Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titis Sirnani Dritagalih
Abstrak :
Selain merupakan tempat dimana dilakukan kegiatan pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan sirkulasi bahan pustaka, perpustakaan iuga berfungsi sebagai tempat, gedung atau ruangan untuk menyimpan dan memelihara koleksi buku serta bahan pustaka lainnya. Kemajuan dunia percetakan yang menyebabkan terjadinya ledakan informasi, baik dalam bentuk tercetak maupun non tercetak, ternyata mempengaruhi setiap perpustakaan. Akibatnya harus ada penyesuaian dan pengaturan yang baik antara ruang perpustakaan dengan jumlah koleksi. Dalam melakukan perencanaan sebuah ruangan perpustakaan perlu diperhatikan aspek-aspek berikut: bentuk ruang, perabotan, warna dan penerangan, ventilasi, dan akustik. Bentuk ruang yang paling baik, bagi ruang perpustakaan adalah bentuk bujur sangkar dan empat persegi panjang. Kedua bentuk ruang ini memiliki kemudahan dalam penataan ruang, sistem penerangan, dan pola transportasi. Berlokasi di lantai 4 Pusat Informasi KOMPAS menempati ruangan seluas 1260 m2 dengan pembagian ruangan utama, yaitu ruang baca, ruang staf, dan ruang koleksi. Dengan berpedoman pada teori tentang kebutuhan luas ruang untuk tiap pemakai, ternyata ruang baca masih memiliki kelebihan ruangan yang cukup luas. Sehingga masih dapat menampung beberapa meja dan kursi tambahan. Demikian pula halnya dengan ruang staf. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, ruang staf masih memiliki ruangan cadangan untuk kira-kira 10 ruang staf lagi. Ruang koleksi Pusat Informasi KOMPAS yang berukuran 30 m x 17 m, menampung koleksi sejumlah 18.258 judul dengan 18.900 eksemplar. Menurut perhitungan yang dilakukan, ruangan ini menampung buku sebanyak 41 eksemplar/m. Angka ini didapat dengan membagi jumlah total koleksi dengan luas ruangan. Dibandingkan dengan angka yang diberikan dalam teori, ternyata ruangan inimasih dapat menampung kira-kira 5.745 eksemplar lagi. Bila diasumsikan pertambahan koleksi per tahun sebanyak 50 dari jumlah total koleksi maka diperkirakan ruangan ini masih dapat menampung penambahan koleksi sampai dengan kira-kira 6 tahun mendatang.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S15675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Hariyanti
Abstrak :
Sebuah Dokumentasi Video Pemberitaan di sebuah Stasiun Televisi sangat penting artinya guna membantu proses penyiaran program-program acara pada Stasiun Televisi tersebut, terutama pada penyiaran program acara pemberitaan. Selain itu, Dokumentasi Video Pemberitaan Televisi juga diperlukan keberadaannya oleh orang-orang di luar lingkungan Stasiun Televisi tersebut, seperti dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta, production house, maupun perorangan, untuk berbagai keperluan mereka.Unsur terpenting dari sebuah Dokumentasi Video Pemberitaan adalah koleksi, maka diharapkan koleksi yang dimiliki terjamin kualitas dan kelengkapannya. Dalam melakukan penyimpanan koleksi diperlukan sebuah sistem penyimpanan yang baik, agar.koleksi tersebut dapat ditemukan kembali dengan mudah jika diperlukan. Proses pengolahan koleksi sangat berperan dalam kemudahan dan keakuratan penemuan kembali informasi yang diinginkan, diawali dengan penerimaan koleksi, kemudian deskripsi bibliografi, yaitu proses pencatatan data sebuah koleksi secara detil untuk kemudian data tersebut akan disimpan dalam sebuah database. Setelah deskripsi bibliografi selesai, maka akan dibuatkan pengindeksan subjek untuk menentukan tempat penyimpanan koleksi di rak. Pengindeksan subjek terdiri dari pembuatan tajuk subjek dan klasifikasi. Akan tetapi, sistem pengindeksan subjek yang tepat untuk sebuah