Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pandjaitan, Beston
"Penyajian proyeksi Neraca Pembayaran yang menyajikan catatan sistematis mengenai transaksi ekonomi terasa sangat penting guna mendukung penetapan kebijakan ekonomi makro oleh pemerintah suatu Negara. Mengingat Neraca Pembayaran memiliki hubungan yang erat dengan sector fiscal dan moneter, perlu meneliti hubungan dari sector-sektor tersebut dalam pengaruhnya terhadap neraca pembayaran.
Neraca pembayaran yang di presentasikan oleh cadangan devisa (reserve), dalam dalam penelitian ini menggunakan variable Gross Foreign Asset (GFA), dimana seluruh perubahan dalan aktiva luar negeri secara bruto diasumsikan telah mempengaruhi reserve. Kembali kepada penyajian proyeksi yang selama ini dilakukan dalam membuat proyeksi neraca pembayaran dalam hal ini Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), dibuat dengan mempertimbangkan asumsi indikator makro ekonomi. Penulis merasa terdorong untuk membuat suatu penelitian dengan menggunakan suatu model dari pendekatan moneter yang mempengaruhi neraca pembayaran. Melalui Model pendekatan yang diteliti dengan dengan menggunakan variable moneter yaitu pendapatan riil (PDB), tingkat harga domestik, suku bunga, money multiplier dan kredit domestik (given dari model empiris) sebagai variable bebas untuk melihat hubungan yang saling memeeengaruhi, besar dan arah diantara variable bebas terhadap cadangan devisa sebagai variable tidak bebas.
Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang dapat dipertimbangkan (saling mempengaruhi) dalam perhitungan neraca pembayaran anatar variable bebas dengan variable tidak bebas yang disajikan basil estimasi model. Namun perlu diperhatikan adanya bias data karena terjadinya krisis moneter yang sangat signifikan dalam sejarah perekonomian Indonesia pada kuartal ke-3 tahun 1997, serta faktor non moneter yang tidak terkuantifikasi dalam..."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyanto
"Pembahasan dan studi tentang pertumbuhan ekonomi yang dilakukan selama ini, banyak menggunakan kasus data silang .antar negara (cross-country analysis). Di lain pihak, landasan teori yang digunakan banyak mengacu pada model pertumbuhan neo-klasik. Dalam model tersebut perbedaan tingkat pertumbuhan antar negara sebagian besar dijelaskan menggunakan fungsi produksi agregat dengan variabel modal dan tenaga kerja. Perkembangan teori pertumbuhan terakhir yang diintrodusir sekitar tahun 1980-an [dikenal dengan sebutan Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory) atau Teori Pertumbuhan Endogen (Endogenous Growth Theory)]; telah memasukkan berbagai aspek sebagai faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Aspek penentu pertumbuhan ekonomi ini, antara lain meliputi: (i) Aspek Pengembangan Sumber Daya Manusia; (ii) Aspek Sumbangan Sumber Daya Fisik; (iii) Aspek Perdagangan Luar Negeri; (iv) Aspek Kerangka Ekonomi dan Kelembagaan; dan sebagainya. Orientasi studi empirik yang akhir-akhir ini dilakukan juga telah mengarah pada penggunaan data deret waktu (time-series analysis) yang diterapkan untuk kasus negara tertentu.
Berdasar pada permasalahan di atas, maka tujuan dari studi ini, yaitu: (i) Menguji stabilitas data/variabel makro yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia; (ii) Mengindentifikasikan berbagai variabel makro yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia; serta (iii) Mengetahui variabel-variabel makro yang dominan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam studi ini, khususnya yang berkaitan dengan alat analisis data, yaitu Metode Regresi Persamaan Tunggal (Single Equation Regression) yang diestimasi dengan Teknik Kointegrasi (Cointegration Techniques) dan Model Koreksi Kesalahan (ECM: Error Correction Model). Kedua alat analisis ini digunakan dengan pertimbangan bahwa data/variabel makro ekonomi kebanyakan mempunyai kecenderungan atau trend yang tidak stasioner (non-stationary trend), Bila model regresi konvensional dipaksakan terhadap data/variabel makro yang tidak stasioner, akan dihasilkan pola hubungan regresi yang lansung/palsu (spurious regression relationships) dan segala interpretasinya akan menyesatkan. Di samping teknik analisis regresi di atas, juga digunakan model Analisis Angka Pengganda (Multiplier Analysis) untuk memperkirakan besaran angka pengganda dari beberapa variabel makro di Indonesia.
