Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kadek Ayu Erika
"Overweight dan obesitas pada anak merupakan suatu masalah yang kom-
pleks disebabkan multifaktor, yaitu interaksi genetik dan lingkungan. Gaya
hidup perkotaan dipicu oleh asupan makanan yang berlebih pada anak
overweight dan obesitas. Strategi untuk menurunkan asupan makan
berlebih pada anak adalah dengan pendekatan child healthcare model dan
transtheoretical model sehingga dapat mengendalikan gaya hidup anak.
Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh pendekatan child health-
care dan transtheoretical model terhadap asupan karbohidrat anak over-
weight dan obesitas. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kecamatan
Biringkanaya dan Tamalanrea, Makassar, pada bulan Agustus 2013 sam-
pai Maret 2014. Desain yang digunakan adalah quasy experiment yaitu pre
test and posttest with control group design. Sampel dipilih secara purposive
sebanyak 31 anak overweight atau obesitas pada kelompok perlakuan dan
33 kontrol pada anak sekolah dasar kelas 4 - 6. Intervensi penelitian 6 bu-
lan dengan pemberian buku panduan gaya hidup sehat. Instrumen meng-
gunakan kuesioner food recall. Hasil uji-t berpasangan menghasilkan asu-
pan karbohidrat pada pre-post intervensi kelompok perlakuan dengan nilai
p 0,004 (< 0,05) sedangkan kelompok kontrol dengan nilai p 0,114.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh pendekatan child health-
care model dan transtheoretical model terhadap asupan karbohidrat anak
overweight dan obesitas.
Overweight and obesity in children is a complex problem that is caused by
a multifactorial genetic and environmental interactions. Urban lifestyle
fueled by excessive food intake in overweight and obese children.
Strategies to reduce excessive food intake in children is the child healthcare
approach and the transtheoretical model so that the model can control the
child?s lifestyle. This study aimed to prove the effect of child healthcare
Pengaruh Pendekatan Child Healthcare Model dan
Transtheoretical Model terhadap Asupan Makan Anak
Overweight dan Obesitas
The Effect of Child Healthcare Model and Transtheoretical Model
Approaches to Food Intake of Overweight and Obese Children
Kadek Ayu Erika* Elly Nurachmah**
approach and the transtheoretical model of the food intake of overweight
and obese children. This research was conducted in the district area
Tamalanrea and Biringkanaya, Makassar fromAugust 2013 to March 2014.
The design used is quasy experiment pretest and posttest with control
group design. Purposively selected sample of 31 children as overweight or
obese in the treatment group and 33 controls on primary school children
grade 4 - 6. Intervention research was conducted during a six month peri-
od by providing guide books on healthy lifestyle. The instrument used food
recall questionnaire. Paired t-test results produced carbohydrate intake in
the pre-post intervention treatment groups with p value 0.004 (<0.05),
whereas the control group with p value of 0.114. This study concludes that
there is influence of CHM and TTM approaches to the intake of carbohy-
drates of overweight and obese children."
Universitas Hasanuddin, Fakultas Kedokteran, *Departemen Anak Program Studi Ilmu Keperawatan, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Agustin
"Diabetes Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia yang diakibatkan kurangnya sekresi insulin, resistensi insulin, atau keduanya. Kondisi hiperglikemia kronis dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang salah satunya adalah kaki diabetik yang menjadi penyebab utama dilakukannya amputasi pada klien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman klien DM tipe 2 pasca amputasi mayor ekstremitas bawah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil analisis data menghasilkan enam tema, yaitu: perubahan dalam kehidupan setelah amputasi, respon atau perasaan terkait amputasi, mekanisme koping, dukungan sosial yang diterima, makna hidup, dan pelayanan kesehatan yang diterima. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan melalui peningkatan dukungan rehabilitasi secara fisik, psikososial, dan spiritual pada klien DM tipe 2 pasca amputasi mayor ekstremitas bawah.
Experiences of Type 2 Diabetes Clients Following Major Limbs Amputation. Type 2 Diabetes Mellitus (type 2 DM) is a metabolic disorder characterized by hyperglycemia as a result of insulin deficiency, insulin resistance, or both. Chronic hyperglycemia conditions can lead to complications such as a diabetic foot as a major cause of amputation among clients with type 2 DM. The purpose of this study was to determine the experiences of clients with type 2 DM following major lower limbs amputation. This study used a qualitative method with phenomenology approach. Six themes revealed: live changes of amputees, amputation response or related feelings, coping mechanisms, social support received, the meaning of life, and health care received. The results of this research are expected to contribute positively in improving the quality of nursing care through physical, psychosocial, and spiritual rehabilitation support provided to clients with type 2 DM following major lower limbs amputation."
