Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yosef Prihanto
"ABSTRAK
Air adalah kebutuhan dasar kehidupan. Pertumbuhan jumlah penduduk dan dampak perubahan iklim menyebabkan banyak kota menghadapi masalah ketersediaan air. Semarang adalah kota level kedua di Indonesia yang menghadapi masalah ketahanan air. Terancamnya ketahanan air Kota Semarang disebabkan oleh kondisi geologi, litologi batuan, dan geomorfologi wilayah. Sebagai kota pesisir, Semarang menghadapi dampak perubahan iklim. Berdasar kondisi tersebut maka upaya pemanfaatan metode pemanenan air hujan seharusnya dapat digunakan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan air, sehingga dapat meningkatkan ketahanan air Kota Semarang. Namun, penerapan sistem pemanenan air hujan di Kota Semarang kurang berhasil, sehingga perlu dikaji penyebabnya. Penelitian ini memiliki tiga tujuan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik non-parametrik memanfaatkan data kuesioner. Penelitian ini menghasilkan tiga hal. Yang pertama tingkat penerimaan masyarakat Kota Semarang terhadap penerapan pemanenan air hujan secara umum berada pada level rendah hingga sedang, dengan wilayah penerimaan paling tinggi berada di wilayah Semarang Tengah. Hasil kedua menunjukkan bahwa semakin kearah selatan, curah hujan semakin tinggi dan jika dikaitkan dengan potensi pemanenan air hujan maka wilayah Semarang Tengah memiliki potensi pemanenan air hujan paling baik. Hasil ketiga adalah, model sosio-spasial berdasar tujuh parameter, mampu menggambarkan distribusi tingkat kemauan masyarakat untuk menerapkan pemanenan air hujan dengan akurasi model mencapai 89,69 .

ABSTRACT
Water is a basic necessity of life. Population growth and climate change effects have caused many cities to face water supply problem. Semarang categorized as a second level city in Indonesia. Water security threat in Semarang City is due to its geological condition, lithology, and geomorphology of the region. As a coastal city, Semarang also faces climate change impacts. Rainwater harvesting methods should be utilized as an alternative to support water needs fulfillment hence improving water security condition. Currently, implementation of rainwater harvesting system in Semarang City has not yet successful and lead to questions on this research. The method used in this research is non parametric statistical method using questionnaire. This research has three results first, the level of Semarang City public acceptance of rainwater harvesting application in general is at low to moderate levels, with the highest reception area in Central Semarang second, towards the southern area of the city, rainfall is higher and if it is associated with the potential of rainwater harvesting, Central Semarang region has the best rainwater harvesting potential and third, the socio spatial model based on seven parameters that able to describe the distribution of community willingness to apply rainwater harvesting has yield to 89.69 model accuracy. "
2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan Listya Cahya
"ABSTRAK
Pertanian perkotaan Tanaman Obat Keluarga TOGA belum dikembangkan secara optimal oleh warga Jakarta, meskipun dapat memberikan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan. Pengembangan pertanian perkotaan TOGA dapat meningkatkan produktivitas lingkungan perkotaan dan menuju kota yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pertanian perkotaan TOGA di Jakarta, menganalisis pengaruh pertanian perkotaan TOGA untuk meningkatkan ekonomi keluarga di Jakarta, menganalisis status keberlanjutan pertanian perkotaan TOGA di Jakarta, dan menyusun model dinamis pertanian perkotaan TOGA berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis deskriptif kuantitatif, Multi Dimensional Scaling MDS , dan system dynamics. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan karakteristik pertanian perkotaan TOGA di kelima wilayah kota administrasi di Jakarta. Kegiatan pertanian perkotaan TOGA di Jakarta dilakukan dengan memanfaatkan lahan pekarangan sempit, dilakukan oleh sebagian besar perempuan, menanam TOGA kurang dari 10 sepuluh jenis tanaman per rumah, menggunakan pupuk organik, tanpa pestisida, serta hasil TOGA dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri; 2 . Kegiatan pertanian perkotaan TOGA tidak mempunyai hubungan yang signifikan untuk meningkatkan ekonomi keluarga di Jakarta, namun pemanfaatan hasil TOGA dapat memberikan dampak tidak langsung berupa penghematan biaya kesehatan keluarga, serta dampak langsung terhadap kualitas kesehatan keluarga dan lingkungan; 3 . Status keberlanjutan pertanian perkotaan TOGA di Jakarta cukup berkelanjutan; 4 . Model dinamis pertanian perkotaan berkelanjutan yang dibangun menunjukkan bahwa kegiatan pertanian perkotaan TOGA di Jakarta akan berkelanjutan bila dilakukan intervensi teknologi pemanfaatan ruang dan teknologi pengolahan sampah dan limbah cair rumah tangga.

