Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 277 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yemima Marcya
Abstrak :
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis adanya pengaruh kualitas audit, ukuran perusahaan, dan financial expert CEO terhadap manajemen laba dan perataan laba di industri manufaktur Indonesia. Proksi yang digunakan untuk menghitung manajemen laba adalah dengan modified Jones, lalu membagi sampel menjadi dua sub sampel untuk melihat kelompok above target (income-decreasing) dan below target (income-increasing), kualitas audit dibedakan menjadi audit oleh Big 4 auditor dan Non Big 4 auditor, pengukuran ukuran perusahaan dengan melakukan logaritma natural (ln) terhadap total aset, dan financial expert CEO yang dibedakan menjadi financial expert CEO dan not financial expert CEO. Uji regresi dilakukan dengan menggunakan regresi data panel Generalized Least Square (GLS) dan Ordinary Least Square (OLS). Hasil regresi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif signifikan kualitas audit terhadap manajemen laba tetapi tidak pada income-increasing, tidak terbuktinya ada pengaruh positif signifikan ukuran perusahaan melainkan negatif terhadap manajemen laba tetapi terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap income-increasing, serta tidak terbuktinya pengaruh signifikan financial expert CEO terhadap manajemen laba dan income-increasing. Penulis tidak bisa lakukan analisis untuk income-decreasing dikarenakan model yang tidak layak uji.


ABSTRACT

 


This study aims to test the hypothesis of the influence of audit quality, firm size, and financial expert CEO to earnings management and income smoothing in the Indonesian manufacturing industry. The proxy used to calculate earnings management is modified Jones, then the author divides the sample into two sub-samples to differentiate above target (income-decreasing) and below target (income-increasing), audit quality is divided into audits by Big 4 auditor and Non Big 4 auditor, measurement of firm size by carrying out natural logarithm (ln) on total assets, and financial expert CEO which is differentiated into financial expert CEO and not financial expert CEO. Regression tests were performed using Generalized Least Square (GLS) and Ordinary Least Square (OLS) panel regression. Regression results indicate that there is a significant negative effect of audit quality to earnings management but not to income-increasing, there is no significant positive effect on firm size but negative to earnings management but it is proven to have a significant positive effect to income-increasing, and no significant effect financial expert CEO to earnings management and income-increasing. The author cannot do income-decreasing analysis because the model is not worth testing.

2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Revana Aryani
Abstrak :

Penelitian ini membahas kemampuan model Altman Z-score emerging market score (EMS) untuk memprediksi status forced delisting di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selanjutnya berdasarkan data forced delisting di Indonesia selama kurun waktu 2004 – 2015, analisis diskriminan dengan menggunakan variabel Altman Z-score EMS dan tambahan variabel rasio arus kas operasi digunakan untuk menilai perbedaan tingkat akurasi prediksi antara kedua pemodelan tersebut. Penelitian ini menggunakan data 52 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Indonesia, 26 di antaranya mengalami forced delisting selama periode pengamatan dan 26 lainnya tidak mengalami forced delisting. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model model prediksi Altman Z-score EMS dapat digunakan untuk memprediksi pengenaan status forced delisting di BEI hingga tiga tahun sebelum perusahaan tersebut mengalami forced delisting dengan tingkat akurasi 67-69% per tahun pengamatan. Selain itu, dengan menggunakan data forced delisting di BEI, analisis diskriminan dengan menggunakan variabel Altman Z-score EMS dan rasio arus kas operasi/total kewajiban dapat meningkatkan tingkat akurasi prediksi pengenaan status forced delisting.


