Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Chuzaivah Ichsan
"Achmad Chuzaivah Ichsan. Skripsi berjudul Gentlement_s Agreement 15 Januari 1937 Antara PSSI dengan NIVU (dibawah bimbingan Iman Hilman M. Hum) Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004. 84 hlm + viii hal termasuk bibliografi, lampiran, indeks, dan riwayat singkat. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan sepakbola di Indonesia pada tahun 1930-an. Dengan difokuskan pada kesepakatan yang terjadi antara PSSI dengan NIVU di tahun 1937. kesepakatan ini merupakan salah satu keberhasilan bangsa Indonesia dalam melawan dominasi bangsa Eropa. Penelitian dan pengumpulan bahan dilakukan melalui studi kepustakaan di berbagai perpustakaan di Jakarta dengan mempergunakan surat kabar dan majalah sejaman sebagai sumber primer. Penelitian juga dilakukan dengan melakukan wawancara dengan tokoh sepak bola sejaman."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarwoto
"Perjuangan kemerdekaan Indonesia, selain dilakukan secara fisik (militer) juga dilakukan lewat jalur diplomasi. Salah satu di antara diplomasi tersebut yaitu Persetujuan Konperensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949. Namun akibat persetujuan ini, timbal interpretasi dari kalangan pesantren Somalangu di Daerah Kebumen. Mereka menganggap bahwa dengan disetujuinya persetujuan KMB oleh RI berarti masih terdapat campurtangan asing sehingga kemerdekaan RI belum penuh seratus persen. Bahkan AUI mencap RI sebagai kafir. Hal di atas menyebabkan timbulnya perselisihan paham antara pesantren Somalangu (dipimpin oleh Kyai Machfudz) dengan pemerintah RI. Kalangan pesantren membentuk laskar dengan nama Angkatan Umat Islam (AUI). Lebih jauh dari itu, sebenarnya AUI sudah lahir pada akhir tahun 1945-an yang mana pada saat itu mereka masih berusaha bahu-membahu dengan pemerintah RI berjuang melawan penjajah. Sejak KM., hubungan yang harmonic antara AUI dengan pemerintah RI menjadi perselisihan yang berkepanjangan sebab AUI sedikit demi sedikit tumbuh sebagai gerakan pemberontak. Untuk menarik minat masyarakat Kebumen dan luar Kebumen untuk masuk AUI, Kyai Machfudz memberikan ilmu-ilmu kekebalan tubuh berupa doa dan rajah sebagai bekal di medan perang. Selain itu, pengikut AUI juga diberikan pembinaan mental spiritual dan siraman rohani. Reran ini diberikan kelompok rohani. Adanya kelompok kerohanian inilah yang membedakan AUI dengan badan perjuangan lain. Usaha diplomasi pemerintah untuk memperbaiki hubungan dengan AUI mulai dijalin kembali, akan tetapi selalu menemui kegagalan. Akhirnya pemerintah mengambil sikap dengan menempuh jalan militer untuk menumpas kekuatan AUI yang memberontak tahun 1950. Pada saat itu Kyai Machfudz berhasil ditangkap. Semenjak itu pulalah AUI berakhir."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S12670
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Oktaviani
"Pabrik Gula Poerworedjo dibangun tahun 1909 di Afdeeling Poerworedjo Karesidenan Kedoe. Setelah Perang Dunia I dan terjadi krisis ekonomi tahun 1920 sebagai dampaknya, produksi pabrik ini secara umum mengalami peningkatan pada tahun 1920-an. Peningkatan ini didukung oleh kondisi pasaran gula yang mengalami kenaikan harga secara umum, walaupun pada tahun-tahun tertentu ada sedikit penurunan harga gula namun hal tersebut tidak banyak mempengaruhi produksi Pabrik Gula Poerworedjo. Pabrik ini terus meluaskan areal perkebunannya dan menambah produksinya. Tampaknya, peningkatan produksi yang selama kurang lebih sepuluh tahun itu dirasakan, harus mengalami guncangan berat akibat depresi ekonomi 1929 yang hampir melumpuhkan perekonomian dunia, termasuk Hindia Belanda. Harga gula jatuh dan terus menerus mengalami penurunan. Dengan demikian, Pabrik Gula Poerworedjo mengalami kerugian karena biaya produksi yang dikeluarkan lebih besar dari harga jual gula yang rendah. Belum lagi penyakit Kalimati yang sempat menyerang tanaman tahu di perkebunannya tahun 1930. Bukan hanya itu, dan yang paling memberikan dampak buruk bagi kelangsungan produksi Pabrik Gula Poerworedjo adalah kebijakan pemerintah melalui Suikeruitvoer-ordonnantie dan Suikeruitvoer-verordening