Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta : Departemen Kesehatan, 2005
612.3 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Dina Amri
"Pelayanan gizi pada bayi dan balita tidak dapat dilaksanakan selama masa pandemi COVID-19 dengan adanya Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Angka kunjungan ke POSYANDU di empat wilayah kerja Puskesmas se-Kota Solok mengalami penurunan signifikan pada bulan April hingga bulan Mei tahun 2020. Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan Pedoman Pelayanan Gizi pada Bayi dan Balita di Masa Tanggap Darurat COVID-19 pada tanggal 4 Mei 2020. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan Pedoman Pelayanan Gizi pada Bayi dan Balita di Masa Tanggap Darurat COVID-19 di Wilayah Kerja Puskesmas se-Kota Solok dari perspektif kebijakan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan desain studi kasus pada bulan Mei sampai Agustus 2021 di wilayah kerja Puskesmas se-Kota Solok dan Dinas Kesehatan Kota Solok. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, telaah dokumen dan wawancara mendalam terhadap 11 informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal (Kebijakan Kepala Puskesmas, SDM, dana dan fasilitas) serta faktor eksternal (Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Solok dan kondisi-sosial ekonomi masyarakat) yang dimiliki oleh Puskesmas se-Kota Solok tidak sepenuhnya mendukung untuk pelaksanaan Pedoman Pelayanan Gizi pada Bayi dan Balita di Masa Tanggap Darurat COVID-19. Keadaan penduduk di wilayah kerja masing-masing Puskesmas yang masih banyak tidak memiliki smartphone dan tidak bisa akses media sosial menyebabkan konseling gizi secara daring tidak dapat dilaksanakan oleh Petugas Gizi. Kegiatan pelayanan gizi di POSYANDU tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik dikarenakan kurang memadainya sarana dan prasarana kesehatan. Kegiatan pelayanan gizi pada bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas se-Kota Solok pada masa tanggap darurat COVID-19 tidak dilaksanakan sepenuhnya sesuai Pedoman Pelayanan Gizi pada Bayi dan Balita di Masa Tanggap Darurat COVID-19. Kepala Puskesmas dan Petugas Gizi diharapkan bekerjasama dengan Tokoh Masyarakat (Ketua RT/RW), Kepala Kelurahan dan Pemerintah Daerah Kota Solok dalam meningkatkan swadaya masyarakat dengan cara mengadakan rapat lintas sektor dan memanfaatkan dana kelurahan untuk mendukung pembangunan sarana dan prasarana kesehatan di Posyandu berbasis gotong royong seperti yang telah diatur oleh Pemerintah Daerah Kota Solok.

Nutrition services for infants and children under-five cannot be carried out during COVID-19 pandemic because of the Large-Scale Social Restriction Policy (Pembatasan Sosial Berskala Besar/PSBB). POSYANDU visit rate in the four working areas of Public Health Centers (Puskesmas) in Solok City showed significant decrease from April to May 2020. To overcome this, the Ministry of Health of Indonesian Republic issued Nutrition Services Guidelines for Infants and Children Under-Five during COVID-19 Emergency Response Period on May 4th, 2020. This study aims to analyze the implementation of Nutrition Services Guidelines for Infants and Children Under-Five during COVID-19 Emergency Response Period in Public Health Centers in Solok City from policy perspective. This study was conducted with qualitative approach and case study design from May to August 2021 in Public Health Centers in Solok City. Data was collected by using observation, document review and in-depth interviews with 11 informants. The results showed that internal factors (Internal Policy, HR, funds and facilities) as well as external factors (Solok City Government Policy and community socio-economic conditions) of Public Health Centers in Solok City did not fully support the implementation of Nutrition Services Guidelines for Infants and Children Under-Five during COVID-19 Emergency Response Period. Population condition which still does not have a smartphone and cannot access social media, causes online nutrition counseling cannot be carried out by Nutrition Officers. Nutrition service activities at POSYANDU did not properly implement health protocols due to inadequate health facilities and infrastructure. Nutrition service activities for infants and children under-five in ​​Public Health Centers in Solok City during COVID-19 were not fully implemented according to Nutrition Services Guidelines for Infants and Children Under-Five during COVID-19 Emergency Response Period. Heads of Public Health Centers and Nutrition Officers are expected to cooperate with Community Leaders and Local Government of Solok City in increasing community self-reliance by holding cross-sectoral meetings and utilizing village funds to support the development of health facilities and infrastructure in POSYANDU based on mutual cooperation as regulated by the Local Government of Solok City."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah At Tauhidah
