Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firsta Primordiyanti
"Tesis ini mengkaji novel Revolutionary Road karya Richard Yates melalui kerangka gender. Analisis tesis ini akan membahas proses pergulatan rekonstruksi maskulinitas yang ditampilkan oleh tokoh Frank melalui femininitas tokoh April dan relasi para tokoh dalam novel tersebut. Dengan latar masyarakat suburban Amerika tahun 1950an, perekonstruksian maskulinitas Frank mengalami tarik menarik antara konteks sosial yang melatarbelakangi dan representasi para tokohnya. Nilai-nilai budaya suburban yang patriarki dibenturkan dengan sikap April yang mengusung nilai feminitas masyarakat New York yang modern. Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa melalui sikap April yang dengan cara bunuh diri (mengaborsi kandungannya) mampu merubah konstruksi maskulinitas Frank yang patriarkal di tengah budaya masyarakat suburban yang tradisional.

This thesis analyses Richard Yates's novel Revolutionary Road through gender framework. It unfolds the process of reconstruction of Frank's masculinity through the femininity of April and characters relation in the novel. By having suburban America society in 1950a as the cultural and historical background of the novel, Frank's masculinity reconstruction faces polemics which relates social context as its background and representation of characters. Suburban's patriarchy cultures which constructs Frank's masculinity is reconstructed by April's femininity. The final result of this analysis, Frank's masculinity is reconstructed by the suicide action (abortion) of April."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27895
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmaudina Hidyanissa
"Film merupakan sebuah media komunikasi massa yang menampilkan cerita dalam bentuk audio visual. Mulan (2020) merupakan film hasil karya Disney yang diadaptasi dari cerita rakyat Cina. Film Mulan (2020) mengisahkan perjuangan seorang perempuan bernama Hua Mulan yang harus menyamar sebagai laki-laki untuk menggantikan posisi ayahnya dalam berperang melawan suku Rouran. Sebagai seorang perempuan yang menyamar menjadi laki-laki, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Mulan. Penolakan yang didapat Mulan setelah menunjukkan identitas dirinya sebagai seorang perempuan di dalam pasukan mencerminkan adanya konsep patriarki. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan konsep patriarki di Cina dalam film Mulan (2020) dan untuk menunjukkan sejauh mana kesesuaian interpretasi sineas barat terhadap konsep patriarki di Cina dalam film Mulan (2020). Penelitian ini menggunakan teknik analisis semiotika John Fiske. Semiotika adalah cabang ilmu yang berhubungan dengan tanda-tanda. Melalui teknik analisis The Code of Television dari John Fiske yang terdiri dari level realitas, level representasi dan level ideologi, ditemukan tiga variabel patriarki menurut Kamla Bhasin yang paling menonjol dalam film yaitu kontrol atas tenaga kerja perempuan, kontrol atas seksualitas perempuan dan kontrol atas gerak perempuan. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya kesesuaian interpretasi sineas barat (Disney) terhadap konsep patriarki di Cina.

Film is a medium of mass communication that shows stories in audio visual form. Mulan (2020) is a Disney film that is adapted from the Chinese Folk Tales. Mulan (2020) tell the story about the struggle of a woman named Hua Mulan who must disguise as a man to replace her father's position in the war against the Rouran tribe. As a woman who is disguised as a man, many challenges has to face by Mulan. The rejection that Mulan received after show her identity as a woman in the army reflects the concept of patriarchy. This study aims to show the patriarchy concept in China in Mulan (2020) and to show how far suitability of western filmmaker interpretation of the concept of patriarchy in China in the Mulan movie (2020). This study uses the semiotic analysis technique of John Fiske. Semiotics is a branch of science that associated with signs. Through the analysis technique The Code of Television by John Fiske which consist of levels of reality, level of representation and level of ideology, three patriarchy variables according to Kamla Bhasin's which most prominent were found in the film is control of women's labour power, control of women's sexuality and control of women's mobility. The results of the study also show that there is a suitability of the interpretation of western filmmaker (Disney) with the concept of patriarchy in China."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Auralia
"Penelitian ini menganalisis novel Het Huis van de Moskee (2005) karya penulis Iran-Belanda, Kader Abdolah, dengan permasalahan penggambaran budaya patriarki yang terdapat dalam novel, dan bertujuan untuk mendeskripsikan budaya patriarki yang ada dalam novel serta menghubungkannya dengan realitas kehidupan masyarakat Iran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif, dengan menggunakan teori patriarki Sylvia Walby dan teori sosiologi sastra Sapardi Djoko Damono. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa bentuk budaya patriarki dalam novel Het Huis van de Moskee, yaitu eksploitasi seksual perempuan untuk tujuan reproduksi, penindasan melalui pengaturan pakaian perempuan oleh pemerintah, dan dominasi dalam pekerjaan dan posisi sosial perempuan. Temuan ini juga mencerminkan kehidupan masyarakat Iran. Dalam novel Het Huis van de Moskee, meskipun Kader Abdolah lebih berfokus pada kehidupan politik dan sosial di Iran, dia juga menyajikan gambaran perempuan dalam ceritanya dengan mengisahkan berbagai kesulitan yang mereka hadapi.

