Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Louis Utama
"Semakin berkembangnya laju teknologi menyebabkan tuntutan bagi perusahaan untuk mencapai produktivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Laju teknologi dilihat dengan makin bergesemya sistem produksi yang berifat manual menuju ke sistem komputerisasi. Perkembangan teknologi juga dapat menimbulkan ancaman dan sekaligus juga kesempatan bagi suatu perusahaan. Perusahaan dituntut untuk mencari dan menerapkan sistem manajemen kerja yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas bagi suatu perusahaan. Hal ini didasari bahwa di era informasi global, kecepatan dalam memperoleh, mengelola, dan menerjemahkan informasi bagi kepentingan jalannya perusahaan merupakan salah satu faktor utama untuk mencapai keunggulan dalam bersaing dengan pesaing.
Untuk mencapai keunggulan bersaing salah satu sistem yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah sistem Manufacturing Resources Planning I MRP II. Sistem ini merupakan suatu sistem informasi manufakturing yang mengintegrasikan fungsi-fungsi utama dalam industri manufaktur, seperti keuangan, pemasaran dan produksi. Sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II mencakup dan mengintegrasikan semua aspek bisnis perusahaan manufaktur, sejak perencanaan strategik bisnis pada tingkat manajemen puncak sampai perencanaan dan pengendalian terperinci pada tingkat menengah, kcmudian memberikan umpan balik kepada tingkat manajerial diatasnya.
Penerapan sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II dapat ditempuh secara company wide atau quick slice. Company wide dilakukan pada seluruh bagian perusahaan dan membutuhkan waktu sekitar 18 bulan, sedangkan untuk quick slice dilakukan pada bagian tertentu perusahaan dan berlangsung sekitar 3-5 bulan. Pada umumnya proses MRP-II melalui tahapan-tahapan : business planning, sales and operation planning, Master Production Scheduling dan Material Requirements Planning.
Perusahaan yang digunakan dalam kasus rencana penerapan sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II adalah PT. Toa Galva Industries. Perusahaan ini merupakan perusahaan industri yang menghasilkan sound system. Alasan pemilihan perusahaan ini adalah sesuai dengan visinya yang ingin go internasional. Dengan adanya keinginan go internasional maka perusahaan harus bisa mengintegrasikan unit yang ada di dalam perusahaan untuk dapat bekerja secara produktif dan efisien sehingga dapat menghadapi persaingan di pasar intemasional Oleh karena itu salah satu sistem yang dapat diterapkan ke perusahaan adalah sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II.
Tahapan persiapan merupakan masa yang paling kritis dalam menerapkan sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan total dalam sistem perencanaan, mental, dan disiplin karyawan. Manajemen Puncak harus mempunyai komitmen dan konsistensi yang kuat dalam memulai tahapan ini.
Rancangan implementasi sistem Manufacturing Resources Planning I MRP II di PT. Toa Galva Industries menggunakan sistem Quick Slice. Fungsi-fungsi yang diintegrasikan adalah perencanaan bisnis, perencanaan pemasaran, perencanaan keuangan, perencanaan produksi dan perencanaan kebutuhan sumber daya / Resource Requirements Planning, penjadwalan produksi induk / Master Production Schedule (MPS) dan Rough Cut Capacity Planning (RCCP), perencanaan kebutuhan material / Material Requirements Planning (MRP) dan perencanaan kebutuhan kapasitas I Capacity Requirements Planning (CRP) dan terakhir pengendalian aktivitas produksi I Production Activity Control (PAC) dan pengendalian kapasitas Input/Output. Alasan yang terpenting pemilihan metode Quick Slice dalam penerapan sistem Manufacturing Resources Planning /MRP II adalah masalah biaya yang terhatas dalam penerapan sistem tersehut sehingga hanya unit hisnis yang lehih penting diprioritaskan terlehih dahulu.
Keuntungan yang diperoleh PT. Toa Galva Industries hila menggunakan sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II adalah tercapainya efisiensi, efektifitas dan produktivitas yang lehih haik dalam operasi perusahaan meliputi : kemampuan menangani gejolak permintaan, persediaan dapat ditekan seminimal mungkin, penggunaan sumher daya perusahaan yang lehih efisien, kemudahan dalam penyusunan struktur produk, kemudahan dalam mengalokasikan hiaya, dan mempermudah dalam melaksanakan pengawasan. Untuk efisiensi biaya dapat dilihat dengan disimulasikannya salah satu produk dari perusahaan dan dapat menimbulkan efisiensi lehih dari 50 % dalam biaya persediaan hila menggunakan sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II. Dengan adanya keuntungan ini maka perusahaan dapat menambah daya saing dalam memenuhi visinya untuk go internasional.
Namun terdapat faktor-faktor yang mungkin dapat menghamhat penerapan sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II di perusahaan. Hal tersebut antara lain kurangnya ahli yang mengerti dan menguasai sistem ini di Indonesia, besarnya investasi yang diperlukan dalam penerapan sistem ini, kebiasaan karyawan yang sulit untuk menerima perubahan dan kebijakan manajemen yang helum merasa perlu menerapkan sistem ini. Langkah utama yang harus dilakukan sehingga sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II dapat dilaksanakan dengan baik adalah melakukan pengemhangan sumber daya manusia melalui program pelatihan dan pendidikan yang mampu menghasilkan peruhahan perilaku sehingga lebih siap untuk menerapkan sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T11767
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irfan
"ABSTRAK
Sektor Telekomunikasi Selular merupakan sektor yang sangat menarik untuk
diamati. Pertumbuhan yang luar blasa terjadi dalam sektor ini, baik dari sisi volume
pengguna maupun teknologi yang berkembang. Perkembangan yang demikian cepat
membuat pemain dalam indusiri ini harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan.
Permasalahan yang muncul adalah bagaimana memprediksi perkembangan ini terjadi
ke depan, apakah akan selalu mengikuti suatu kecenderungan atau hanya sesaat? Dan
apa yang harus menjadi pedoman suatu perusahaan telekomunikasi selular ke depan?
Scenario Planning merupakan suatu metode dalam manajemen yang mencoba
menterjemahkan kondisi-kondisi dan fakta-fakta yang akan memberi pengaruh
keadaan di masa depan. Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan?perusahaan
besar sebagai alat manajemen yang membantu perusahaan dalam membuat keputusan
strategis di masa depan.
Penelitian ini melakukan ha! yang sama, PT XYZ Indonesia yang menjadi
obyek dalam penelitian dikondisikan sebagai perusahaan penyedia infrastruktur
telekomunikasi yang ingin mengetahui gambaran sektor telekomunikasi selular ke
depan.
Tahapan-tahapan metode Scenario Planning dilakukan dalam penelitian ini.
mulai dari membuat kerangka pertanyaan, pencarian fakta, hingga menjadi suatu
gambaran skenario telekomunikasi di masa depan.
Hasil dari penelitian ini adalah sebuah Scenario Planning teknologi
telekomunikasi selular di masa depan. Penelitian ini mengidentifikasi 3 skenario yang
menjelaskan teknologi selular, yakni skenario Wireless in the Sky, Mesh &
Unstructured, dan Wireless is Pathless.
Wireless in the Sky merupakan gambaran kondisi ideal terhadap
perkembangan teknologi selular di masa depan. Skenario ini merupakan gambaran
kondisi teknologi selular masa depan yang dapat memenuhi segala kebutuhan
informasi multimedia bergerak dengan harga yang terjangkau. Skenario Mesh &
Unstructured merupakan gambaran yang tidak jauh berbeda dengan dengan sekarang.