Dokumentasi Video Pemberitaan Televisi belum dapat ditemukan, sehingga jenis Dokumentasi tersebut di Indonesia menggunakan sistem yang dibuat sendiri atau memodifikasi sistem baku yang ada sesuai kebijakan masing-masing Dokumentasi menurut kebutuhan dan keinginan mereka.Di Dokumentasi Video Pemberitaan TVRI dan Library Liputan SCTV, sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem klasifikasi yang dibuat sendiri oleh masing-masing Dokumentasi, tanpa mengacu pada sistem klasifikasi baku yang ada. TVRI membagi koleksi mereka dalam 3 kelompok besar, yaitu koleksi VHS, koleksi Master Edit, dan koleksi Visual.SCTV membagi koleksi video mereka ke dalam 3 kelompok besar, yaitu koleksi KasetProgram Harian, koleksi Kaset Program Mingguan, dan Koleksi Visual Edisi Khusus. Koleksi Kaset Program Harian dibagi lagi menjadi 3 kelompok, yaitu Koleksi VHS, Koleksi Visual, dan Koleksi Backdrops. Dari kelompok koleksi Kaset Program Mingguan dibagi lagi menjadi 2 kelompok,yaitu Koleksi Master Edit dan Koleksi Visual. Koleksi Visual Edisi Khusus tidak dibagi lagi ke dalam kelompok yang lebih spesifik. Sistem penomoran kaset yang diterapkan oleh masing-masing Dokumentasi juga merupakan sistem yang dibuat sendiri oleh masing-masing Dokumentasi. Di TVRI penomoran diberikan berdasarkan ruang penyimpanan koleksi, sedangkan di SCTV penomorannya berdasarkan jenis koleksi. Secara garis besar, kegiatan pengolahan koleksi di kedua Dokumentasi sebenarnya hampir soma saja, yaitu dimulai dengan kegiatan perekaman atau pentransferan kaset, sesuai kebutuhannya. Dilanjutkan dengan pendeskripsian kaset, lalu diberikan nomor panggil, kemudian data yang telah ada pada kaset disimpan pada sebuah sistem penyimpanan data yang ada, di TVRI sistem penyimpanan datanya terpaksa masih menggunakan sistem manual, karena komputer yang ada rusak sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu, di SCTV sistem penyimpanan datanya menggunakan komputer, tetapi sayang, karena belum semua koleksi disimpan datanya di komputer tersebut. Setelah proses penyimpanan data selesai, kaset tersebut diberikan label untuk memberi keterangan di kaset, tetapi pada sebagian koleksi, kegiatan ini dilakukan setelah proses perekaman atau pentransferan. Setelah semua itu selesai, kaset dapat diletakkan di rak penyimpanan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S15525
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ujiani Windy Lestari
Abstrak :
Minat Baca Siswa di Sekolah Dasar : suatu tinjauan di SD. Pembangunan Jaya dan SD 12 Pondok Pinang. Minat bukanlah merupakan suatu tingkah laku tetapi merupakan suatu hal yang dapat mendorong timbulnya tingkah laku. Minat dapat timbul berdasarkan pengamatan, proses interaksi dengan obyek, orang atau sekelompok orang dalam situasi dan kejadian tertentu. Dleh karena sifat utama dari minat adalah labil, artinya suatu minat dapat menguat ataupun melemah jika ditempatkan pada suatu situasi tertentu. Demikian juga halnya dengan minat baca, Minat baca dapat mendorong orang untuk membaca. Minat baca bukan merupakan bawaan lahir melainkan perlu ditumbuhkan dan dikembangkan sejak dini. Penumbuhan minat baca sejak dini dapat dimulai di lingkungan terkecil yaitu keluarga, selanjutnya berkembang pada lingkungan yang lebih luas seperti sekolah dan masyarakat. Penumbuhan dan perkembangan minat baca ini juga memerlukan bimbingan, pembinaan, dorongan dengan motivasi yang jelas, dan diadakannya sarana yang lengkap berupa bahan bawaan yang cukup variatif sehingga menari perhatian anal. Disinilah peran perpustakaan dibutuhkan. Tidak perlu disangkal lagi bahwa membaca memberi banyak manfaat. Secara garis besar melalui membaca, individu memperoleh