This study analyzes the novel Het Huis van de Moskee (2005) by Iranian-Dutch writer, Kader Abdolah, with the problem of depicting patriarchal culture contained in the novel, and aims to describe the patriarchal culture in the novel and relate it to the reality of Iranian people's lives. This study uses a qualitative approach and descriptive method, using the patriarchal theory of Sylvia Walby and the theory of sociology of literature by Sapardi Djoko Damono. The results of the study show that there are several forms of patriarchal culture in the novel Het Huis van de Moskee, namely sexual exploitation of women for reproductive purposes, oppression through regulation of women's clothing by the government, and dominance in work and social position of women. These findings also reflect the life of the Iranian people. In the novel Het Huis van de Moskee, although Kader Abdolah focuses more on political and social life in Iran, she also presents a picture of the women in the story by telling about the various difficulties they face."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zuliyatun Nurul Hidayati
"Paribasan Suwarga Nunut Naraka Katut adalah naskah berbahasa dan beraksara Jawa yang ditemukan pada Katalog Inventarisasi Naskah Kuno Koleksi Perpustakaan Nasional. Naskah Paribasan Suwarga Nunut Naraka Katut (yang selanjutnya disingkat menjadi PSNNK) merupakan naskah Jawa yang isinya membahas tentang peribahasa yang berbunyi “suwarga nunut naraka katut”. Peribahasa tersebut ditujukan pada perempuan yang sudah bersuami dan menunjukkan bahwa perempuan tidak memiliki kuasa serta peran apapun terhadap suaminya. Oleh karena itu, masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana budaya patriarki dan kedudukan perempuan Jawa yang dikemukakan dalam teks PSNNK? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui budaya patriarki yang digambarkan dengan cara sebuah kebahagiaan dan kesengsaraan seorang istri ditentukan oleh sang suami dalam teks PSNNK. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode dan langkah kerja filologi. Kandungan isi teks PSNNK dianalisis dengan teori feminisme. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Budaya patriarki melekat dalam citra perempuan Jawa, (2) Perempuan Jawa memiliki peranan penting dalam berumah tangga, dan (3) Kedudukan perempuan Jawa setara dengan laki-laki dalam lingkup keluarga. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya patriarki juga diterapkan pada abad ke-20 dan kedudukan perempuan dalam lingkup keluarga setara dengan laki-laki yang diperjelas dengan kutipan pada teks yang berbunyi “manusia untuk naik ke surga itu berdasarkan amalnya sendiri-sendiri”.

