Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ristiyanti Prasetijo
Yogyakarta: Andi, 2005
658.834 2 Pra p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Solomon, Michael R.
New Jersey : Pearson Education, 2004
658.81 SOL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Peter, J. Paul
Jakarta: Erlangga, 1999
381.3 PET c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Djainal Abidin
"Sasaran umum pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui perilaku hidup sehat dan pemberdayaan individu, keluarga, dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Upaya pembangunan kesehatan mencakup pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan secara menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima serta terjangkau seluruh masyarakat Indonesia. Salah satu upaya pencegahan adalah dengan mengkonsumsi makanan bergizi termasuk susu. Adalah penting untuk mengetahui bagaimana perilaku konsumsi susu pada rumah tangga di Indonesia. Akan tetapi pada kenyataannya belum pernah ada studi tentang perilaku konsumen susu yang menganalisis dari aspek-aspek demografi selain aspek-aspek lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sejauh mana faktor sosial, ekonomi, demografi, dan psikologi khususnya kebiasaan (habit) hidup dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi susu di rumah tangga Indonesia.
Sumber data studi ini adalah data model hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 1998. Adapun faktor-faktor yang diuji adalah demografi (proporsi ART umur muda, umur tua, dan perempuan), sosial (pendidikan kepala rumah tangga), ekonomi (pengeluaran rumah tangga dan proporsi ART yang bekerja), dan variabel psikologis (kebiasaan sehat, makan, dan belanja barang mewah). Metode analisis yang digunakan pada studi ini adalah model regresi logistik multinomial.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa persentase konsumsi susu setiap hari terbesar pada rumah tangga yang memiliki anak balita, proporsi ART perempuan terbesar, KRT yang berpendidikan lebih tinggi, pengeluaran rumah tangga yang lebih besar, dan proporsi ART yang tidak bekerja.
Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa hampir semua faktor yang diuji mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi susu. Hlbungan positif pada pengeluaran rumah tangga. proporsi ART perempuan, umur muda, umur tua dan kebiasaan belanja barang mewah. Kebiasaan sehat dan konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat serta pendidikan KRT mempunyai hubungan signifikan terhadap konsumsi susu di rumah tangga. Begitu pula pendidikan KRT dan proporsi ARI bekerja serta kebiasaan sehat mempunyai hubungan yang signifikan terhadap konsumsi susu di rumah tangga."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T8906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Peony Tarida Uli
"Salah satu tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum berdasarkan Pancasila. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kesungguhan baik oleh penyelenggara pemerintahan maupun oleh seluruh lapisan masyarakat, sebab masih adanya hambatan dalam upaya mencapai tujuan tersebut, salah satu diantaranya adalah masalah perlindungan konsumen dalam perjanjian kredit pemilikan rumah.
Dalam rangka pemerataan pembangungan perumahan, Pemerintah memberikan kepercayaan kepada pihak swasta dalam mengembangkan perumahan yang layak, sehat, aman, dan serasi, baik secara tunai maupun melalui fasilitas kredit pemilikan rumah, sesuai yang diamanatkan oleh Pasal 5 ayat (1) UU No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.
Untuk menarik minat masyarakat, pengembang memasarkan produknya melalui berbagai media, salah satunya adalah melalui brosur perumahan. Informasi yang diterbitkan pengembang dalam bentuk brosur begitu tendensiusnya, sehingga tidak jarang menyesatkan (misleading information) dan merugikan konsumen.