ABSTRACT
Urban agriculture of medicinal plants for family health care TOGA has not been developed optimally by Jakarta residents, although it can provide economic, social, and environmental benefits. The development of TOGA urban agriculture can increase the productivity of urban environments and towards sustainable cities. This study aims to identify the characteristics of TOGA urban agriculture in Jakarta, analyze the effects of TOGA urban agriculture in improving the family economy in Jakarta, analyze the sustainability status of TOGA urban agriculture in Jakarta, and develop dynamic model of sustainable TOGA urban agriculture. This research uses quantitative approach with analytical method: quantitative descriptive analysis, multi dimensional scaling MDS , and system dynamic. The results of this study are: 1 There is no significant difference in the characteristics of TOGA urban agriculture in the five administrative municipalities in Jakarta. TOGA urban agriculture activity in Jakarta utilize narror garden/yard area, done by most women, planting TOGA less than 10 ten types per household, using organic fertilizer, without pesticide, and used for self-interest; 2 . TOGA urban agriculture does not have a significant relationship in improving the family economy in Jakarta, but the utilization of TOGA results can have an indirect impact of family health cost savings, as well as the direct impact on family health and environmental quality; 3 . The status of sustainability of TOGA urban agriculture in Jakarta is enough sustainable; 4 . The dynamic model of TOGA urban agriculture will be sustainable if interventions that increase TOGA productivity such as space utilization technology and household waste processing technology were applied."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2018
D2464
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Syamsurizal
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
D2735
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hayati Sari
"Fokus dari disertasi ini adalah memodelkan interaksi antara guna lahan, transportasi, dan lingkungan dalam meningkatkan dan mengatur kualitas perkotaan. Salah satu konsep untuk menggabungkan ketiga aspek tersebut adalah Pembangunan Berorientasi Transit, yaitu konsep pengaturan pertumbuhan ruang pada koridor transit dengan ciri-ciri guna lahan campuran, kompak, kemudahan untuk berjalan kaki, dan pembangunan yang difokuskan di sekitar kawasan transit.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun konsep pengaturan pembangunan perkotaan yang fokus pada konsep TOD ramah lingkungan. Penelitian ini mengusulkan tapak ekologis, emisi karbon, dan daya dukung ruang terbuka hijau sebagai indikator pembangunan perkotaan berkelanjutan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis guna lahan perkotaan dengan SIG, analisis transportasi, dan memprediksi skenario-skenario kebijakan pembangunan dengan menggunakan system dynamics.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa pemuatan konsep pembangunan berorientasi transit menjadi penting, tidak hanya untuk merestrukturisasi pertumbuhan guna lahan perkotaan secara efektif, atau meningkatkan penggunaan moda transportasi publik, namun juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan.

The focus of this study is the modelling of interaction between land use, transportation, and environment in improving and managing urban quality. One of the concepts to integrate those three aspects is Transit Oriented Development (TOD). It is a concept of managing urban growth in transit corridor with the characteristics of mixed land use, compact, walking-distance, and development focused around public transit area. The purpose of this study is to build a concept for managing urban development with the focus of green TOD concept.
This study proposes ecological footprint, carbon emission, and green open space carrying capacity as sustainable urban development indicators. The methods applied for this research consist of urban land use analysis using GIS, transport analysis, and forecasting the development scenarios using system dynamics.
