Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arieta Aryanti Permata Lestari
Abstrak :
Sebagai salah satu alternatif investasi pada instrumen sesuai Syariah, pertumbuhan reksa dana Syariah telah menunjukkan tren yang sangat positif di banyak negara termasuk Indonesia. Sejalan dengan roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019, Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) baru-baru ini mengeluarkan peraturan baru yang memberikan relaksasi persyaratan sebagai insentif bagi para pelaku industri reksa dana Syariah, dalam rangka mendorong pertumbuhan reksa dana Syariah di Indonesia. Tesis ini memberikan analisis perspektif pemangku kepentingan (stakeholder) sebagai pandangan terhadap potensi pertumbuhan reksa dana Syariah di Indonesia. Analisa perspektif pemangku kepentingan diturunkan berdasarkan data yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan perwakilan OJK, DSN-MUI dan Manajer Investasi serta survei pasar yang dilakukan untuk manajer investasi dan investor. Penelitian ini mengeksplorasi faktor pendorong untuk pertumbuhan dan juga mengeksplorasi atribut kunci dari orientasi pasar reksa dana Syariah. Hasil analisa menunjukkan respon positif terhadap relaksasi peraturan meskipun masih mengharapkan insentif lebih lanjut dari aspek regulasi. Potensi permintaan pasar yang besar dirasakan oleh manajer investasi dan investor, namun struktur pasar saat ini masih tipis dengan instrumen syariah yang terbatas dan kurangnya literasi investor menjadikan produk reksa dana syariah berada pada posisi niche yang kemungkinan telah mencapai kapasitas optimal dalam ukuran kecil. Percepatan potensi pertumbuhan Reksa Dana Syariah akan tetap menjadi tantangan besar, kecuali faktor pendorongnya dapat diimplementasikan secara efektif, yaitu a) dukungan pemerintah untuk mengatur sinergi dan mendorong permintaan & penawaran pasar, b) kerangka peraturan yang lebih mendukung dan selaras, c) tata kelola Syariah yang baik, d) pengembangan produk dan instrumen Syariah secara kontinyu, e) peningkatan kesiapan manajer investasi, f) peningkatan literasi dan kesadaran investor, dan g) peningkatan teknologi dan infrastruktur. Faktor-faktor pendorong tersebut sebagai anteseden harus lebih fokus pada atribut kunci orientasi pasar yaitu: i) orientasi pada keunikan Syariah, ii) orientasi pada daya saing, iii) orientasi pada investasi yang mendasari, dan iv) orientasi pada literasi dan aksesibilitas, dengan hasil yang diharapkan atau konsekuensi untuk memperkuat posisi pasar dan pertumbuhan reksa dana Syariah, dalam hal pangsa pasar, basis investor, dan produk Syariah. Pada akhirnya, transformasi industri diperlukan agar reksa dana Syariah di Indonesia dapat tumbuh lebih cepat dari industri reksa dana, dan membawa kontribusi positif bagi pertumbuhan pasar modal Syariah dan pasar keuangan Syariah secara keseluruhan. ......As one of the alternative investment in shariah-compliant instruments, the growth of Islamic mutual funds has shown very positive trend in many countries including Indonesia. In line with Islamic Capital Market roadmap 2015-2019, Indonesia’s Financial Services Authority or Otoritas Jasa Keuangan (OJK) has recently issued new regulation that relaxing the requirements as the incentives for the Islamic mutual funds industry players, in order to promote the Islamic mutual funds growth in Indonesia. This thesis provides the analysis of stakeholders’ perspective as an insights for Islamic mutual funds growth potential in Indonesia. The analysis of stakeholders’ perspective is derived based on the data gathered through the in-depth interview with OJK, DSN-MUI and Investment manager representatives as well as market survey conducted to Investment managers and Investors. The research explores the driving factors for growth and also explore the key attributes of market orientation for Islamic mutual funds. The analysis indicates the positive response towards the regulatory relaxation though still expecting further incentives from regulatory aspect. Large potential market demand is perceived by the investment managers and investors, but the current market structure is still thin with limited Shariah instruments and lack of investor literacy that resulting