Tahap akhir dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum bagi konsumen dalam perjanjian kredit pemilikan rumah dirasakan sangat jauh dari harapan konsumen untuk mendapatkan hak-haknya seperti yang dimanatkan oleh Pasal 4 Undang- undang Perlindungan Konsumen (UU No.8 Tahun 1999), sarana dan prasarana yang tidak memadai, aparat yang kurang, serta belum dibentuknya lembaga yang menerima pengaduan maupun penyelesaian sengketa konsumen seperti yang diamanatkan oleh UU Perlindungan Konsumen, sedangkan kendala yang ditemukan adalah faktor yang berasal dari diri konsumen sendiri seperti faktor sosial budaya, pendidikan, tingkat ekonomi serta kekuatan tawar menawar konsumen ketika berhadapan dengan produsen. Faktor dari luar konsumen seperti faktor hukumnya walaupun secara normatif UU Perlindungan Konsumen telah berlaku, namun agaknya belum tampak lembaga yang representatif yang memperjuangkan hak-hak konsumen dan tidak adanya aparat yang peduli terhadap kondisi dan posisi konsumen yang lemah kedudukannya daripada pengembang.

One of the goals establishment of Republic of Indonesia is to protect all Indonesian people and to move all general welfare forward based on Pancasila. To attain the goal, seriousness is needed either by government or all levels Indonesian people because there are obstacle in the effort of them is the protection concern on consumers in the agreement of house-owned credit.
In order to distribute the housing development, the Goverments offers confidence to private parties in developing the proper, healthy, safe, and harmonious dwelling and housing, either by cash or facility of house-owned credit, consistent with the mandate of Article 5 section (1) of the Act 1992, Number 4 on Dwelling and Housing.
To attract publics interest, developers market their product through a variety of media, one of them is by brochures about housing. Information published by developers in the form of housing brochures is do tendentious, so that they sometimes provide misleading information and make consumers disadvantageous.
The final stage of study concludes that the law protection for consumers in the agreement of house-owned credit is supposed to be very far from the consumers expectation to get their rights as mandate by Article 4 of Consumer Protection Act (Act 1999 Number 8). This can be seen because of the absence of regulation particularly protecting the housing consumers of house owned-credit, unappropriate structure and infra structure, less apparatus, and institutions receiving or settlement of consumer dispute as mandated by Consumer Protection Act whereas obstacles found are factors derived from the consumers themselves like conditions of social-culture, education, economic level, and bargaining power of the consumer when dealing with the producers. External factors such as legal factor, despite normatively the Consumer Protection Act put into effect, a representative institution would not presumably appear to struggle for consumer rights and no apparatus who have concern on weaker condition and position of consumer than the developers, Role of Local Government, provides assurance of rights and protection for house-owned credit consumers by giving permit and supervision to the developers periodically carried out.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tisa Kumaraputri
"Skripsi ini membahas tentang analisis store environment dan pengaruhnya terhadap pendekatan perilaku konsumen. Dengan menggunakan desain penelitian konklusif dan crossectional (single cross period) serata diolah dengan teknik analisis statistik structural equational model. Kuisioner disebar ke 210 responden yang pernah mengunjungi dan berbelanja di Etude House di Jakarta, Tangerang, Bekasi dengan metode convenience sampling dan snow ball sampling.
Penelitian ini meneliti pengaruh setiap social cue, design cue, ambient cue dan merchandise cue dari store environment yang di hubungkan dengan affective dan cognitive konsumen serta pengaruhnya terhadap pendekatan perilaku konsumen.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa social cue, design cue dan merchandise berpengaruh terhadap cognitive evaluation dan affective evaluation, sedangkan merchandise cue berpengaruh terhadap cognitive evaluation merchandise dan pada akhirnnya mempengaruhi pendekatan perilaku kosnumen. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dalam melihat store environment untuk membentuk sebuah store yang mempunyai competitive advantage.

This thesis discuss about analysis store environment and the effect to approach consumer behavior. Using conclusif research design and crossectional (single cros period) and data analyze with statistical methods structural equational model. Quissionaire is spread to 210 respondent who ever visited store Etude House and bought some product of Etude House in Jakarta, Tangerang and Bekasi. Sample method using convenience sampling and snowball sampling.
This research showed influence of every store environment such as social cue, design cue, ambient cue, and merchandise cue and relation with affective and cogntive than influence to approach consumer behavior.