The simulation result reveals that the introduction of transit oriented development concept is of importance not only for restructuring urban land use growth effectively or regaining the modal share of public transport but also improving the urban environment quality.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Notohamijoyo
"ABSTRAK
Ekolabel perikanan tumbuh dan berkembang sebagai instrumen pasar bagi makanan laut yang berkelanjutan dengan sertifikat yang paling populer adalah Marine Stewardship Council MSC . Perkembangan sertifikasi MSC yang agresif menyisakan sejumlah persoalan khususnya bagi negara berkembang seperti Indonesia antara lain tingginya biaya sertifikasi dan persyaratan yang sangat berat. MSC dianggap tidak mempertimbangkan dukungan dan opini dari pemangku kepentingan di Indonesia khususnya nelayan skala kecil. Beberapa pihak melihat bahwa MSC tidak bisa dilaksanakan di Indonesia karena MSC tidak mematuhi salah satu prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu secar sosial dapat diterima dan mulai mengusulkan alternatif lain seperti ekolabel nasional. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana tingkat penerimaan para pemangku kepentingan di Indonesia terhadap sertifikat MSC serta pilihan skema ekolabel perikanan yang terbaik bagi Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method. Metode Analytical Hierarchy Process AHP digunakan untuk menentukan prioritas model ekolabel perikanan yang dipilih oleh responden pakar. Hasil dari metode AHP ini kemudian dikonfirmasi melalui panel responden dengan menggunakan metode Delphi. Variabel yang digunakan adalah: kesiapan regulasi, dukungan pemerintah, dukungan swasta, dukungan lembaga swadaya masyarakat LSM dan dukungan dari nelayan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa aspek sosial dipilih oleh responden sebagai aspek terpenting dan skema ekolabel nasional dipilih sebagai pilihan responden untuk kasus Indonesia.

ABSTRACT
Seafood Ecolabels have grown and developed as a market measurement for sustainable seafood with the most popular one is Marine Stewardship Council MSC . Nevertheless, MSC faces immense challenges in developing countries such as Indonesia because of some issues such as high costs and high requirement. MSC also did not consider the support from stakeholders in Indonesia particularly small scale fishermen. Some parties view that MSC could not being implemented in Indonesia because MSC are disobey one principle of sustainable development which is socially acceptable. They start to propose for national ecolabels. This research aims to find how the level of acceptance of the MSC in Indonesia including the most acceptable certificates from the stakeholder rsquo s perspective. This study uses a mixed method approach. Analytical Hierarchy Process AHP is used to determine the priority of seafood ecolabels chosen by the expert respondents. The results of AHP confirmed by a panel of respondents using the Delphi method. The variables employed include support from government, private sector, fishermen and national NGO. The result shows that MSC could not be implemented in Indonesia. The result also provides that national seafood ecolabels is the best option for Indonesia from the stakeholders rsquo perspective "
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahyahudin Sodri
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengembangkan model mobilitas perkotaan karbon rendah berkelanjutan sebagai bagian dari pembangunan kota berkelanjutan. Penelitian ini unik dengan pendekatan kuantitatif yang berfokus pada keterkaitan antara faktor ekonomi, penduduk, perilaku perjalanan, konsumsi energi dan emisi CO2 secara sistematik dan integralistik. Penelitian ini menggunakan pendekatan permodelan melalui beberapa tahapan, yaitu menganalisis karakteristik transportasi Kota Jakarta saat ini, menganalisis kausalitas antara variabel penelitian dengan Granger-causality dan permodelan mitigasi gas rumah kaca GRK di daerah perkotaan berbasis System Dynamics SD . Penelitian ini menghasilkan model yang dapat digunakan untuk menguji dampak kebijakan dan perencanaan penghematan energi serta penurunan emisi sektor transportasi melalui pergeseran moda angkutan pribadi ke transportasi massal. Lima skenario transportasi perkotaan karbon rendah telah diuji dengan model, yaitu skenario business as usual BAU , pembatasan usia kendaraan, peralihan moda ke transportasi umum mass rapid transit MRT dan light rapid transit LRT , elektrifikasi bus rapid transit BRT , dan skenario gabungan comprehensive policy . Berdasarkan skenario business as usual BAU , emisi CO2 yang diproyeksikan dari sektor transportasi pada tahun 2030 di kota megapolitan Jakarta mencapai 43,68 MtonCO2; kontributor utama adalah mobil pribadi yang menghasilkan emisi 25,99 MtonCO2, diikuti oleh motor 12,54 MtonCO2 dan bus 5,15 MtonCO2. Penurunan emisi CO2 pada tahun 2030 sebesar 30 hanya dapat dicapai dengan strategi intervensi komprehensif. Mendorong kebijakan yang berorientasi pada angkutan umum emisi rendah, membatasi pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi, mengurangi jarak tempuh kendaraan adalah solusi yang mungkin untuk mengurangi emisi CO2.

