Ditemukan 188 dokumen yang sesuai dengan query
Abstrak :
Naskah ini merupakan ringkasan naskah MSB/L.16 yang berisi teks: Ambiya, Ahmad-Muhammad, dan Dewi Murtasiyah. Dalam teks ini penulis sangat pandai menggabungkan ketiga ceritanya, sehingga seolah-olah merupakan satu rangkaian cerita. Ringkasan ini dibuat pada tahun 1937, mungkin di Yogyakarta, oleh staf Pigeaud. Tentang naskah induk lihat Behrend 1990: 210-211.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.9-L 15.11
Naskah Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Naskah ini merupakan ringkasan dari naskah KBG 265 (lanjutan KBG 92), yang sekarang tersimpan di Perpustakaan Nasional RI. Naskah asli berisi teks Serat Menak, versi Yasadipura, dimulai dari pupuh 33 dari episode Menak Malebari dan berakhir dengan pupuh 18 dari Menak Purwakandha (edisi Bale Poestaka). Lihat deskripsi naskah FSUI/CI.60; bandingkan deskripsi Poerbatjaraka dalam katalognya tentang naskah-naskah Menak (1940: 98).
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.63-L 5.17
Naskah Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Naskah ini merupakan ringkasan dari sebagian naskah PN/KBG 311. Naskah asli berisi teks Serat Menak, versi Yasadipura, Menak Malebari pupuh 3 sampai akhir jilid IV dari edisi Bale Poestaka. Lihat deskripsi naskah FSUI/CI.60; bandingkan deskripsi Poerbatjaraka dalam katalognya tentang naskah-naskah Menak (1940: 99).
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.64-L 5.15
Naskah Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Serat Menak, versi Yasadipuran. Naskah ini berisi keseluruhan jilid V (genap 104 pupuh) dari Serat Menak edisi Van Dorp (1886); kecocokan antara naskah ini dengan edisi Van Dorp memberi kesan seakan-akan naskah disalin langsung dari versi cetak tersebut. Edisi cetak diberi judul Menak Malebari, sedangkan naskah ini berjudul Menak Jayengmurti. Dalam jilid V tersebut dimuat cerita petualangan Amir Hamzah sejak bertempur dengan Raja Maliat Kustur, raja Kubarsi di negara Kusnia-Malebari, hingga peperangannya dengan Raja Johan Firman dari negara Tasmitan. Untuk ringkasan lengkap lihat Pratelan I: 286-299. Menurut catatan pada h.321, penyalin naskah bernama Gombak, yang menyelesaikan pekerjaannya pada tahun 1901. Tempat penyalinan tidak disebutkan, tetapi mungkin di Surakarta. Gaya tulisan yang dipakai sudah menyerupai gaya sekolahan. Naskah ini merupakan hadiah dari PT Caltex Pacific Indonesia kepada Fakultas Sastra Universitas Indonesia, pada tanggal 21 Januari 1977.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.74-CT 20
Naskah Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Set lima naskah ketikan ini, merupakan alih aksara dari naskah KBG 613 yang dikerjakan oleh M. Kusrin tahun 1930an. Berisi saduran cerita Menak yang digubah di Kraton Kartasura pada akhir abad ke-17 atau awal abad ke-18 (?). Oleh karena itu, oleh Poerbatjaraka dinamakan Menak Kartasura untuk membedakannya dari versi Menak yang lain, termasuk versi Yasadipuran dan pelbagai redaksi pasisiran. Menurut Poerbatjaraka (1964: 110) babon transliterasi ini adalah naskah Menak tertua yang masih bertahan. Disebutkan ceritanya sangat dekat dengan Hikayat Amir Hamzah dalam tradisi naskah Melayu. Rincian isi kelima naskah ini sebagai berikut: Cerita Menak Kartasura ini bertokohkan Amir Hamzah yang juga disebut dengan nama Wong Agung Jayengrana; Prabu Nursewan raja di Medayin; dan Dewi Muninggar, putri Prabu Nursewan. Lihat Poerbatjaraka (1940a: 9-33) untuk ringkasan maupun cuplikan pupuh selengkapnya teks ini. Dari kolofon depan dapat diketahui bahwa naskah babon disalin pada tahun 1715, atas prakarsa permaisuri Sinuhun Pakubuwana I yang bergelar Kanjeng Ratu Balitar. Sedangkan orang yang mengerjakan penyalinannya bernama Ki Carik Narawita.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.75-G 133
Naskah Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Set lima naskah ketikan ini, merupakan alih aksara dari naskah KBG 613 yang dikerjakan oleh M. Kusrin tahun 1930an. Berisi saduran cerita Menak yang digubah di Kraton Kartasura pada akhir abad ke-17 atau awal abad ke-18 (?). Oleh karena itu, oleh Poerbatjaraka dinamakan Menak Kartasura untuk membedakannya dari versi Menak yang lain, termasuk versi Yasadipuran dan pelbagai redaksi pasisiran. Menurut Poerbatjaraka (1964: 110) babon transliterasi ini adalah naskah Menak tertua yang masih bertahan. Disebutkan ceritanya sangat dekat dengan Hikayat Amir Hamzah dalam tradisi naskah Melayu. Rincian isi kelima naskah ini sebagai berikut: Cerita Menak Kartasura ini bertokohkan Amir Hamzah yang juga disebut dengan nama Wong Agung Jayengrana; Prabu Nursewan raja di Medayin; dan Dewi Muninggar, putri Prabu Nursewan. Lihat Poerbatjaraka (1940a: 9-33) untuk ringkasan maupun cuplikan pupuh selengkapnya teks ini. Dari kolofon depan dapat diketahui bahwa naskah babon disalin pada tahun 1715, atas prakarsa permaisuri Sinuhun Pakubuwana I yang bergelar Kanjeng Ratu Balitar. Sedangkan orang yang mengerjakan penyalinannya bernama Ki Carik Narawita.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.76-G 134