This study discusses the ability of Altman Z-score emerging market score (EMS) modelling to predict the status of forced delisting in Indonesia Stock Exchange (ISX). Furthermore, based on forced delisting data in Indonesia during the period of 2004 - 2015, discriminant analysis using Altman Z-score EMS variables and additional variable in form of operating cash flow ratio is used to assess the differences in the prediction performance. This study uses data of 52 non-financial companies listed in Indonesia, 26 of whom undergone forced delisting during the observation period and the other 26 did not experience forced delisting. From this study, it was found that the Altman Z-score EMS model can be used to predict the forced delisting status up to three years before the company undergone forced delisting with accuracy rate of 67-69% per year of observation. In addition, by using the forced delisting data, discriminant analysis using variables Altman Z-score EMS and the ratio of operating cash flow / total liabilities could increase the prediction accuracy rate of imposition of forced delisting status.

2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Laru Andriansyah
Abstrak :
ABSTRAK Tesis ini membahas mengenai perhitungan VaR risiko pasar dengan menggunakan pendekatan volatilitas yang diukur dengan model EWMA dan GARCH. Model EWMA dan GARCH digunakan dalam menghitung data return yang bersifat tidak konstan atau heteroskedastik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua model yang digunakan merupakan model yang valid. Namun bila dilihat secara praktis, model GARCH memberikan nilai VaR yang lebih rendah dibandingkan dengan model EWMA. Sehingga konsekuensinya model GARCH akan memberikan nilai capital charge yang lebih rendah dengan menggunakan asumsi exposure senilai 100.000.000 dan tingkat keyakinan 99%. Dengan menggunakan pendekatan ARCH/GARCH maka diperoleh VaR 1 hari terbesar pada saat volatile period yaitu pada Hongkong Sanghai Inde.
ABSTRACT In this thesis describing about the measurement of Value at Risk using volatility measured by EWMA and GARCH model. The EWMA and GARCH model are used due to the data of stock market index return which show a relatively heteroscedastic nature. The results of this research indicate that theoretically all the model used are valid model. However, when viewed in a practical, GARCH model provide a lower VaR compare to EWMA model. Consequently GARCH model will give a lower capital charge using the assumption 100.000.000 worth of exposure and 99% of confidence level. By using the approach of GARCH model, the highest 1 day VaR obtained in volatile period is in Hongkong Sanghai Index, while the highest 1 day VaR obtained in stable period is in IBEX5
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunmas Widamunti
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini menganalisa dan mengukur volatilitas serta risiko pasar komoditas pada Bursa timah dunia: London Metal Exchange (LME), Kuala Lumpur Tin Market (KLTM) dan Indonesia Commodity and Derivative Exchange (ICDX) pasar spot dan futures. Pendekatan Value at Risk (VaR) digunakan untuk pengukuran risiko pasar dengan model volatilitas GARCH dikarenakan data return pada seluruh Bursa yang diobservasi memiliki karakteristik heteroskedastik. Hasil pengukuran volatilitas menunjukkan bahwa Bursa LME spot memiliki nilai volatilitas terbesar yaitu 0.01353, kemudian KLTM dengan nilai volatilitas 0.01111, kemudian LME futures dengan nilai volatilitas 0.00997 dan ICDX dengan nilai volatilitas terkecil yaitu 0.00349. Dari hasil pengukuran VaR ditunjukkan bahwa Bursa timah yang memiliki risiko pasar terbesar dapat diurutkan menjadi: LME spot, KLTM, LME futures dan ICDX. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai volatilitas maka semakin besar nilai VaR dan semakin besar risiko pasar di dalamnya. Hasil uji validasi model VaR dengan backtesting membuktikan bahwa model VaR dapat digunakan sebagai alat ukur risiko pasar pada LME spot, LME futures dan KLTM pada confidence level 5% dan ICDX valid pada confidence level 10%.
ABSTRACT This study analyzes and measures the volatility and market risk of the World Tin Exchanges: London Metal Exchange (LME), Kuala Lumpur Tin Market (KLTM) and Indonesia Commodity and Derivative Exchange (ICDX) spot and futures markets. Value at Risk (VaR) method is used to measure the market risk with GARCH volatility models due to the data returns at all of the observed Exchanges had hetheroschedastic characteristics. Volatility measurement results showed that the LME spot is the market with the biggest volatility amounted 0.01353, then KLTM with volatility amounted 0.01111, LME futures volatility amounted 0.00997 and ICDX had the lowest volatility amounted 0.00349. VaR measurement results showed that tin Exchanges which has the biggest market risk can be sorted into: LME spot, KLTM, ICDX and LME futures. Thus it is concluded the greater volatility, the greater VaR value. Backtesting validation test results proved that the VaR model can be used as a market risk measurement on LME spot, LME futures and KLTM at 5% confidence level and ICDX validity is at 10% confidence level.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhany Syafriady
Abstrak :