"Permasalahan gizi di Indonesia masih merupakan pekerjaan rumah yang besar, dimana menurut Riskesdas tahun 2018 menunjukkan 17,7% balita di Indonesia masih bermasalah dengan status gizinya. Pada tahun 2020, pandemi Covid-19 yang terjadi berdampak secara langsung terhadap pelayanan kesehatan, salah satunya pelayanan gizi. Dengan berbagai regulasi maupun kebijakan yang bergulir di masa pandemi, salah satunya pembatasan pelayanan, evaluasi pada pelaksanaannya harus ada dan sigap untuk disikapi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pelayanan gizi pada bayi dan balita di masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cinere. Desain penelitian yang digunakan ialah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan telaah dokumen. Kerangka konsep mengacu pada model proses implementasi kebijakan Van Matter dan Van Horn dengan pendekatan critical thinking analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja implementasi pelayanan gizi pada bayi dan balita belum terlaksana dengan optimal. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan masalah gizi yang cukup signifikan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cinere selama masa pandemi. Selain itu mayoritas programnya pun belum memenuhi capaian target tahunan. Hasil analisa kausalitas di masing-masing variabel ditemukan jika ketakutan dan kekhawatiran ibu, kurangnya sumber daya, baik tenaga kesehatan dan
sarana prasarana, serta kurangnya pemahaman para pelaksana merupakan faktor paling menonjol yang mempengaruhinya. Namun dengan segala keterbatasan yang ada, Kader Posyandu Pangkalan Jati Baru dinilai sebagai pelaku positive deviance dan Posyandu Keliling sebagai creative action yang selanjutnya memungkinkan untuk diaplikasikan di daerah lain. Penelitian ini menghasilkan 3 rekomendasi utama. Untuk jangka pendek, rekomendasi rekruitmen tenaga kesehatan. Untuk jangka menengah, rekomendasi pemanfaatan teknologi informasi. Untuk jangan Panjang, rekomendasi pembangunan penambahan Puskesmas baru (Unit Pelaksana Fungsional).

Nutritional problems in Indonesia are still a big issue. According to Riskesdas 2018 shows
that 17,7% of young children in Indonesia have problems with their nutritional status. In
2020, Covid-19 pandemic impact directly on health services, one of which is nutrition
services. The limitation of nutrition services is one of government policies in tackling
Covid-19 pandemic. An evaluation of its implementation should be used to improve the
next strategy. This study aims to determine the implementation of nutrition services
policy for baby and young children during the Covid-19 pandemic in the working area of
Cinere Public Health Center. The research used qualitative research with in-depth
interview and document review as methods. The conceptual framework based on the
model of the policy implementation process of Van Matter and Van Horn, and critical
thinking approach to analysis. The results show that the performance of nutrition services
for baby and young children have not been implemented optimally during pandemic. This
study found evidence of a significant rise in stunting, wasting, and underweight among
children in the working area of Cinere Public Health Center. In addition, the majority of
programs have not reached the annual target. The causality analysis in each variable were
found that the mother’s fear and concern, lack of resources (health workers and logistics),
and lack of understanding of the staff were the most influencing factors. However, with
all the limitations, Pangkalan Jati Baru cadre is considered as actor of positive deviance
that able to perform Posyandu Keliling as a creative action. There are 3 recommendations
in order to keep nutrition services running properly during pandemic in the Work Area of
Cinere Public Health Center. For the short time is health workers recruitment. For the
medium term is developing telemedicine, such as teleconsultation legally and properly.
For long term is recommendation to build the Unit Pelaksana Fungsional (UPF)
Puskesmas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochmanadji Widajat
"ABSTRAK
Salah satu kebijakan Pemerintah selama PIP-II di bidang manajemen rumah sakit adalah pelaksanaan Program Akreditasi terhadap seluruh rumah sakit (RS), baik milik Pemerintah maupun Swasta di Indonesia. Tujuan dan manfaat program ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan RS, sekaligus untuk memudahkan program pembinaan bagi RS yang membutuhkan. Walau demikian, mengingat kendala dan keterbatasan yang ada, maka strategi pelaksanaan akreditasi RS dilaksanakan secara bertahap, baik jenis pelayanan yang diakreditasi maupun RS yang siap diakreditasi.