Dengan memperhatikan rumusan tujuan seperti yang tersebut di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil dari studi yang telah dilakukan, yaitu sebagai berikut: (i) Kebanyakan data/variabel makro ekonomi di Indonesia mempunyai sifatlpola yang tidak stabillstasioner. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya variabel makro perekonomian Indonesia yang tidak signifikan pada pengujian stasioner orde/derajat 0 (nol). Sebagai contoh, kelompok variabel PSDM [Pengembangan Sumber Daya Manusia], hanya variabel Logaritma Angkatan Kerja, Pertumbuhan Angkatan Kerja, Pertumbuhan Anggaran Pendidikan, dan Angka Partisipasi Kasar Jenjang Pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas) yang stasioner pada orde 0 (nol). Sedang variabel Logaritma Jumlah Penduduk, Logaritma Anggaran Pendidikan, Pertumbuhan Penduduk, Proporsi Anggaran Pendidikan terhadap Produk Domestik Bruto, dan Tingkat Partisipasi Jenjang Pendidikan Tinggi atau Universitas stasioner pada orde I (satu), serta masih ada variabel PSDM yang stasioner pada orde yang lebih tinggi [orde 2 (dua)]. Secara umum dapat disimpulkan bahwa data/variabel makro ekonomi yang stasioner pada orde 0 (nol) adalah variabel-variabel makro dalam bentuk pertumbuhan, sedang yang stasioner pada orde 1 (satu) adalah variabel-variabel makro dalam bentuk proporsinya terhadap Produk Domestik Bruto. Hasil yang demikian mendukung digunakannya Teknik Kointegrasi dan Model Koreksi Kesalahan dalam mengestimasilmembentuk model pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Dari hasil analisis Regresi Kointegrasi ditemukan bahwa variabel-variabel makro ekonomi yang berpengaruh secara positip terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, yaitu: Alokasi Anggaran Sektor Pendidikan, APK [Angka Partisipasi Kasar] Jenjang Pendidikan SMA, APK Jenjang Pendidikan TinggilUniversitas, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto, Tabungan Domestik dan Nasional Bruto, Pemasukan Modal Luar Negeri, Ekspor, dan Indeks Keterbukaan Perdagangan [Nilai Ekspor-Impor]. Sedang yang berpengaruh secara negatip, yaitu: Nilai Tukar Perdagangan, Strategi Kebijakan Perdagangan, Tingkat Inflasi, Perolehan Pajak, dan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah.
Dari hasil Analisis Model Koreksi Kesalahan [ECM] ditemukan bahwa semua variabel makro ekonomi yang digunakan dalam analisis ini, dalam jangka pendek mempunyai pengaruh yang negatip terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedang dalam jangka panjang sifat-sifatnya hampir sama dengan yang dihasilkan dari analisis Regresi Kointegrasi, baik dari hasil ECM yang sebenarnya maupun dari hasil simulasinya. Dari hasil analisis Angka Pengganda ditemukan bahwa besaran angka pengganda untuk beberapa variabel makro, besarnya hampir sama dengan perubahan koefisien elastisitas regresi ECM dari jangka pendek menuju ke jangka panjang.