Secara teknologi sebagian besar keinginan untuk melakukaan telekomunikasi
multimedia bergerak mulai dapat dipenuhi, tetapi secara interoperability dan standar
teknologi masih menjadi kendala. Sementara Wireless is Pathless merupakan
gambaran berbagai teknologi berkembang masing-masing tanpa menuju suatu standar
tertentu. Akibatnya banyak permasalahan yang muncul di belakang hari terutama
interoperability teknologi. Efeknya teknologi masa depan teknologi telekomunikasi
wireless multimedia yang dicita-citakan kemungkinan besar tidak bakal pemah
terwujud.
Ketiga skenanio diatas dianggap sama dalam penelitian ini, dengan arti kata
semua mempunyai kernungkinan untuk terjadi di masa depan, Dan PT XYZ Indonesia
harus menyadari bahwa skenario ini adalah refleksi dari keadaan yang muncul pada
saat sekarang, sehingga dari saat sekarang-pun bagian dari skenanio yang mungkin
bakal terjadi tersebut telah berlangsung. Oleh karena itu dalam mengembangkan
strategi perusahaan ke depan, skenario ini dapat menjadi peganga bagi PT XYZ
Indonesia.
"
2002
T3147
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Arifianto
"Persediaan atau logistik merupakan aspek penting dalam suatu perusahaan. Persediaan yang efisien & optimal akan sangat mendukung jalannya perusahaan. Persediaan juga berhubungan langsung dengan keuntungan perusahaan dan Return on Investment (ROI). Tingkat persediaan yang optimal dapat meningkatkan ROI dan meningkatkan laba perusahaan.
Secara garis besar tujuan dari logistik dapat dilihat sebagai bagian dan pendukung suatu sistem untuk memastikan bahwa kepuasan pelanggan tercapai. Sedangkan misi dari manajemen logistik yaitu untuk merencanakan dan mengkoordinasi semua aktivitas yang diperlukan untuk raencapai tingkat yang diharapkan dari pelayanan dan kualitas dengan biaya yang seminim raungkin. Untuk mencapai hal ini, maka perusahaan hams memiliki sistem logistik yang sistematik dan teratur.
Karya akhir ini bertujuan untuk memperbaiki sistem pembelian persediaan agar semakin efisien dan mampu memasok kebutuhan produksi tepat waktu. Tujuan lain yaitu mengoptimalkan persediaan dengan mereduksi beberapa variabel seperti biaya dalam pembelian persediaan seperti biaya barang tidak bergerak, biaya pembelian, nilai inventor! bahan baku dan bahan baku pendukung maupun biaya lain yang tidak diperlukan seperti biaya akibat kekurangan bahan. Sedangkan masalah dalam karya akhir ini dibatasi hanya pada persediaan bahan baku untuk pembuatan barang jadi dan bahan pendukung atau supplies dalam membantu proses produksi.
PT. Chiyoda Integre Indonesia (CII) merupakan perusahaan komponen elektronik dengan pelanggan dari perusahaan manufaktur elektronik seperti Sony,
Toshiba, Motorola, Sanyo, Kenwood, dan lain-lain. Umumnya pelanggan menerapkan sistem Just in Time dalain inventori mereka, sehingga PT. CII hanis dapat meinasok kebutuhan pelanggan secara kontinyu dan tidak boleh terputus. Apabila terputus, lini produksi mereka dapat berhenti dan akan menimbulkan kerugian di pihak pelanggan yang mengakibatkan pelanggan dapat mengenakan penalti kepada pemasok dan peluang untuk pindah ke pemasok lainnya. Maka pasokan yang tepat waktu merupakan kunci utama kepuasan pelanggan untuk dapat memenangkan order disamping kualitas dan harga. Adapun salah satu syarat pasokan tepat waktu yaitu tersedianya bahan baku untuk pembuatan barang jadi.
Kendala utama yang dihadapi Departemen Purchasing saat ini yaitu sering tidak tersedianya bahan baku pada saat dibutuhkan karena umumnya bahan baku masih diimpor serta jangka waktu penyerahan dari pemasok PT. CII yang cukup lama diakibatkan pengiriman melalui laut. Kadangkala dimungkinkan pengiriman lewat udara tetapi tarimya sangat mahal sehingga tidak disarankan. Kendala lain yaitu seringkali terdapat stok yang berlebih dan stok yang tidak bergerak sehingga mempengaruhi keuangan dan keuntungan perusahaan. Stok yang berlebih akan menyebabkan penambahan modal kerja dan ROI. Kendala lainnya yaitu keterbatasan sumber daya manusia untuk mengontrol stok yang ada agar stok tetap optimal.
Agar persediaan optimal dan efisien maka dalam studi ini digunakan metode klasifikasi ABC untuk bahan baku dan Fixed Time Period Model untuk bahan baku pendukung. Metode Klasifikasi ABC merupakan metode untuk mengontrol material dengan memfokuskan pada material yang penting saja. Metode ini tergolong efisien karena mengatasi keterbatasan sumber daya manusia selain itu juga efektif untuk * memonitor persediaan agar selalu optimal. Metode ini mengklasifikasi material atas dasar nilainya dan tingkat kepentingan yang dikategorikan dalam kelas A, B dan C. Untuk material kelas A periode pengontrolannya dilakukan lebih sering dibandingkan dengan kelas B dan C seliingga material yang bernilai tinggi dan penting akan selalu termonitor. Fix Time Period Model, merupakan metode yang menyarankaii untuk melakukan pemesanan kembali untuk setiap jangka waktu yang tetap atau bila periode evaluasi telah tercapai. Diharapkan dengan penggunaan metode ini stok bahan baku pendukung selalu dalam keadaan optimal.
Berdasarkan hasil pengujian, penggunaan metode baru berupa metode klasifikasi ABC untuk bahan baku dan Fixed Time Period Mode! untuk bahan baku pendukung ternyata lebih efisien karena mampu mereduksi berbagai biaya seperti shortage cost hingga 63% yang rneliputi bia\ya transportasi, biaya penalti dan biaya lain-lain. Juga diikuti pengurangan nilai inventori hingga 14% untuk balian baku dan 37% untuk bahan baku pendukung kemudian stok tidak bergerak mampu dipangkas hingga 32%. Dengan adanya reduksi biaya tersebut menyebabkan adanya opportunity cost sebesar 121.000 US$ yang berdampak pada pengurangan modal kerja. Selain itu juga terdapat peningkatan laba sebesar 32.000 US$ dan peningkatan ROI sebesar 2%. Metode ini ternyata juga lebih mampu memenuhi kebutuhan produksi dan kepuasan pelanggan. seperti dalam hal reduksi kehabisan bahan baku, peningkatan reliability sebesar 23 % menjadi 85% dan naiknya tingkat pelayanan (service level) sebesar 3% dan menjadi 96%.
Adanya optimasi persediaan ini akan menjadikan perusahaan semakin baik dalam hal pelayanan pelanggan dan semakin sehat dari segi finansial yang bermuara dalam ketangguhan dalam berkompetisi dengan mengingat bahwa kompetisi komponen elektronik dewasa ini yang sangat ketat sekali."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inne Rachmaty Hardjanto
"ABSTRAK
Corporate governance adalah suatu konsep yang dikenal sebagai keterkaitan
antara kepemilikan suatu organisasi perusahaan dan manajemen serta peranan
keterkaitan dan tanggungiawab pada pihak-pihak yang terkait langsung maupun tidak
langsung pada perusahaan stake holder responsibility. Corporate governance yang
efektif akan membentuk sistem check and balance atas pengendalian suatu
perusahaan sehingga dapat meminimalkan peluang terjadinya penyimpangan dan
salah urus dalam pengelolaan perusahaan. Sistem corporate governance yang sehat
memberi perlindungan terhadap para pemegang saham dan pihak kreditur sehingga
mereka bisa meyakinkan dirinya akan perolehan kembali investasinya dengan wajar.