the niche positioning for the Islamic mutual funds product which likely reach its optimum small size capacity. Accelerating the growth potential of Islamic mutual funds would remain a great challenge, unless the driving factors are effectively implemented, i.e. a) government support to orchestrate the synergy and drive the market demand & supply, b) more supportive and harmonize regulatory framework, c) good Shariah governance, d) continues development of Shariah instruments, e) improvement in investment manager readiness, f) significant improvement of investor literacy and awareness, and g) enhancement of technology and infrastructure. Those key driving factors as the antecedents should be more focusing on its market orientation key attributes i.e.: i) orientation on Shariah uniqueness, ii) orientation on competitiveness, iii) orientation on underlying investment, and iv) orientation on literacy and accessibility, with the expected outcomes or consequences to strengthening the Islamic mutual funds market positioning and growth, in terms of market share, investor base, and Shariah product. Finally, industry transformation is necessary for Islamic mutual funds in Indonesia to grow faster than the mutual funds industry, and bring positive contribution for the growth of Islamic capital market and Islamic financial market overall.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arieta Aryanti
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagai salah satu alternatif investasi pada instrumen sesuai Syariah, pertumbuhan reksa dana Syariah telah menunjukkan tren yang sangat positif di banyak negara termasuk Indonesia. Sejalan dengan roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019, Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) baru-baru ini mengeluarkan peraturan baru yang memberikan relaksasi persyaratan sebagai insentif bagi para pelaku industri reksa dana Syariah, dalam rangka mendorong pertumbuhan reksa dana Syariah di Indonesia. Tesis ini memberikan analisis perspektif pemangku kepentingan (stakeholder) sebagai pandangan terhadap potensi pertumbuhan reksa dana Syariah di Indonesia. Analisa perspektif pemangku kepentingan diturunkan berdasarkan data yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan perwakilan OJK, DSNMUI dan Manajer Investasi serta survei pasar yang dilakukan untuk manajer investasi dan investor. Penelitian ini mengeksplorasi faktor pendorong untuk pertumbuhan dan juga mengeksplorasi atribut kunci dari orientasi pasar reksa dana Syariah. Hasil analisa menunjukkan respon positif terhadap relaksasi peraturan meskipun masih mengharapkan insentif lebih lanjut dari aspek regulasi. Potensi permintaan pasar yang besar dirasakan oleh manajer investasi dan investor, namun struktur pasar saat ini masih tipis dengan instrumen syariah yang terbatas dan kurangnya literasi investor menjadikan produk reksa dana syariah berada pada posisi niche yang kemungkinan telah mencapai kapasitas optimal dalam ukuran kecil. Percepatan potensi pertumbuhan Reksa Dana Syariah akan tetap menjadi tantangan besar, kecuali faktor pendorongnya dapat diimplementasikan secara efektif, yaitu a) dukungan pemerintah untuk mengatur sinergi dan mendorong permintaan & penawaran pasar, b) kerangka peraturan yang lebih mendukung dan selaras, c) tata kelola Syariah yang baik, d) pengembangan produk dan instrumen Syariah secara kontinyu, e) peningkatan kesiapan manajer investasi, f) peningkatan literasi dan kesadaran investor, dan g) peningkatan teknologi dan infrastruktur. Faktor-faktor pendorong tersebut sebagai anteseden harus lebih fokus pada atribut kunci orientasi pasar yaitu: i) orientasi pada keunikan Syariah, ii) orientasi pada daya saing, iii) orientasi pada investasi yang mendasari, dan iv) orientasi pada literasi dan aksesibilitas, dengan hasil yang diharapkan atau konsekuensi untuk memperkuat posisi pasar dan pertumbuhan reksa dana Syariah, dalam hal pangsa pasar, basis investor, dan produk Syariah. Pada akhirnya, transformasi industri diperlukan agar reksa dana Syariah di Indonesia dapat tumbuh lebih cepat dari industri reksa dana, dan membawa kontribusi positif bagi pertumbuhan pasar modal Syariah dan pasar keuangan Syariah secara keseluruhan.