ABSTRACT
This study aims to develop sustainable low carbon urban mobility models as part of sustainable urban development. This study is unique with a quantitative approach that focuses on the linkages between economic factors, population, travel behaviour, energy consumption and CO2 emissions systematically and comprehensively. This study uses a modelling approach through several stages, i.e. analysing the characteristics of Jakarta 39 s current transportation, analysing the causality between research variables with Granger causality test and GHG mitigation modelling in urban areas based on System Dynamics SD . This research results model that can be used to test the impact of policy and energy saving planning and the reduction of transport sector emissions through the shift of private transport mode to mass transportation. Five low carbon urban transport scenarios have been tested with models, namely business as usual BAU scenarios, vehicle age restrictions, modal transitions to mass rapid transit MRT and light rapid transit LRT public transport, bus rapid transit BRT electrification, and combined scenarios comprehensive policy . Under the business as usual BAU scenario, CO2 emissions from the transport sector by 2030 in the megapolitan city of Jakarta projected to 43.68 MtonCO2 Main contributor is private cars that produce 25.99 MtonCO2 emissions, followed by motorcyles 12.54 MtonCO2 and buses 5.15 MtonCO2. A 30 reduction of CO2 emissions by 2030 can only be achieved with a comprehensive intervention strategy. Encouraging policies that are oriented towards low emissions public transport, limiting the growth of private vehicle ownership, reducing vehicle mileage is a possible solution for reducing CO2 emissions"
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Andriani
"ABSTRAK
Kebutuhan air bertambah seiring dengan pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk membawa konsekuensi pada pemanfaatan. Baik pemanfaatan lahan untuk tempat tinggal, dan berkebun, maupun pemanfaatan air untuk kebutuhan sehari-hari atau energi. Pemanfaatan air ini mulai dari wilayah hulu, tengah, hingga hilir DAS. Pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan hidup ini memberikan manfaat, seperti menambah pendapatan masyarakat melalui irigasi sawah-sawah, atau sebagai sumber energi melalui pembangkit listrik tenaga mikrohidronya. Pemanfaatan air ini perlu dilakukan penilaian. Cara penilaian atas pemanfaatan air ini dilakukan menggunakan valuasi ekonomi. Valuasi air di daerah aliran sungai DAS adalah langkah penting pertama dilakukan, sebagai kebijakan dalam upaya peningkatan investasi untuk perlindungan sumberdaya air alami. Kebijakan ini dapat dipergunakan sebagai dasar pembayaran jasa lingkungan sehingga pengelolaan jasa lingkungan DAS untuk kepentingan masyarakat umumnya dan ekonomi nasional dapat lebih optimal. Pengelolaan SDA tidak hanya merujuk aspek ekonomi tetapi juga mengkaitkan tingkat partisipasi masyarakat. Pengelolaan SDA pada kasus pemanfaatan DAS Enim masih terbatas maka dalam penelitian ini akan melibatkan masyarakat dengan partisipasinya dalam pengelolaan SDA tersebut. Berdasarkan hasil analisis manfaat dan biaya dan partisipasi masyarakat, digunakan untuk pertimbangan apakah pengelolaan sumberdaya air di DAS Enim berkelanjutan atau tidak. Hasil analisis manfaat dan biaya terhadap dampak dari pemanfaatan air diperoleh bahwa pengelolaan sumberdaya air berkelanjutan dengan net present value yang lebih besar dari nol dan rasio manfaat dan biaya yang lebih besar dari satu. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan SDA berada pada tingkat partisipasi mengunakan Teori Arnstein. Berdasarkan hasil perhitungan net present value dan rasio manfaat dan biaya, maka diperoleh partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya air dalam disertasi ini berkelanjutan. Kata kunci: partisipasi masyarakat, pengelolaan sumberdaya air; pemanfaatan air untuk sumber energi, dan sumber pangan; analisis manfaat dan biaya Kebutuhan air bertambah seiring dengan pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk membawa konsekuensi pada pemanfaatan. Baik pemanfaatan lahan untuk tempat tinggal, dan berkebun, maupun pemanfaatan air untuk kebutuhan sehari-hari atau energi. Pemanfaatan air ini mulai dari wilayah hulu, tengah, hingga hilir DAS. Pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan hidup ini memberikan manfaat, seperti menambah pendapatan masyarakat melalui irigasi sawah-sawah, atau sebagai sumber energi melalui pembangkit listrik tenaga mikrohidronya. Pemanfaatan air ini perlu dilakukan penilaian. Cara penilaian atas pemanfaatan air ini dilakukan menggunakan valuasi ekonomi. Valuasi air di daerah aliran sungai DAS adalah langkah penting pertama dilakukan, sebagai