yang membatasi produksi gula untuk ekspor. Sehingga tahun 1932, Pabrik Gula tidak dapat menanami sebagian besar areal lahannya dan tahun 1933, sama sekali tidak melakukan penanaman tabu. Dengan demikian hal ini memaksa Pabrik Gula Poerworedjo mengakhiri produksinya dan tutup di tahun 1933. Penutupan Pabrik Gula Poerworedjo ini temyata membawa dampak pula terhadap perubahan ekonomi penduduk yang terlibat di dalamnya. Para kuli dan pegawai yang bekerja baik di pabrik maupun di perkebunan, harus kehilangan pendapatan tambahan mereka. Mereka yang biasanya bekerja di kebun tahu setelah panen padi, setelah pabrik tutup hanya dapat menanam palawija di sawah atau bekerja sambilan menjadi buruh upahan. Dan penduduk yang menyewakan tanahnya kepada pabrik gula, tidak dapat lagi memiliki uang sewa yang dulu diterimanya. Terlebih lagi, bukan hanya harga komoditi ekspor saja yang mengalami penurunan harga padi dan hasil palawija lainnya juga ikut menurun. Turunnya harga hasil tanaman penduduk ini mengakibatkan menurunnya juga pendapatan penduduk."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S12308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Yanti
"Dinas Kesehatan Rakyat Kolonial dibentuk pada tahun 1925 dengan dilatar belakangi belum adanya perhatian pemerintah kolonial terhadap kesehatan bumiputera. Institusi kesehatan kolonial pertama di Hindia Belanda adalah Militaire Geneeskundigde Dienst (MGD) dibentuk pada masa pemerintahan Gubernur Jendral H.W. Daendles. Institusi kesehatan tersebut hanya dikhususkan bagi anggota militer kolonial. Usaha kesehatan untuk sipil mulai diadakan satu tahun kemudian, maka dibentuklah Burgerlijke Geneeskundige Diensi (BGD). Namun BGD meripakan subordinat dari MGD, hal inilah yang menyebabkan adanya pengabaian terhadap pelayanan kesehatan masyarakat sipil (baik pribumi maupun Eropa), karena ketika itu tentara tetap menjadi obyek utama dalam pelayanan kesehatan.BGD kemudian memilki tugas untuk perbaikan tingkat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu pada tahun 1925 dibentuklah Diensi der Volksgezondheid (DVG) yang gencar melancarkan kampanye dan propaganda untuk memberantas penyakit-penyakit yang melanda rakyat baik secara endeinis maupun epidemi.s. Dalam menjalankan misinya, DVG memerlukan tenaga medis yang memadai, sehingga mendatangkan dokter-dokter dari barat. Pada tahun 1924 datanglah dokter ahli kesehatan pertama di Amerika J.L,. Hydrick di Jawa atas undangan pemerintah Hindia Belanda dan dibiayai oleh Rockefeller Foundation. Hydrick dim-Wang untuk menjalankan proyek sanitasi di Purwokerto (Banyumas), program itu kemudian lebih dikenal dengan Medisch Hygienische Propaganda. Program propaganda kesehatan di Banyumas tidak akan berjalan tanpa peran serta dari berbagai pihak seperti Dokter Pribumi, Tokoh Pribumi, para guns dan siswa serta lembaga lainnya seperti Balai Poestaka dalam menyediakan Bacaan Rakyat. Namur demikian tanpa kepercayaan bumiputera akan ilmu kesehatan barat maka program propaganda kesehatan tersebut tidak berjalan efektif. Karena upaya yang digunakan orang barat tidak bias dengan begitu saja dipakai di masyarakat Banyumas yang memiliki keadaan dan tabiat yang berbeda dengan di Barat. Masyarakat bumiputera Banyumas lebih percaya kepada dukun, adat, dan agama atau kebiasaan hidup yang telah ada sejak nenek moyang mereka. Bagi masyarakat bumiputera Banyumas mengikuti ajaran ilmu kesehatan barat berarti hares merubah kebiasaan hidup mereka sepenuhnya, Terlebih bagi bumiputera propaganda kesehatan itu hanya intermezzo belaka, karena rakyat juga dibebani dengan biaya kesehatan sendiri terlebih pada tahun 1930 ketika terjadi krisis, anggaran kesehatan hanya tinggal 1/6 dari dana yang dianggarkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12495
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Kharisma