ABSTRACT
As one of the alternative investment in shariah-compliant instruments, the growth of Islamic mutual funds has shown very positive trend in many countries including Indonesia. In line with Islamic Capital Market roadmap 2015-2019, Indonesia?s Financial Services Authority or Otoritas Jasa Keuangan (OJK) has recently issued new regulation that relaxing the requirements as the incentives for the Islamic mutual funds industry players, in order to promote the Islamic mutual funds growth in Indonesia. This thesis provides the analysis of stakeholders? perspective as an insights for Islamic mutual funds growth potential in Indonesia. The analysis of stakeholders? perspective is derived based on the data gathered through the in-depth interview with OJK, DSN-MUI and Investment manager representatives as well as market survey conducted to Investment managers and Investors. The research explores the driving factors for growth and also explore the key attributes of market orientation for Islamic mutual funds. The analysis indicates the positive response towards the regulatory relaxation though still expecting further incentives from regulatory aspect. Large potential market demand is perceived by the investment managers and investors, but the current market structure is still thin with limited Shariah instruments and lack of investor literacy that resulting the niche positioning for the Islamic mutual funds product which likely reach its optimum small size capacity. Accelerating the growth potential of Islamic mutual funds would remain a great challenge, unless the driving factors are effectively implemented, i.e. a) government support to orchestrate the synergy and drive the market demand & supply, b) more supportive and harmonize regulatory framework, c) good Shariah governance, d) continues development of Shariah instruments, e) improvement in investment manager readiness, f) significant improvement of investor literacy and awareness, and g) enhancement of technology and infrastructure. Those key driving factors as the antecedents should be more focusing on its market orientation key attributes i.e.: i) orientation on Shariah uniqueness, ii) orientation on competitiveness, iii) orientation on underlying investment, and iv) orientation on literacy and accessibility, with the expected outcomes or consequences to strengthening the Islamic mutual funds market positioning and growth, in terms of market share, investor base, and Shariah product. Finally, industry transformation is necessary for Islamic mutual funds in Indonesia to grow faster than the mutual funds industry, and bring positive contribution for the growth of Islamic capital market and Islamic financial market overall.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihwan Hadi Sunarno
Abstrak :
Saat ini Pemerintah memiliki dua jenis Surat Berharga Negara dalam rangka pembiayaan APBN yaitu Surat Utang Negara SUN dan Surat Berharga Syariah Negara SBSN . Sebagai instrumen yang bebas risiko default, investor memberikan expected return yield berbeda terhadap kedua instrument tersebut. Yield SBSN secara rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan SUN dengan time to maturity yang sama. Perbedaan expected return tersebut diduga karena perbedaan likuiditas dari kedua instrument tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan likuiditas premium SBSN terhadap SUN dengan menguji pengaruh dari dimensi likuiditas seperti trading cost dimension dan market depth dimension serta terms SBSN seperti time to maturity dan kupon.Hasil dari penelitian terhadap seri PBS003 dan PBS004 dapat disimpulkan bahwa trading cost dimension berpengaruh signifikan terhadap liquidity premium PBS003 dan PBS004, sedangkan market depth dimension berpengaruh signifikan terhadap liquidity premium PBS004 yang merupakan seri teraktif diperdagangkan diantara sampel yang diteliti. Trading cost dimension yang mempengaruhi liquidity premium PBS003 adalah dimensi trading cost 5 bulan sebelumnya dengan koefisien negatif dan dimensi trading cost 3 bulan sebelumnya dengan koefisien positif. Perbedaan koefisien tersebut karena dalam menentukan risiko investasi, pada jangka panjang investor memperhatikan volatilitas pasar keuangan, sedangkan pada jangka pendek investor lebih memperhatikan faktor likuiditas. Dimensi kedalaman pasar yang mempengaruhi liquidity premium PBS004 adalah dimensi 4 bulan sebelumnya t-4 , hal ini diduga disebabkan adanya lag of information di pasar sukuk mengingat sukuk masih diperdagangkan dengan metode OTC. Selain itu, tidak adanya market maker sukuk yang menggerakkan perdagangan menjadi salah satu penyebab lag dari dimensi kedalaman pasar. Terms sukuk yaitu kupon dan time to maturity signifikan mempengaruhi keputusan investor