Naskah Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Set lima naskah ketikan ini, merupakan alih aksara dari naskah KBG 613 yang dikerjakan oleh M. Kusrin tahun 1930an. Berisi saduran cerita Menak yang digubah di Kraton Kartasura pada akhir abad ke-17 atau awal abad ke-18 (?). Oleh karena itu, oleh Poerbatjaraka dinamakan Menak Kartasura untuk membedakannya dari versi Menak yang lain, termasuk versi Yasadipuran dan pelbagai redaksi pasisiran. Menurut Poerbatjaraka (1964: 110) babon transliterasi ini adalah naskah Menak tertua yang masih bertahan. Disebutkan ceritanya sangat dekat dengan Hikayat Amir Hamzah dalam tradisi naskah Melayu. Rincian isi kelima naskah ini sebagai berikut: Cerita Menak Kartasura ini bertokohkan Amir Hamzah yang juga disebut dengan nama Wong Agung Jayengrana; Prabu Nursewan raja di Medayin; dan Dewi Muninggar, putri Prabu Nursewan. Lihat Poerbatjaraka (1940a: 9-33) untuk ringkasan maupun cuplikan pupuh selengkapnya teks ini. Dari kolofon depan dapat diketahui bahwa naskah babon disalin pada tahun 1715, atas prakarsa permaisuri Sinuhun Pakubuwana I yang bergelar Kanjeng Ratu Balitar. Sedangkan orang yang mengerjakan penyalinannya bernama Ki Carik Narawita.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.77-G 135
Naskah Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Set lima naskah ketikan ini, merupakan alih aksara dari naskah KBG 613 yang dikerjakan oleh M. Kusrin tahun 1930an. Berisi saduran cerita Menak yang digubah di Kraton Kartasura pada akhir abad ke-17 atau awal abad ke-18 (?). Oleh karena itu, oleh Poerbatjaraka dinamakan Menak Kartasura untuk membedakannya dari versi Menak yang lain, termasuk versi Yasadipuran dan pelbagai redaksi pasisiran. Menurut Poerbatjaraka (1964: 110) babon transliterasi ini adalah naskah Menak tertua yang masih bertahan. Disebutkan ceritanya sangat dekat dengan Hikayat Amir Hamzah dalam tradisi naskah Melayu. Rincian isi kelima naskah ini sebagai berikut: Cerita Menak Kartasura ini bertokohkan Amir Hamzah yang juga disebut dengan nama Wong Agung Jayengrana; Prabu Nursewan raja di Medayin; dan Dewi Muninggar, putri Prabu Nursewan. Lihat Poerbatjaraka (1940a: 9-33) untuk ringkasan maupun cuplikan pupuh selengkapnya teks ini. Dari kolofon depan dapat diketahui bahwa naskah babon disalin pada tahun 1715, atas prakarsa permaisuri Sinuhun Pakubuwana I yang bergelar Kanjeng Ratu Balitar. Sedangkan orang yang mengerjakan penyalinannya bernama Ki Carik Narawita.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.78-G 136
Naskah Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Set lima naskah ketikan ini, merupakan alih aksara dari naskah KBG 613 yang dikerjakan oleh M. Kusrin tahun 1930an. Berisi saduran cerita Menak yang digubah di Kraton Kartasura pada akhir abad ke-17 atau awal abad ke-18 (?). Oleh karena itu, oleh Poerbatjaraka dinamakan Menak Kartasura untuk membedakannya dari versi Menak yang lain, termasuk versi Yasadipuran dan pelbagai redaksi pasisiran. Menurut Poerbatjaraka (1964: 110) babon transliterasi ini adalah naskah Menak tertua yang masih bertahan. Disebutkan ceritanya sangat dekat dengan Hikayat Amir Hamzah dalam tradisi naskah Melayu. Rincian isi kelima naskah ini sebagai berikut: Cerita Menak Kartasura ini bertokohkan Amir Hamzah yang juga disebut dengan nama Wong Agung Jayengrana; Prabu Nursewan raja di Medayin; dan Dewi Muninggar, putri Prabu Nursewan. Lihat Poerbatjaraka (1940a: 9-33) untuk ringkasan maupun cuplikan pupuh selengkapnya teks ini. Dari kolofon depan dapat diketahui bahwa naskah babon disalin pada tahun 1715, atas prakarsa permaisuri Sinuhun Pakubuwana I yang bergelar Kanjeng Ratu Balitar. Sedangkan orang yang mengerjakan penyalinannya bernama Ki Carik Narawita.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.79-G 137
Naskah Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Naskah ini berisi ringkasan serta daftar pupuh teks Serat Menak Yasadipuran, sebagaimana terdapat dalam naskah KBG 138. Episode yang dimuat di dalamnya termasuk: Menak Sarehas, Lare, Serandil, Sulub, Ngajrak, Demis, Kaos dan Kuristam. Tentang naskah asli yang diringkas dalam naskah tik-tikan ini, lihat Poerbatjaraka 1940a: 98. Naskah ini rupanya disusun oleh staf Pigeaud atau peneliti lain (Poerbatjaraka?) di KBG pada tahun 1931. Tentang Serat Menak pada umumnya, serta referensi, lihat deskripsi naskah FSUI/CI.60.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.80-L 5.10
Naskah Universitas Indonesia Library