banyak informasi yang dapat memperluas cakrawala pengetahuannya. Gemar membaca merupakan suatu sikap yang amat sangat dibutuhkan oleh kita, masyarakat negara berkembang. Mengapa demikian? Negara berkembang memerlukan sumber daya alam dan terutama sumber daya manusia yang dapat diandalkan untuk membangun negara. Penciptaan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan dengan pemenuhan informasi yang antara lain akan didapat melalui membaca. Ironisnya, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, memiliki masyarakat dengan minat baca yang amat rendah. Yang lebih disayangkan lagi, kenyataan tersebut menyebabkan masyarakat Indonesia dengan tingkat umur yang rendah tidak dibiasakan untuk membaca. Para anak kecil yang seharusnya sudah ditumbuhkan dan dikembangkan minat bacanya, menjadi terhambat karena orang tua yang juga tidak menyadari pentingnya minat baca. Pihak sekolah yang juga bertanggung jawab atas pertumbuhan dan pengembangan minat baca siswa, belum sepenuhnya menyadari hal tersebut. Hal ini sangat bertentangan dengan kurikulum yang sekarang ditetapkan, yaitu menjadikan siswa mandiri. Kurikulum ini mengandalkan siswa dalam mencari informasi guna memenuhi kebutuhan pengetahuannya karena guru tidak lagi dijadikan sumber informasi utama. Satu hal yang dilupakan oleh pihak sekolah adalah bahwa untuk mendapatkan informasi, siswa harus memiliki sikap gemar membaca, dan untuk menjadikan siswa yang gemar membaca, berbagai pihak termasuk sekolah harus menumbuhkan dan mengembangkan minat baca tersebut. Jadi minat baca merupakan suatu hal utama dalam penciptaan siswa Indonesia yang berkualitas. Berdasarkan penjelaskan diatas, maka dapat dilihat bahwa membentukan minat baca tidak perlu dilakukan pada usia lanjut, tetapi akan lebih tepat dilakukan pada usiadini yaitu siswa Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia ada dua jenis SD, yaitu SD negeri dan SD swasta. SD negeri merupakan SD yang dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah dalam hal ini adalah Depdiknas, sedangkan SD swasta merupakan SD yang memiliki badan induk atau sponsor tertentu. Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa SD negeri seharusnya dapat lebih berkualitas karena didukung sepenuhnya oleh pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ternyata, banyak orang tua yang lebih mempercayakan SD swasta sebagai tempat bersekolah anaknya. Mengapa demikian? Banyak SD swasta yang memperhatikan sekali perangkat penunjang kegiatan belajar mengajar. Penunjang kegiatan belajar dan mengajar yang utama adalah perpustakaan yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan minat baca melalui koleksinya yang lengkap. Sedangkan di SD negeri pihak sekolah hanya menyediakan penunjang kegiatan belajar mengajar seadanya, bahkan banyak SD negeri yang tidak memiliki perpustakaan. Hal inilah yang menimbulkan perbedaan mutu pelajaran dan mutu siswa di SD negeri dan SD swasta.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S15607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Pubianasari
Abstrak :
Dalam penelitian mengenai Minat dan Kebiasaan Membaca Pelajar Sekolah Menengah Umum di Jakarta Timur, penulis mengkaji aspek-aspek seperti waktu untuk membaca, jenis bahan bacaan yang dibaca, cara-cara siswa mendapatkan bahan bacaannya, topik atau subyek bacaan yang disukai siswa dan alasan para pelajar membaca bahan-bahan bacaan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode survei, di mana pengambilan data dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner kepada 200 siswa yang dipilih sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para siswa belum menjadikan kegiatan membaca sebagai suatu