dalam menentukan liquidity premium PBS003 dan PBS004. Namun, untuk PBS003, time to maturity memiliki koefisien negatif, sehingga berkurangnya time to maturity tidak diimbangi dengan turunnya yield. Untuk PBS004, liquidity premium dipengaruhi oleh the time to maturity 3 bulan sebelumnya yang diduga disebabkan oleh ekspekatsi investor atas kewajiban menjual sukuk maksimal 90 hari untuk memenuhi ketentuan PSAK jika sukuk dicatat dalam trading book. ......Government of Indonesia has two types of securities to financing the State Budget, namely Government Debt securities SUN and Government Sharia Securities SBSN . As risk free instruments, both SBSN and SUN should have the same return, but investors require different expected returns yield in both instruments. The average yield of SBSN is higher than SUN in the same tenor. The differences of yield is expected due to differences in liquidity of both instruments liquidity preium . This study aims to analyze factors that cause SBSN liquidity premium to SUN by examining the effect of liquidity dimension such as trading cost dimension and market depth dimension and SBSN terms such as time to maturity and coupon.The result of the research with the sample of Sukuk Negara PBS003 and PBS004 series concluded that the liquidity represented by the trading cost dimension significantly influence both PBS003 and PBS004, while the market depth dimension significantly influence the liquidity premium of PBS004 which is the most active trading sample. The trading cost dimension that influance PBS003 sample is the previous 5 month trading cost with negative coefficient and trading cost 3 months earlier with positive coefficient. The difference in coefficient direction of PBS003 means to measuring investment risk, investors in the long term pay attention to volatility and in the short term pay more attention to liquidity. The market depth dimension of PBS004 is 4 months earlier t 4 which is allegedly caused by the lag of trading information, where the sukuk trade is still OTC. The absence of market maker as the trading driver for SBSN contributed to cause the lag of market depth dimension. Terms of sukuk significantly influances the investors 39 decisions to require liquidity premium for the both of samples. However, for PBS003, time to maturity has a negative effect because PBS003 is not actively traded, so decreasing time to maturity is not accompanied by a decrease in yield. For PBS004, liquidity premium is influanced by the time to maturity of 3 months earlier allegedly caused by resale expectations within 90 days to comply with the accounting requirements in case of record in the trading book.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T49360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aya Sofia
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini menganalisis tentang mitigasi risiko nilai tukar menggunakan emas dan PUAS untuk dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji BPIH di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa jumlah setoran dana awal BPIH oleh calon jemaah Haji, kurs Rupiah terhadap dolar AS Nilai Tengah Rupiah , rate PUAS, dan harga emas dunia per ons dengan teknik simulasi kuantitatif dengan metode simulasi matematik. Periode dibagi menjadi 2 dua , disaat keadaan ekonomi sedang krisis Januari 2004 sampai dengan Agustus 2011 dan keadaan ekonomi sedang stabil September 2011 sampai dengan Desember 2017 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah bulan yang mengalami excess dan deficit antara lindung nilai dengan emas dan PUAS baik untuk semua tenor maupun semua periode. Untuk periode pertama di saat krisis, baik lindung nilai dengan emas maupun PUAS, semakin panjang tenor maka semakin besar jumlah bulan yang mengalami excess. Dari sisi nilai manfaat, terdapat perbedaan pula antara lindung nilai dengan emas dan PUAS untuk semua tenor dan semua periode. Pada periode pertama, emas memiliki rata-rata nilai manfaat monthly rate lebih tinggi dibandingkan dengan PUAS, sedangkan pada periode kedua, rata-rata nilai manfaat PUAS lebih tinggi. Banyaknya jumlah bulan yang mengalami excess dan deficit tidak berpengaruh pada nilai manfaat yang dihasilkan pada masing-masing lindung nilai emas dan PUAS . Berdasarkan hasil simulasi dari penelitian ini, emas merupakan aset lindung nilai terhadap pergerakan USD/IDR pada keadaan sedang krisis. Waktu yang tepat untuk melakukan lindung nilai dengan penempatan pada emas adalah pada keadaan ekonomi sedang krisis dan tenor yang digunakan merupakan tenor panjang yaitu 12 bulan yang memiliki rata-rata nilai manfaat cukup tinggi namun risiko volatilitas nilai manfaat lebih rendah dibandingkan dengan tenor lainnya dan probabilitas bulan yang mengalami excess lebih besar.