Result of this research social cue, design cue, and merchandise cue onfluence to cognitive and affective evaluation, while merchandise ce influence to cognitive evaluation merchandise and influence to approach consumer behavior.Implication for managerial can see and using store environment as one of concept a store which have competitive advantage."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S61146
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Indra Setiawan
"Merek telah menjadi komponen penting dalam dunia pemasaran. Di tengah banyaknya jumlah produk yang ditawarkan produsen dan derasnya informasi, merek menciptakan perbedaan suatu produk dengan produk lainnya. Merek menjadi sama mahalnya dengan komoditas yang dilekatinya. Dengan merek, perusahaan mampu melepaskan diri dari kurva penawaran-permintaan sehingga dapat menciptakan keungulan kompetitif berkelanjutan (sustainable competitive Advantage).
Krisis ekonomi telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat dan masuknya barang-barang dengan harga murah masuk ke dalam negeri. Hal ini menyebabkan terjadinya tekanan yang cukup keras terhadap industi otomotif yang sebagian besar suku cadangnya masih diimpor dari luar negeri.
Produsen sepeda motor Honda sebagai pemimpin pasar yang belum tertandingi juga menghadapi tekanan dengan turunnya daya beli masyarakat dan datangnya berbagai merek baru yang ada di pasar dengan harga yang relatif lebih murah.
Memasuki era globalisasi, merek akan menjadi sangat penting karena atributatribut lain dari kompetisi, seperti atribut produk, biasanya relatif murah ditiru. Untuk itu agar suatu persahaan dapat terus bersaing, intangible asset-nya seperti ekuitas merek perlu dikelola secara terus-menerus. Hal tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui kekuatan element ekuitas merek Honda sebagai pemimpin pasar di tengah perubahan yang sedang terjadi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana data diperoleh melalui survei. Jenis penarikan sampel yang digunakan adalah nonprobabilistic sampling dengan teknik penarikan sampeI quota sampling, dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 200 responder. Data yang di dapat dalam penelitian ini kemudiaan disusun untuk menjawab permasalahan penelitian yang berkaitan dengan ekuitas merek sepeda motor Honda.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa bila dilihat dari ekuitas mereknya, posisi merek Honda saat ini masih cukup kuat. Hasil dari pengukuran top of mind diperoleh Honda menempati peringkat pertama. Hasil pengukuran persepsi kualitas memberikan hasil yang cukup baik, dimana hampir seluruh dimensi kualitas mendapatkan kesan yang baik. Hanya saja, untuk beberapa dimensi seperti kemudahan perawatan mendapat hasil yang kurang begitu baik.
Hasil pengukuran loyalitas merek menunjukkan bahwa konsumen menyukai merek Honda sebesar 76,5%, adapun konsumen yang merasa puas menggunakan Honda sebanyak 76%. Akan tetapi tingkat pelanggan setia relatif lebih rendah, yaitu hanya sekitar 12% saja. Kelompok terbesar pengguna Honda adalah kelompok yang membeli Honda hanya karena faktor kesukaan (liking the brand).
Hasil pengukuran persepsi pengguna sepeda motor Honda terhadap masuknya sepeda motor dengan harga murah (mocin) menunjukkan bahwa responden masih menyatakan ragu-ragu untuk beralih ke merek lainnya. Responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju untuk berpindah sebesar 27%. Kondisi demikian merupakan ancaman bagi produsen Honda. Hasil analisis aset merek lainnya seperti slogan Honda menunjukkan hasil yang cukup baik.
Asosiasi-asosiasi yang terkait dengan Honda yang menunjukkan hasil yang baik, pengukuran tertinggi ditempati oleh produk Jepang, irit BBM, dan jaringan servis luas. Adapun hasil pengukuran yang kurang menunjukkan hasil yang kurang baik terdapat pada keterjangkauan harga dan variasi model.
Produsen Honda hendaknya melakukan revisi terhadap kebijakan harga dengan menciptakan harga yang lebih kompetitif dari harga jual maupun suku cadang, serta terus meningkatkan pelayanan pemeliharaan kepada konsumennya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Sugiantoro
"Sampoerna adalah salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia. Sampoerna telah memproduksi rokok kretek dengan kadar rendah tar dan nikotin yang pertama di Indonesia, yaitu Sampoerna A-Mild.