kebiasaan, karena dalam kesehariannya mereka lebih banyak menggunakan waktunya untuk menonton televisi daripada untuk membaca. Adapun jenis bacaan yang dibaca mencakup koran, majalah, buku fiksi dan non fiksi, serta tabloid. Topik atau tema yang dipilih oleh responden berkisar pada subyak-subyek seperti hiburan, olahraga, kesenian, petualangan dan kisah-kisah tentang remaja secara umum. Alasan para pelajar membaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Sedikit banyak menunjukkan kesadaran para siswa bahwa membaca dapat memperluas cakrawala pengetahuan mereka. Terdapat korelasi antara alasan para pelajar untuk membaca dengan cara mereka mendapatkan bahan bacaannya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S14852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rianti
Abstrak :
Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia telah menggunakan sistem peminjaman berautomasi sejak tahun 1988 dengan menggunakan perangkat lunak dBase III Plus tanpa pemograman dan perangkat keras yang dipakai adalah komputer PC/XT. Sistem peminjaman berautomasi di Perpustakaan FSUI tidak sepenuhnya menggunakan komputer. Kegiatan yang dilakukan dengan komputer hanya kegiatan pemasukan dan penelusuran data peminjaman saja, sedangkan kegiatan sirkulasi lainnya seperti pembuatan statistik peminjaman, pemesanan buku yang sedang dipinjam, dan pembuatan surat peringatan keterlambatan masih dilakukan secara manual. Nadi sistem peminjaman berautomasi yang dipakai di Perpustakaan FSUI kurang efektif. Pada skripsi ini, penulis mencoba untuk mengevaluasi keefektifan biaya pada sistem peminjaman berautomasi yang sedang dioperasikan, dengan menggunakan metode Analisis Keefektifan Biaya. Metode ini mengukur sejauh mana keefektifan sistem dikaitkan dengan biayanya. Keefektifan yang diukur meliputi kinerja pegawai sirkulasi, keefektifan sistem peminjaman (perangkat lunak) yang dipakai, dan biaya-biaya yang terkait pada sistem tersebut. Pada penelitian ini, pengukuran waktu kegiatan sirkulasi dilakukan terhadap tujuh kegiatan dasar sirkulasi, yaitu kegiatan peminjaman, pengembalian, perpanjangan, pemesanan, perhitungan denda, pembuatan surat peringatan keterlambatan, dan pemberian jawaban atas pertanyaan pemakai. Pengukuran waktu kegiatan sirkulasi tersebut kemudian diubah menjadi bentuk uang. Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya transaksi sirkulasi buku per unit adalah Rp 164,69, sedangkan biaya total sistem peminjaman berautomasi adalah Rp 5.088.716,74 per tahun. Biaya transaksi sirkulasi buku per unit dapat menjadi lebih murah jika perpustakaan meningkatkan keefektifan sistem dengan memperbaiki/menambah fasilitas pada perangkat lunak yang dipakai, meningkatkan kinerja pegawai sirkulasi, dan menaikan volume sirkulasi.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S15227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Utomo
Abstrak :
Skripsi ini bertujuan membuat suatu Bibliografi cerita rakyat Indonesia yang cukup lengkap, sejak tahun 1945-1995. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan. Pengumpulan data dilakukan di beberapa perpustakaan, terutama di Perpustakaan Nasional RI, perpustakaan HB. Jassin, Perpustakaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, serta Perpustakaan Dinas P.T. Balai Pustaka. Data yang dikumpulkan adalah deskripsi bibliografi dari buku-buku cerita rakyat Indonesia dari berbagai golongan, yang terbit sejak 1945 sampai 1995, dan sudah dialih bahasa. Selanjutnya dilakukan penyusunan bibliografi ceita rakyat secara kronologis, yang kemudian dilengkapi dengan pemilahan/klasifikasi berdasarkan subjek (dalam hal ini berdasarkan daerah asal cerita tersebut). Bibliografi tersebut