ABSTRACT
This thesis analyzes the mitigation of exchange rate risk using gold and PUAS for Hajj fund in Indonesia. This study uses secondary data such as amount of initial fund deposit of BPIH by Hajj pilgrims, Rupiah exchange rate against US dollar Nilai Tengah Rupiah , PUAS rate, and world gold price per ounce by quantitative simulation technique with mathematical simulation method. Period is divided into 2 two , while the economic situation is in crisis January 2004 until August 2011 and the economic condition is stable September 2011 until December 2017 . The results show that there are differences in the number of months experiencing excess and deficit between hedging with gold and PUAS for all tenors and all periods. For the first period in times of crisis, whether hedging with gold or PUAS, the longer the tenor, the greater the number of months experiencing excess. In terms of yield, there are also differences between hedging with gold and PUAS for all tenors and all periods. First period, gold had an average monthly rate higher than PUAS, while in the second period, the average monthly rate of PUAS was higher. The number of months experiencing excess and deficit does not affect the monthly rate yield generated on each hedge gold and PUAS . Based on the simulation result from this research, gold is a hedging asset against the movement of USD IDR in a state of crisis. The right time to hedge with placement in gold is in the state of the crisis economy and the tenor used is long tenor of 12 months, which has the high average yield but the risk volatility of yield is lower than the other tenors and the probability of months experiencing greater excess.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Ramadhan
Abstrak :
Pangsa pasar keuangan syariah berada pada angka 5% pada tahun 2018. Di sisi lain, lembaga keuangan digital (fintech) mengalami pertumbuhan sangat pesat hingga 650% dalam kurun waktu setahun. Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat saat ini sudah mengadopsi teknologi mutakhir. Berdasarkan asumsi bahwa fintech syariah dapat menjadi alternatif meningkatkan pangsa pasar keuangan Islam, penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh persepsi manfaat yang dirasakan, risiko yang dialami, dan maqoshid syariah terhadap intensi untuk berinvestasi melalui fintech syariah dengan mengambil reponden pekerja lembaga keuangan non-digital. Dengan menggunakan analisis structural equation modeling (SEM) terhadap 391 sampel, hasil pengujian data menunjukkan persepsi manfaat berpengaruh positif namun tidak signifikan, persepsi  risiko berpengaruh positif secara signifikan, dan persepsi Maqoshid syariah berpengaruh positif secara signifikan terhadap intensi berinvestasi menggunakan jasa fintech syariah. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu pada responden pekerja lembaga keuangan non digital, model bisnis fintech peer-to-peer, dan persepsi dari sisi investor (pemodal). Rekomendasi penelitian lebih lanjut yaitu segmen responden dari Generasi Y dan Z dan dari sisi pengguna dana. Untuk implikasi manajerial, perusahaan fintech syariah harus lebih memperhatikan masalah profitabilitas dan kebermanfaatan yang lebih luas.
The market share of Islamic banking in Indonesia remains approximately at 5 percent in 2018. On the other hand, Fintech peer-to-peer lending amount has rapidly increased up to 650% in a year. This phenomenon indicates people now have started to adopt novel technology. Based on the assumption Islamic Fintech could be an alternative way to boost Islamic finance, this paper aimed in measuring the influence of perceived benefit, perceived risk, and perceived maqoshid sharia toward intention to make investment through Islamic Fintech by non-digital financial institution employees. Using structural equation modeling (SEM) as analytical tools of 391 samples, this research found that perceived benefit has positive but insignificant impact, perceived risk has positive and significant impact, and perceived maqoshid sharia has positive and significant impact toward intention to invest using Islamic fintech. However, this research has limitations. Perception is measured from non digital financial institution employee and investor sight, and Islamic fintech peer-to-peer business model as the object of the study. The findings also suggest further research to measure the perception of Gen Y and Z, and from borrower sight of fintech. Managerial implications for Islamic fintech are to pay more attention on profitability and to deliver broader social contribution.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Askar Muhammad
Abstrak :
ABSTRAK
Turunnya keterlibatan masyarakat dan minat terhadap kegiatan agama di Indonesia menimbulkan satu pertanyaan besar terhadap budaya gotong royong yang seringkali didengung-dengungkan sebagai budaya Indonesia. Budaya gotong royong sendiri merupakan hasil dari campur tangan dakwah islam sejak dulu. Sementara itu, perubahan struktur demografi Indonesia yang kini didominasi oleh penduduk generasi millennial memiliki kemungkinan sebagai salah satu penyebab turunnya keterlibatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah relijiusitas islam mempengaruhi keputusan seorang muslim untuk terlibat di masyarakat dan apakah terdapat perbedaan perilaku antara generasi millennial dan generasi non-millenial dalam keterlibatannya di masyarakat. Dengan menggunakan data Indonesian Family Life Survey gelombang ke 5, Peneliti menggunakan penilaian relijiusitas islam diri, kedekatan dengan tradisi islam, dan sholat sebagai variabel relijiusitas islam. Kemudian, peneliti menggunakan frekuensi mengikuti pengajian warga dan persepsi untuk membantu tetangganya sebagai proksi tindakan membantu tetangga. Kedua variabel tersebut peneliti jadikan variabel dependen. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah model ordered probit untuk melihat preferensi dan peningkatan kepuasan seorang muslim dalam pilihannya untuk terlibat di masyarakat. Peneliti menemukan bahwa relijiusitas islam signifikan mempengaruhi keputusan seorang muslim untuk terlibat di masyarakat dan terdapat perbedaan perilaku antara generasi millennial dan non millennial. Seorang muslim yang lebih relijius cederung akan lebih terlibat di masyarakat dan seorang muslim yang tergolong generasi millennial cenderung memiliki keterlibatan di masyarakat yang lebih rendah dibandingkan seorang muslim yang bukan generasi millennial. Penelitian ini memiliki implikasi berupa bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam kebijakannya untuk meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat yang dibutuhkan untuk pembangunan.