Paribasan Suwarga Nunut Naraka Katut is a Javanese script found in the Inventory Catalog of Ancient Manuscripts in the National Library Collection. The Paribasan Suwarga Nunut Naraka Katut Manuscript (hereinafter abbreviated as PSNNK) is a Javanese manuscript which contains a proverb that reads "suwarga nunut naraka Katut". The proverb is aimed at married women and shows that women do not have any power and role over their husbands. Therefore, the main problem in this research is how is the patriarchal culture and position of Javanese women expressed in the PSNNK text? The purpose of this study is to find out the patriarchal culture which is described by the way a wife's happiness and misery are determined by her husband in the PSNNK text. This research is a qualitative research using methods and steps of philology work. The content of the PSNNK text was analyzed using feminism theory. The results of this study indicate that: (1) patriarchal culture is inherent in the image of Javanese women, (2) Javanese women have an important role in marriage, and (3) Javanese women's position is equal to men in the family sphere. Based on the results of this study, it can be concluded that patriarchal culture was also applied in the 19th century and the position of women in the family sphere is equal to that of men which is clarified by a quote in the text which reads "humans ascend to heaven based on their own deeds"."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Azzah Aprilia
"Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk untuk menjabarkan perbedaan dari stage play 2.5D Touken Ranbu The Stage Guden: Mujun Genji Monogatari sebagai adaptasi dari novel Genji Monogatari oleh Murasaki Shikibu. Penelitian ini menggunakan teori adaptasi oleh Hutcheon dan konsep subjektivitas perempuan oleh Beauvoir dengan menggunakan metode analisis teks dari sudut pandang feminisme. Dari hasil analisis diperoleh perbedaan Guden sebagai karya adaptasi adalah adanya penambahan adegan berupa eksplorasi dari gyoukan (jeda antar adegan) dan bab “Kumogakure”, serta keterlibatan karakter touken danshi sebagai pengamat dan pihak dari luar cerita Genji Monogatari. Penambahan dari bagian gyoukan mengizinkan karya adaptasi untuk mengeksplorasi lebih dalam mengenai karakter-karakter perempuan sebagai satu individu yang utuh. Bab “Kumogakure” yang pada cerita sumber merupakan halaman kosong, dalam karya adaptasi menjadi simbol pemberontakan para perempuan untuk mendapatkan kebebasan mereka sebagai manusia yang utuh. Sedangkan penambahan touken danshi dalam cerita adalah sebagai kritik dari sistem patriarki itu sendiri. Apabila dikaitkan dengan konteks when dan where karya adaptasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa ketidaksetiaan yang ditemukan dalam Guden merupakan bentuk penyesuaian agar karya dapat diterima dan dipahami oleh penonton pada masa kini.

This study is qualitative research that aims to describe the differences between 2.5D Stage Play Touken Ranbu The Stage Guden: Mujun Genji Monogatari as an adaptation of Genji Monogatari by Murasaki Shikibu. This research uses the theory of adaptation by Hutcheon and female subjectivity by Beauvoir using the method of feminism reading. From the analysis, it is found that the difference between Guden as an adaptation work is the addition of scenes in the form of exploration of gyoukan (between the lines) and "Kumogakure'' chapter, as well as the involvement of touken danshi characters as observers and outsiders of Genji Monogatari story. The addition of the gyoukan part allows the adaptation to explore more deeply the female characters as a whole subjects. The chapter "Kumogakure" which in the source story is an empty chapter, in the adaptation work becomes a symbol of the rebellion of women to gain their freedom as complete human beings. Meanwhile, the addition of touken danshi characters in the story is to address criticism for patriarchal system itself. When linked to the context of when and where of the adaptation work, it can be concluded that the disloyalty found in Guden is a form of adjustment so the work can be accepted and understood by today's audience."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rasya Jilan Andjani
"ABSTRAK
Artikel ini berfokus pada representasi perempuan magribi dalam novel kiffe kiffe demain karya Fa ? za Gu ? ne. Teori yang digunakan adalah teori representasi dari Stuart Hall dan teori analisis naratif struktural dari Rolland Barthes. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Hasil dari penelitian memperlihatkan bahwa perempuan magribi dalam novel ini tidak hanya dikonstruksikan sebagai perempuan yang mendapatkan represi secara fisik dan mental akibat kultur budaya magribi yang patriarkal namun juga melawan represi dengan memiliki kuasa atas diri sendiri yang dihadirkan melalui tokoh Yasmina dan Doria yang sebagian besar melalui pendidikan. Dalam artikel ini pula, dapat terlihat bahwa adanya permasalahan perempuan magribi yang tidak hanya sebagai perempuan yang masih terdominasi oleh laki-lakinamun juga perempuan yang mendapatkan represi secara mental sebagai imigran.Kata Kunci: Representasi, perempuan magribi, patriarki, imigran

ABSTRACT
This article focuses on how the Maghreb women represented in the kiffe kiffe demain novel by Fa ? za Gu ? ne. The theories include the theory of representation by Stuart Hall and theory of structural analysis of narrative by Rolland Barthes. The method used in this study is the litterature study. The studies result shows that Maghreb women in this novel are not only constructed as women who get physical and mental repression due to patriarchal system in Maghreb culture but also broke the repression by being the women who got an education that presented by Yasmina and Doria. Moreover, In this article it can be seen that the problem of Maghreb women are not only as women who have always been dominated by the men whereas also women who get mental repression as immigrants.Keywords: Representation, Maghreb women, patriarchy, immigrant "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Kuncoro Romadhon
"ABSTRAK
Penelitian ini menelusuri bagaimana mitos-mitos tentang perempuan
dalam masyarakat patriarkal direproduksi dan disosialisasikan melalui media film,
yang pada akhirnya dapat berpotensi menghasilkan kekerasan simbolik terhadap
perempuan dalam konteks perkawinan poligami. Sebagai sebuah kritik sosial
dalam kerangka paradigma kritis, penelitian ini juga menyoroti praktik poligami
yang dilakukan oleh Soekarno dengan berpihak pada perempuan sebagai korban.