RSUP Dr. Kariadi, yang merupakan RS kelas Pendidikan juga mampu sebagai pusat percontohan mutu pelayanan RS. Oleh karenanya, di samping melaksanakan self assessment terhadap 5 jenis pelayanan dasar, dalam rangka uji-coba akreditasi tahun 1996, juga terhadap jenis pelayanan lain yang dianggap penting.
Salah satu jenis pelayanan RS yang dianggap penting ialah : Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Alasannya antara lain karena : RSUP Dr. Kariadi ditetapkan sebagai salah satu calon RS-panduan PGRS, sehingga berkinginan menjadi pusat rujukan ringan PGRS diwilayah sekitarnya.
Disamping itu hasil survei Tim Depkes (1995) terhadap 10 RS kelas A & B pendidikan belum menggembirakan (termasuk RSUP Dr. Kariadi), menunjukkan adanya kesenjangan antara keadaan sekarang dan gambaran/profil PGRS yang diinginkan.
Berangkat dari alasan dan masalah kesenjangan tersebut di atas, maka sangat bermanfaat bila diadakan suatu operational research (penelitian operasional) yang menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal pada Instalasi Gizi untuk Perumusan Strategik (Strategy Formulation) Standar optimal PGRS di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Metodologi penelitian operasional ini secara diskriptif dengan mempergunakan tehnik analisis strategik yang terdiri atas 3 tahap (David FR, 1995) : (I) Tahap input, dengan analisis faktor eksternal (EFE) dan faktor internal (DE), ( II) Tahap matching, dengan analisis SWOT dan SPACE, ( III) Tahap decision, dengan analisis QSPM (kalau perlu).
Penentuan bobot (weight) dan nilai (score) pada tiap-tiap faktor kritis dilaksanakan dengan cara good intuitive judgement dan dimantapkan dengan metode Delphi. Hasil ke tiga tahap analisis merupakan Strategi Terpilih (Strategic Choice) untuk mencapai standar optimal PGRS di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Hasil penelitian sebagai berikut :
1. Kedudukan strategik Instalasi Gizi dan PGRS di RSUP Dr. Kariadi masih cukup kuat secara finansial, namun tidak dapat tumbuh dan berkembang baik karena tidak mempunyai daya saing kuat. Tempat kedudukan ada di kuadrat kiri atas.
Tipe strategi yang paling tepat : Stategi Konservatif.
2. Prioritas Strategi Terpilih ialah : I. Tingkatkan citra RSUP Dr. Kariadi, khususnya PGRS, dengan cara konsolidasi dan program pemasaran yang terpadu. II. Tonjolkan produk unggulan PGRS yang bersifat revenue, sementara produk layanan lainnya tetap dimantapkan, III. Tingkatkan manajemen SDM (terutama motivasi kerja dan pemanfaatan SDM mahasiswa/siswa praktek).
Disarankan antara lain, agar analisis strategik seperti tersebut di atas dapat dipergunakan oleh pimpinan RS/Intitusi lain di lingkungan Dep. Kes untuk merumuskan strategi mencapai sasaran seseuai dengan visi/misi yang telah ditetapkan.

ABSTRACT
One of the Government's policy in the hospital management during 2nd-PIP (Longterm National Development) is an implementation of the Hospital Accreditation Program in Indonesia. The goals of this program are to increase the quality of the hospital services, as well as to aid the underquality hospitals. Since there are some constrains in practices, the Hospital Accreditation Program will be implemented stage by stage. At present time, the first stage is being done as a pilot project of self-assessing hospital accreditation towards 5 kinds of primary hospital services : Administration and Management, Medical Care, Nursing Care, Emergency Care, and Medical Records.