kebijakan dalam upaya peningkatan investasi untuk perlindungan sumberdaya air alami. Kebijakan ini dapat dipergunakan sebagai dasar pembayaran jasa lingkungan sehingga pengelolaan jasa lingkungan DAS untuk kepentingan masyarakat umumnya dan ekonomi nasional dapat lebih optimal. Pengelolaan SDA tidak hanya merujuk aspek ekonomi tetapi juga mengkaitkan tingkat partisipasi masyarakat. Pengelolaan SDA pada kasus pemanfaatan DAS Enim masih terbatas maka dalam penelitian ini akan melibatkan masyarakat dengan partisipasinya dalam pengelolaan SDA tersebut. Berdasarkan hasil analisis manfaat dan biaya dan partisipasi masyarakat, digunakan untuk pertimbangan apakah pengelolaan sumberdaya air di DAS Enim berkelanjutan atau tidak. Hasil analisis manfaat dan biaya terhadap dampak dari pemanfaatan air diperoleh bahwa pengelolaan sumberdaya air berkelanjutan dengan net present value yang lebih besar dari nol dan rasio manfaat dan biaya yang lebih besar dari satu. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan SDA berada pada tingkat partisipasi mengunakan Teori Arnstein. Berdasarkan hasil perhitungan net present value dan rasio manfaat dan biaya, maka diperoleh partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya air dalam disertasi ini berkelanjutan.

ABSTRACT
Water demand increases with population growth. Population growth has been consequences on the use of land for residence, and gardening, as well as the use of water for daily necessities or energy. Utilization of this water covers areas from the upstream, middle, and downstream watershed. Utilization of water to meet the needs of this life provides benefits, such as increasing the income of the community through irrigation of rice fields, or as an energy source through micro hydro power plant. Water utilization needs assessment. The assessment of water utilization is done using economic valuation. Valuation in watersheds is the first important step taken as a policy to increase investment for natural water resources protection. This policy can be used as a basis for payment of environmental services so that the management of watershed environmental services for the benefit of the general public and national economy can be more optimal. The management of water resources not only refers to the economic aspect but also links to the level of community participation. The management of water resources in the case of watersheds usage of Musi is still relative limited in this research involves the community with its participation. Based on the results of benefit and cost analysis and community participation, one could consider whether the resource management in this case the water resources in sustainable. The results of benefit and cost analysis of the impact of water utilization have been found that sustainable water resource management with a net present value greater than zero and a ratio of benefits and costs greater than one. Community participation in water resources management is in the level of participation using Arnstein Theory. Based on the calculation of net present value and benefit and cost ratio, participation community on the resource management in this dissertation is sustainable. "
2017
D2402
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisata Taruna
"Peran pelabuhan penyeberangan sangat vital dalam konteks negara kepulauan. Antrian panjang untuk naik ke atas kapal kerap terjadi yang menyebabkan kelelahan dan gangguan kesehatan pengguna pelabuhan. Tujuan riset ini adalah untuk mengidentifikasi faktor pendorong dan pengungkit kinerja Kesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lindungan Lingkungan (K3LL), menganalisis keberlanjutan, mengevaluasi hubungan dan pengaruh perbandingan variabel, serta memformulasikan model K3LL di pelabuhan penyeberangan terutama pada puncak lebaran dan libur panjang. Variabel utama yang berpengaruh pada persepsi ecoseaport adalah arus penumpang, trip kapal, kasus kesehatan dan tersedianya unit posko layanan kesehatan. Dimensi K3LL dan jumlah arus penumpang akan terus mengalami peningkatan berdasarkan model yang dibangun, sehingga intervensi dan program-program pengendalian khususnya terhadap bertambahnya jumlah kasus kesehatan dan layanan perjalanan kapal harus ditingkatkan oleh para pemangku kepentingan dan regulator. Metode system dynamics, chi-square, Multi Dimentional Scaling dan Indikator Sustainability digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan memformulasi konsep pelabuhan penyeberangan laut ramah lingkungan. Pengelolaan pelabuhan penyeberangan dengan mengedepankan konsep K3LL, maka kriteria dan predikat ecoseaport dapat dipenuhi, yang pada akhirnya dapat memberikan dampak keberlanjutan (sustainability) secara ekonomi, sosial, maupun ekologi.