Analisis semiotika Roland Barthes yang digunakan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa pesan dalam teks film Soekarno: Indonesia Merdeka
memiliki hubungan intertekstual dengan mitos yang terkandung dalam teks
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang disahkan pada
era Pemerintahan Orde Baru. Mitos fertilitas perempuan dan mitos ibuisme yang
terkandung dalam kedua teks tersebut, menyebabkan perempuan mengalami
obyektifikasi sekaligus domestifikasi. Dengan memadukan konsep mitos Roland
Barthes, kekerasan simbolik Pierre Bourdieu, dan symbolic annihilation dari
Gerbner dan Tuchman, penelitian ini menunjukkan bahwa film Soekarno:
Indonesia Merdeka dapat menggiring opini penonton dalam hal poligami dengan
cara memperhalus penokohan karakter laki-laki dan sebaliknya menampilkan
karakter perempuan dalam citra negatif mengikuti penggambaran arus utama

ABSTRACT
This study explores how myths about women in a patriarchal society
reproduced and disseminated through the medium of film, which in turn can
potentially generate symbolic violence against women in the context of
polygamous marriages. As a social criticism within the framework of a critical
paradigm, this study also highlights the practice of polygamy by Soekarno and in
favor of women as victims. Roland Barthes semiotic analysis used in this study
indicates that the message in the text of the film Soekarno: Indonesia Merdeka has
intertextual connection with the myth contained in the text of Act No. 1 of 1974
on Marriage passed in the era of the New Order Government. By combining the
concept of myth by Roland Barthes, symbolic violence by Pierre Bourdieu, and
symbolic annihilation by Gerbner and Tuchman, this study shows that film
Soekarno: Indonesia Merdeka can lead the audience?s opinions in terms of
polygamy by its way of refining characterizations of male characters and
otherwise displaying female character in negative image following the mainstream
depictions"
2016
T45699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Daru Dewi G. S. Putri
"ABSTRAK
Konsep yang disampaikan oleh Descartes mengenai dualisme mind dan body menunjukkan adanya hubungan antara jiwa dan tubuh pada proses penyampaian pemikiran manusia. Makna dari pemikiran ini bergeser karena konstruksi sosial yang memperlakukan perempuan dan laki-laki secara berbeda. Hal tersebut menunjukan adanya diskriminasi dan kekurangan pada pemikiran filsafat di dalam menghadapi permasalahan manusia secara universal. Menanggapi permasalahan yang terjadi, penelitian ini menerapkan pemikiran Merleau-Ponty mengenai persepsi yang menubuh untuk mengemukakan pentingnya tubuh perempuan yang bebas sebagai media untuk memahami fenomena yang terjadi di dunia. Pemikiran lain yang diterapkan pada penelitian ini adalah kesadaran akan ambiguitas yang dikemukakan oleh Beauvoir. Kedua konsep yang disampaikan kemudian dipadukan membantu perempuan memahami pilihan-pilihan yang dapat ia tentukan sendiri. Dengan pemikiran Merleau-Ponty dan Beauvoir, proses menjadi perempuan atau becoming a woman dapat dilalui secara mandiri dan menjadi jalan keluar dari filsafat untuk permasalahan feminisme.

