun 1997 hingga 2000, serta menggunakan Lagrangian Multipliers (pengganda Lagrangian) diperoleh rangkaian portfolio dengan varians yang minimum. Rangkaian portfolio yang efisien tersebut menghasilkan minimum variance portfolio sebesar 5,2307%, pada tingkat pengembalian portfolio sebesar 0.3%. Adapun alokasinya adalah Bailan Laju Tanker 54,534%, Tarnbang Timah 19,418%, Metrodata 9,763%, Tempo Scan Pasific 5,743%, Medco Energi 4,103%, Astra Graphia 4,009%, dan Fajar Surya Wisesa 2,429%. Dengan mengambil tingkat SWBI (Sertifikat Wadiab Batik Indonesia) sebesar 11% per tahun atau 0.21154% per minggunya, diperoleh portfolio saham syariah yang optimal, yaitu pada tingkat risiko portfolio 9.2264% dan tingkat pengembalian sebesar 1.60%. Sedanglcan alokasinya Astra Otoparts 44,017%, Fajar Surya Wisesa 23,739%, Medco Energi 20,033%, Metrodata 7,374%, Astra Graphia 2,873%, dan Indofood SM 1,9611%. Langkah terakhir adalah pembentukan portfolio investasi syariah yang optimal. Dengan menggunakan koefisien risk aversion, A?4, diperoleb portfolio investasi syariah yang optimal sebagai berikut: Instrumen investasi berisiko 40.774%, dengan perincian Astra Graphia 1.171%, Astra Autopart 17.947%, Fajar Surya Wisesa 9.679%, Indofood SM 0.7996%, Medco Energi 8.168%, Metrodata Electronic 3.007% Instrumen investasi bebas risiko 5 9.226%.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T1344
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi
Abstrak :
ABSTRAK
Fenomena perubahan volatilitas seiring perubahan tìngkat nilai aktiva berisiko telah menjadi perhatian para ahli finansial. Fischer Black yang mengamati fenomena tersebut memaparkan bahwa perubahan volatilitas aktiva berisiko yang memiliki arah yang berlawanan dengan pergerakan nilal aktìva berisiko tersebut. Pengamatan Efek Fischer Black akan tampak lebih jelas pada perubahan implied volatility pada sekuritas opsi sebagai akibat dari perubahan nilai underlying assetnya- Implied volatility ialah volatilitas yang diperlukan sebagai masukan bagi formula option valuation Black Scholes agar nilai pasar dan opsi tersebut sama dengan nilai teoritis berdasarkan formula Black Scholes. Penulis menetapkan hipotesis awal bahwa efek Fischer Black tidak terlihat pada pengamatan perubahan langsung atas pergerakan aktiva berisìko, karena perubahan implied volatility pada suatu model contingent claim berdasarkan formula Black Scholes didasarkan atas asumsi investor yang bersifat risk neutral, yang tidak ditemui dalam kondisi pada keadaan nyata. Metodologi penelitian yang digunakan dalam karya akhìr ini mencakup dua hal pokok, yakni estimasi conditional volatility dan return mingguan IHSG dengan menggunakan pendekatan ARCH (Autoregresive Conditional Heterocedasticity), serta regresi linear antara logaritma natural conditional standard deviasi yang diperoleh dengan logaritma natural niai IHSG dalam pendekatan model Constant Elasticity of Variance Cox & Ross guna memperoleh nilai constant elasticity of variance serta tingkat signifikansi IHSG sebagai faktor heterocedasticity. Karya akhir ini berupaya untuk mengobservasi ada tidaknya Fischer Black Effect melalui pengamatan langsung atas perubahan volatilitas dan pergerakan time series aktiva benisiko, dalam arti tidak dilakukan melalui pengamatan perubahan implied volatility dan suatu model contingent claim. Penyusun menetapkan hipotesis awal bahwa efek Fischer Black tidak terlihat pada pengamatan perubahan langsung atas pergerakan aktiva benisiko, karena perubahan implied volatility pada suatu model contingent claim berdasarkan formula Black Scholes didasarkan atas asumsi investor yang bersifat risk neutral, yang tidak ditemui dalam kondisi pada keadaan nyata. Pengujian ada tidaknya efek Fischer Black pada pergerakan IHSG mingguan periode Januari 1994 hingga September 1997 berdasarkan model constan elasticity of variance Cox-Ross menunjukkan bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik antara tingkat aktiva berisiko dan volatilitas dati return aktiva berisiko tersebut. Dalam hal ini Efek Fischer Black juga teramati pada pengamatan langsung aktiva berisiko, akan tetapi pengujian tingkat UISG sebagai faktor heterocedastic tidak memberikan hash yang signifikan.