The ports terminal role is vital aspect in the context of the archipelago countries. Heavily queues prior proceed on board had often occurred that resulting fatigue and affected to passenger health conditions issue. This research aims to identify a driven and leverage factor of Health, Safety, Security and Environment (HSSE) performance, analyze sustainability index, evaluated a correlation factors that can influence of comparative variable, and formulating HSSE model at ports terminal, especially at the peak period and long holidays. The main variables that may influence on ecoseaport perceptions means passengers inflow, vessel trips, health cases and the availability of post units for health services. The HSSE dimension and the number of passenger inflows will continue increase based on the model being constructed, therefore an intervention and programs control measures, especially on health cases to be escalating and vessel trip services must be further improved by stakeholders and regulators parties. System dynamics, chi-square, Multi Dimensional Scaling and Sustainability Indicators methods are used to identify, analyze, evaluate and formulate the concept of port terminal environmentally friendly. The ports terminal management by prioritizing the HSSE concept, therefore a predicate criterion for ecoseaport concept will eventually adhered towards them which ultimately can provide economic, social, and ecological sustainability impacts."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
D2627
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahudin
"Aspek yang perlu diperhatikan dalam pembangunan Negara berkembang adalah pengendalian dampak negatif dari pencemaran, diantaranya adalah pengendalian dampak pencemaran udara sebagai salah satu parameter perencanaan pembangunan, dalam kaitannya dengan pencemaran udara maka diperlukan informasi yang mendasar mengenai pencemaran udara akibat kegiatan transportasi yang ada saat ini. Informasi tersebut adalah tentang karakteristik yaitu ukuran tingkat pencemaran dan prediksi dispersi pencemaran udara, khususnya pencemaran polutan senyawa kimia organik polisiklik aromatik hidrokarbon (PAHs). Laju pembangunan di DKI Jakarta seiring dengan peningkatan kepadatan penduduk dan frekuensi kendaraan bermotor di jalan raya menyebabkan peningkatan emisi PAHs dan particulate matter yang mengadsorbsi fase padat polutan organik PAHs diprediksi akan meningkat. Karakteristik, konsentrasi dan faktor emisi polutan udara zat organik PAHs di wilayah DKI Jakarta sebagai akibat aktifitas transportasi kendaraan bermotor ini belum banyak dilakukan di perkotaan, dan sampai saat ini juga belum ada prediksi dispersi khususnya cemaran PAHs untuk wilayah perkotaan DKI Jakarta.
Tujuan studi ini adalah (1) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan emisi PAHs dari kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta, (2) mengkaji karakteristik pencemar emisi kendaraan PAHs di wilayah DKI Jakarta melalui keimpahan, spesiasi, faktor emisi dan diagnosis rasio PAHs yang terbentuk, (3) prediksi konsentrasi PAHs akibat emisi kendaraan bermotor di wilayah perkotaan DKI Jakarta yang tersebar melalui pendekatan model prediksi dispersi pencemar PAHs.