ABSTRACT
The decline of civic engagement and interest in religious activities in Indonesia raises a big question about the culture of mutual cooperation or in indonesian, lsquo gotong royong, which is often considered as Indonesian culture. The culture of lsquo gotong royong rsquo itself is the result of islamic da rsquo wa rsquo s influence throughout the history. Meanwhile, the changing demographic structure of Indonesia which is now dominated by millennials has the possibility of being one of the causes of the decline in the civic engagement. This study aims to determine whether the islamic religiosity influences a muslim 39 s decision to engage in a society and whether there is different behavior between millennials and non millenials engaging in the society. Using the 5th Indonesian Family Life Survey data, the researchers used the self religiosity assessment, proximity to islamic tradition, and salah as the variable of islamic religiosity. Then, researchers used the frequency of one joining a societies religious preaching activities or in indonesian, pengajian warga rsquo and perceptions to help their neighbors as a proxy for helping neighbors. Both variables are the dependent variable. In this study, the method used is ordered probit model to see the preferences and increase of satisfaction of a muslim in his choice to engage in the society. Researchers found that the religiosity of Islam significantly influenced a muslim 39 s decision to engage more in the society and there is differences in behavior between millennials and non millennials. A more religiously tedious Muslim will be more involved in society and a muslim millenials tends to have a lower civic engagement than the non millennials counterpart. This study has the implications of being the consideration for the government in its policy to increase the participation and civic engagement needed for development.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melody
Abstrak :
Di dalam pasar tenaga kerja, seringkali terjadi ketidakselarasan antara kepentingan perusahaan dan tenaga kerja, terutama ketidakselarasan antara kemampuan yang dibutuhkan perusahaan dengan kemampuan yang sesungguhnya dimiliki oleh tenaga kerja untuk suatu tingkat pekerjaan. Calon pekerja memberikan sinyal kepada perusahaan berupa tingkat pendidikan akhirnya untuk mengisyaratkan tingkat kemampuannya. Namun, tingkat pendidikan tidak dapat menjadi tolok ukur kemampuan yang sesungguhnya. Potensi produktivitas calon pekerja dapat dilihat melalui tingkat kemampuan kognitif, namun tidak dapat diobservasi secara langsung oleh perusahaan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya ketidakcocokan pekerjaan antara tingkat pendidikan akhir dengan kemampuan kognitif tenaga kerja. Di Indonesia sendiri, tingkat ketidakcocokan pekerjaan berada di kisaran 37% tahun 2016. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi signaling game equilibrium dan mengobservasi job mismatch pada pasar tenaga kerja di Indonesia. Studi ini menggunakan pendekatan game theory untuk meneliti signaling game yang terjadi pada pasar tenaga kerja di Indonesia dengan menggunakan metode signaling game dan data IFLS (Indonesia Family Life Survey) tahun 2000 dan 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata pemberian sinyal oleh tenaga kerja berupa tingkat pendidikan merupakan penentu utama tingkat pekerjaan yang akan didapatkan, bukan kemampuan pekerja. Selain itu, terdapat ketidakcocokan pekerjaan antara tingkat pekerjaan dengan kemampuan yang dimiliki pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan bukan merupakan tolok ukur tingkat kemampuan yang akurat dalam pemilihan tenaga kerja. Oleh karenanya, perusahaan memerlukan alat ukur kemampuan kognitif yang akurat untuk menghindari inefisiensi alokasi tenaga kerja. Hasil ini diharapkan juga menjadi masukan bagi pembuat kebijakan serta memperkaya literature terkait pasar tenaga kerja di Indonesia.