2001
T1322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Febri Cahyo
Abstrak :
ABSTRAK Pertumbuhan e-commerce diprediksi akan berkembang terus seiring dengan makin memasyarakatnya jaringan global Internet. Bahkan beberapa pakar teknologi informasi memprediksi bahwa Internet akan menjadi bagian kehidupan sehari-hari masyarakat modem pada masa mendatang. ini artinya mereka akan demikian kental berurusan dengan Internet dalam segala hal termasuk membeli atau menjual barang dan jasa. Begitu pula perusahaan-perusahaan akan mengupayakan pelebaran pangsa pasarnya melalui jaringan Internet sebagai strategi baru yang sangat global. Dengan kata lain, e-commerce akan menjelma menjadi infrastruktur bisnis alternatif yang mumpuni pada era informasi kini dan mendatang.

Menyadari akan hal tersebut diatas, Group Lippo sebelumnya berkonsentrasi di finansial kemudian beralih menjadi perusahaan berbasis Internet sebagai pilar kekuatan bisnisnya yang baru. Dengan bisnis finansial yang kuat, teknologi informasi yang canggih, dan jaringan department store yang luas, Lippo tentunya telah menguasai customer base untuk menjadikan LippoShop terjun ke e-commerce. Keputusan bisnis yang diambil oleh Group Lippo menjadikan LippoShop sebagai portal belanja vertikal terkemuka dan perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia, bisa dijadikan tolak ukur keberhasilan Lippo memadukan bisnis offline dengan onlinenya.

Terdapat dari implementasi e-commerce ketika LippoShop mengadopsi teknologi atau aplikasi untuk memulai bisnis e-commerce. Tiga faktor yang secara umum berpengaruh terhadap implementasi tersebut, yaitu: Iingkungan bisnis, karakteristik teknologi, dan tekanan kompetisi. Disini, LippoShop memerlukan tiga kompetensi, yaitu; pertama, kompetensi teknikal yang membutuhkan knowledge. Kedua, kompetensi konseptual untuk menentukan asumsi dan peramalan masa depan dan melakukan pergeseran perspektif serta kemampuan mengelola resiko dengan baik. Terakhir, LippoShop memerlukan kompetensi interdependen yang memampukan perusahaan untuk berinteraksi dan bekerjasama secara efektif untuk menghasilkan sinergi.

Dar sisi teknologi informasi, potensi strategis TI yang dimiliki LippoShop dapat dimanfaatkan untuk memenangkan persaingan di industri e-commerce yang ketat ini. Pemanfaatan potensi strategis tersebut membantu manajemen dalam memfokuskan fungsi, peranan, dan posisi teknologi informasi sebagai alat utama dalam persaingan dan keunggulan kompetitif.

Di masa datang, pemain dalam industri e-commerce yang memiliki strategi fokus terbaikiah yang akan memenangkan persaingan. Untuk itu, LippoShop membutuhkan suatu studi manajemen teknologi informasi yang memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya (SCA). Hal ini juga akan memberikan keluasaan bagi Lipposhop untuk melakukan adaptasi terhadap kebutuhan pasar.
