Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S9560
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirudin
"Industrialisasi tengah mengubah koran "Suara Merdeka" (SM) dalam sosoknya yang baru. Sejak 1980-an, ketika penanaman modal asing boleh masuk ke dunia penerbitan sesuai amanat UU No. 2111982 tentang "Penaman Modal Asing". secara cepat koran SM mengalami perubahan di tingkat paradigmatik.
Koran SM, mau tidak mau, mengikuti sistem budaya perusahaan (corporate culture) sebagaimana yang menjadi konteks ruang dan gerak perusahaan lain. Implikasinya, wartawan-rnakhluk individual yang secara bebas bisa mengekspresikan idealismenya sebelum era itu--harus terikat dengan platform baru karena menjadi makhluk organisasional dalam situasi yang berbeda. Jurnalisme pun mengalami reunifikasi tidak sekedar menjadi media ekspresi idealisme, tetapi obyek komodifikasi.
Dalam perspektif itu, proses jurnalisme sesungguhnya memiliki kerumitan sosial budaya tersendiri. Di satu sisi, wartawan terikat dengan adagium bahwa epistemologi jurnalisme diselenggarakan dalam kerangka memenuhi right to know dan rigth to express warga, di lain sisi sebagian hidup mereka terikat dengan pemilik modal yang berkewajiban menopang return of investment. Kerumitan lain datang dari sisi khalayak yang berharap wartawan mampu mensuplai informasi bebas sebagai dasar membentuk keputusan-keputusan berharga.
Dalam tarik-menarik kepentingan seperti itu, konflik dengan demikian merupakan situasi yang tak mungkin dihindari. Tesis ini berusaha mengungkap dari mendeskripiskan konflik yang dialami wartawan dan cara-cara penyelesaiannya dengan pendekatan kebudayaan Bourdieu. Melalui teori praksis Bourdieu, konflik coba diurai sebagai fenomena sosial budaya di tubuh perusahan pers SM.
Dalam riset ini ditemukan berbagai macam kasus konflik yang dialami wartawan. Ada berbagai cara merespon konflik serta prosedur penyelesaian perkara yang ditempuh wartawan SM, mulai dari penyelesaian lewat perang mulut, tukarmenukar, ganti-rugi, musyawarah, hingga mediasi. Masing-masing cara dan prosedur penyelesaian konflik tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya dari pihakpihak yang berkonflik. Sebab, dalam bahasa Bourdieu, masing-masing pihak memiliki struktur obyektif (sistem budaya), disposisi (logika berpikir) dan habitus (logika berperilaku) sendiri-sendiri. Di sini menjadi jelas bahwa cara dan prosedur tersebut tampaknya hanya efektif untuk konflik yang kurang lebih sama."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T170
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Fitriana Y Isman
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5197
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Soebekti
"Dengan adanya era reformasi dewasa ini dituntut keterbukaan di segala bidang telah mempengaruhi terbukanya kritik masyarakat terhadap perilaku aparat maka perlu peningkatan kesadaran tentang bidang tugas Polisi yaitu "Pelayan" terutama pelayanan anggota Polisi dalam berkomunikasi dengan masyarakat pelapor baik komunikasi verbal maupun non verbal. Tujuan penelitian ini untuk menemukan ciri-ciri komunikasi verbal dan non verbal yang menimbulkan ekspresi simbolik dalam interaksi tersebut. Penelitian ini bersifat Studi Kasus, deskriptif dan kualitatif dengan mempergunakan metode penelitian terlibat dan wawancara bebas dilakukan di ruangan penerima laporan Polres Metro Jakarta Barat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ciri-ciri komunikasi verbal maupun non verbal para petugas penerima laporan belum dimengerti arti pentingnya ciri-ciri komunikasi tersebut yang berakibat persepsi masyarakat terhadap dirinya berbeda."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thanyapat Jarupalee
"Abstrak
BACKGROUND:
Black tiger shrimp Penaeus monodon is one of the common causes of shellfish allergy that is increasing worldwide. One of the important problems in the management of shellfish allergy is the lack of accurate diagnostic assay because the biological and immunological properties of allergens in black tiger shrimp have not been well characterized. This study aims to detect proteins with the ability to bind and cross-link immunoglobulin E (IgE) from black tiger shrimp by enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), Western blot, and a humanized rat basophilic leukemia reporter cell line RS-ATL8.
METHODS:
Sera from shrimp allergic subjects were subjected to ELISA and Western blots using raw or cooked shrimp extract as antigens. Pooled sera were used to sensitize the RS-ATL8 reporter cell line and cells were activated by shrimp extract. Eluted protein extracts separated by sodium dodecyl sulfate polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE) were tested on the RS-ATL8 cell line and subjected to mass spectrometry to identify potential candidate allergens.
RESULTS:
Allergic sera reacted stronger to raw shrimp extract than cooked shrimp extract (P=0.009). Western blot demonstrated that major IgE reactivity protein bands were at 32-39 kDa and 91-230 kDa in both raw and cooked shrimp extracts. The eluted protein bands at the molecular weight of 38 and 115 kDa from raw shrimp extract induced IgE cross-linking as assayed by the RS-ATL8 cell line. These protein bands were subjected to mass spectrometry for analysis. Ubiquitin-activating enzyme and crustacyanin were identified as potential candidate novel shrimp allergens.