Prospektus merupakan alat marketing perusahaan sebagai emiten di pasar modal
untuk mengkomunikasikan keberhasilan dan prospek usahanya juga sebagai dasar
pengambilan keputusan para pemegang saham dalam menanamkan modalnya.
Prospektus yang mencerrninkan prinsip-prinsip corporate governance mencerminkan
suatu perusahaan concern akan sistem manajemen yang baik yang menerapkan
corporate governance dalam sistem dan operasinya. Tentunya Prospektus yang
didalamnya mencerminkan corporate governance sangat dibutuhkan dalam dunia
usaha saat ini tidak saja untuk menarik minat investor dalam menanamkan modalnya
juga untuk memberikan kepastian bagi investor bahwa dana investasinya digunakan
secara tepat, selain itu perusahaan itu sendiri menjamin sistem pengelolaan
perusahaan yang baik, transparan, jujur dan bertanggung jawab.
Evaluasi terhadap prospekus perusahaan di Indonesia dilakukan untuk melihat
dan mengkaji apakah prinsip-prinsjp corporate governance telah tercermin atau
disajikan dalam prospektus perusahaan di Indonesia pada saat ini. Penelitian
dilakukan terhadap 20 buah prospektus dan perusahaan yang melakukan penawaran
umum selarna periode Januari 2000 ? April 2001.
Evaluasi tersebut menggunakan kerangka dan prinsip- prinsip corporate
governance sebagai berikut:
1. Fairness
Yang mencakup evaluasi terhadap prinsip hak-hak pemegang saham, persamaan
perlakuan terhadap para pemegang saham, komposisi kepemilikan, komunikasi, hak
suara (voting right), dan dividen.
2. Transparency
Tranparency ini merupakan prinsip corporate governance yang memuat kerangka
prinsip corporate governance yaitu tui uan perusahaan, tujuan penawaran urnurn, kegiatan
usaha perusahaan, kinerja perusahaan, informasi keuangan, resiko usaha, strategi
perusahaan, prospek usaha perusahaan, rencana dan target perusahaan, teknologi,
penelitian dan pengembangan (R&D), dan budaya perusahaan.
3. Accountability
Prinsip ini terdiri dan sistem pengawasan, balance of power, struktur organisasi,
kepengurusan dan pengawasan, kompetensi eksekutif puncak, kebijakan remunerasi
eksekutif puncak, sisteni pengangkatan eksekutif puncak, penilaian kineija eksekutif
puncak perusahaan.
4. Responsibility
Evaluasi terhadap prinsip responsibility meliputi evaluasi terhadap, hukwn dan
peraturan, masalah hukum, pegawai perusahaan, sistern remunerasi pegawai perusahaan,
sistem pengadaan pegawai (rekruitment), pengembangan pegawai, hubungan perusahaan
dengan pegawai, lingkungan, dan sosial kemasyarakatan.
Dan keranglia corporate governance diatas, evaluasi tethadap 20 prospektus
dilakukan dengan penilaian kuantitatif yang disusun kedalam kategori miai sebagai
berikut: Antara baik sampai dengan baik sokali (81-100), secLang sa.rnpai balk (61-80),
kurang sampai sedang (41-60), Sangat kurang sampai kurang (21-40) dan tidak ada
sarnpai kurang (O-20).
Dari hasil penilaian tersebut didapat bahwa prinsip fairness memperoleh nilai
sebesar 48 dalam anti penyajiannya antara kurang sampal sedang, prinsip tranparency
meridapat nilai 70 yang berarti sedang sampai baik, prinsip accountability memperoleh
nilai rata-rata keseluruhan 40 berarti sangat kurang hingga kurang dan prinsip
responsibility mendapat nilai rata-rata keseluruhan 62 yaltu antara sedang sanipai baik.
Karya tulis ini ditutup dengan saran-saran bagi perbaikan dalarn penyusunan
sebuah prospektus. Saran-saran tersebut mencakup saran untuk memperhatikan prinsip
prinsip corporate governance dalam prospektus sesuai dengan kerangka corporate
governance yang telah dijadikan acuan evaluasi yang dirasa masili kurang penyajiannya
dalani suatu prospektus..
"
2001
T2450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Utama
"PT. ABC Plant-2 mcrupakan suatu perusahaan perakitan mobil multinasional. Proses produksi di pabrik ini terdiri dari proses pressing, welding, painting, assembling, dan final inspection. Proses pressing ,welding dan painting merupakan rangkaian proses untuk merakit lempengen baja dengan berbagai ukuran menjadi kerangka atau karoseri mobil. Dengan demikian hanya membutuhkan baja sebagai bahan baku. Sedangkan proses assembling mcrupakan proses penggabungan semua komponen menjadi produk jadi yaitu mobil. Komponen-komponen dan bahan haku penyusun produk tersehut diperoleh dari sumber-sumber yang berbeda. Baja diperoleh dari pemasok luar negeri (impor), engine diperoleh dari PT. ABC Plant-1 sedangkan komponen lain seperti sistem pengereman, sistem pendingin, dan komponen-komponen lainnya diperoleh dari pemasok dalam dan luar negeri. Penelitian ini secara khusus akan membahas prosedur pengadaan bahan baku baja.
Saat ini PT. ABC Plant-2 tidak memiliki prosedur untuk memonitor persediaan bahan baku baja (steel coil) yang disimpan di lokasi coil center (perusahaan jasa pemotongan - gulungan baja) dan steel coil mana yang harus dipotong, karena order potong sang dikeluarkan dalam hentuk PO kepada coil center tidak mengacu kepada steel coil tertentu. Dalam melakukan proses pemotongan, coil center hanya menggunakan daftar spesifikasi steel sheet yang mereka terima dari departemen PPC PT. ABC sebagai panduan dan kemudian memilih steel coil end center dan mereka hanya memberikan laporan persediaan material steel coil ke PT ABC satu kali dalam satu bulan. Daftar Spesifikasi berisi nama komponen mobil yang terbuat dari baja steel sheet, spesifikasi teknis (jenis material, ketebalan, panjang dan lebar) steel sheet dan dari steel coil mana steel sheet tersebut akan dipotong. Satu-satunya spesifikasi teknis yang memhedakan antara steel coil dan steel sheet yaitu dimensi panjang.
Pada prakteknya prosedur tersebut tidak mudah untuk dijalankan. Terkadang steel coil yang seharusnya dipotong berdasarkan Daftar Spesifikasi tidak tersedia. Akhirnya coil center terpaksa memotong steel coil lain dengan jenis material dan ketebalan yang sama tetapi dengan lebar yang berbeda dengan yang terdapat pada Daftar Spesifikasi. Akibatnya terjadi pemborosan material karena proses pemotongan tidak dilakukan berdasarkan standar pada Daftar Spesifikasi tersebut, Selain itu, terkadang steel coil yang diterima dari pemasok tidak dalam kondisi yang bagus dan tidak sesuai dengan standar perusahaan sehingga beberapa bagian dari steel coil harus dibuang. Bcrdasarkan data tahun 2005. jumlah scrap steel coil untuk kendaraan roda 2 (2W) dan roda 4 (4W) hasil pemotongan steel coil di coil center sehanyak 1.80.589 kilogram atau 3.27% dari total steel coil yang di proses. Dengan asumsi rasio jumlah scrap yang dihasilkan antara 2W dan 4W sebanding dengan rasio jumlah produksi antara 2W dan 4W maka kerugian tahun 2005 yang yang ditimbulkan akibat adanya scrap sebesar USS 285,433 untuk 2W dan USS 1.033.159 untuk 4W. Scrap tersebut terjadi karena proses produksi, pembuangan bagian top-end dari steel coil sebelum dipotong dan pemotongan steel coil untuk steel sheet lain.