In the labor market, there is often a misalignment between the interests of the company and the workers, especially the mismatch between the abilities needed by the company and the abilities actually possessed by the workers for a particular job level. Prospective workers give signals to companies in the form of their final level of education to signal their level of ability. However, the level of education cannot be a benchmark for real ability. The potential productivity of prospective workers can be seen through level of cognitive skill, but cannot be observed directly by the company. This can lead to job mismatch between the final education level and the cognitive skills of the workers. In Indonesia, the level of job mismatch is around 37% in 2016. This study aims to identify signaling game equilibrium and observe job mismatch on the labor market in Indonesia. This study uses the game theory approach to examine the game signaling that occurs in the labor market in Indonesia by using the 2000 and 2007 signaling game and IFLS data (Indonesia Family Life Survey). The results show that the signaling by the workforce is in the form of education level is the main determinant of the level of work to be obtained, not the ability of workers. In addition, there are job mismatches between the level of employment and the ability of workers. This shows that the level of education is not an accurate measure of ability in the selection of workers. Therefore, companies need accurate cognitive ability measurement tools to avoid labor allocation inefficiencies. This result is also expected to be an input for policy makers as well as enriching literature related to the labor market in Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elga Thalia Marshella
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan ekspor dan menganalisis potensi ekspor terhadap tujuh negara anggota D-8 dan tujuh negara major trading partner Indonesia dengan menggunakan pendekatan gravity model tahun 2010 hingga 2020. Penelitian ini menggunakan beberapa faktor yang mempengaruhi ekspor seperti PDB, populasi, jarak, nilai tukar, dan perjanjian dagang. Dengan menggunakan analisis data panel, hasil penelitian menemukan bahwa PDB Indonesia, PDB negara tujuan, populasi indonesia, nilai tukar, dan jarak berpengaruh signifikan pada nilai ekspor Indonesia ke kedua kelompok negara yang diteliti. Sedangkan, populasi importir dan perjanjian dagang hanya berpengaruh pada negara major trading partners Indonesia. Selain itu, hasil penelitian menemukan bahwa Indonesia masih memiliki potensi ekspor dengan negara D-8 yaitu Malaysia, Bangladesh, Nigeria, Iran, dan Turki. Hasil penelitian mengimplikasikan bahwa penerapan kebijakan seperti stabilisasi mata uang Indonesia, peningkatan PDB Indonesia, dan pemerintah memfokuskan perdagangan bilateral pada negara dengan potensi ekspor yang belum maksimal sangat penting untuk dilakukan. ......This study aims to identify the determinants of exports and analyse the export potential of seven D-8 member countries and seven of Indonesia's major trading partners using the gravity model approach from 2010 to 2020. This study uses several factors that influence exports such as GDP, population, distance, exchange rates, and trade agreements. By using panel data analysis, the results of the study found that Indonesia's GDP, destination country's GDP, Indonesian population, exchange rate, and distance had a significant effect on the value of Indonesia's exports to the two groups of countries studied. Meanwhile, the importer population and trade agreements only affect Indonesia's major trading partner countries. In addition, the results of the study found that Indonesia still has export potential with the D-8 countries, namely Malaysia, Bangladesh, Nigeria, Iran, and Turkey. The results of the study imply that implementing policies such as stabilizing the Indonesian currency, increasing Indonesia's GDP, and the government focusing on bilateral trade in countries with export potential has not been maximized is very important to do.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Dhane
Abstrak :
Green Waqf (wakaf hijau) merupakan pemanfaatan aset wakaf untuk mendukung tercapainya keseimbangan dan kelestarian ekologi, sekaligus memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Namun, partisipasi dalam green wakaf oleh masyarakat dan lembaga wakaf sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap green waqf dan menemukan ruang kolaborasi yang sesuai untuk kementerian/lembaga terkait dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat tersebut. Penelitian ini menggunakan metode mixed method explanatory, dimana penelitian kuantitatif dengan sampel 364 orang responden di Jabodetabek dianalisis dengan menggunakan metode SEM-PLS dan penelitian kualitatif dengan data hasil interview dengan metode campuran dianalisis dengan analisis tematik. Hasil analisis data kuantitatif menunjukkan bahwa pengetahuan tentang green waqf dan kepercayaan kepada nazhir berperan penting dalam meningkatkan sikap positif terhadap green waqf, yang selanjutnya mempengaruhi intensi untuk berpartisipasi dalam green waqf di wilayah Jabodetabek. Selain itu, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku juga berpengaruh signifikan terhadap niat untuk berpartisipasi dalam green waqf. Sikap (Attitude) menjadi faktor terkuat yang mempengaruhi niat untuk berpartisipasi dalam green waqf. Selanjutnya hasil pengolahan data kualitatif menunjukkan bahwa terdapat ruang kolaborasi untuk lembaga pengelola green waqf dan kementerian/lembaga terkait, yakni melalui perhutanan sosial. Izin perhutanan sosial diberikan selama 35 tahun dan dapat diperpanjang, sehingga hal tersebut memungkinkan adanya wakaf temporer. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa edukasi green waqf menjadi strategi penting yang harus dilakukan oleh lembaga wakaf. Edukasi green waqf dapat dilakukan melalui kampanye di media sosial ataupun melalui perantara aktivis lingkungan. Pada akhirnya, dengan tindakan kolaboratif ini, hasil yang diharapkan dapat mempersempit kesenjangan yang ada antara potensi dan aktual penghimpunan wakaf di Indonesia. ......Green Waqf (green waqf) is the use of waqf assets to support achieving ecological balance and sustainability, as well as providing social and economic impacts for society. However, participation in green waqf by the community and waqf institutions is very limited. Therefore, this research aims to identify factors that influence community participation in green waqf and find appropriate collaboration spaces for relevant ministries/institutions in efforts to increase community participation. This research uses a mixed method explanatory method, where quantitative research with a sample of 364 respondents in Jabodetabek is analyzed using the SEM-PLS method and qualitative research with mixed method interview data analyzed using thematic analysis. The results of quantitative data analysis show that knowledge about green waqf and trust in nazhir play an important role in increasing positive attitudes towards green waqf, which in turn influences intentions to participate in green waqf in the Jabodetabek area. Apart from that, subjective norms and perceived behavioral control also have a significant effect on the intention to participate in green waqf. Attitude is the strongest factor influencing the intention to participate in green waqf. Furthermore, the results of qualitative data processing show that there is space for collaboration for green waqf management institutions and related ministries/institutions, namely through social forestry. Social forestry permits are granted for 35 years and can be extended, so this allows for temporary waqf. Overall, the results of this research show that green waqf education is an important strategy that must be carried out by waqf institutions. Green waqf education can be carried out through campaigns on social media or through environmental activists. Ultimately, with this collaborative action, the expected results can narrow the existing gap between potential and actual waqf collection in Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maskur Seto Samiaji
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa intensi masyarakat muslim di Indonesia dalam menggunakan bank syariah. Penelitian disusun menggunakan pendekatan integratif, dimana Technology Acceptance Model (TAM) dan Theory of Planned Behavior (TPB) diintegrasikan dengan menambahkan variabel religiusitas untuk melihat pengaruhnya terhadap intensi masyarakat muslim di Indonesia dalam menggunakan Bank Syariah. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi perceived ease of use (persepsi kemudahan penggunaan), perceived usefulness (persepsi akan manfaat), attitude (sikap), subjective norm (norma subjektif), perceived behavioral control (kontrol atas perilaku), dan Religiosity (religiusitas). Data penelitian yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner pada periode Maret – Juli 2021. Responden terdiri dari masyarakat muslim Indonesia yang merupakan nasabah bank syariah dengan jumlah 500 responden yang tersebar di 34 Provinsi di seluruh Indonesia. Selanjutnya, analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Partial Least Square Structural Equation Modelling (PLS-SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived ease of use dan perceived usefulness berpengaruh positif dan signifikan terhadap attitude. Kemudian, attitude, subjective norms, perceived behavioral control, dan religiosity berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi. Hal ini berarti bahwa intensi masyarakat muslim di Indonesia dapat dipengaruhi oleh variabel penelitian yang diajukan. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan kepada pelaku industri dan regulator untuk meningkatkan pertumbuhan dan pangsa pasar perbankan syariah. ......This study was conducted to analyze the intentions of the Muslim community regarding to their using of the Islamic (Sharia) banks in Indonesia. The study was structured by an integrative approach, where the Technology Acceptance Model (TAM) and Theory of Planned Behavior (TPB) were integrated by adding the religiosity variable to see its effect on the intentions of the Muslim community in Indonesia to use Islamic banks. The variables used in this study include perceived ease of use, perception of benefits, attitude, subjective norms, control over behavior, and religiosity. The research data used is primary data collected using a questionnaire in the period of March – July 2021. The respondents consist of the Indonesian Muslim community who are also sharia bank customers with a total of 500 respondents spread across 34 provinces throughout Indonesia. Furthermore, data analysis was performed using the Partial Least Square Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method. The results showed that perceived ease of use and perceived usefulness had a positive and significant effect on attitude. Then, attitude, subjective norms, perceived behavioral control, and religiosity have a positive and significant effect on intentions. This means that the intentions of the Muslim community in Indonesia can be influenced by the proposed research variables. The results of this study are expected to provide input to industry players and regulators to increase the growth and market share of Islamic banking.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>