(iii) Dengan menggunakan parameter elastisitas jangka panjang dari hasil analisis Regresi Kointegrasi dan basil simulasi jangka panjang model ECM, maka beberapa variabel makro yang dominan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia [5(lima) besar dari yang paling dominan, adalah sebagai berikut: (a) Dari basil analisis Regresi Kointegrasi yaitu: APK Jenjang Pendidikan TinggilUniversitas, Tabungan Domestik Bruto, Ekspor, Pemasukan Modal Luar Negeri, serta Tabungan Nasional Bruto. (b) Dari hasil analisis regresi ECM basil simulasi jangka panjang yaitu: Tabungan Domestik Bruto, Tabungan Nasional Bruto, Ekspor, Keterbukaan Perdagangan Internasional, serta Pemasukan Modal Luar Negeri.
Berangkat dari kesimpulan di atas, maka beberapa implikasi kebijakan yang dapat ditempuh yaitu: (i) Berkaitan dengan Variabel Pengembangan Sumber Daya Manusia, diperlukan kebijakan pengendalian jumlah penduduk, peningkatan mutulkualitas angkatan kerja, peningkatan alokasi anggaran pendidikan, peningkatan angka partisipasi sekolah, dan sebagainya. (ii) Berkaitan dengan Variabel Sumbangan Sumber Daya Fisik, diperlukan kebijakan yang mengacu pada peningkatan efisiensi pemanfaatan modal, alokasi investasi pada sektor yang tepat (benar-benar produktif), peningkatan iklim menabung yang disertai dengan peningkatan kesehatan sektor perbankan, pengurangan ketergantungan pada dana dari luar negeri (khususnya yang berupa pinjaman), kebijakan di bidang investasi yang mendorong peningkatan Penanaman Modal Asing, dan sebagainya. (iii) Berkaitan dengan Variabel Perdagangan Luar Negeri, diperlukan kebijakan peningkatan ekspor (khususnya terhadap komoditi ekspor yang membutuhkan komponen impor yang rendah), peningkatan keterbukaan perdagangan (pengaturan tata niaga perdagangan dalam bentuk pengurangan berbagai macam proteksi), pengendalian impor (khususnya terhadap barang-barang konsumsi), peningkatan visi terhadap pengembangan industri yang berdaya saing tinggi dan sebagainya. (iv) Berkaitan dengan Variabel Kerangka Ekonomi dan Kelembagaan, diperlukan kibijakan pengendalian inflasi agar tetap berada pada batas-batas yang wajar bagi perekonomian, kebijakan pengendalian nilai tukar rupiah dan pembiayaan defisit dalam APBN, kebijakan perpajakan yang tidak berdampak pada penurunan kemampuan berproduksi dan berinvestasi bagi produsen, kebijakan pengeluaran pembangunan pemerintah yang ditujukan untuk menyediakan sarana atau infrastruktur yang mendukung kegiatan investasi swasta, dan sebagainya
Sementara itu, beberapa saran untuk pengembangan studi di masa de-pan yaitu: (i) Perlu diadakan pengkajian ulang terhadap hasil studi dengan cara menambah observasi data makro ekonomi. Jangkauan pengamatan dalam studi ini yaitu antara tahun 1967-1995, yang banyak pihak mengatakan bahwa kondisi fondamental makro ekonomi Indonesia cukup baik, sedang perekonomian Indonesia mulai memburuk sejak pertengahan Juli 1997.