Selain menjadi pendobrak, iklan-iklan yang disampaikan oleh Sampoerna pun memiliki ciri khas tersendiri, dan berbeda dengan iklan-iklan rokok lainnya. Ide-ide kreatif yang disampaikannya selalu baru dan fresh dengan permainan kata-kata yang funky dan nge-slank, iklannya yang musikal, serta menampilkan gambar-gambar kartun yang lucu dan menarik, tanpa meninggalkan simbolnya, yaitu huruf "A" yang merupakan icon dari iklannya juga warna kemasannya yang khas dengan garis-garis merah. "Bukan basa basi" adalah jargon andalan dari rokok A-Mild yang tetap dipakai sejak awal dilemparkannya produk tersebut ke pasar hingga sekarang.
Meskipun pesan-pesan yang disampaikan oleh A-Mild secara simbolik, namun konsumen tidak mendapatkan kesulitan dalam mempersepsikan iklannya dan mendapatkan hasil yang positif.
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat komparatif dengan menggunakan riset eksperimental dengan desain dua grup, yaitu pretest-posttest design. Data diambil dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Anggota sampel yang terdiri dari 60 orang terpilih dikelompokkan menjadi grup pengontrol (control group) dan grup eksperimen (experimental group) secara objektif dan random sehingga jumlah tiap grup sama. Penulis akan menyebarkan kuesioner kepada masing-masing responden untuk menguji ketertarikan konsumen akan iklan dan produk A-Mild. Kemudian sesudah itu (3 hari kemudian), dilakukan penelitian kembali dengan memberikan kuesioner setelah diberikan "terpaan" iklan A-Mild yang berjudul "Bukan basa basi" kepada kelompok eksperimen.
Pertanyaan-pertanyaan yang disebarkan tersebut akan diolah dengan menggunakan f-test untuk menguji komparatif dua sampel yang saling berhubungan, serta mencantumkan pertanyaan-pertanyaan tentang karakteristik responden, yang terdiri dari Usia. Pekerjaan, dan Pendidikan terakhir. Pengukuran variabel-variabel dan dimensi-dimensinya yang merupakan dasar pertanyaan pada kuesioner menggunakan skala Likert dengan mencantumkan rentang nilai 7 (tujuh).
Hasil Penelitian diperoleh bahwa responden yang diterpa iklan "Sampoerna A-Mild Bukan Basa Basi" ternyata memberikan respon positif terhadap image produk tersebut. Mereka kebanyakan memberikan pernyataan bahwa Sampoerna A-Mild adalah merupakan rokok kretek yang mempunyai kadar tar dan nikotin yang rendah. Sehingga dapat dinyatakan bahwa iklan Sampoerna A-Mild versi Bukan Basa Basi itu sudah ada dalam benak audience walaupun audience yang menyaksikan tayangan iklan tersebut hanya mendengarkan musiknya atau hanya melihat sekilas saja. Dengan kata lain bahwa lklan Sampoerna A-Mild versi Bukan Basa Basi telah dapat menciptakan positioning terhadap audience (potential consumer) yang hendak dituju."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricardo Indra