Dari uraian diatas, dua hal yang menjadi perhatian pihak perusahaan khususnya departemen Procurement yaitu :
1. Prosedur pemantauan tingkat persediaan yang tidak bagus di coil center. Coil Center melaporkan tingkat persediaan steel coil dan steel sheet di gudang mereka sekali dalam satu hulan. Sedangkan pihak perusahaan tidak menyimpan data persediaan di coil center dan sangat bergantung kepada laporan dari coil center. Sehingga tidak ada ada data pemhanding untuk melakukan cek silang terhadap laporan dari pemasok.
2. Informasi tingkat persediaan steel coil yang tidak akurat. Informasi tingkat persediaan yang tidak akurat menvebabkan perhitungan kebutuhan steel coil yang tidak akurat pula serta menyulitkan pihak perusahaan untuk memperkirakan kekurangan bahan baku dan melakukan antisipasi, khususnva karena lead tune pemesanan yang cukup lama yaitu 4 bulan.
Berdasarkan dua masalah tersebut maka pada Karya Akhir ini akan dilakukan:
1. Pemetaan prosedur pcngadaan bahan baku saat ini. Ini dilakukan untuk mengetahui secara lengkap dan detail prosedur pengadaan bahan bahan baku mulai dari adanya kebutuhan sampai penerimaan di pabrik. Dan juga untuk memudahkan melihat dan mengenali permasalahan yang ada secara mendalam.
2. Modifikasi terhadap prosedur pengadaan bahan baku dan merancang database untuk pengendalian persediaan steel curl dan steel sheet untuk memecahkan masalah yang telah diuraikan sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis prosedur pengadaan saat ini dan masukan dari pihak perusahaan akan dikeluarkan sebuah usulan prosedur pengadaan bahan baku. Modifikasi prosedur pengadaan tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatan aliran proses pada aplikasi Oracle e-Business Suite modul Purchasing.
Adapun perubahan-perubahan yang terdapat pada prosedur baru serta pengaruhnva terhadap perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk memonitor tingkat persediaan steel curl dan steel sheet di lokasi coil center dan gudang pressing di PT. ABC dan subcontractor, Informasi persediaan steel coil tersebut adalah:
- Tingkat persediaan steel coil
- Steel sheet yang dihasilkan
- Scrap dan NG( Not Good) Steel Sheet
- Steel sheet yang dikirimkan (berdasarkan steel sheet yang diterima di PT ABC dan subcontractor)
Dengan menggunakan pengendalian persediaan berdasarkan lot di oracle maka tingkat persediaan steel coil dapat diketahui sampai dengan nomor lot-nya Dengan terekamnya data persediaan steel coil dan steel sheet dan pengambilan data yang dapat dilakukan setiap saat (real time) maka departemen PPC dapat melakukan perhitungan kebutuhan material sccara lebih akurat. Akurasi perhitungan kebutuhan material akan meningkatkan efisiensi melalui pengurangan persediaan yang tidak perlu dan pengurangan jumlah scrap akibat tidak tersedianya material yang tepat,
2. Penggunaan Purchase Requisition. Purchase Requisition (PR) yang dibuat oleh PPC akan menjadi dasar untuk pembuatan PO. Dengan menggunakan fasilitas AutoCreate di oracle, departemen Procurement tidak perlu memasukan ulang data material yang diminta ketika membuat PO. Hal ini akan menjamin tingkat akurasi informasi dari PPC ke Procurement dan dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh human error. Selain itu, penggunaan sistem oracle memungkinkan PPC untuk memonitor status PR-nya. apakah PR tersehut sudah sepenuhnya, sebagian atau belum dirubah menjadi PO Demikian juga dengan hagian Procurement, mereka dapat dengan mudah memantau status PR dari PPC. Penggunaan PR akan mengurangi kebutuhan pencetakan dokumen (paperless) karena proses approval dan proses perubahan PR menjadi PO dilakukan secara online
3. Pembuatan PO untuk pemesanan steel coil dan order potong steel sheet menggunakan aplikasi Oracle. Penambahan keterangan tujuan pengiriman (lokasi coil center) pada PO pemesanan steel coil memudahkan pihak jasa pengiriman untuk melakukan pengiriman harang ke masing coil center. Selain itu, ketersediaan data persediaan di tiap-tiap center, memudahkan pihak procurement untuk mengalokasikan pasokan steel roll ke masing-masing coil center, Lainnva, karena PO dibuat menggunakan sistem oracle, Procurement dapat mengetahui dengan mudah jumlah pesanan yang belum diterima. Sama dengan PQ untuk order steel coil, Procurement dapat mengetahui order yang belum dipenuhi oleh coil center.
4. Penggunaan sistem penomoran yang menghubungkan steel sheet dengan steel cod mother coil dapat menjadi panduan bagi coil center dalam menentukan mother coil mana yang akan diproses. Sehingga peruntukan dari tiap-tiap steel coil menjadi jelas.

PT ABC Plant-2 is a multinational car assembling company. The production process in this company consists of pressing, welding, painting, assembling and final inspection, the process of pressing, welding and painting is a synchronized process to assemble the steel into many models or foundation of cars. The process only requires steel as the main component.
The assembling process is an accumulating process of all the components into a product which is a car. The components and other materials arc gathered from different sources. Steel is imported from an importer, engine obtained from PT. ABC Plant-1, while other components such as brake system, cooling system, and others are acquired from different suppliers, inside or outside the country. This research specifically will discuss on the procedure of steel coil supplying.
Currently, PT. ABC Plant-2 does not have the procedure to monitor its stock of steel coil stored in the coil center location (the steel coil cutting company) and which steel coil should he cut. It is because the order to cut the steel coil assigned in the form of' PO to the coil center does not refer to any specific steel coil. In doing the cutting process, coil center only uses the list of steel sheet specification it receives from PPC Department of PT. ABC as the guide and then chooses the steel coil appropriate as those in FIFO. Steel coil and coil number information are only available in the coil center and it only gives steel coil supply reports to PT, ABC once a month. The list of specification consists of names of, car components made of steel or steel sheet, technical specification (type of materials, thickness, width and length) steel sheet and from which steel coil those steel sheet are going to be cut. The only technical specification differing between steel coil and steel sheet is the length.
This procedure is not easy to be carried out. Sometimes the steel coil that should be cut based on the Specification fist is not available. Finally, the coil center has to cut another steel coil with different type of material and width but with the same length listed in the Specification List. As a consequent, there will he a waste of material because the cutting is not based on the standard procedure in the Specification List. Moreover, sometimes the steel coil received from supplier is not in good condition and not appropriate with the company's standard. Therefore, some parts of the steel coil have to be removed. Based on year 2005 data, the quantity of scraps produced by coil center -for 2-wheel (2W) and 4-wheel (4W) type of vehicle- is 1.850,589 kilograms or 3,27% from total quantity of steel coil processed. If we assume that the ratio of scrap produced as same as the ratio of vehicle produced for 2W and -IW then the total loss for that year are USS 285.433 for 2W and USS 1.033.159 for 4W.