"Penelitian ini membahas tentang perdagangan mobil di Hindia Belanda pada awal abad ke-20 hingga akhir masa depresi ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang perdagangan mobil di Hindia Belanda mulai dari awal abad ke-20 hingga saat terjadinya penurunan perdagangan mobil di Hindia Belanda pada masa depresi ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perdagangan mobil di Hindia Belanda mempunyai dampak yang cukup besar terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat Hindia Belanda. Hal ini dapat dilihat dari awal kemunculan mobil hingga saat terjadi penurunan penjualan mobil pada tahun 1930-an di Hindia Belanda.

This objective research is about cars traiding in Netherland Indies at the early of 20 century until the end of economic depression time. The purpose of this research is to know about car traiding in Nethrland Indies from the early of 20 century until when case decreasing of car traiding in Netherland Indies at economic depression. This research uses historical method (heuristic, critic interpretation, and historiography). The conclusion is about car traiding in Netherland Indies that has a massive impact for Netherland Indies society social-economic condition. We can see this impact from the very beginning of car invention until the decreasing of car selling in 1930_s in Netherland Indies."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12110
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Prasetya Dwi Marta
"Skripsi ini membahas tentang peranan kaum buruh pribumi di Jawa yang tergabung dalam serikat buruh dan federasi serikat buruh melawan penindasan yang dilakukan oleh kaum kapitalis asing dan pemerintah kolonial Hindia Belanda pada masa Perjuangan Pergerakan Nasional Indonesia. Kaum buruh ini memperjuangkan nasib mereka yang tertindas dan dieksploitasi oleh kaum kapitalis asing yang dilindungi oleh pemerintah kolonial Hindia belanda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pada tahun 1920-an pergerakan kaum buruh dalam serikat buruh dan federasi serikat buruh berlangsung secara radikal dan revolusioner yang diwarnai dengan aksi protes dan mogok kerja terbuka yang terorganisir. Aksi ini juga didukung oleh organisasi bumiputra seperti Sarekat Islam dan PKI yang bersifat kontra terhadap kapitalisme asing dan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pada puncaknya, perjuangan itu menempuh jalan revolusioner yang diwarnai dengan pemberontakan PKI tahun 1926 di Jawa. Namun, aksi pemberontakan ini dapat ditumpas oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda karena dinilai kurang matang dalam perencanaan dan aksinya.

The tesis discusses about the role of indigenous labors in Java who joined in the labor union dan federation labor union against pressure from the alien capitalist and Dutch Colonial Government in a time of National Movement of Indonesia. This indigenous labors struggle their live from pressured by alien capitalist who gets protected by Dutch Colonial Government. These study concluded that in the 1920s the labors movement in labor union and federation of labor union had been radikal and revolutionaire with full of protest and open organize strike. This action was also supported by opposing indigenous organisation like Sarekat Islam and PKI against alien capitalist and the Dutch Colonial Government. In climax, that struggle rule the way of revolutionaire with communist rebellion in Java 1926. But, this rebellion can terminated by the Dutch Colonial government because this rebellion is not to fit in plan and action."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S12229
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tyson Tirta
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas suatu lembaga yang melakukan penyelidikan mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa. Komisi bernama Mindere Welvaart Commissie. Skripsi ini mengambil periodisasi tahun 1902-1914. Tahun 1902 adalah awal mula penyelidikan yang ditandai dengan surat keputusan pemerintah mengenai pembentukan komisi tersebut, sedangkan 1914 adalah akhir dari penyelidikan yang ditandai dengan rampungnya seluruh hasil laporan penyelidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha-usaha untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan rakyat bukan hanya melalui regulasi ekonomi di tingkat pusat, melainkan memerlukan juga keterlibatan sektor ekonomi mikro yang potensial di kalangan rakyat kecil.