Rumah Sakit Pertamina ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
610 JKI 16:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wayunah
"Plebitis adalah salah satu komplikasi terapi infus. Salah satu faktor penyebab plebitis adalah kurang terampilnya perawat saat melakukan pemasangan infus. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian plebitis dan kenyamanan. Jenis penelitian analitic-corelational dengan pendekatan cross-sectional, dengan jumlah sampel 65 perawat pelaksana rawat inap dan 65 pasien yang dipasang infus. Hasil menunjukkan 50,8% perawat memiliki pengetahuan kurang baik, angka kejadian plebitis sebesar 40%, dan 53,8% merasa nyaman dengan pemasangan infus. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian plebitis (p= 0,000; α= 0,05), dan dengan kenyamanan (p= 0,000; α= 0,05). Direkomendasikan untuk perawat agar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pemasangan infus sehingga komplikasi dan ketidaknyamanan akibat pemasangan infus dapat dikurangi.
Nursing?s Knowledge on Infusion Therapy Phlebitis is one of complications of infusion therapy Influence the Incidence of Phlebitis and Patients Comfort. The aspect that considered affecting the incidence of phlebitis and patient?s comfort is the nurses?skills on infusion therapy. This study aimed to determine the relationship between a nurse's knowledge on infusion therapy with the incidence of phlebitis and comfort. This was a correlation analytic with cross-sectional approach with the number of samples was 65 nurses who work in inpatients ward and 65 patients who received infusion. The results showed that 50.8% of respondents had have a poor knowledge, the incidence of phlebitis was 40%, and 53.8% felt of comfortable with the insertion of infusion canule. The results showed that there was a significant relationship between knowledge of nurses about infusion therapy with incidence of phlebitis (p= 0.000; α=0,05) and patients? comfort (p= 0.000, α=0.05). It is recommended that nurses have to improve knowledge and skills so that complications and discomfort caused by infusion might be prevented."
STIKES Indramayu ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
610 JKI 16:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Cahyati
"Hemiparese pada klien stroke dapat menyebabkan klien mengalami berbagai kecacatan. Latihan range of motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan yang dinilai efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan. Latihan ROM bisa dilakukan dengan pendekatan bilateral yang dapat memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan unilateral training. Penelitian bertujuan mengidentifikasi perbandingan latihan ROM unilateral dan bilateral terhadap kekuatan otot pasien hemiparese akibat stroke iskemik. Penelitian menggunakan desain Quasi experiment pre dan post test design. Jumlah sampel 30 responden yang terdiri dari kelompok intervensi I dan intervensi II. Evaluasi penelitian dilakukan pada hari pertama dan ketujuh. Teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan otot meningkat pada kedua kelompok intervensi dan terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok intervensi (p= 0,018, α= 0,05 ). Penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penggunaan latihan ini secara terprogram dalam menangani pasien stroke dengan hemiparese perlu dilakukan.
Comparison of Hemiparesis Patient?s Muscle Strength Improvement through Unilateral and Bilateral ROM Exercise. Hemiparesis on stroke client?s can cause such of disability. ROM exercise is effective to prevent disability. ROM exercises can be provided with bilateral approach which gives better effect than unilateral training. This study aimed to identify the comparison between unilateral and bilateral ROM exercise on hemiparesis patient's muscle. This study used Quasi Experiment pre and post test research designs. Number of sample was 30 respondents who were divided into intervention group I and group II. Evaluation research was undertaken in the first day and seventh day. Sampling technique used was a consecutive sampling. Study results showed an there were significant differences between the two intervention groups (p= 0018, α= 0,05). This result revealed that bilateral ROM exercises will increase muscle strength compare to unilateral ROM exercises. This study recommended the need for further research and the use of these exercises programmed in dealing with stroke patients with hemiparesis."
Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. Jurusan Keperawatan ; Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan, 2013
610 JKI 16:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyun Tafwidhah
"Perkesmas merupakan upaya program pengembangan puskesmas yang kegiatannya terintegrasi dalam upaya kesehatan wajib
dan upaya kesehatan pengembangan lainnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kompetensi perawat puskesmas
dan tingkat keterlaksanaan kegiatan perkesmas di Kota Pontianak. Desain penelitian adalah analitik korelasi secara cross
sectional dengan sampel 118 perawat. Analisis data dengan Chi-Square, uji t independen, dan regresi logistik. Hasil analisis
menunjukkan adanya hubungan antara kompetensi perawat puskesmas dan tingkat keterlaksanaan kegiatan perkesmas (p=
0,000; α= 0,05). Lebih lanjut diketahui bahwa terdapat interaksi antara kompetensi dan pelatihan. Penelitian ini merekomendasikan
peningkatan kompetensi perawat guna keoptimalan pelaksanaan perkesmas melalui pelatihan, pembinaan melalui tim yang
ditugasi, ataupun kerja sama dengan teman sejawat serta memberikan dukungan berupa kebijakan untuk penghargaan dan
sanksi seperti jenjang karir perawat.
"
Puskesmas Karya Mulya Pontianak ; Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan, 2012
610 JKI 15:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Erlin Ifadah
"ABSTRAK
Gagal jantung adalah kerusakan pompa jantung yang dimanifestasikan dengan pernafasan yang
cepat, sesak pada saat beraktivitas, paroxysmal nocturnal dyspnea, orthopnea dan adanya edema
perifer atau edema paru. Hal ini menyebabkan tingginya mortalitas dan morbiditas serta
seringnya klien gagal jantung berulangkali keluar masuk rumah sakit. Pemenuhan kebutuhan
pada klien gagal jantung bukan hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisik atau
psikologik, tetapi juga pemenuhan kebutuhan spiritualnya. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual klien gagal
jantung di rawat inap yang meliputi faktor fungsi keluarga, kegiatan keagamaan, derajat gagal
jantung, kecemasan dan depresi. Desain penelitian Cross Sectional dengan uji statistik Chi
Square dilakukan untuk melihat hubungan tersebut. Pemodelan regresi logistik ganda
digunakan untuk menentukan faktor yang paling berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
spiritual. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara fungsi keluarga (OR=5,700 dan
nilai p =0,001), kegiatan keagamaan (OR=5,750 dan nilai p=0,001), derajat gagal jantung (OR
4,167 dan nilai p= 0,016) dan depresi (OR=3,692 dan nilai p= 0,011) dengan pemenuhan
kebutuhan spiritual klien gagal jantung. Fungsi keluarga merupakan faktor dominan yang paling
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual (OR=0,229). Hasil penelitian
menunjukkan fungsi keluarga mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual klien gagal jantung, oleh sebab itu keluarga harus dilibatkan pada setiap asuhan
keperawatan yang akan diberikan pada klien gagal jantung.
ABSTRACT
Heart failure is a heart pump damage manifested by rapid breathing, shortness on exertion,
paroxysmal nocturnal dyspnea, orthopnea and peripheral edema or pulmonary edema. This leads
to high mortality and morbidity of heart failure and frequent client repeatedly in and out of the
hospital. Meeting the needs of the clients of heart failure is not only oriented to the physical or
psychological needs, but also their spiritual needs. This study aims to analyze the factors related
to the spiritual needs of clients in heart failure hospitalization factors include family functions,
religious activities, the class of heart failure, anxiety and depression. Design Cross-sectional
study with Chi Square statistical test conducted to see the relationship. Multiple logistic
regression modeling used to determine the factors most related to spiritual fulfillment. The
results showed an association between family functioning (OR = 5.700 and p = 0.001), religious
activities (OR = 5.750 and p = 0.001), the class of heart failure (OR 4.167 and p = 0.016) and
depression (OR = 3.692 and p-value = 0.011) with the spiritual needs of heart failure clients.
Family function is the most dominant factor related to spiritual fulfillment (OR = 0.229). The
results showed a family function has an important role in meeting the spiritual needs of the client
with heart failure, therefore the family should be involved in any nursing care that will be given
to clients of heart failure."
2013
T35852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wati Jumaiyah
"ABSTRAK
Heart Failure merupakan penyakit jantung kronik yang menimbulkan gangguan pada
semua sistem tubuh. Akibatnya kemampuan untuk self care berkurang termasuk
pemenuhan kebutuhan spiritual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan dimensi religi dengan self care pada penderita Heart Failure. Metode
penelitian menggunakan analisis korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah
sempel 75 responden. Metode pengambilan sampel dengan tehnik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukan rata-rata usia 61 tahun, berjenis kelamin wanita 53,3%,
berpendidikan rendah 54,5%, berpenghasilan diatas UMR 56%, status kesehatan dengan
klasifikasi kelas II 60%. Analisis penelitian menunjukan ada hubungan yang bermakna
antara dimensi religi dengan self care (p value= 0,001; α = 0,05). Analisis lebih lanjut
menunjukan bahwa dimensi religi merupakan faktor yang dominan yang berhubungan
dengan self care. Rekomendasi peneliti adalah peningkatan peran perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan spiritual pada penederita Heart Failure dan
dikembangkan strategi self care practice.