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chanty Chaerany
Abstrak :
ABSTRAK Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan bank untuk tetap dapat memiliki keunggulan bersaing, di mana hal ini membutuhkan komitmen yang tinggi dari karyawan bank yang bersangkutan. Komitmen yang tinggi dari karyawan akan tercapai jika karyawan telah merasakan kepuasan kerja. Dalam menilai kepuasan kerja karyawan ini penulis menggunakan lima aspek pengukur kepuasan kerja, yaitu tiga aspek kerja yang tergolong dalam maintenance factors, yang terdiri dari aspek supervisi, aspek rekan kerja dan aspek imbalan serta dua aspek kerja yang tergolong dalam motivational/hygiene factors, yang terdiri dari aspek ?pekerjaan itu sendiri? dan aspek promosi. Sìkap (attitude) karyawan terhadap kelima aspek pengukur kepuasan kerja ini bisa jadi ikut dipengaruhi oleh status perkawinan mereka. Mereka yang berstatus ?menikah? umumnya memiliki tanggung jawab kepada keluarga yang lebih besar ketimbang karyawan yang berstatus ?belum menikah?. Hal ini akan berdampak pada tindakan (action) yang akan dilakukan oleh karyawan atas kepuasan kerja yang mereka rasakan. Dari penelitian yang dilakukan terhadap 100 responden, di mana 59 orang di antaranya berstatus ?belum menikah? dan 41 orang di antaranya berstatus ?menikah? diperoleh temuan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap yang signifikan antara karyawan yang berstatus ?menikah? dengan karyawan yang berstatus ?belum menikah? Satu-satunya perbedaan yang cukup signifikan antara karyawan yang berstatus ?menikah? dan ?belum menikah? terlihat dari sikap mereka terhadap adanya peluang untuk menggunakan dan mengembangkan keahlian dan pengetthuan yang dimiliki. Dalam hal ini, karyawan yang berstatus ?menikah? merasa puas terhadap hal ini, sementara karyawan yang berstatus ?belum menikah? cenderung merasa agak puas terhadap hal ini. Meskipun hampir tidak terdapat perbedaan sikap yang nyata antara kedua kelompok karyawan, namun dari penelitian ¡ni dapat dilihat bahwa karyawan yang berstatus ?menikah? cenderung memiliki sikap yang lebih positif ketimbang karyawan yang berstatus ?belum menikah?. Pada kelompok karyawan yang berstatus ?menikah? terlihat bahwa pada umumnya karyawan pria yang berstatus ?menikah? memiliki sikap yang lebih positif terhadap aspek supervisi, rekan kerja dan aspek ?pekerjaan itu sendiri?, namun memiliki sikap yang lebih rendah pada aspek imbalan dan promosi ketimbang karyawan wanita yang berstatus ?menikah?. Sementara, pada kelompok karyawan yang berstatus ?belurn menikah? terlihat bahwa karyawan wanita cenderung memiliki sikap yang lebih positif untuk semua aspek pengukur kepuasan kerja ketimbang karvawan pria. Meskipun umumnya karyawan merasa puas dengan tiga aspek dari lima aspek pengukur kepuasan kerja, yaitu aspek supervisi, rekan kerja dan aspek ?pekerjaan itu sendiri?. namun kondisi ini tidak dapat dikatakan bahwa karyawan telah merasakan kepuasan kerja. Hal ini disebabkan karyawan masih memiliki sikap yang tidak terlalu positif terhadap aspek imbalan, pada hal aspek ini termasuk maintenance factors, di mana ketidakberadaan faktor ini dapat menyebabkan ketidak puasan kerja (job dissatifaction). Dalam hal ini karyawan umumnya juga memiliki sikap yang tidak terlalu positif dengan aspek prornosi. Rendahnya sikap karyawan terhadap aspek imbalan dan aspek promosi Iebjh banyak disebabkan oleh karena karyawan merasakan adanya unsur ketidakadilan dalam pemberian kompensasi dan keputusan promosi. Di samping ¡tu, karyawan juga merasa bahwa tunjangan yang mereka terima belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan mereka. Selain rendahnya sikap karyawan terhadap aspek imbalan dan promosi, dan hasil penelitian ini juga ditemukan bahwa mereka kurang merasakan adanya dukungan dari atasan kepada mereka untuk belajar serta adanya perasaan yang tidak terlalu positif dengan perbedaan yang dimiÍiki oleh rekan keja.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T1258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>