From the explanation above, there are two points focused by the company, especially b the Procurement department, which are:
1. Poor procedure of inventory level control at coil center. Coil center reports its level of steel coil and steel sheet stock in its warehouse once a month. While the company does not keep the inventory data in the coil center and is very dependant in the coil center reports. Therefore, there is no comparing data to do check and recheck to the reports from the suppliers.
2. Inaccurate information on steel coil inventory level. This will cause inaccurate calculation of steel coil needed. It will also make the estimation and anticipation on the materials more difficult, especially because the lead time order takes quite a long period, which is 4 months.
Based on the two problems, this thesis will discuss:
1. The mapping of current material supplying procedure. This process is performed to know comprehensively all the details on material supplying procedure from the demanding to receiving process in the company. Also, to simplify how to see and acknowledge the problems thoroughly.
2. The modification of the current material supplying procedure and the design of database to control the steel coil and steel sheet inventory. It will help the company to solve the problems mentioned before. l3ased on the current procedure analysis and some inputs from the company, there will be a solution or suggestion on how to improve the procedure. The modification of the current procedure is accomplished by using Oracle e-Businees Some Purchasing flow process approach,
Whereas the changes in the new procedure and the effects on the company are:
1. The ability to monitor the level of steel coil and steel sheet inventory level in the coil center location and pressing warehouse of PT ABC and subcontractor. The information of steel coil supply are:
- level of steel coil inventory
- Steel sheet produced
- Scrap and NG (Not Good) Steel Sheet
- Steel sheet sent (based on the steel sheet received by PT. ARC and subcontractor). By using the supply control based on the lot in Oracle, the level of steel coil supply is able to be admitted right' to its lot number. By documenting the steel coil and steel sheet supply data. And also the obtaining data done every moment (real time). the PPC department could perform more accurate calculation on material needed
2. The use of Purchase Requisition. Purchase Requisition (PR) made by PPC will be the base of making PO. By using the AutoCreate facility in Oracle, Procurement department does not have to reenter the data on material required when making PO It will guarantee the level of information accuracy from PPC to Procurement and he able to reduce all of the mistakes caused by human error. Besides, the use of Oracle system allows PPC to monitor its PR status, whether the PR has totally or partially turned into PO or not. It also allows the Procurement department to easily monitor PR status of PPC. The use of PR will reduce the needs of document printing (paperless) because the approval process and also the process of changing PR into PO can he carried out online.
3. The making of PO into steel coil and steel sheet cutting order by Oracle application. By adding information of the coil center location on steel coil PO, it will simplify the delivery system, sending the materials to each of coil center. Besides, the supply data in each coil centers will help the procurement department in allocating steel coil supply to each of coil centers. Another thing is that because PO is made by Oracle system, procurement is able to know easily how many orders that have not been received. Same thing with PO to steel coil order. Procurement could also know which orders that have not been accomplished by coil center.
4. The use of numbering system that connects steel sheet with steel coil; mother coil could he a guide in deciding which mother coil that will be processed. Therefore, the use of each steel coil is very clear.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18273
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Dewanto
"Perkembangan industri yang pesat dan persaingan yang semakin sengit dan berubah dengan sangat cepat mcnyebabkan, banyak perusahaan ntanufaktur berkerja keras untuk tetap berusaha dalam meningkatkan produksi yang lebih efektif dan efisien. Keadaan ini akan menimbulkan usaha-usaha untuk menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan namun tetap dapat menghasilkan suatu produk yang berkualitas dan sesuai dengan keinginan dan harapan pelanggan. Salah satu cara untuk menekan biaya produksi tersebut adalah usaha untuk mengurangi produk cacat atau produk yang keluar dari spesifikasi pelanggan. Dengan kata lain, kualitas yang baik menjadi suatu kunci sukses untuk tetap bertahan dalam persaingan bisnis. Demikian juga bagi PT Branta Mulia Teijin Indonesia sebagai produsen dan pemasok benang poliester atauu bahan baku pembuatan ban membutuhkan suatu strategi operasi dalam peningkatan kualitas agar tetap dapat bertahan di persaingan dunia bisnis yang semakin kompetitif.
Permasalahannya sekarang adalah PT Branta Mulia Teijin Indonesia masih menernukan terjadinya abnormalitas pada produk yang dihasilkan yaitu benang cacat secara fisik dan kualitas benang yang keluar dari spesifikasinya. Berlatar belakang permasalahan tersebut maka Penulis ingin menyampaikan suatu paparan penelitian tentang pengendalian kualitas dengan Metodologi Six Sigma untuk dapat diterapkan di PT Branta Mulia Teijin Indonesia sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
Six Sigma adalah salah satu strategi operasi yang menitikberatkan pada fokus kegiatan atau proses usaha pada penciptaan produk yang mendekati sempurna. Penekanan utama dalam implementasi Six Sigma adalah mutlaknya pengukuran karena tanpa adanya pengukuran terhadap kualitas maka program Six Sigma akan menjadi sia-sia dan akan tenggelam menjadi sebuah slogan manajemen biasa.
Penelitian yang dilakukan di dalam Karya Akhir ini adalah mencoba menerapkan Metodologi Six Sigma melalui pendekatan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improvement, Control). Pendekatan tersebut sangat berguna dilakukan bagi perusahaan karena secara runtun dan sistematis diuraikan mengenai pendefinisian masalah, pengukuran kualitas yang sudah dicapai, mcnganalisa pennasalahan dan memperbaiki masalah kemudian melakukan kontrol terhadap hasil yang sudah dicapai. Dari analisa yang dilakukan didapat suatu informasi yang sangat berguna bagi perusahaan mengenai pemecahan masalah abnormalitas benang poliester yang sedang terjadi melalui pendekatan DMAIC. Pada fase pendefinisian ditemukan masalah benang cacat pada kualitas properti benang dan fisik benang. Dari hasil identifikasi ditemukan bahwa masalah kualitas properti benang yang menjadi vital few adalah kualitas tenacity, oil pick up dan shrinkage dengan faktor penyebab yaitu kondisi proses yang tidak sesuai dengan target kualitas yang diharapkan dan abnormalitas pada mesin. Identifikasi juga dilakukan terhadap masalah kualitas fisik benang dan yang menjadi vital few adalah spreaded yarn (benang penah), clipped (benang terjepit) dan sloughed (benang kusut). Adapaun faktor penyebab masalah tersebut adalah high yarn tension dan kondisi mesin winder yang kurang baik. Dengan demikian diperlukan perbaikan terhadap masalah tersebut yaitu perbaikan langsung terhadap mesin dan parameter kondisi operasi. Dengan kondisi sekarang ini, level sigma kualitas benang poliester yang dicapai masih berkisar 3 sigma artinya masih terdapat kurang lebih 66.807 kesalahan per satu juta kesempatan dan pengukuran terhadap indek Cpk juga masih dirasa kurang baik karena ada beberapa kualitas properti benang poliester yang masih mempunyai nilai indek Cpk dibawah 1,33. Dan hasil pengukuran kualitas yang dicapai pada kondisi sekarang ini maka sudah saatnya perusahaan berusaha meningkatkan kualitas yang lebih baik lagi dengan mencoba menerapkan Metodologi Six Sigma seperti yang diusulkan Penulis pada Karya akhir ini.