Dr. Kariadi hospital, as a largest Teaching Hospital and Medical Referral Hospital in Central Java, should also be able to be a center of the Hospital Nutrition Service (PGRS) networks. For these reasons, during self-assessing hospital accreditation at Dr. Kariadi Hospital in 1996, there will also be completed with other important services i.e. Hospital Nutrition Services (PGRS). Besides, the result of study by Depkes Surveyors Team is disappointed. They highlighted that the highest accreditation score among 10 teaching hospitals (to be centers of PGRS) were only fair score, even there were very low score in 2 teaching hospitals of them. There were some problems in each hospitals especially in the facilitation and human resource.
Because of these problems, it will be very important to perform a Study of the External and Internal factors of Nutrition Department for a Strategy Formulation to achieve the optimal standard of the Hospital Nutrition Services of Dr. Kariadi Hospital.
This is an Operational Research, and a descriptive study with 3 stages of strategic analysis and choice : ( 1 ).The input stage, consists of : Identifications, EFE (External Factor Evaluation) and 1FE (Internal Factor Evaluation), (2 ). The matching stage consists of : a SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) and a SPACE (Strategic Position and Action Evaluation) matrix analysis and (3 ). The decision stage consists of : a QSPM (Quantitive Strategic Planning Matrix) analysis.
Some integrations have to be combined between intuition and scientific analysis in the critical success factor evaluations. In this matter, a "good interactive judgment" in data scoring has to be done by a Delphi method.
The results of this study are as follow : (1 ). The strategic position of Nutrition Department is quite strong in the aspect of Financial Strength, but it is not able to grow up automatically due to the Competitive disadvantage (laid in upper left quadrant of SPACE matrix). (2 ). The appropriate type of strategy : Conservative Strategy. ( 3 ). The strategic choice that can be interpreted as The Grand Strategy are :
a). Market penetration & development, do an integrated marketing to increase a good reputation of Hospital Nutrition services (PGRS) in the community.
b). Product development and concentric diversifications, develop one or two new revenue product and while keeping on maintenance of the current products.
c). Increase the human resources management, especially how to motivate in working.
Even though it is such a recommendation to the hospital administrators to practice the strategic analysis and choice (especially SWOT analysis) for anything to achieve or to make a good strategic decision under conditions of uncertainty.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Muhammad Ferdiansyah
"Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki standar-standar pelayanan minimal. Salah satu dari standar pelayanan minimal tersebut adalah jenis pelayanan gizi. Sisa makanan yang tidak dimakan oleh pasien adalah salah satu indikator untuk pelayanan gizi. Agar indikator tersebut terpenuhi, maka sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien harus kurang dari 20%. Sehingga, penulis melakukan penelitian pembuatan model untuk mengklasifikasikan sisa makanan pasien untuk membantu menentukan indikator keberhasilan pelayanan gizi di rumah sakit. Pengembangan penelitian ini diawali dengan pengumpulan dataset makanan dengan kelas “Sisa <20%” dan “Sisa >20%”. Dataset tersebut adalah data yang akan digunakan untuk proses training dan testing model. Sedangkan untuk model yang dikembangkan pada penelitian ini adalah model yang menggunakan arsitektur CNN dengan YOLOv5 dan arsitektur Faster R-CNN dengan Detectron2. Model yang dikembangkan ada sebanyak tiga buah, yaitu YOLOv5 epochs 100 dan 200 kemudian Faster R-CNN dengan iteration 2000. Berdasarkan hasil testing menggunakan test set, dapat dilakukan analisis pada confusion matrix untuk mendapatkan metrik precision, recall, dan F1-Score untuk tiap kelas dan akurasi model. Secara keseluruhan, model yang memiliki hasil terbaik untuk semua metrik tersebut adalah model Faster R-CNN dengan Detectron2. Pada kelas “Sisa <20%” metrik precision, recall, dan F1-Score tertinggi dicapai oleh model Faster R-CNN dengan nilai 80% pada semua metrik. Begitu juga untuk kelas “Sisa >20%” metrik precision dan F1-Score tertinggi dicapai oleh model Faster R-CNN dengan nilai 86% pada keduanya. Sedangkan nilai tertinggi untuk metrik recall pada kelas “Sisa>20%” dicapai oleh model YOLOv5 epochs 200 dengan nilai 87,5%. Kemudian untuk metrik akurasi dicapai nilai tertinggi oleh model Faster R-CNN dengan nilai 83,33%. Berdasarkan penelitian ini model Faster R-CNN lebih unggul dalam kemampuannya mengklasifikasikan sisa makanan dibandingkan dengan model YOLOv5.