ABSTRACT
The relation of human rsquo s mind and body in Descartes rsquo dualism indicates how human cannot express their way of thinking without using their body. However, social construction has made this concept lost its equality and begun to use use sex and gender to differentiate human. This represents a social discrimination and a deficiency in philosophy in solving human universal issues. Responding to this issue, this research applies Merleau Ponty rsquo s thought on embodied perception and Beauvoir rsquo s thought on ambiguity. Both are applied to emphasize the importance of women bodies rsquo freedom to understand the world rsquo s phenomenons around them. These concepts can support the process of becoming a woman as a philosophical solution for femimism.Keywords embodied perception, ambiguity, philosophy, feminism. "
2018
T50502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Aulia
"Tesis ini membahas bagaimana kebijakan Womenomics bagi industri konstruksi berdampak pada pekerja perempuan di industri tersebut. Womenomics adalah kebijakan dari Perdana Menteri Abe yang bertujuan untuk mendukung partisipasi aktif perempuan di dunia kerja, yang lalu diturunkan ke industri konstruksi yang mengalami kekurangan tenaga kerja dan penuaan tenaga kerja. Dengan menganalisis kebijakan menggunakan teori struktur patriarki dari Sylvia Walby dan tokenisme dari Rosabeth Kanter, tesis ini menjelaskan bagaimana kebijakan Womenomics yang diturunkan di industri konstruksi tidak mendukung partisipasi aktif perempuan, melainkan digunakan untuk menutupi kekurangan tenaga kerja dengan menarik lebih banyak pekerja perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan data dokumen pemerintah dari situs kementrian Jepang, artikel berita, jurnal internasional, video, serta data statistik pendukung.
Kebijakan Womenomics di industri konstruksi belum berhasil mengatasi masalah yang menghambat pekerja perempuan di industri konstruksi. Alih-alih mendorong dan menciptakan perubahan sistem kerja di industri konstruksi agar lebih mendukung kerja perempuan, kebijakan ini lebih banyak mempromosikan imej konstruksi yang ramah perempuan untuk menarik lebih banyak tenaga kerja. Sementara permasalahan yang dihadapi pekerja perempuan di industri konstruksi tidak banyak ditangani. Kebijakan yang diambil pemerintah didasari oleh kepentingan kapitalis untuk memperoleh keuntungan tanpa mengeluarkan banyak biaya, dan kepentingan patriarkis yang mendukung kapitalis dengan menggunakan perempuan sebagai cadangan tenaga kerja.

This thesis examined how Womenomics policy for construction industry affected the women working in that industry. Womenomics is a policy from Prime Minister Abe that aims to support women’s active participation in the workplace. The policy is further specialized for construction industry who suffered from lack of labor and aging labor. By analyzing the policy using structures of patriarchy by Sylvia Walby, and tokenism by Rosabeth Kanther, this thesis explained how Womenomics in construction industry did not support women’s active participation, and instead used as a tool to fill in the lack of labor by attracting more women worker. This thesis used qualitative method using data such as government’s documents, news articles, academic journals, videos, and statistical data.
Womenomics policy in construction industry has yet to address the problems that hinders women workers in construction industry. Instead of pushing and creating a change in construction industry’s working system to support women’s work, the policy dealt more with promotion effort to uplift the industry’s image among women and girls and attract them to work in construction. Whereas the problem faced by women who is already working in the industry is often neglected. The government constructed the policy based on capitalist interest to get as much profit with as little cost as possible, and patriarchal interest that supported capitalist interest by using women as labor reserve.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Yuanita Aprilandini
"Penelitian bertujuan untuk melihat bagaimana proses reproduksi patriarki berjalan melalui penguatan identitas perempuan peranakan Arab, interseksi identitas, gender dan etnik pada perempuan peranakan Arab menghasilkan keragaman derajat oppresi, serta strategi perempuan peranakan Arab untuk melawan derajat keragaman oppresi terhadap dirinya dengan beragam latar. Penelitian ini akan menggunakan 2 kerangka teori utama, yakni teori interseksi dan identitas. Serta, menggunakan 2 konsep tambahan yakni gender interseksi dan patriarki.