Penerapan Metodologi Six Sigma ini akan lebih baik lagi jika didukung sepenuhnya oleh pimpinan puncak perusahaan karena menyadari penlingnya pelaksanaan slrategi Six Sigma yang berdampak positif bagi kelangsungan hidup perusahaan dan karyawan. Di samping itu pula diperlukan komitmen dari pimpinan puncak karena implementasi Six Sigma pada lase awalnya lebih berat secara aspek perilaku dari pada operasionalnya sendiri. Kebanyakan perusahaan tidak terbiasa mengukur defect atau kesalahan misalnya pelanggan yang kecewa terhadap bentuk kemasan dan masih banyak hal lain yang kelihatannya sepele tetapi mempunyai dampak yang besar bagi kepuasan pelanggan.

Rapid industrial progress and increasingly keen competition, along with extremely fast changes in the business environment, have caused many manufacturing companies to work hard in maintaining a more effective and efficient production. This condition will cause more efforts to decrease production costs but it still can produce a good quality product and fulfills the customer's desires and expectations. In other words, good quality is the key to success iii business competitions.
PT Branta Mulia Teijin Indonesia as a producer and supplier of polyester threads, which are one of raw material for making tires, still finds abnormalities in its products, i.e. physically defective threads and threads which deviate from their specifications. Based on those facts, the Author would like to present the research about quality control with the Six Sigma Methodology, to be implemented at PT Branta Mulia Teijin Indonesia as a viable solution to the problem at hand.
Six Sigma is one of the operation strategy which emphasizes a focus on activities or processes to create a near-perfect product. The main emphasis on Six Sigma implementation is the exactness of measurement, because without the measurement of quality the Six Sigma program will be of no use and will degenerate into an empty management slogan.
The research that was done in this Final Thesis pertains to attempt the Six Sigma Methodology implementation through the DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improvement, Control) Approach. This approach is very useful for the company because it sequentially and systematically explains the definition of the problem, measures the quality that has been achieved, analyzes and rectifies the problems, and then controls the results achieved. The analysis will yield information that will be very useful to the company, in terms of finding a solution to the problem of polyester thread abnormality through the DMAIC approach. The result of define phase are problems of physically defective threads and threads which deviate from their specification. From the define phase found the vital few of the problem such as the quality of tenacity, oil pick up and shrinkage. The cause factors of those problems are unsuitable process conditions that are not match with the expected target and also machines abnormalities. Identification phase had also been done on physical yarn quality resulting the vital few of the problems such as spreaded yarn, clipped and sloughed. The cause factors of those problems are high yarn tension and worst winder machines conditions. Thus are needed the improvements to solve the problem such as direct improvements to solve machines problems and parameter conditions in the field. Another improvement is using FMEA implementation to solve the problem. The result of FMEA analysis are the equipments such as godet roller, traverse cam, Mo nozzles and gear pump polymer need to be improved and controlled more frequently.
The current conditions of EMTI's sigma level of the polyester thread's quality is still at approximately 3 sigma, which means that there is a probability of 66.807 defects per million opportunities, and the measurement of the Cpk index is also deemed inadequate due to the fact that there are several qualities of the polyester thread which still have Cpk index scores below 1.33. The result of the measurement of quality during present conditions shows that the company has reached a point at which it should endeavor to improve the quality of its products, by attempting to implement the Six Sigma Methodology as suggested by the Author in this Final Thesis.
The Six Sigma Methodology will be better implemented if it is fully supported by the top management of the company, due to the management's realization of the importance of implementing the Six Sigma strategy that will have a positive impact on the survival of both the company and its employees. Furthermore, a commitment from top management is needed because at initial stages the Six Sigma implementation is more difficult in its behavioral aspects than in its operational ones. Most companies are simply not accustomed to measuring defects or errors such as the customer's dissatisfaction at the shape of the product's packaging, ,ind other seemingly trivial details that may have a tremendous impact on the customer's satisfaction.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan
"PT. Tri Dharma Wisesa (TDW) merupakan produsen rem otomotif pertama di Indonesia dengan technical assistance dari Akebono Brake Industry Co. Ltd. Jepang. Dalam perkembangan selanjutnya, Akebono membeli saham TDW dengan rencana untuk melakukan ekspor produk ke beberapa negara di Asia seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam serta beberapa negara Eropa dengan perantaraan Marketing Akthono Jepang.
Dalam menghadapi persaingan yang makin ketat dan timbulnya perdagangan global serta pemberlakuan single vendor oleh setiap principal maka TDW berusaha melakukan pembenahan baik dari segi teknis, manajemen, sumber daya manusia dan teknologi informasi.
Salah satu program yang dipakai adalah perbaikan berkelanjutan (Continuous Improvement) yaitu dengan menggalakkan Quality Control Circle, Suggestion System, dan Implementasi Sistem Produksi Toyota (SPT). Dengan program tersebut, TDW mernperoleh. banyak manfaat, diantaranya menjadi tuan rumah Sistem Produksi Toyota Seminar Sedunia dan menjadi proyek percontohan bagi Implementasi SPT.
Berdasarkan hasil analisis, implementasi SPT memberikan keunggulan lain seperti reduksi waktu set-up mesin, cycle time, jumlah persediaan yang ada di lini produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah produk cacat, claim rate, dan biaya produksi (manufacturing cost). Implementasi SPT memberikan keunggulan biaya produksi melalui proses efisiensi dan kualitas produk, sehingga dapat menghasilkan kontribusi besar terhadap keunggulan bersaing dertgan produk - produk yang sejenis."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T1363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, John Simon
"ABSTRAK
Cepatnya pertumbuhan teknologi informasi dewasa ini telah mempercepat proses
perkembangan sistem informasi yang ada di dunia yang ditandai dengan munculnya berbagai
perangkat lunak dan perangkat keras baru. Evolusi sistem informasi sampai sekarang ini telah
mengarah pada penggunaan sistem secara maksimum sebagai alat bantu utama kegiatan bisnis.
Trend teknologi informasi bahkan telah mengarah pada pengaplikasian sistem Business to
Business (B2B) dengan adanya perkembangan teknologi internet dan perkembangan dunia
telekomunikasi umumnya.
PT. X sebagai salah satu perusahaan yang berkembang pesat di Indonesia merupakan
suatu perusahaan yang dapat dengan baik memanfaatkan kemajuan teknologi dan sistem
informasinya sebagai suatu faktor strategis dalam kegiatan bisnis. Namun demikian perubahan
yang terjadi pada faktor internal dan eksternal perusahaan menyebabkan perusahaan harus
dapat melakukan perumusan kembali terhadap strategi sistem informasi yang akan
dijalankannya.
Perumusan tersebut akan dimulai dengan melihat kondisi internal dan ekstemal yang
ada pada saat ini. Kemudian dilakiikan analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity,
Threat) untuk mendapatkan faktor strategis. Faktor strategis inilah yang dipakai menjadi
dasar dalam perumusan strategi sistem informasi perusahaan yang dikaitkan dengan Misi,
Visi, dan Objective perusahaan. Hasil akhirnya akan berupa strategi sistem informasi
perusahaan baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.
Hasil analisa SWOT rnenunjukkan bahwa Jaringan Distribusi dan Global Positioning
merupakan faktor kekuatan yang paling penting namun disertai dengan faktor kelemahan pada
Figur Model dan Posisi Keuangan Perusahaan. Sedangkan keserupatan perusahaan terutama
ada pada Perkembangan Teknologi dan Sistem Informasi Dunia dan pada Perkembangan
Infrastruktur Domestik dengan ancaman pada Rendahnya Nilai Tukar Rupiah dan Rendahnya
Daya Beli Masyarakat.