Emas dikatakan sebagai alat investasi yang cukup aman selama periode krisis. Tetapi bagaimanakah kondisi instrumen investasi lain seperti saham perusahaan yang masih terkait dengan emas pada periode tersebut juga. Penelitian ini mencoba untuk melihat pola pengaruh dari komoditas emas terhadap saham emiten yang terkait dengan pertambangan logam emas pada tingkat pengembalian (return). Kesimpulan yang dicapai pada penelitian ini, bahwa terdapat pengaruh yang positif dari pengembalian (return) komoditas emas terhadap pengembalian(return) saham emiten yang terkait dengan pertambangan logam emas.
Gold is told as a safe investment instrument during the crisis period. But what about other investment instrument like the stock of gold related company during the same period. This research is trying to see the effect from the gold commodity and stock from emiten whose related to gold mining on return level. Conclusion is reached by this research, that there is positive effect from the gold return to return from issuers whose related to gold mining.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32171
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gigih Prastowo
Abstrak :
ABSTRAK
Perdebatan tentang bail out untuk menyelamatkan bank kembali muncul sejak krisis keuangan global 2007-2008. Amerika mengeluarkan dana talangan lebih dari 475 miliar dolar, terbesar dalam sejarah. Beberapa pihak menganggap talangan itu berhasil dan beberapa dianggap gagal dan tidak konstitusional karena mereka menyediakan dana perpajakan ke sektor swasta. Di Indonesia hal serupa muncul setelah keluarnya bail out untuk bank Century sampai akhirnya protokol krisis Indonesia tidak lagi menggunakan jaminan sehingga pembaharuan rezim harus diperiksa kembali apakah layak atau tidak. Peneliti menggunakan pengujian sensitivitas dinamis dan metode CoVaR untuk melihat dampak sistemik dan persyaratan modal jika terjadi skenario buruk dalam perekonomian. Peneliti hanya menghitung aset LPS sebagai penjamin karena mayoritas pemegang saham modal dan kontribusi industri perbankan yang menjadi sumber daya dalam mekanisme bail in sulit diukur dengan andal. Dengan demikian peneliti menemukan bahwa dengan skenario optimis, LPS sendiri masih dapat menangani skenario base case dan skenario adverse. Namun tidak lagi bisa menangani saat skenario bergeser menjadi severely adverse atau skenario dengan kondisi krisis 1998.
ABSTRAK
Indonesia has been implementing the no bail out mechanism as part of its protocol to rescue bank problem mainly for systemically important bank. It is utterly important to perform a simulation test to check the feasibility of this newly implemented policy. This research uses dynamic stress testing and CoVaR methods to see the systemic impact and capital requirements in the event of an economic downturn and normal condition. The guarantee proxy is limited to Indonesian Deposit Insurance Corporation LPS asset only due to lack of majority shareholder capital and bank contribution in bail in mechanism data availability . The result shows that with under the optimistic scenario, LPS asset is sufficient to cover the cost of bank rescue. However, under the pessimistic scenario, the cost is beyond LPS capability. Hence no bail out mechanism can only be working properly under normal condition but not in severely adverse condition.
2017
S69582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, David Irving Halomoan
Abstrak :
Penulisan karya akhir ini mengulas penerapan model FCFF untuk menentukan nilai intrinsik suatu saham yang dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan bagi investor yang tertarik. Karya akhir ini mengambil studi kasus salah satu perusahaan perkebunan terkemuka di Indonesia, yaitu PT. Astra Agro Lestari Tbk. Saat ini, usaha agribisnis kelapa sawit sedang berkembang dengan pesat seiring dengan masih besarnya potensi yang dimiiiki oleh bangsa Indonesia. PT. Astra Agro Lestari merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Astra Internasional, yang memfokuskan bisnisnya dalam bidang pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan produksi CPO. Saat ini Astra Agra Lestari merupakan emiten yang memiliki area perkebunan terbesar dengan luas area mencapai 200,000 hektar. Selain CPO, Astra Agra juga memproduksi karet, teh, dan juga kakao. Namun, CPO masih merupakan kontributor terbesar terhadap pendapatan perseroan. Untuk melakukan analisis yang menyeluruh atas kondisi perusahaan dapat dilakukan melalui analisis fundamental. Analisis fundamental dibuat berdasarkan pada pendekatan Five Forces of Porter. Kemudian dilakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan selama lima tahun kebelakang, yaitu dari tahun 2001 sampai dengan 2005. Dad seluruh analisis tersebut, penulis dapat membuat asumsi-asumsi yang diperlukan dalam menyusun proyeksi laporan keuangan baik neraca maupun laporan laba ¬rugi dalam lima tahun kedepan. Proyeksi laporan keuangan tersebut digunakan untuk menghitung proyeksi free cash flow to the firm (FCFF) dari tahun 2006 sampai dengan 2010, dan dengan menggunakan metode Discounted Cash Flow Valuation (DCF), maka diperoleh value of the firm PT Astra Agro Lestari. Selanjutnya dapat dihitung intrinsic value of the equity per share dari perusahaan, yang didapat nilainya sebesar Rp. 7.151.- per lembar saham. Dari perbandingan antara nilai pasar dengan intrinsic value per share tersebut, dapat disimpulkan bahwa PT. Astra Agro Lestari telah menjalankan bisnsnya dengan balk. Iiasil valuasi menunjukkan, bahwa harga saham PT. Astra Agro Lestari pada tanggal 29 Desember 2005 dalam posisi undervalue, yaitu sebesar Rp. 4.900/lembar saham, dibandingkan dengan instrinsic value per share hasi I valuasi FCFF sebesar Rp.7.15 L .-/lembar saham.