CONCLUSIONS:
The RS-ATL8 reporter cell line can be used to identify potential new shrimp allergens that can functionally cross-link IgE and induce mast cell degranulation."
Suwon Korea: The Korean Academy of Asthma, Allergy and Clinical Immunology, 2018
610 AAIR 10:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Amanda Putri
"Jurnalisme olahraga menjadi suatu hiburan yang ditunggu oleh masyarakat, khususnya pecinta olahraga. Dunia olahraga dipersepsikan oleh banyak kalangan sebagai sesuatu yang dekat dengan laki-laki, baik dari subjek pemberitaan, audiens, hingga jurnalis. Dominasi laki-laki pada dunia jurnalisme olahraga terkadang membuat perempuan diremehkan bahkan hanya dilihat sebagai objek. Oleh karena itu, atlet maupun reporter perempuan sering mendapat perlakuan kurang menyenangkan. Masalah objektifikasi perempuan pada dunia jurnalisme olahraga pun akhirnya tidak terhindarkan. Artikel ini menganalisis dua hasil penelitian mengenai objektifikasi pada reporter perempuan dan atlet perempuan yang ditulis dalam jurnal ilmiah internasional. Terdapat dua metode yang berbeda dari masing-masing penelitian, yaitu metode analisis konten dan metode kuantitatif. Kedua metode memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri, sesuai dengan objek penelitian yang dilakukan. Pada artikel pertama, hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memfokuskan pandangan mereka terhadap tubuh penyiar perempuan. Pada artikel kedua, hanya 51% atlet perempuan digambarkan melalui foto yang relevan dengan olahraganya, lebih rendah dari penggambaran atlet laki-laki yang mencapai 82%.

Sports journalism is an entertainment that is awaited by the public, especially sports lovers. The world of sports is perceived by many as something close to men, from news subjects, audiences, to journalists. The domination of men in the world of sports journalism sometimes makes women belittled and even seen as objects. Therefore, female athletes and reporters often receive less favorable treatment. The problem of objectification of women in the world of sports journalism was finally unavoidable. This article analyzes the results of two studies regarding the objectification of female reporters and female athletes written in international scientific journals. There are two different methods from each research, namely the content analysis method and the quantitative method. Both methods have their own advantages and disadvantages, according to the object of the research conducted. In the first article, the results showed that most of the respondents focused their views on the female broadcaster's body. In the second article, only 51% of female athletes were depicted through photos relevant to their sport, lower than the depiction of male athletes which reached 82%."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Bioesei Ureaplasma urealyticum perlu dikembangkan sebagai teknik untuk mendeteksi dan mendeterminasi faktor patogen bakteri, sehingga patogenesis penyakit yang disebabkan infeksi ureaplasma dapat dipahami dengan baik. Tahap pertama penelitian ini adalah mengembangkan metoda untuk kultivasi dan verifikasi ureaplasma; kultivasi pada media padat maupun cair dapat digunakan untuk mendeteksi ureaplasma dalam sampel yang diperiksa. Meskipun demikian teknik PCR yang mengamplifikasi DNA bakteri menggunakan primer yang meliputi gen urease (ure) lebih memberikan konfirmasi yang akurat tentang keberadaan U. urealyticum. Untuk memahami patogenisitas ureaplasma, uji expresi gen menggunakan gen reporter yang berfungsi sebagai penanda (marker) expresi dapat digunakan untuk membuktikan aktifitas gen yang membawa sifat patogen bakteri. Gen iceC dapat digunakan sebagai gen reporter untuk mendeterminasi patogenisitas ureaplasma karena gen ini mempunyai keunggulan sangat sensitif, mudah dideteksi dan diukur aktifitasnya menggunakan uji pembekuan es (ice nucleation assay). Patogenesis penyakit juga dapat dipantau dengan uji mutagenesis in vitro, dimana gen kompeten untuk patogenisitas bakteri diinaktifkan dengan menginsersikan gen penanda (marker) dalam proses transformasi bakteri. IgA1 protease merupakan enzim ureaplasma yang menentukan patogenisitas dan diperlukan untuk kolonisasi bakteri pada situs infeksi, sehingga identifikasi gen iga dan uji aktifitas IgA1 protease juga sangat menunjang pemahaman tentang patogenesis penyakit yang disebabkan infeksi ureaplasma. Dalam penelitian ini gen iga putatif Mycoplasma genitalium digunakan sebagai acuan untuk melacak gen iga U. urealyticum. Amplifikasi DNA ureaplasma dengan PCR menggunakan primer yang didesain kompatibel dengan gen iga putatif M. genitalium dilanjutkan sikuensing DNA, membuktikan adanya homologi sikuens nukleotida 100% seperti yang terekam pada data acuan (referensi). IgA1 protease U. urealyticum adalah enzim seluler yang tidak disekresikan; ini dibuktikan dengan aktifitas enzim yang terdeteksi didalam sel, bukan di media kultur. IgA1 protease telah terbukti merupakan protein integral membran sel dan digunakan untuk merusak IgA dipermukaan mukosa jaringan sehingga memungkinkan bakteri untuk mengkolonisasi mukosa dan menginduksi patogenesis penyakit. Penemuan ini mempunyai implikasi luas pada penanganan penyakit yang meliputi diagnosis dan terapi infeksi ureaplasma. (Med J Indones 2005; 14: 204-14)