Dan hasil analisa faktor strategis tersebut yang dikaitkan dengan Misi, Visi, dan
Objective perusahaan, maka akan diusulkan suatu rancangan strategi jangka pendek berupa
pengembangan aplikasi untuk mendukung pencapaian objective perusahaan. Pengembangan
aplikasi akan difokuskan pada aplikasi yang dapat meningkatkan EBIT dan/atau memperkecil
Capital Employed perusahaan secara jangka pendek.
Untuk usulan rancangan strategi jangka panjang akan difokuskan pada pencapaian
sistem informasi Decision Support System (DSS) sebagai sistem pendukung utama bisnis dan
pengembangan ke arah Business to Business (B2B) dengan pemanfaatan jaringan internet dan
trend ke arah outsourcing.
"
2002
T1193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivonny Ch. Desilva
"Dans Ie monde concurrentiel d'aujourd'hui et la vague de la globalisation, le role du systeme d'information est essentiel d'inciter la compagnie a rester en avant de la concurrence et a obtenir l'efficacité de travail. Dans I'industrie pétroliére, cette condition est non seulement appliquée pour de grandes entreprises mais elle s?applique également aux entreprises de petite moyenne aussi bien. La balance des affaires est déterminée par le nombre de bloc de pétrole et de gaz étant fonctionné, le volume des transactions et l'étape de 1'opération. Si la compagnie est classée par Catégorie comme grandes affaires ou affaires de petite moyenne, cette industrie exige toujours une grande quantité
dinvestissement. Les outils fonctionnant tels que le systeme de la planification de ressource d'entreprise (ERP) coutribueront de maniere sigriificative sur réduire le coiit de l?opération particulierement dans la gestion de chaine d?approvisionnements. Le systeme d'ERP offre Ia solution pour controler les activites de chaine d'approvisionnements de l?organisation globale localement, in travers la frontiere et pour fonctionner globalement.
Cette recherche présente le procédé de choix d'ERP dans Tately N.V. This que le processus est conduite pour étudier si l?ERP est evident pour étre mis en application a cette Compagnie. La décision pour mettre en application un ERP est tout it fait provocante pour une nouvelle Compagnie comme Tately N.V. qui étant classé par Catégorie comme affaires de petite moyenne. L?exécution d'ERP est tres couteuse, et la majeure partie de la compagnie pétroliere tend a mettre en application le systéme d'ERP quand elles se développent en grandes affaires. Afin de convaincre la gestion, l'analyse de plan d'affaires a été conduite pour mesurer le besoin afin de choisir le systeme d'ERP qui peut mieux adapter le besoin de la compagnie. Apres ce, la compagnie devrait conduire le procédé de choix pour interviewer les fournisseurs innombrables d'ERP sur le marché. La compagnie décide d'acheter une solution de paquet au lieu de la construction le systeme dans la maison. Cette decision a été prise parce qu'ils sont manque d'expertise interne et ressources pour développer le systéme interns. L'autre raison est parce que Ia solution de paquet a offert externalité Vavantage particulierement que les grands fournisseurs d'ERP ont publiée un dégagement pour soutenir des entreprises de petite moyenne telles que la SAP et l'oracle.
Le résultat de l?analyse du besoin d'affaires indique qu'il est nécessaire de mettre en application le systeme d'ERP pour soutenir les activités de chaine dapprovisionnements dans Tately N.V. The ERP que le choix est conduit avec trois
méthodes. La premiere méthode emploie l'évaluation électronique d'ERP pour examiner ERP pour les petites entreprises moyennes (SMB) des applications innombrables d'ERP disponibles sur le marché. L'évaluation a comme consequence quatre ERP recommandés SMB qui est fabrication des affaires une, du SunSystem, du Microsoft Navision, el du Krakatau de SAP. Le fournisseur pour le logiciel mentionné est disponible en Indonésie. La deuxiéme méthode emploie pesant le systeme pour peser des competences de chaque fournisseur d'ERP en utilisant plusieurs categories telles que la qualité du produit de logiciel, les services et l'appui, la longévité de fournisseur et le cout. La troisieme méthode emploie la méthode analytique du processus de hiérarchie (AHF). Le résultat de peser le systems sera Ia base pour que le calcul d?AHP choisisso et pour décide le logiciel d'ERP qui adaptent mieux le besoin de la compagnie. Le résultat du calcul_d'AHP indique
que la technologie de information de pinte Krakatau avec sa application de fabrication de Krakatau a les meilleurs points dans des categories devaluation globale et donc sera choisie en tant que fournisseur de l'ERP de Tately.

In today's competitive world and the wave of globalization, the role of information system is vital to make the company stay ahead of the competition and obtain work efficiency. In oil industry, this condition is not only applied for large businesses but it also applies to small-medium businesses as well. The scale of the business is determined by the number of oil and gas block being operated, the volume of the business transactions and the stage of the operation. Whether the company is categorized as a large business or a small-medium business, this industry still requires a large amount of investment. The working tools such as Enterprise Resource Planning (ERP) system will contribute significantly on reducing the cost of operation especially in supply chain management. The ERP system offers the solution to manage the overall organization's supply chain activities locally, across the border and work globally.
This research presents the ERP selection process in Tately N.V. This process is conducted to investigate whether the ERP is visible to be implemented in this company. The decision to implement an ERP is quite challenging for a new company like Tately N.V. that being categorized as a small-medium business. The ERP implementation is very costly, and most of the oil company tends to implement ERP system when they develop into a large business. In order to convince the management, the business plan analysis was conducted to measure the need in order to select the ERP system that can best fit the company's need. After that, the company should conduct the selection process to screen the countless ERP vendors in the market. The company decides to purchase a package solution instead of build the system in house. This decision was made because they are lack of internal expertise and resources to develop in-house system. The other reason is because the package solution offered outsourcing advantage especially that the large ERP vendors have issued a release to support small-medium businesses such as SAP and Oracle. The result of business need analysis indicates that it is necessary to implement the ERP system to support the supply chain activities in Tately N.V. The ERP selection is conducted with three methods. The first method is using electronic ERP evaluation to screen ERP for small medium businesses (SMB) from the countless ERP applications available in the market. The evaluation results in four recommended ERP SMB which is SAP Business One, Sun System, Microsoft Navision, and Krakatau manufacturing. The vendor for the mentioned software is available in Indonesia. The second method is using weighting system to weight each ERP vendor competencies using several categories such as software product quality, services and support, vendor longevity and cost. The third method is using Analytical Hierarchy Process (AHP) method. The result of weighting system will be the base for the AHP calculation to select and decide the ERP software that best fit the company's need. The result of AHP calculation indicates that PT Krakatau Information Technology with its Krakatau manufacturing application has the best score in overall evaluation categories and therefore shall be selected as Tately's ERP provider.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T18464
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gde Arya Harsana
"Karya akhir ini mempunyal tiga tujuan utama yaitu mengoptimumkan jumlah persediaan (inventory) bahan baku (raw material) dan local manufactured finished goods di Divisi Otomotif PT 3M Indonesia, meningkatkan net working capital inventory turn dengan melakukan perbaikan pada proses perencanaan produksi serta melakukan proyek Six Sigma untuk mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam mencapai kedua tujuan diatas untuk selanjutnya dilakukan perbaikan dan proses kontrol. Menurut Peter S. Pande dan Neuman P. Robert (2000) kunci sukses dari Six Sigma adalah kemampuan untuk mengidentifikasi masalah bisnis yang kritis dan strategis untuk dipecahkan terlebih dahulu kemudian menciplakan hubungan (link) antara usaha yang harus dilakukan melalui proyek Six Sigma dengan hasil yang harus dicapai.