(ii) Perlu disertakan variabel-variabel lain yang bersifat non-ekonomi, misalnya: tahun-tahun dilaksanakan pembunuhan suara, banyaknya huruhara pada tahun-tahun tertentu, jumlah pembunuhan penduduk dalam satu tahun, dan sebagainya. Model-model pertumbuhan yang mempertimbangkan variabel-variabel non-ekonomi di atas, telah banyak diterapkan dan dilakukan di Iuar Indonesia. (iii) Jenis data dan teknik pengukurannya masih sangat sederhana dan belum digunakan data kuartalan yang menjadikan uji stasioneritas belum begitu valid. Dengan kata lain semakin banyak rangkaian data time series, akan semakin valid tingkat uji stabilitaslstasioneritas dari data makro yang akan dianalisis, khususnya untuk kepentingan pembentukan model Regresi Kointegrasi dan perumusan Model Koreksi Kesalahan (ECM: Error Correction Model). (iv) Dalam perhitunganlanalisis angka pengganda (multiplier analysis) masih digunakan asumsi yang sangat sederhana, yaitu perekonomian 4 (empat) sektor dengan tidak mempertimbangkan keberadaan pasar uang, pasar modal, dan pasar tenaga kerja. Dengan model penurunan angka pengganda yang sangat sederhana ini, maka kesimpulan dan implementasi kebijakan yang dapat diambil juga masih sangat terbatas. (v) Terakhir, pemanfaatan program komputer selain Program Micro-TSP Versi 7.0 (misalnya: Program Shazam, RATS, dan sebagainya), kemungkinan akan dihasilkan variasi yang lebih luas lagi, khususnya untuk pengujian stasioneritas data-data dasar yang akan digunakan untuk pembentukan model-model pertumbuhan ekonomi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T4377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Haryanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas kenaikan dan perluasan sumber-sumber retribusi, menghitung besar potensi retribusi terminal, mengidentifikasi faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi penerimaan retribusi terminal, memprediksi jumlah variabel-variabel yang mempengaruhi penerimaan retribusi dan akhirnya menentukan strategi yang tepat dalam rangka peningkatan penerimaan retribusi.
Pendekatan penelitian ini pada dasarnya adalah pendekatan kuantitatf dengan data-data sekunder sehingga dapat ditentukan model potensi pada masing-masing pos yang termasuk di dalam retribusi dan analisis kinerja. Dari analisis tersebut akhirnya dapat diketahui daya guna (efisiensi) dan hasil guna (efektifitas) retribusi terminal. Selanjutnya pendekatan ekonometrik ditujukan untuk mengidentifikasi varibel-variabel makro ekonomi yang mempengaruhi penerimaan retribusi terminal. Dengan menggunakan model tersebut akan dilakukan peramalan (forecast) terhadap penerimaan retribusi di tahun-tahun mendatang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama tahun penelitian (1995/1996-1999/2000) kontribusi retribusi daerah terhadap PAD rata-rata 28,40%. Angka ini hampir lama dengan kontribusi retribusi terminal terhadap retribusi daerah yaitu sebesar 28,12%. Sehubungan dengan target yang ditetapkan terhadap pungutan retribusi terminal selama tahun tersebut secara keseluruhan terealisasi.
Hasil guna (efektifitas) penerimaan retribusi terminal mencapai tingkat optimum pada tahun anggaran 1997/98 yakni sebesar 94,76% sedangkan daya guna (efisiensi) tercapai tingkat paling efisien pada tahun anggaran 1999/00 yakni sebesar 3,02%.
Dari penelitian ini ditemukan model bahwa penerimaan retribusi terminal dipengaruhi oleh variabel PDRB dan jumlah kendaraan yang beroperasi serta krisis ekonami sebagai variabel dummy. Setelah terlebih dahulu dilakukan tahapan-tahapan uji statistik dan ekonometrik, model tersebut memenuhi syarat sebagai model linier dan variabel di dalam model berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan retribusi. Dengan model tersebut penelitian ini meramalkan bahwa penerimaan retribusi dan jumlah kendaraan berkecenderungan meningkat, sedangkan jumlah kendaraan diprediksi berkecenderungan menurun sampai tahun 2004."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T2404
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Muthalib
"Reksadana mulai diperdagangkan di Indonesia sejak tahun 1995 dengan diterbitkan Undang - undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal. Dengan adanya berbagai kemudahan dalam iklim investasi tersebut perkembangan reksadana semakin pesat sampai tahun 1997. Namun ,sejak timbulnya krisis moneter tahun 1997 mengakibatkan perkembangan pasar modal khususnya transaksi perdagangan saham mengalami kelesuan dan kecenderungan harga yang relatif menurun. Kejadian ini menunjukkan bahwa aktivitas pasar modal banyak dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi khususnya perkembangan kurs dan tingkat suku bunga. Hal inilah yang menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian terhadap pengaruh faktor ekonomi terhadap kinerja reksadana khususnya reksadana saham.