Metode studi dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel udara dan partikel di udara di wilayah tepi jalan yang mempunyai potensi kemacetan, kemudian kelimpahan PAHs dilakukan dengan GCMS. Spesiasi PAHs di udara didasarkan pada bentuk fase partikel dan gas yang terdeteksi, diagnosis rasio dilakukan untuk menelusur jejak sumber emisi PAHs. Prediksi konsentrasi PAHs yang tersebar dihitung menggunakan persamaan dispersi sumber garis terbatas.
Pengolahan data menggunakan analisa statistik dan model matematis dari persamaan dispersi dengan simulasi pada jarak reseptor setiap 500 dan 1000 meter menemukan nilai faktor emisi dari fenantrena, antrasena, fluorantena, pirena, benzo(a)antrasena, krisena, benzo(b) fluorantena, benzo(a)pirena, indeno(1,2,3)pirena, dan dibenzo(a,h)antrasena. Karakteristik polutan PAHs dari kendaraan bermotor dipengaruhi oleh kualitas bahan bakar yang digunakan, kondisi kemacetan lalu lintas dan stabilitas atmosfer. Tingkat polutan PAHs menuju reseptor akan semakin besar pada kondisi stabilitas atmosfer stabil dan kecepatan angin rendah.
Hasil prediksi emisi polutan PAHs dengan pendekatan dispersi ini bermanfaat untuk menentukan tingkan pencemaran PAHs yang tersebar sampai ke reseptor. Model ini lebih aktual karena memperhitungan kondisi lingkungan pada segmen jalan yang diamati, selain itu jejak sumber emisi dapat dikonfirmasi dengan cara diagnosis rasio PAHs yang tersebar.

Motor vehicles activity on the Jakarta roadway emitted pollutant into the air including polycyclic aromatic hydrocarbon (PAHs) pollutant and particulate matter (PM) that adsorb the solid phase of PAHs pollutants. level of PAHs and its dispersion in air pollution due to motor vehicles transport activities are required as base information for pollution control and prevention. Such information required are about the characteristics and dispersion predictions of PAHs pollutants.
The objectives of this study were (1) to find out the factors that influence the formation of PAHs emissions from motorized vehicles in Jakarta area, (2) assess the pollutant characteristics of PAHs vehicle emissions in the Jakarta area, (3) predict the PAHs pollutant concentration as impact of vehicle emissions through finite length line source dispersion model approach.
Data processing that used for statistical analysis and mathematical models of dispersion equations with simulations of distances of 500 and 1000 meters found values of emission factors from phenanthrene, anthracene, fluorantene, pirena, benzo (a) anthracene, krisena, benzo (b) fluorantene, benzo (a) pirena, indeno (1,2,3) pirena, and dibenzo (a, h).
Results of this study presented pollutant characteristics of PAHs from motorized vehicles affected by the quality of the fuel used, conditions of traffic congestion and stability of the atmosphere. The prediction of PAHs pollutants towards the receptors will be greater under conditions of stable atmospheric stability and low wind speeds. The prediction results of PAHs pollutant emissions with a dispersion approach are useful for determining exposure to scattered PAHs to receptors. This model is more actual because it calculates the environmental conditions in the observed road segments."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
D2614
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Habib Subagio
"Lahan basah adalah bagian penting yang terintegrasi dengan ekosistem global yang memiliki fungsi penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan seperti mencegah atau mengurangi dampak banjir, menampung air permukaan dan serta menyediakan habitat unik baik flora maupun fauna. Lahan basah perkotaan memberikan jasa ekosistem langsung bagi masyarakat sekaligus mendorong kelangsungan funsi ekologi kota. Upaya pengendalian ruang wilayah kota memerlukan instrumen yang mampu mengintegrasikan variabel lingkungan kompleks yang terdiri dari aspek biofisik, aspek sosial-kultur, dan aspek ekonomi. Perkembangan pemodelan dinamika spasial saat ini masih terkonsentrasi pada penggunaan driving factor biofisik, sementara kompeksitas dinamika alih fungsi lahan perkotaan tentu dipengaruhi oleh faktor pendorong selain biofisik.
Riset ini bertujuan; 1) menganalisis peran dari setiap faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan basah perkotaan berdasarkan hasil pemanfaatan penggalian data (data mining), 2) mengkontruksikan pemanfaatan penggalian data spasial untuk pemodelan dinamika spasial, dan 3) membangun model dinamika spasial untuk memproyeksikan komposisi spasial penggunaan lahan sebagai masukan dalam evaluasi keberlanjutan lahan basah perkotaan.