ABSTRACT
Heart failure is a chronic heart disease causing disturbances in all systems of the body.
As a result, the ability to self care is diminished including fulfilling spiritual needs. The
purpose of this research is to find out the relationship between religious dimension and
self care in people with heart failure. The Research used correlative analytical methods
with cross sectional approach. The total sample of 75 respondents. The sample
collection method used a purposive technique sampling. Research results showed the
average age of 61 years; 53,3 % the female sex; 54,5 % educated low; 56 % earns
higher than regional minimum wage and health status with the classification class II 60
%. The finding showed that there is a relationship between religious dimension with
meaningful self care (p value=0,001; α=0,05). Further analyses showed that religious
dimension is a dominant factor associated with self care. Recommendations of the
research is improving role of nurses in providing spiritual care to patients with heart
failure and developing strategy of self care practice."
2013
T35504
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Ainur Rofi Ah
"ABSTRAK
Nama : Ika Ainur Rofi rsquo;ahProgram Studi : Magister Ilmu KeperawatanJudul : Hubungan antara Indeks Respon Gejala Acute Coronary Syndrome ACS dan Persepsi Penyakit Selama Dirawatdengan Kualitas Hidup Pasca Rawat Infark MiokardPembimbing : Prof. Dra Elly Nurachmah, S.Kp, M.App.Sc, D.N.Sc, RNSri Yona, S.Kp, MN., Ph.D Penyakit jantung koroner merupakan masalah kardiovaskuler utama yang menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan kematian di dunia. Infark miokard merupakan penyakit jantung koroner yang terjadi secara spontan akibat trombosis koroner, kerusakan arteri koroner, erosi plak aterosklerosis, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara indeks respon gejala ACS dan persepsi penyakit selama dirawat dengan kualiats hidup pasca rawat infark miokard. Penelitian ini menggunakan desain non eksperimental jenis cross sectional analitik dengan jumlah sampel 101 orang yang dilakukan di RSI Sakinah Mojokerto. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan indeks respon gejala ACS dan persepsi penyakit, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, kecemasan, depresi, dan dukungan sosial p value=0,001; ?

ABSTRACT
Name Ika Ainur Rofi rsquo ahStudy Program Faculty of Nursing Indonesian UniversityTitle Relationship between Response Index Symptom of Acute Coronary Syndrome ACS and Illness Perception during Treatment with Quality of Life after Care of Myocardial InfarctionCounsellor Prof. Dra Elly Nurachmah, S.Kp, M.App.Sc, D.N.Sc, RNSri Yona, S.Kp, MN., Ph.D Coronary heart disease is a major cardiovascular problem that causes hospitalization and mortality rates in the world. Myocardial infarction is a spontaneous coronary heart disease caused by coronary thrombosis, coronary artery damage, atherosclerotic plaque erosion, oxygen supply and demand imbalance. The purpose was to determine the relationship between response index symptom of ACS and illness perception with quality of life after care of myocardial infarction. This research used a non experimental design cross sectional analytic type with a sample of 101 people conducted at Sakinah Hospital in Mojokerto. The results showed a significant relationship between quality of life with response index symptom of ACS, illness perception, marital status, education level, anxiety, depression, and social support p value 0,001 "
Depok: 2018
T49486
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Erlina
"Identifikasi self efficacy mobilisasi pasien selama perawatan di rumah sakit dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan hal penting yang harus dilakukan perawat untuk meningkatkan kemampuan mobilisasi pasien sehingga dapat mempercepat penyembuhan dan mengindari efek negatif immobilisasi. Instrumen pengkajian untuk mengidentifikasi self-efficacy mobilisasi dan bagaimana perannya terhadap kemampuan mobilisasi pasien sampai saat ini belum didapatkan.
Penelitian bertujuan mengembangkan instrumen self-efficacy mobilisasi yang terbakukan dan menemukan model teoritis tentang peran self-efficacy sebagai mediator terhadap kemampuan mobilisasi pasien.
Penelitian dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pengembangan instrumen dan analisis model teoritis. Alur penelitian dilakukan dengan study kualitatif pada 10 pasien, uji validitas konten oleh 8 pakar dan uji keterbacaan pada 5 pasien, uji konstruk dengan confirmatory factor analysis CFA serta analisa model teoritis dengan structural equetion modeling SEM pada 306 pasien.