Penalitian ini bertujuan untuk menguji variabel - variabel makro ekonomi yang diduga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kinerja reksadana saham. Dalam analisis ini menggunakan lima indikator makro ekonomi yang meliputi Pertumbuhan pendapatan nasional bersih, pertumbuhan jumlah uang yang beredar, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI serta perubahan nilai tukar Rp terhadap US$.
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel makro ekonomi secara simultan tidak berpengaruh terhadap tingkat kinerja reksadana saham. Dari uji yang dilakukan dengan metode regresi linear berganda (enter method maupun stepwise method) hanya terdapat satu variabel independen yang signifikan yaitu tingkat pertumbuhan pendapatan nasional bersih. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hanya tingkat pertumbuhan pendapatan nasional bersih merupakan variabel makro yang paling signifikan mempengaruhi tingkat kinerja reksadana saham."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eksir
"Kredit Konsumsi nasional sejak krisis moneter sampai dengan bulan Juni 2005 mencatat pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan kredit modal kerja dan kredit investasi. Jumlah penduduk yang besar, keinginan konsumen untuk scialu memenuhi kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier, perilaku masyarakat yang cenderung konsumtif, membaiknya daya beli konsumen setelah krisis moneter, meningkatnya pertumbuhan proyek property, terutama di perkotaan, meningkatnya jaringan pemasaran retail, supermarket bahkan hyper market, intensifnya pembukaan jaringan perbankan maupun lembaga keuangan sampai ke pelosok-pelosok kecamatan bahkan desa, khususnya untuk menyediakan pembiayaan kendaraan bermotor, adalah faktor-faktor yang antara lain menyebabkan pertumbuhan kredit konsumsi.
Bank X sebagai bank hasil merger beroperasi pada tahun 1999, melakukan pemasaran intensif berbagai produk kredit konsumsi sejak tahun 2002. Sejalan dengan perkembangan perbankan nasional, maka pertumbuhan kredit konsumsi di Bank X mencatat pertumbuhan tertinggi dibandingkan pertumbuhan di segmen corporate, commercial maupun segmen small business dan micro banking. Portofolio kredit konsumsi yang semula hanya sebesar +/- Rp 1,5 trilyun pada tahun 2002, meningkat menjadi sebesar Rp 9,6 trilyun pada bulan Juni 2005. Produk kredit konsumsi, yailu KPR dan Kredit Multiguna mendominasi 81% total portofolio kredit konsumsi di Bank X, sedangkan sisanya tersebar melalui produk Kredit Mitrakarya, Kredit Bebas Agunan (KBA), Kredit Kendara dan Kredit Agunan Deposito (KAD). Peningkatan yang signifikan tersebut dari sisi volume maupun pertumbuhan tersebut, memerlukan langkah antisipasi terhadap aspek risiko kreditnya.
Pada tahun 2003 Bank X mengimplementasikan credit scoring untuk menggantikan pengambilan keputusan kredit secara expert systems yang mengandalkan kemampuan justifikasi petugas kredit dan pemegang kewenangan. Penggunaan credit scoring secara otomatisasi menghasilkan keputusan kredit yang lebih cepat dengan justifikasi keputusan yang homogen/seragam. Kemampuan credit scoring dalam memprediksikan potensi default sangat bergantung kepada parameterlvariabel utama yang diukur dan bobot risiko yang ditetapkan dalam model. Namun demikian dalam prakteknya, relevansi masingmasing parameter/variabel dan bobot risiko yang digunakan sensitif terhadap perubahan indikator-indikator ekonomi utama, seperti perubahan inflasi, perubahan nilai tukar rupiah/dollar dan perubahan suku bunga. Kombinasi perubahan indikator ekonomi, memberikan dampak secara langsung atau tidak langsung, terutama bagi mayoritas debitur kredit konsumsi yang berpenghasilan tetap (fixed income). Dampak yang terasa dengan adanya perubahan indicator ekonomi tersebut di atas adalah cenderung memberikan tekanan kepada pendapatan, biaya hidup dan kemampuan membayar kewajiban (angsuran). Dengan demikian tuntutan terhadap review secara berkala terhadap model credit scoring yang digunakan menjadi mutlak, agar model credit scoring tetap relevan dan tetap akurat dalam prediksinya.