ABSTRACT
This study discusses an institution which investigated on the prosperity of Javanese: the commission so-called Mindere Welvaart Commissie. The period of this study is between 1902-1914. It takes 1902 as the starting point of the investigation which was marked by the governmental decree about establishment of the commission, while 1914 is the end of the investigation which was marked by accomplishment of the whole investigation reports. The result of this study shows that the efforts to improve the prosperity of Javanese not only through the economic regulation of central government, but also the involvement of the potential micro economic sector within the common people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1366
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Nur`aini Ardani
"ABSTRAK
Pada abad ke-19 industri gula berkembang pesat, bahkan menjadi komoditi nomor satu dalam kegiatan ekspor impor dan menghasilkan keuntungan yang besar bagi pemerintah Hindia Belanda. Salah satu wilayah yang mengembangkan perkebunan tabu adalah Praja Mangkunegaran. Praja Mangkunegaran di bawah pemerintahan Mangkunegara IV telah berhasil mengembangkan perekonomiannya. Tanah-tanah yang tadinya disewakan, ditarik kembali untuk dikelola sendiri. Sistem penggajian dengan tanah diganti dengan uang. Dengan hasil perkebunan dan pertanian yang melimpah maka dibangun pula pabrik-pabriknya, antara lain pabrik gula, kopi, teh, indigo, bungkil dan lain-lain, Selain itu Mangkunegaran IV juga membangun hotel dan penginapan di daerah wisata di wilayahnya. Pabrik gula Tasikmadu di Karanganyar dibangun tahun 1871 merupakan pabrik gula milik Mangkunegaran yang kedua setelah Colomadu di Malangwijan. Pabrik ini merupakan pabrik tercanggih dan terlengkap pada masanya. Baik Colomadu maupun Tasikmadu telah memberi keuntungan yang besar bagi kerajaan. Kejayaan Mangkunegaran mulai mengalami masa surut dengan wafatnya Mangkunegaran IV tahun 1881 dan digantikan putranya Mangkunegaran V. Konflik dalam istana bermunculan ditambah dengan masalah-masalah dalam perusahaan dimana produksi berkurang akibat hama gula dan proteksi gula bit di Eropa. Pendapatan kerajaan menurun drastis hingga raja mengambil berbagai. langkah untuk menambah penghasilan. Usaha-usaha itulah yang mendorong makin luasnya campur tangan pemerintah kolonial. Namun demikian, meski mengalami pasang surutnya, Praja Mangkunegaran mampu menunjukkan keunggulannya di bidang ekonomi. Sesuatu yang amat langka di tengah kondisi terpinggirnya masyarakat pribumi.

"
1995
S12099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inesya Hartono
"Penelitian yang berjudul Aktivitas Politik dan Perburuhan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) 1948-1965, membahas mengenai aktivitas SOBSI dalam kehidupan politik Indonesia dan dalam hubungannya dengan usaha perbaikan kesejahteraan hidup kaum buruh. Alasan pemilihan judul aktivitas politik dan perburuhan SOBSI 1948-1965 karena kedekatan SOBSI dengan partai politik (PKI) telah membawa SOBSI menjadi federasi buruh terbesar serta memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perbaikan nasib kaum buruh. Namun, kedekatannya itu menyeret SOBSI terlibat pada peristiwa gerakan 30 September, sehingga akhimya dibubarkan oleh pemerintah Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan aktivitas politik Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) dalam hubungannya dengan beberapa peristiwa besar yang terjadi di Indonesia dan aktivitas perburuhannya dalam us aha perbaikan kehidupan buruh-buruh yang menjadi anggota dari serikat buruh yang bemaung dibawah SOBSI. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerjasama yang dijalin antara SOBSI dan PKI membawa dampak yang positif bagi perkembangan organisasi ini, sehingga memberikan dampak pada sukses-sukses yang diraih SOBSI dalam memperjuangkan tuntutan kaum buruh yang menjadi anggotanya.