The aim of this final assignment is to study the implementation of FCFF model to determine the intrinsic value of a share that can be used as a tool for an interested investor in making decision. This final assignment took case study the one of the largest plantation firm in Indonesia, that is PT Astra Agra Lestari Tbk Today, palm oil business has been growing lastly meanwhile Indonesia still has great potency to develop. PT. Astra Agro Lestari is one of the subsidiary of PT Astra Internasional, which focused it's business in palm oil plantation and produces crude palm oil. Nowadays, PT. Astra Agro Lestari is the firm that listing on Jakarta Stock Exchange that has largest plantation area, about 200,000 hectare. Besides CPO (crude palm oil), firm also produces rubber, tea, and cocoa. But CPO is still the product that has biggest contribution to the sales of the firm. To do whole analysis about the condition of the firm, we can use fundamental analysis. Fundamental analysis is done by Five Forces of Porter approach. Then we analyse the firm's financial statement in the past five years from year 2001 to year 2005. From the all analysis, the writer can make assumptions that it need to create financial statement projection, both balance sheet and income statement for the next five years. This financial statement projection are used to calculate free cash flow to the firm (FCFF) projection from year 2006 to year 2010, and by Discounted Cash Flow Valuation (DCF) method we can get value of Astra Agro Lestari. After that we can calculate intrinsic value of the equity per share and we find the value is Rp. 7.151. - Per share. From the comparation between market value and intrinsic value per share, we can conclude that PT. Astra Agro Lestari has done its business well. The result of valuation shows that the value of share on 29 December 2005 is undervalue, that is Rp. 4.900 per share, while the intrinsic value per share is Rp. 7.151 per share.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19721
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bakti Idaman Nanda
Abstrak :
Model Markowitz sudah umum dipakai sejak 1952 untuk memilih portfolio. Model ini menggunakan expected return dan risk sebagai untuk menyederhanakan masalah investor dalam menemukan portfolio yang sesuai dengan kriteria. Dalam model Markowitz, variance dianggap sebagai ukuran dan resiko. Menurut Young (1998) banyak peneliti yang mempertanyakan apakah matriks kovarian 6 merupakan ukuran resiko yang sesuai. Mereka mengasumsikan bahwa pandangan investor yang normal tidaklah simetris. Seringkali kerugian yang sedikit sudah cukup besar bagi seorang investor. Di sisi lain, profit hams cukup tinggi agar sesuai dengan harapan investor. Selain itu model Markowitz memungkinkan terjadinya portfolio yang tidak efisien bila data memiliki distribusi tertentu. Masalah yang lain adalah model Markowitz tidak mengakomodasi variabel keputusan integer atau boolean, sehingga tidak bisa digunakan untuk membuat keputusan yang lebih kompleks, misalnya untuk mengakomodasi constraint biaya tetap transaksi. Hal ini menunjukkan bahwa model klasik Markowitz harus dianggap sebagai pendekatan terhadap masalah kompleks yang dihadapi oleh investor. Young memberikan alternatif formulasi dalam masalah yang umum disebut sebagai portfolio selection problem ini. Young memperkenal aturan Minimax yang memaksimalkan minimum return ini. Formulasi pemilihan portfolio dalam bentuk linear programming ini memiliki keunggulan dibandingkan metode mean -variance yang merupakan formulasi quadratic programming. Menurut Young kelebihan linear programming dibandingkan dengan quadratic programming adalah bahwa pemilihan portfolio dengan variabel keputusan integer atau 0-1 menjadi feasible. Dengan demikian feature ini memungkinkan untuk digunakannya model decision making yang lebih kompleks. Sebagai contoh, model linear-integer programming bisa mengakomodasi constraint biaya tetap untuk transaksi, jenis biaya yang biasa dihadapi oleh pars manajer portfolio. Dalam penelitian ini, dilakukan perbandingan dua metode yang menggunakan pendekatan yang berbeda untuk mendapatkan portfolio yang diinginkan. Markowitz menggunakan kriteria return dan standar deviasi, sedangkan pada metode Minimax, digunakan kriteria Mp atau maksimasi minimum return untuk semua periode observasi. Untuk membandingkan kinerja dari kedua metode ini, bisa dilakukan beberapa Cara. Pertama, dengan cafe membandingkan kinerja kedua metode dari kriteria risk dan return, yaitu kriteria yang digunakan oleh Markowitz Kedua, dapat dilakukan perbandingan kriteria Mp, yaitu nilai maksimal dari return minimal portfolio untuk seluruh periode pengamatan. Sedangkan yang ketiga adalah dengan membandingkan utility, yaitu nilai manfaat yang diterinia oleh investor. Masing-masing perbandingan memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada penelitian ini, perbandingan dilakukan dengan care pertama