juga dilengkapi dengan indeks judul dan indeks pengarang. Sumber utama yang dipergunakan adalah Bibliografi Nasional Indonesia. Pada bibliografi ini terdapat 900 entri judul. Diperoleh kesimpulan bahwa masih kurangnya minat masyarakat atau peneliti dalam melakukan pengumpulan dan menerbitkan cerita-cerita rakyat yang khas dari masing-masing daerah di Indonesia. Sedangkan dari judul yang sudah pernah diterbitkan dapat diperoleh kesimpulan, masih kurangnya pemerataan jumlah terbitan dari setiap daerah. Karena ditemukan beberapa daerah/etnis/suku yang memiliki jumlah terbitan jauh lebih besar dibandingkan dengan daerah lain. Perpustakaan Nasional selaku penyusun Bibliografi Nasional Indonesia kurang pro-aktif dalam melakukan pengumpulan bahan pustaka dan penyusunan Bibliografi Nasional.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S15303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chitra Widyanti
Abstrak :
Penelitian mengenai peranan media audio visual dalam membantu bidang pendidikan yang telah dilakukan pada bulan November 1940 di perpustakaan IPPM, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan media audio visual dalam membantu siswa meningkatkan kemampuan belajarnya, dan sejauh mana peranan pustakawan dalam proses pengadaan (proses seleksi) media tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung, wawancara dengan pustakawan IPPM, riset perpustakaan dan menyebarkan kuesioner kepada responden yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media audio visual terbukti dapat membantu mahasiswa IPPM dalam meningkatkan kemampuan belajarnya, sedangkan media audio tidak. Peranan pustakawan IPPM dalam membantu menyediakan media tersebut cukup besar dan masih dapat ditingkatkan lagi. Agar media audio visual dapat berperan efektif dalam membantu mahasiswa IPPM meningkatkan kemampuan belajarnya, usaha-usaha yang perlu dipertimbangkan adalah proses seleksi media audio visual lebih ditingkatkan dengan memperhatikan isi media dan kesesuaian dengan mata kuliah yang diajarkan. Pengadaan ruangan khusus untuk koleksi audio visual. Penyediaan sarana temu kembali yang memadai untuk koleksi audio visual, misalnya katalog atau index. Pemberitahuan kepada pemakai bahwa perpustakaan IPPM memiliki koleksi audio visual. Pelayanan yang lebih ramah dari pustakawan yang bertugas.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S15214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniar
Abstrak :
Perpustakaan pada umumnya terbagi ke dalam ruangan-ruangan, antara lain ruang koleksi, ruang pemakai dan ruang kerja. Sebagai mana biasa, perpustakaan yang baik akan mengalami perkembangan dalam koleksi yang dimilikinya, pemakainya, maupun staff yang mengelolanya. Dengan penambahan ini terkadang perpustakaan mengalami keterbatasan ruangan untuk satu atau semua ruangannya. Pemecahan yang ditawarkan antara lain dengan mengadakan penataan kembali dengan memanfaakan ruang yang telah ada, meminta gedung baru atau melaksanakan program penyiangan. Dalam bahasan yang diambil adalah dengan menata kembali ruang yang ada sehingga perpustakaan dapat memanfaatkan ruangan dengan lebih efektif dan tepat guna. Perpustakaan Centre for Strategic and International Studies mengalami keterbatasan untuk ruang pemakai. Karena kekhususannya ini yaitu tidak meminjamkan koleksinya, melainkan harus ditata ditempat sehingga membutuhkan tempat duduk yang lebih banyak untuk pemakaian yang agak lama. Pemecahan yang dilakukan oleh perpustakaan C.S.I.S. adalah dengan memanfaatkan gudang yang telah ada yang diubah fungsinya menjadi ruang kerja. Ruang kerja ini menjadi lebih eksklusif karena antar staf tercipta keleluasaan pribadi. Antara meja staf terdapat