The study, entitled Political Activities and the Central Labour Organization All-Indonesia Workers (SOBSI) from 1948 to 1965, discussed the SOBSI activity in the political life of Indonesia and in conjunction with the restoration effort of the workers welfare. Title for the selection of political and labor activity SOBSI 1948-1965 because of the relation between SOBSI and political party (PKI) has brought SOBSI become the largest labor federation, as well as contributing significantly to the improvement of the workers. However, it dragged its proximity SOBSI involved in the events of 30 September movement, and eventually dissolved by the government of Indonesia. The purpose of this study is to describe the political activities of the Central Organization of AllIndonesia Workers (SOBSI) in conjunction with several major events that occurred in Indonesia and labour activities in an effort to improve the workers lives who are members of unions that shelter under SOBSI. The research method used is the historical method which consists of four stages, namely Heuristics, Criticism, Interpretation, and Historiography. The results of this study indicate that the cooperation established between the PKI SOBSI and bring a positive impact for the development of this organization, so the impact on the successes achieved in the fight SOBSI demands of the workers who are members."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S70293
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ifyani
"ABSTRAK
Pada tanggal 29 januari 1907, sekitar 41 orang yang dipimpin Asisten Residen C.C.M Henny berangkat menuju desa Beron, tepatnya ke kediaman Darmojoyo selaku pemimpin kerusuhan. Asisten Residen kemudian memerintahkan agar Darmojoyo meletakkan senjata dan menyerahkan diri. Seruan tersebut tidak dijawab bahkan mereka bergelombang menyerang rombongan Asisten Residen tersebut. Pertempuran terjadi. Akhirnya pihak Assisten Residen dapat dicerai beraikan oleh kaum perusuh, hingga keluar dari desa Baron.
Rombongan kedua yang dipimpin oleh Wedana Werujayeng dan Wedana Berbek ketika mendengar tembakan dari arah rumah Darmojoyo, segera menuju ke rumah Darmojoyo untuk memberikan bantuan kepada rombongan Assiten Residen. Namun rombongan yang berjumlah sekitar 29 orang ini dapat dihalau pula dari desa Baron. Dengan demikian usaha menangkap Darmojoyo pada pagi hari tersebut dapatlah dikatakan gagal. Pada sore harinya datang bala bantuan militer dari Surabaya yang dipimpin Letnan satu Hardenberg, dan langsung menuju ke tempat kejadian. Setelah seruan Residen yang diulangi oleh Bupati Berbek untuk meletakkan senjata dan menyerah tidak dihiraukan, maka pasukan bersenjata mulai menembaki kaum perusuh yang terkepung di dalam rumah Darmojoyo.
Akhirnya kerusuhan dapat dipadamkan dengan meninggalkan korban sebanyak 19 perusuh tewas diantaranya Darmojoyo serta menawan lebih dari 66 perusuh. Sedangkan dari pihak pemerintah tercatat 5 orang tewas dan sekitar 10 orang luka-luka. Pada dasarnya untuk melihat kerusuhan petani yang terjadi di desa Baron, kekecewaan-kekecewaan yang dialami pada diri Darmojoyo menempati faktor yang sangat penting. Selain itu ketidakpuasan pra petani terhadap pabrik gula Baron dan Kujonmanis serta menyebarnya kepercayaan bahwa Darmojoyo sebagai Ratu Adil, ikut pula mendukung kerusuhan tersebut muncul kepermukaan. Dengan kata lain bahwa kepentingan pribadi berhasil digeser ke kepentingan sosial melalui Darmojoyo. Penelitian ini membuktikan keberhasilan penyelarasan pemanfaatan kepentingan pribadi dengan kepentingan sosial yaitu ketidakpuasan Darmojoyo dalam usahanya meraih jabatan formal desa (lurah dan kamituwa) dan tuduhan serta hukuman yang ditimpakan kepadanya, kemudian berhasil memobilisasi pengikut-pengikutnya dalam meletuskan aksi. Walaupun aksi sosial ini berhasil ditumpas oleh pemerintah kolonial, namun penelitian ini membuktikan betapa besar pengaruh seorang pemimpin desa.

"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S12268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>