dan cars ketiga. Dalam penelitian ini, perbandingan dengan cars pertama dilakukan dengan membandingkan perbedaan kinerja antara kedua model portfolio tersebut dengan Risk Adjusted Measure, yaitu Sharpe, Traynor, dan Jensen pada indeks saham LQ45. Selain itu penulis juga berusaha untuk menganalisis karakteristik portfolio Minimax dari expected return, required return, standar deviation, dan indeks risk aversion. Sedangkan cars ketiga dengan membandingkan nilai utility, yang dinilai relatif "fair" untuk menilai kedua portfolio. Dari penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa pengukuran dengan Sharpe. Traynor, dan Jensen menunjukkan bahwa kinerja portfolio metode Markowitz mengungguli kinerja portfolio metode Minimax. Kesimpulan yang lain adalah portfolio yang clihaJsilkan metode Minimax menghasilkan standar deviasi (risk) yang lebih tinggi daripada portfolio dengan rata-rata sebesar 7.76% lebih tinggi. Sedangkan pads expected return yang tinggi, metode Minimax menghasilkan standar deviasi portfolio yang mendekati metode Markowitz. Untuk required return yang rendah. Metode Minimax menghasilkan expected return dan risk yang lebih tinggi dari metode Markowitz. Dan dari pengukuran utility dengan berbagai indeks risk aversion, dapat diketahui bahwa metode ini menghasilkan utility yang tinggi untuk indeks risk aversion yang rendah, sehingga metode ini lebih sesuai untuk digunakan investor yang kecenderungannya untuk menghindari resiko adalah rendah.
Markowitz model has been used since 1952 to solve portfolio selection problem. This model used expected return and risk to simplify investor problems to find their expected portfolio with which match their criterions. In Markowitz model, variance represents risk which is faced by investors. In Maximin formulation, researchers assumed that investors view regards risk is not symmetric. Very often, a small loss is enough to make somebody very sad. On the other hand, the profit must be considerably high in order to make the investor very happy. Another problems, Markowitz model can lead to inefficient portfolio in certain distribution, and Markowitz model can not accommodate transaction fixed cost constraint and Boolean constraint. This implies that that Markowitz classical model should be considered as an approximation to rather complex problems that all investor face. Young gives alternative formulation to solve these portfolio selection problems. Young introduce Minimax which maximize minimum return. This linear programming formulation has some advantages compared to mean-variance method compared to mean variance methode which formulated in quadratic programming. According to Young, linear programming accommodates Integer or Boolean constraint Linear programming enables manager to solve complex problems which involve these fixed cost constraint, a kind of constraint usually faced by portfolio manager. This thesis compares two different methods which use to different approach to get the portfolios. Markowitz use return and standard deviation, and Minimax use Mp to maximize the minimum return in all observed period. To compare these methods, we can devide in three ways. First, compare their performance using risk and return, the approach which is used by Markowitz Second, compare their performance using Mp criterion, the criteria that maximize the minimum returns in all observed periods. Third, compare the portfolio's utility of both methods. Each of those comparation has advantages and disadvantages. This thesis uses the first and the third way. Using the first way, we compare the performance between those methods using Risk-Adjusted Measure, which is Sharpe, Treynor and Jensen in LQ45 index. Besides them, we try to analyze the characteristic of Minimax portfolio from variables such as expected return, required return, standar deviation, and risk aversion index. Using the third way, we compare the utility measure, the measure which is assessed fair enough to asses the performance from both methods. From the experiment, Sharpe, Treynor, and Jensen measure prove that Markowitz method is superior compared to Minimax method. Another conclusion, Minimax portfolio results a higher standard deviation, which is 7.76% higher compared to Markowitz method. In high expected return, Minimax method yield standard deviation close to Markowitz's method. For low required return, Minimax method yield higher higher expected return and risk than Markowitz method. And from utility calculation with various risk aversion index, it is found that Minimax method yield higher utility for low risk aversion index, it makes Minimax appropriate to used by investor which has low degree of risk aversion.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fidi Dewi Safitri
Abstrak :
ABSTRAK
Penawaran Saham Perdana (IPO) adalah menjual saham perusahaan ke publik melalui Bursa Efek. Tujuannya untuk mendapatkan dana bagi pembiayaan aktivitas perusahaan, ekspansi maupun kegiatan investasi lainnya. Hal penting dalam aktivitas IPO adalah harga saham perdana. Agar menarik investor untuk membeli saham IPO, harga saham perdana terkadang ditetapkan lebih rendah dari nilai wajarnya. Dengan demikian terjadi abnormal return yang positif, ketika hari pertama saham diperdagangkan. Fenomena ini dikenal dengan nama underpricing.

Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu pertama, untuk mengetahui besaran underpricing dalam penawaran saham perdana pada industri keuangan. Kedua, mengetahui perilaku saham selama 60 hari setelah penawaran snham perdana pada industri keuangan. Dan ketiga adalah untuk mengetahui dampak kondisi pasar (bullish dan bearish), umur perusahaan dan nilai emisi saham terhadap tingkat underpricing pada industri keuangan.

Penelitian ini menggunakan sampel 18 emiten yang melakukan penawaran saham perdana di industri keuangan pada Bursa Efek Jakarta selama tahun 2002 sampai dengan 2005. Hasil penelitian ini adalah Saham perdana mengalami underpricing ketika diperdagangkan pertama kali di pasar sekunder. Besaran average abnormal normal pada hari pertama perdagangan adalah 25,25% dan signifikan pada oc = 5%. Perilaku Saham perdana dapat dilihat pula dari pola cumulative average abnormal return (CAAR). Pola CAAR 2002-2005 menunjukkan bahwa besaran underpricing yang terbesar terjadi pada hari pertama. Pada hari kedua, saham mengalami koreksi yang signifikan.

Fenomena underpricing tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di dalam luar negeri yaitu oleh Ritter (1991) yang menghasilkan initial return adalah sebesar 14,8%. Sedangkan penelitian Reilly dan Hatfield (1969), memperoleh return sebesar 9,5%. Penelitian di Indonesia dilakukan oleh Hermawan (2000), Kusumaningtyas (2001), Hudiyanto (2002) dan Herika (2004) yang hasil penelitiannya abnormal return berurutan sebagai berikut 8,S2%, 34,49%, 21,96% dan 1,01%.