Pemecahan masalah yang diterapkan pada karya akhir ini dengan metode DMAIC, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam setiap tahap adalah:
1. D (Define): Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap permasalahan jumlah persediaan dan perencanaan produksi pada divisi otomotif. Metodologi Six Sigma diharapkan dapat mengurangi jumlah persediaan (inventory) tanpa mengorbankan pertumbuhan bisnis yang tinggi di divisi tersebut. Pembatasan masalah dilakukan hanya pada proses production planning dan inventory control (PPIC) divisi otomotif dengan potensi kesalahan adalah nilai jumlah persediaan pada bahan baku dan local manufactured finished good yang terlalu besar.
2. M (Measure): Pengukuran kemampuan awal menunjukkan walaupun pertumbuhan penjualan pada periode tersebut sangat baik namun karena peningkatan jumlah inventory yang juga cukup besar mengakibatkan perputaran jumlah persediaan (inventory turn over) memiliki kecenderungan menurun. Langkah penting yang juga dilakukan pada tahap pengukuran ini adalah aktivitas MSA (Measurement System Analysis) untuk memastikan kelengkapan dan konsistensi data yang digunakan.
3. A (Analyze): Tahap yang harus dilalui dalam langkah ini adalah analisa terhadap potensi kegagalan yang mungkin terjadi melalui FMEA (Failure Mode Effect Analysis). Seluruh variabel dari FMEA selanjutnya dilakukan uji statistik Multi Vari untuk memastikan semuanya berpengaruh signifikan terhadap jumlah persediaan sehingga harus diperhitungkan dalam proses perbaikan.
4. I (Improvement): Perbaikan yang dilakukan diantaranya adalah mengusulkan dibuat proyek Six Sigma baru yang dipimpin oleh seorang green belt dalarn rangka implementasi sistem manajemen persediaan yang lebih terintegrasi melalui MRP (Material Requirement Planning) dan MPS (Master Production Schedule), menghilangkan penggunaan surat jalan sementara serta menciptakan alat bantu untuk menganalisa pergerakan jumlah persediaan dan penjualan dalam bentuk graIlk sehingga mempermudah pengambilan keputusan.
5. C (Control): llntuk memastikan semua proses perbaikan berjalan dengan baik dibuat rencana kontrol (control plan). Selain itu perlu dibuat sistem audit yang memadai melalui Reaction Plan untuk memastikan kapan audit berkala harus dilaksanakan dan siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan audit.
Ada tiga perrnasalahan utama dalam jumlah persediaan Divisi Otomotif PT 3M Indonesia:
1. Jumlah persediaan (inventory) yang terlalu besar pada bahan baku (raw material),
2. Jumlah persediaan (inventory) yang terlalu besar pada produk jadi yang diproduksi di dalam PT 3M Indonesia dan dijual langsung ke OEM yang sering disebut Local Manufactured Finished Goods,
3. Kurangnya koordinasi antar bagian yang terlibat dalam proses perencanaan produksi sehingga mengakibatkan bagian perencanaan harus menyediakan jumlah persediaan (inventory) dalam jumlah besar untuk mengantisipasi permintaan dari pelanggan.
Dalam hal ini bahan baku (raw material) merupakan komposisi terbesar dari keseluruhan jumlah persediaan sehingga akan dilakukan pendekatan Six Sigma untuk mengurangi jumlah persediaan khususnya pada raw material dan local manufactured finished goods.
Divisi Otomotif mengalami kenaikan inventory turn over dari Juni 2005 sampai Agustus 2005. Pengurangan jumlah persediaan dan penjualan yang sangat baik pada periode tersebut merupakan faktor utama kenaikan inventory turn over. Hal ini juga menggambarkan barangbarang di Divisi Otomotif bergerak Iebih cepat mulai dari bahan baku hingga produk jadi dan langsung dikirim ke pelanggan. Pertumbuhan penjualan pada periode tersebut sangat baik dan di sisi lain jumlah persediaan bisa dikurangi.
Secara keseluruhan kinerja bisnis di Divisi Otomotif melampaui target yang ditetapkan perusahaan. Jumlah persediaan (inventory) untuk barang-barang yang dikategorikan dead stock dan excess stock pada Divisi Otomotif cenderung menurun karena permintaan pasar yang sangat besar. Diharapkan dengan keberhasilan proyek Six Sigma pada Divisi Otomotif akan merupakan jembatan untuk manajemen persediaan yang Iebih terintegrasi.
Hasil dari karya akhir ini berguna bagi perusahaan khususnya PT 3M Indonesia adalah untuk menunjukkan walaupun belum memiliki sistem manajemen persediaan yang terintegrasi namun dengan metodologi Six Sigma berhasil mengurangi jumlah persediaan (inventory) dalam jumlah yang cukup besar. Di masa yang akan datang diharapkan karya akhir ini menjadi jembatan untuk implementasi perencanaan persediaan yang terintegrasi melalui MRP dan MPS sehingga akan sangat membantu operasional sehari-hari dari bagian perencanaan produksi (PPIC) di Divisi Otomotif PT 3M Indonesia.

There are three purposes for this thesis, the first is to get optimum value for inventory in raw materials and local manufactured finish goods especially in Automotive Division PT 3M Indonesia, the second is to increase net working capital inventory turn over with improvement in production planning and inventory control and the third is to conduct Six Sigma project in order to identify and control key factor that affect inventory and net working capital. According to Peter S Pande and Neuman P Robert (2000) key success factor from Six Sigma is ability to identify critical and strategic business problems to be solved first and then create a link between the effort through Six Sigma project and the result to be accomplished.
Problem solving method applied to this thesis is DMAIC methodologies with specific steps are as Follow:
1. D (Define): This step is to identify basic problems in inventory and production planning process in Automotive Division. Six Sigma methodologies is able to decrease the inventory value and support business growth in that particular industry. The scope of problem is only focus on the production planning and inventory control for Automotive Division dealing with excessive raw materials and local manufactured finish good items.
2. M (Measure): Initial capabilities measurement shows that even the sales volume in Automotive Division grew rapidly, unfortunately the inventory turn over has declined because of the inventory has also raised significantly. The most important things to do in this stage is MSA (Measurement System Analysis) to conduct check audit on calculation and data consistency
3. A (Analyze): Analysis is important to identify failure mode and Failure effect on the key process input. This step identifies potential caused and current controls for the key process input as well. FMEA analysis reduced key process input and conduct multi variable statistical test to ensure that the key process input might affect inventory management significantly.
4. I (Improvement): Action taken in improvement step is proposed to assign green belt project to accommodate integrated production planning and inventory system by implementing Bill of Materials. The system would help implementing BOM and help finance to easily calculate the Work in Process material. Create a simple excel based material replenishment planning to help PPIC calculating the materials needed for production. As a result of Six Sigma project observation, temporary delivery order will be eliminated. Warehouse will no longer receive temporary delivery order, so all the orders will need to be recorded into the order system AS 400 first.
5. C (Control): Control step is taken to make sure all process running well and have control plan accordingly. Created audit system to ensure proper audit conduct regularly to answer following question: Who conduct the audit? When the audit plan? All control process and audit should be documented very well.
The thesis result is useful for PT 3M Indonesia and proved that being committed to monitor and follow-up is very important to monitor the inventory status. Even though PT 3M Indonesia does not have an integrated system in production planning and inventory control, Six Sigma project can reduce the inventory a lot. The suggestion is to support growth in Automotive Industry demanding an integrated system is important. It will help a lot in implementing some inventory management plans.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18554
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>