Berdasarkan kajian terhadap kondisi makro ekonomi dapat disimpulkan bahwa tuntutan review terhadap model credit scoring mutlak segera dilakukan. Kondisi ini terlihat dari perubahan indikator ekonomi utama pada tahun 2005 yang sudah sangat berubah dibandingkan pada saat tahun awal (2003) credit scoring diimplementasikan, seperti kenaikan 2 kali harga BBM selama tahun 2005 yang mendorong inflasi yang mendekati angka 15%, nilai tukar rupiah terhadap dollar yang melebihi angka Rp 10.000 dan peningkatan BI rate yang mencapai 12,25%.
Apabila dilihat profil risiko masing-masing produk terlihat perkembangan tingkat NPL kredit konsumsi cenderung merambat naik, walaupun masih dalam angka yang dapat ditoleransi (dibawah 3%). Selanjutnya hasil vintage analysis terhadap beberapa produk kredit konsumsi cenderung memburuk, khususnya pada kredit-kredit yang diberikan pada periode akhir tahun 2004 sampai bulan Juni 2005. Sedangkan analisis yang dilakukan terhadap nilai Kolmogorov-Smimov (KS) model credit scoring, menunjukkan berada pada angka rata-rata 4%, jauh di bawah angka yang direkomendasikan (20%-75%). Kondisi-kondisi ini memberikan pertanyaan apakah model credit scoring yang diimplementasikan sejak bulan Juni tahun 2003 masih relevan untuk menangkap dinamika risiko, atau masih akurat dalam memprediksikan potensi default ke depannya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap model credit scoring yang digunakan oleh Bank X, maka menunjukkan terdapat 13 variabel/parameter yang digunakan dalam memprediksikan potensi default calon debitur, dengan didukung oleh 53 karakteristik yang tersebar dalam berbagai bobot risiko. Adanya jumlah database yang mendukung dalam melakukan simulasi perubahan model adalah faktor penting dalam melakukan perbaikan terhadap model credit scoring yang digunakan. Namun demikian kegiatan memvalidasi model credit scoring secara berkala mutlak dilakukan agar agar model tetap relevan, untuk menekan tingkat risiko kredit yang terjadi. Di masa mendatang, walaupun adanya keterbatasan biaya, namun diharapkan adanya model credit scoring yang berbeda untuk tiap wilayah maupun berbeda untuk setiap produk kredit konsumsi, dapat lebih realistis mendukung target ekspansi kredit konsumsi yang ditetapkan oleh Bank X.
Mencermati permasa[ahan yang ada, ke depannya Bank X perlu melakukan beberapa langkah yang diharapkan cukup efektif untuk menekan tingkat risiko kredit konsumsi, antara lain fokus kepada pemasaran KPR dan Kredit Multiguna, lebih intensif melakukan pemasaran kepada segmenikelompok talon debitur profesi karyawan, melakukan validasi model secara berkala, melakukan penyesuaian terhadap angka debt service ratio dan angka loan to value dikaitkan perubahan kondisi makro, mendorong tumbuhnya cross-selling khususnya sesama produk Bank X, menetapkan suku bunga kredit atas dasar risiko individu dan melakukan perbaikan secara berkesinambungan pada kualitas tenaga pemasar (Direct Sales Agency)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T18198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library