Sedangkan hasil pengujian variabel-variabel yaitu kondisi pasar, umur perusahaan dan nilai emisi saham yang diduga berpengaruh terhadap besaran underpricing mendapatkan hasil bahwa varabel-variabel tersebut secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap underpricing.
2007
T21244
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M Hanggono Kartika Putro
Abstrak :

Tesis ini meneliti bagaimana BEKRAF sebagai Lembaga Pemerintahan Non Kementerian membantu UMKM yang bergerak di bidang ekonomi kreatif dalam hal pendanaan modal usaha. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai dua pihak dengan tiga narasumber berbeda yang mana kemudian hasil wawancara tersebut dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan  yang berlaku sejak tahun 1961 hingga bulan Oktober 2018. Dewasa ini, crowdfunding sudah dikenal sebagai salah satu metode alternatif untuk mendapatkan dana tambahan untuk membiayai proyek suatu individu atau suatu badan. Hingga bulan Oktober tahun 2018, Indonesia belum memiliki peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur mengenai crowdfunding. Namun ternyata penggunaan crowdfunding di Indonesia masih mungkin dilakukan dengan berdasarkan pada beberapa ketentuan dari beberapa peraturan perundang-undangan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk meneliti apakah instansi publik di Indonesia, khususnya Badan Ekonomi Kreatif, dapat menggunakan crowdfunding untuk mendapatkan dana tambahan guna membantu para pelaku ekonomi kreatif.

 


This paper provides insights mechanism on how one of Indonesian public body called Badan Ekonomi Kreatif helps Indonesian SMEs who operate in creative industry by funding their project or business. This research is done by interviewing three persons from two different entitites, then the results will be compared to Indonesian regulation which are still relevant until October 2018. Crowdfunding nowadays is worldly known as an alternative for individuals or firms to gain extra cash to fund their project or to increase SMEs cash inflow. In the past, scholars already figured out that Indonesia didn’t have any specific regulation on crowdfunding, but they figured out that there are hopes in Indonesian regulations that allowed the usage of crowdfunding in Indonesia for individuals and firms. This research has a sole purpose to figure out if one of Indonesia’s state body can utilize crowdfunding to gain extra cash to fund Indonesian SMEs

 

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>