Penelitian desertasi ini menggunakan metodologi kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi terlibat dan data sekunder. Informan di dalam penelitian ini berjumlah 26 orang dengan beragam karaktersitik dan kategori, yakni 17 perempuan peranakan Arab dan 9 orang laki-laki Arab. Pemilihan perempuan Arab berdasarkan keragaman umur (lintas generasi), orientasi pernikahan (endogami/eksogami), keragaman profesi, lokasi tempat tinggal (kampung Arab Condet dan Empang Bogor), serta faktor ketokohan. Kesembilan laki-laki Arab yang dijadikan informan merupakan data pelengkap sekaligus sebagai triangulasi data.
Temuan penting penelitian ini adalah semakin menguatnya identitas perempuan peranakan Arab mengakibatkan reproduksi patriarki. Peran perempuan (Ummi) menjadi sentral karena fungsi perempuan tidak hanya sebatas reproduksi biologis tetapi juga reproduksi sosio-kultural. Hal tersebut berkaitan dengan pemurnian darah leluhur (purityness) dari garis keturunan Alawiyyin. Kedua, Perbedaan narasi sejarah dan narasi keagamaan kelompok Alawiyyin dan Al-Irsyad disebabkan oleh faktor ideologi organisasi. Pergerakan dan ketokohan kaum perempuan Al-Irsyad yang beraliran Islam pembaharuan (modernis) lebih terlihat dibandingkan Rabithah.
Berdasarkan temuan ini maka penulis menggunakan teori interseksi untuk melihat irisan antara identitas, etnisitas dan gender. Penguatan identitas kaum perempuan Arab Alawiyyin dengan penikahan sekufu (endogami) melanggengkan budaya patriarki. Bentuk reproduksi patriarki tradisional masih tetap dipertahankan dan betransformasi menjadi neopatriarki berbasis media sosial digital. Interseksi etnik dan agama menjadi double oppression bagi kaum perempuan Alawiyyin namun menjadi social prestige bagi kaum laki-laki Arab Alawiyyin. Strategi yang dilakukan oleh kaum perempuan Arab di dalam mengubah kultur patriarki adalah melakukan protes secara frontal, semi frontal, dan moderat (negosiasi). Perempuan yang dapat melakukan ketiga bentuk strategi tersebut memiliki karakteristik perempuan Arab terdidik, menikah eksogami, serta berafiliasi dengan organisasi yang beraliran pembaharuan.

The purpose of this study described the process of patriarchal reproduction through peranakan Arab women, how the intersection of identity, sex and ethnicity in peranakan Arab women produced on diversified level of oppression, and how they defined strategies for negotiating their culture in different fields. This study using 2 major theoretical backgorund , the theory of intersection and identity theories, and 2 additional concepts namely gender intersection and patriarchy.
This research used qualitative research by collecting in-depth interview data, involved observation and secondary data. The informant in this study consists of 26 people with various characteristics : 17 person peranakan Arab women and 9 person Arab men. The selection of Arab women based on age diversity (across generations), marriage typology (endogamy / exogamy), professional backgorud, and residencial areas (Arabian Condet and Empang Bogor). Finally, The nine Arab men who were being interviewed also in order to get validity and triangulation datas.
The main findings of this research that strengthening identity on peranakan Arab women produced patriarchal cultures. The role of women (ummi) is central because women's functions are not only limited to biological reproduction but also socio-cultural reproduction. This is connected to the purityness issues from the Alawiyyin family. Second, the differences in historical narratives of the Alawiyyin and Al-Irshad religious groups are influenced by organizational ideology. The women movement from Al-Irsyad women are more visible than Rabithah.
Based on these findings, the authors used intersection theory to see the fields between identity, ethnicity and gender. Strengthening the identity of Alawiyyin Arab women by sekufu married (endogamy) produced patriarchal culture. Traditional patriarchy still consist but also transform into neopatriarchy on digital social media. Ethnic and religious intersection became a double oppression for Alawiyyin women but produce social prestige for Alawiyyin men. The strategy of Arab women to contesting patriarchal culture through frontal, semi-frontal protest and moderate negotiation. The Arab women who use these strategies characterized by higher educated women, married to non Arab men, and affiliated in modernist organizations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
D2557
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>