Bioassay of Ureaplasma urealyticum is necessary for detection as well as determination of pathogenic factors in order to understand the pathogenesis of diseases associate with ureaplasma infection. Cultivation and verification of ureaplasma is the first step of this study in the purpose of discovering sensitive method for ureaplasma detection. Cultivation of ureaplasma either in liquid or in solid media are able to detect the existence of ureaplasma in samples analyzed. However, application of PCR using specific primers to be compatible with urease gene (ure) would confirm the presence of ureaplasma. The pathogenicity of ureaplasma is potentially monitored using reporter gene as a marker for gene expression. IceC was chosen as reporter gene for ureaplasma pathogenic determination as the gene has great sensitivity, easily detectable and quantitated in simple method of ice nucleation assay. Transposon 916 (Tn916) was selected as a vector for iceC gene to transform ureaplasma. The application of recombinant Tn916-iceC which is considered as pUI, allow detection of ureaplasma activities when transform ureaplasma is tested by ice nucleation assay. It was expected that ureaplasma transformation is the manifestation of mutagenesis which interfere genes responsible for bacterial pathogenicity, in order pathogenesis of bacterial infection to be analyzed accurately. IgA1 protease is considered to be an important factor for ureaplasma pathogenicity as the enzyme is required for successful colonization. Identification of iga gene and determination of IgA1 protease activity are important for understanding the pathogenesis of ureaplasma infection. Putative iga gene of Mycoplasma genitalium was used as a reference to identify the presence of iga nucleotide sequence in U. urealyticum. Convincing evidence were obtained after PCR amplification of ureaplasma DNA using primers designed to be compatible with putative iga gene of M. genitalium followed by the discovery of 100% sequence homology of amplified ureaplasma iga gene and iga gene of M. genitalium mentioned in establish data. IgA1 protease activity of U. urealytium has been detectable in the cell rather than in media culture, suggesting that IgA1 protease is not secreted out of cell. It was proofed that IgA1 protease is membrane bound enzyme capable of digesting IgA1 in mucosal tissues of various organs and considered as potential virulence factor for ureaplasma that cause disease or gain entry to mucosal membrane. The existence of IgA1 protease activity in bacterial plasma membrane would have implication in ureaplasma management such as diagnosis and therapy of ureaplasma infection. (Med J Indones 2005; 14: 204-14)"
Medical Journal Of Indonesia, 14 (4) October December 2005: 204-214, 2005
MJIN-14-4-OctDec2005-204
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Amanda Putri
"Jurnalisme olahraga menjadi suatu hiburan yang ditunggu oleh masyarakat, khususnya pecinta olahraga. Dunia olahraga dipersepsikan oleh banyak kalangan sebagai sesuatu yang dekat dengan laki-laki, baik dari subjek pemberitaan, audiens, hingga jurnalis. Dominasi laki-laki pada dunia jurnalisme olahraga terkadang membuat perempuan diremehkan bahkan hanya dilihat sebagai objek. Oleh karena itu, atlet maupun reporter perempuan sering mendapat perlakuan kurang menyenangkan. Masalah objektifikasi perempuan pada dunia jurnalisme olahraga pun akhirnya tidak terhindarkan. Artikel ini menganalisis dua hasil penelitian mengenai objektifikasi pada reporter perempuan dan atlet perempuan yang ditulis dalam jurnal ilmiah internasional. Terdapat dua metode yang berbeda dari masing-masing penelitian, yaitu metode analisis konten dan metode kuantitatif. Kedua metode memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri, sesuai dengan objek penelitian yang dilakukan. Pada artikel pertama, hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memfokuskan pandangan mereka terhadap tubuh penyiar perempuan. Pada artikel kedua, hanya 51% atlet perempuan digambarkan melalui foto yang relevan dengan olahraganya, lebih rendah dari penggambaran atlet laki-laki yang mencapai 82%.
Sports journalism is an entertainment that is awaited by the public, especially sports lovers. The world of sports is perceived by many as something close to men, from news subjects, audiences, to journalists. The domination of men in the world of sports journalism sometimes makes women belittled and even seen as objects. Therefore, female athletes and reporters often receive less favorable treatment. The problem of objectification of women in the world of sports journalism was finally unavoidable. This article analyzes the results of two studies regarding the objectification of female reporters and female athletes written in international scientific journals. There are two different methods from each research, namely the content analysis method and the quantitative method. Both methods have their own advantages and disadvantages, according to the object of the research conducted. In the first article, the results showed that most of the respondents focused their views on the female broadcaster's body. In the second article, only 51% of female athletes were depicted through photos relevant to their sport, lower than the depiction of male athletes which reached 82%.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library