Metode yang dipakai adalah pemodelan dinamika spasial dengan mengintegrasikan model markov, model cellular automata, dan model driving factor yang dihasilkan dari analisis spasial multitemporal dan pemanfaatan penggalian data spasial. Riset menggunakan 17 data driving factor yang dikategorikan dalam 3 varibel yaitu biofisik, sosio kultur dan ekonomi. Riset mengadopsi 8 driving factor biofisik yang digunakan dalam riset-riset sebelumnya, semnetara itu hasil kontruksi penggalian data spasial menambahkan 9 driving factor yang mewakili variabel sosio-kultur dan variabel ekonomi. Peran dari variabel sosio-kultur dan variabel ekonomi secara mayoritas lebih besar dalam mempengaruhi dinamika spasial alih fungsi lahan basah perkotaan.
Hasil riset menunjukkan bahwa keberlangsungan lahan basah perkotaan wilayah riset masih dapat terus terjaga pada seluruh skenario model dengan tren luas lahan basah yang terus menurun. Skenario optimal merupakan pilihan terbaik dengan komposisi spasial yang rasional dan menunjukkan indikator penilaian lingkungan yang memiliki resiko paling rendah untuk indikator nilai koefisien limpasan rerata sebesar 0,458 lebih rendah dibandingkan skenario BAU dengan nilai koefisien limpasan rerata sebesar 0,462. Skenario optimal ini memiliki konsekuensi terjadinya fragementasi lahan basah yang lebih tinggi pada lahan basah yang terdapat pada alokasi lahan untuk permukiman dan lahan jasa perdagangan. Number of Patch (NP) pada skenario optimal pada tahun 2016 sebesar 105 meningkat menjadi 198 pada tahun 2034, lebih tinggi dibandingkan dengan skenario BAU yang menunjukkan NP sebesar 33 pada tahun 2016 dan NP sebesar 78 pada tahun 2034.

Wetlands are an important part that is integrated with global ecosystems that have important functions in maintaining environmental balance such as preventing or reducing the effects of flooding, storing surface water and as well as providing unique habitats for both flora and fauna. Urban wetlands provide ecosystem services directly to the community while promoting the sustainability of the city's ecological functions. Efforts to control spatial planning require instruments capable of integrating complex environmental variables consisting of biophysical aspects, socio-cultural aspects, and economic aspects. The development of spatial dynamics modeling is currently still concentrated on the use of biophysical driving factors, while the complexity of urban land use change is certainly influenced by driving factors other than biophysical aspects.
This research aims; 1) analyzing the role of each factor that influences the conversion of urban wetlands based on the results of the utilization of data mining, 2) constructing the utilization of spatial data mining for spatial dynamics modeling, and 3) building spatial dynamics models to project the spatial composition of land use as input in evaluating the sustainability of urban wetlands.
The method used is spatial dynamics modeling by integrating the Markov model, cellular automata model, and driving factor models resulting from multitemporal spatial analysis and the use of spatial data mining. The research uses 17 driving factor data which are categorized into 3 variables namely biophysical, socio-cultural and economic. The research adopted 8 biophysical driving factors used in previous research, while the results of the construction of spatial data mining added 9 driving factors representing sociocultural and economic variables. The role of socio-cultural variables and economic variables is predominantly higher in influencing spatial dynamics over the function of urban wetlands.
The results of the research show that the sustainability of urban wetlands in the research area can still be maintained in all model scenarios with a trend of decreasing area of wetlands. The optimal scenario is the best choice with a rational spatial composition and shows the environmental assessment indicators that have the lowest risk for the average runoff coefficient value of 0.458 lower than the BAU scenario with an average runoff coefficient of 0.462. This optimal scenario has the consequence of higher fragmentation of wetlands in the wetland area contained in the allocation of land for settlements and commercial areas. The number of patches (NP) in the optimal scenario in 2016 was 105 increased to 198 in 2034, higher than the BAU scenario which showed a NP of 33 in 2016 and a NP of 78 in 2034.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
D2673
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>