"Kondisi pasar selular di Indonesia mengalami pertumbuhan yang spektakuler sejak hadirnya teknologi GSM. Kini konsumen memiliki banyak alternatif operator selular, sehingga brand switching sangat dimungkinkan. Itulah sebabnya operator selular memerlukan loyalitas dari pelanggannya, khususnya konsumen yang dapat melakukan Advokasi atas penggunaan produk. Walaupun konsumen masuk dalam kategori loyal, tetapi loyalitas kelompok konsumen Advokasi lebih diharapkan dari pada loyalitas kelompok konsumen Non-Advokasi karena mereka juga berfungsi sebagai agen promosi bagi perusahaan dalam mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Agar dapat mengetahui strategi promosi mana yang tepat maka dilakukan analisa dengan menggunakan discriminant analysis, dimana analisa ini menunjukkan faktor pembeda di antara strategi promosi serta variabel lainnya terhadap kelompok konsumen Advokasi dan konsumen Non-Advokasi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa permasalahan sebagai berikut : - Variabel-variabel apakah dari strategi promosi yang menjadi pembeda terhadap kelompok konsumen Advokasi dan konsumen Non-Advokasi? - Di antara variabel-variabel tersebut, mana yang paling membedakan terhadap kelompok konsumen Advokasi dan konsumen Non-Advokasi? - Variabel-variabel apa di luar strategi promosi yang dapat membedakan kelompok konsumen Advokasi dan konsumen Non-Advokasi? Penelitian dengan metode survei dan bersifat eksplanatif ini dilakukan pada populasi pelanggan kartu pasca bayar GSM kartuHALO yang berada di wilayah Regional Jawa Barat. Sampelnya dipilih secara stratified random sampling yang mencerminkan pelanggan yang berasal dari tiga kota di Jawa Barat yang menjadi pusat layanan pelanggan Telkomsel yang disebut graPARI, yakni di Bandung, Tasikmalaya, dan Cirebon. Total keseluruhan responden yang diambil adalah 312 responden yang telah memiliki usia berlangganan di atas 17 tahun. Variabel independen dari strategi promosi dalam penelitian ini adalah Advertising, Sales Promotion, Exhibition, dan Word of Mouth. Sedangkan variabel independen di luar strategi promosi adalah Pengetahuan Atribut Produk dan Customer Satisfaction. Hasil pengolahan data dengan menggunakan discriminant analysis menujukkan bahwa dari enam faktor tersebut terdapat empat faktor yang dapat membedakan kelompok Konsumen Advokasi dan Konsumen Non-Advokasi, yaitu Word of mouth, Advertising, Customer Satisfaction dan Pengetahuan Atribut Produk. Faktor yang paling membedakan adalah Word of Mouth. Analisa lanjutan dengan menggunakan multiple regression dilakukan atas variabel yang tidak masuk dalam analisis diskriminan yakni sales promotion dan exhibition terhadap Customer Satisfaction. Hasilnya adalah kedua faktor tersebut memiliki efek tidak langsung terhadap kelompok Konsumen Advokasi dan Konsumen Non-Advokasi. Rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah dengan memberikan exposure lebih intens agar dapat mempengaruhi Word of Mouth di kalangan pengguna kartuHALO, kemudian diikuti dengan peningkatan pada aktivitas Advertising_ Perlu pula ditingkatkan kualitas dari Sales Promotion dan Exhibition yang memiliki indirect effect terhadap kelompok Konsumen Advokasi dan Konsumen Non-Advokasi. Disamping itu Pengetahuan Atribut Produk dan Customer Satisfaction juga penting untuk diperhatikan karena menjadi faktor pembeda yang signifikan.