Hospitals in carrying out their functions as one of the health service facilities have minimum service standards. One of the minimum service standards is nutrition services. Leftover food that is not eaten by the patient is one of the indicators for nutrition services. For the indicator to be met, the remaining uneaten food by the patient must be less than 20%. Therefore, the author conducted a research to create a model to classify patient food waste to help determine the success indicators of nutrition services in hospitals. The development of this research begins with the collection of food datasets with the classes "Sisa <20%" and "Sisa >20%" which respectively means less than 20% of leftovers and more than 20% of leftovers. These datasets are the data that will be used for the model training process. As for the proposed model, it uses CNN architecture with YOLOv5 and Faster R-CNN architecture with Detectron2. There are three models developed, namely YOLOv5 with 100 and epochs and Faster R-CNN with 2000 iterations. Based on the test results using the test set, the confusion matrix can be analyzed to obtain precision, recall, and F1-Score metrics for each class and overall model accuracy. Overall, the model that produces the best result for all these metrics is the Faster R-CNN model with Detectron2. In the "Sisa <20%" class, the highest precision, recall, and F1-Score metrics were achieved by the Faster R-CNN model with 80% on all metrics. Likewise, for the class “Sisa >20%" the highest precision and F1-Score metrics were achieved by the Faster R-CNN model with a value of 86% on both. While the highest value for the recall metric in the "Sisa >20%" class was achieved by the YOLOv5 epochs 200 model with a value of 87.5%. Then for the accuracy metric, the highest value was achieved by the Faster R-CNN model with a value of 83.33%. Based on this research, the Faster R-CNN model is superior in its ability to classify food waste compared to the YOLOv5 model.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Kadek Ayu Yuliany
"Pelayanan gizi sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit dituntut memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar. Salah satu standar yang digunakan dalam penilaian pelayanan gizi rumah sakit di Indonesia adalah Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 yang menilai pelayanan gizi dalam 3 tiga bab standar. Terdapat beberapa model pengukuran mutu yang terbukti efektif dalam manajemen mutu, salah satu satunya adalah Kriteria Malcolm Baldrige. Peneliti menggunakan 7 tujuh kriteria yang terdapat dalam Malcolm Baldrige Health Care Criteria for Performance.
Penelitian ini bertujuan menilai mutu pelayanan gizi rumah sakit terAkreditasi Versi 2012 di Rumah Sakit Ari Canti ditinjau dari Kriteria Malcolm Baldrige tahun 2017 sebagai persiapan survey verifikasi akreditasi dan peningkatan mutu berkelanjutan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif, melalui wawancara mendalam informan kunci, telaah dokumen, dan observasi. Posisiskor mutu Pelayanan Gizi Rumah Sakit ter Akreditasi Versi 2012 ditinjau dari Kriteria Malcolm Baldrige berada pada skor 408, dalam jenjang predikat 'EarlyImprovement' dengan tingkat mutu 'Average'. Bidang Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti dapat mengembangkan kesempatan untuk perbaikan pada kriteria kepemimpinan senior, dan pengembangan strategi.

Nutrition services as an integral part of health services in hospitals are required to provide quality services according to standards. One of the standards used inthe assessment of hospital nutrition services in Indonesia is the Hospital Accreditation Version 2012, which assesses nutrition services in three 3 standard chapters. There are several quality measurement models proven effective in quality management, one of which is the Malcolm Baldrige Criteria. Researcher used 7 seven criteria contained in Malcolm Baldrige Health Care Criteria for Performance.
This study aims to assess the quality of nutrition services of accredited hospitals Version 2012 at Ari Canti Hospital reviewed from Malcolm Baldrige Criteria in 2017 as a preparation of accreditation verification and continuous quality improvement survey.
This research is a descriptive analytic research with qualitative approach, through in depth interviews of key informants, document review, and observation. The score of the quality of Nutrition Services Accredited Hospital Version 2012 reviewd from the Malcolm Baldrige Criteria is 408, while in the levels of the predicate showed Early Improvement with the level of quality Average. Ari Canti Hospital Nutrition Services may develop opportunities for improvement on senior leadership criteria, and strategy development.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library