sekat pembatas, tidak seperti penataan ruang sebelumnya. Ruang pemakai yang lama di ubah fungsinya menjadi ruang pemakai. Untuk warna dipilih warna yang cerah namun dapat menyamarkan warna yang kotor. Demikian dengan pencahayaan. Selain cahaya yang diperoleh dari alam yaitu dari matahari melalui jendela kaca yang membatasi perpustakaan dengan taman, dan cahaya lampu neon. Keuntungan dengan penataan kembali ini adalah pemakai tidak terganggu dengan kegiatan yang dilakukan oleh staf perpustakaan.Balik dari peralatan yang digunakan maupun dengan suara-suara percakapan antar staf atau staf dengan pemakai. Ruang pemakai lebih banyak tempat duduk bagi pemakai yang memanfaatkan koleksinya. Kerugiannya staf tidak dapat mengetahui apa yang dicari oleh pemakai. Karena pemakai merasa asing dengan penataan yang baru, karena ruangan untuk staf jauh di dalam. Untuk mengatasinya dengan menempatkan meja informasidi depan lemari catalog agar pemakai dapat memperoleh informasi yang dibutuhkannya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S15626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donda Marsaulina
Abstrak :
Penelitian mengenai kegiatan Humas di Perpustakaan Nasional telah dilakukan di Perpustakaan Nasional, jalan Salemba Raya No. 28 Jakarta, pada bulan Juni-Juli 1989. Tujuannnya ialah untuk mengetahui sampai sejauh mana Perpustakaan Nasional sebagai perpustakaan terbesar dan terpenting di Indonesia telah mengadakan kegiatan Humas sebagai upaya menjembatani dirinya dengan masyarakat dan mendayagunakan seluruh koleksinya. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan orang-orang yang berwenang dan para pelaksana di Perpustakaan Nasional, dan melalui observasi langsung di perpustakaan tersebut. Seluruh data yang terkumpul dianalisis dengan memperbandingkannya dengan berbagai teori Humas perpustakaan rincian The Library Association dan American Library Associaton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan Humas yang dilaksanakan di Perpustakaan Nasional masih sangat minim dan jauh dari memadai. Banyak tugas kehumasan yang belum dilaksanakan dan luput dari perhatian. Tidak adanya bagian Humas atau tim khusus Humas di Perpustakaan Nasional merupakan kendala utama dari masalah ini. Keadaan ini akan dapat diperbaiki apabila Perpustakaan Nasional mulai mengadakan bagian Humas atau tim khusus Humas yang kiranya dapat mengelola seluruh kegiatan Humas di perpustakaan tersebut.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S15230
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Larasati
Abstrak :
Skripsi ini berjudul Peranan Perpustakaan dalam Membin Minat dan Kebiasaan Membaca Siswa SD Al Izhar Pondok Labu Jakarta. Masalah yang mendorong penelitian ini adalah: Bagaimana minat dan kebiasaan membaca siswa SD Al Izhar serta sejauh mana perpustakaan sekolah berperan dalam membina minat dan kebiasaan membaca. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui minat dan kebiasaan membaca siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta usaha dan hambatan yang ditemui perpustakaan dalam upaya pembinaan minat dan kebiasaan membaca siswa.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa minat dan kebiasaan membaca siswa SD Al Izhar sudah baik, yang terlihat dari tujuan membaca siswa yaitu untuk memperluas wawasan dan hiburan, serta idealnya waktu digunakan untuk membaca dalam sehari yaitu 30-90 menit/hari. Faktor-faktor yang menentukan minat siswa adalah usia, jenis kelamin dan lingkungan. Sementara faktor yang mempengaruhi adalah sistem pendidikan, media elektronik dan ekonomi.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S15551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>