Hasil penelitian tersusun instrumen self-efficacy mobilisasi yang terdiri dari 17 item yang terbakukan dan diperoleh model teoritis yang sesuai tentang peran self-efficacy mobilisasi sebagai mediator. Self-efficacy menjadi bagian penting bagi perawat dan tim kesehatan lain dalam upaya mempercepat penyembuhan pasien melalui peningkatan kemampuan mobilisasi pasien.

Identifying the self efficacy of patient for mobilization during hospitalization and influencing factors are important for nurses in accelerating healing and avoiding the negative effects of immobilization.The assessment instrument for this purpose and how its role to the patient 39 s mobilization capability has not yet to established.
The purpose of this study is aimed to develop a standardized self efficacy for mobilization instrument and finding a theoretical model of the role of self efficacy as a mediator of patient mobilization abilities. This research has two stages. The first is the development of the instrument and the second is the theoretical model analysis.
The research was conducted with qualitative study on 10 patients. Content validity test by 8 experts and legibility test in 5 patients. Construct test with confirmatory factor analysis CFA and theoretical model analysis with structural equation modeling SEM in 306 patients.
The results of the study was found a self efficacy for mobilization instrument volving consist of 17 standardized items and obtained the appropriate theoretical model of the role of self efficacy for mobilization as mediators. Self efficacy as an important for nurses and other health teams in an effort to accelerate healing process of patients through performing early patient mobilization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
D2363
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Fahmi
"

Consensus Statement of Standards for Interventional Cardiovascular Nursing Practice menetapkan  domain standar praktik interventional keperawatan kardiovaskular  meliputi mampu berfikir kritis dan menganalisis intervensi kardiovaskular dalam praktik keperawatan, terlibat dalam hubungan terapeutik dan hubungan profesional untuk meningkatkan pelayanan dan pengalaman dalam pemberian asuhan keperawatan.  The dynamic nurse-patient relationship model telah digunakan sebagai teori dasar dalam memberikan asuhan keperawatan pada praktik keperawatan, yang menekankan  prinsip-prinsip dasar pemikiran kritis, pendekatan yang berpusat pada klien intervensi serta berorientasi pada tujuan, dan penggunaan  rekomendasi intervensi keperawatan berbasis bukti. Penerapan The dynamic nurse-patient relationship model pada praktik residensi menetapkan penurunan curah jantung sebagai diagnosis keperawatan utama pada pasien kelolaan utama dan 30 pasien lainnya, dengan cardiac care sebagai pilihan intervensi keperawatan untuk mengoptimalkan fungsi jantung dan menurunkan beban kerja jantung. CAM-ICU sebagai instrumen diagnostik memiliki keandalan yang sempurna untuk menilai delirium pasca pembedahan jantung (sensitifitas 100% dan spesitifitas 100%), lain halnya BHIS sebagai istrumen untuk menilai risiko kejadian SSI pasca pembedahan jantung memiliki keandalan yang sedang ( sensitifitas 70% dan spesitifitas 67%), artinya BHIS perlu dikembangkan kembali dengan memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian SSI.

 


The Consensus Statement of Standards for Interventional Cardiovascular Nursing Practice has established the standard domain of interventional cardiovascular nursing practices which includes the ability to think critically and to analyze cardiovascular interventions in nursing practice, engaging in therapeutic relationships and professional relationships to improve service and experience in providing nursing care. The dynamic nurse-patient relationship model has been used as a primary theory, providing nursing care approach into nursing practice which emphasizes the basic principles of critical thinking, client-centered and intervention-oriented approaches, and the use of evidence-based nursing intervention recommendations. The dynamic nurse-patient relationship model in residency practice establishes a decrease in cardiac output as the main nursing diagnosis in primary management patients and 30 other patients, with cardiac care as the choice of nursing intervention to optimize cardiac function and reduce cardiac workload. CAM-ICU as a diagnostic instrument has perfect reliability to assess delirium after cardiac surgery (100% sensitivity and 100% specificity). BHIS as an instrument to assess the risk of SSI events after cardiac surgery has moderate reliability (70% sensitivity and 67% specificity), meaning that BHIS needs to be developed by taking into account the factors related to SSI events.

 

Keywords: ida jean orlando, delirium, CAM-ICU, surgical site infection, cardiac surgery, low cardiac output, respiratory muscle training.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>