Differentiated Factors Between Advocacy Consumer And Non-Advocay Consumer (Case Study : Kartu Halo's Promotional Strategy at PT Telkomsel - West Java Region)Condition of cellular market in Indonesia has a spectacular increased since the raise of GSM technology. Nowadays, consumer has various alternative of cellular operator, hence brand switching is very possible. That's why cellular operator needs consumer loyalty, specially consumer who can do advocacy of product usage. Even a consumer include in loyal category, but group loyalty of advocacy consumer is more expected than group loyalty of non-advocacy consumer due to their function also as a promotional agent for the company in influencing environment. To find out which promotional strategy that is appropriate, thus We can analyze using Discriminant Analysis. Discriminant Analysis points differentiated factors among promotional strategy and other variables for groups of advocacy consumer and non-advocacy consumer. According to the background mentioned, this research is taking place to answer the following problems : - What variables of promotional strategy that differentiates between advocacy consumer and non-advocacy consumer ? - Among those variables, which is the most differentiates between advocacy consumer and non-advocacy consumer ? - What variables apart from promotional strategy that differentiates between advocacy consumer and non-advocacy consumer ? A research using survey method with explanative character is being implemented to population of post-paid GSM kartuHALO's customers which located in the West Java region. The samples are chosen by stratified random sampling that reflected customers origin of three city in West Java as a customer service center, called graPARI. The cities are Bandung, Tasikmalaya and Cirebon. Total respondents is 312 who has been joining kartuHALO for over 1 year. Independent variables of promotional strategy in this research are Advertising, Sales Promotion, Exhibition, and Word of Mouth. While Independent variable apart from promotional strategy are Product Attribute Knowledge and Customer Satisfaction. Result of data processing using discriminant analysis showing there are four factors from six factors that differentiates for advocacy consumer And non-advocacy consumer. The factors are Word of Mouth, Advertising, Customer Satisfaction and Product Attribute Knowledge. The most differentiates factor is Word of Mouth. Further analysis using multiple regressions has been done for variables exclude in discriminant analysis which is Sales Promotion and Exhibition to Customer Satisfaction. The result is both factors have indirect effect to advocacy consumer and non-advocacy consumer. Recommendation given according to this research are giving more intensive exposure to influence Word of Mouth among kartuHALO users, then followed by increasing advertising activities. Quality of sales promotion and exhibition which have indirect effect to advocacy consumer and non-advocacy consumer need to be increased. Product Attribute Knowledge and Customer Satisfaction are important due to both becomes also significant differentiates factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wirastri
"Penelitian ini bertujuan menelaah penerapan sistem informasi manajemen yang efektif dalam menunjang peningkatan pelayanan konsumen di Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Bandung. Kajiannya diorientasikan untuk memperoleh temuan dari sistem informasi manajemen yang saat ini diterapkan dalam mekanisme pelayanan konsumen, sehingga dapat dikemukakan pemikiran konseptual untuk mewujudkan sistem informasi manajemen yang lebih efektif dalam menunjang peningkatan pelayanan konsumen.
Penelitian dilakukan atas dasar survei deskriptif analitis, yakni untuk mengidentifikasi kondisi sebenarnya, sehingga dapat menggambarkan faktual mengenai tingkat efektivitas sistem informasi manajemen yang ada dalam upaya meningkatkan pelayanan konsumen di PDAM Kotamadya Bandung.
Sistem Informasi Manajemen sebagai independent variable, secara operasional diukur dari indikator: komponen fisik; fungsi pengolahan data; fungsi keluaran informasi bagi pemakai; jaringan kerja informasi; pemenuhan kebutuhan informasi pada fungsi operasional, kegiatan manajemen, dan jenis pengambilan keputusan; serta struktur sistem informasi berdasarkan fungsi organisasi dan pengendalian manajemen. Sedang pelayanan konsumen sebagai dependent variable, diukur dari penilaian atas kualitas pelayanan, menurut dimensi: tangible; reliability; responsiveness; assurance; dan empathy.
Penentuan sampel berpedoman pada Nomogram Harry King, dengan tingkat kepercayaan 90% besarnya sampel adalah 7,5% dari populasi, sehingga sampel Pegawai: 7,5% x 925= 69 responden. Sedangkan sampel konsumen diambil secara area sampling dan setiap wilayah diambil 30 sehingga besarnya sampel konsumen 120 responden. Jawaban responden dibuat tabulasi distribusi frekuensi guna mencari nilai persentase untuk diinterpretasikan secara kualitatif.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan tingkat efektivitas sistem informasi manajemen dalam mendukung peningkatan pelayanan konsumen di PDAM Kotamadya Bandung, secara umum ternyata masih termasuk dalam klasifikasi kurang baik. Sehingga perlu pembenahan disain berbagai subsistem fungsional untuk mewujudkan efektivitas jaringan informasi guna memperlancar setiap tahap dan bagian kegiatan dalam proses pelayanan konsumen. Hal tersebut dibuktikan pula dengan penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan PDAM Kotamadya Bandung yang secara umum masih dinilai termasuk dalam klasifikasi kurang baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>