Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 428 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendro Setyawan
Abstrak :
Perkembangan industri otomotif di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat hingga pertengahan tahun 1997. Persainganpun tidak lagi terjadi dalam satu kategori melainkan sudah antar kategori. Belum lagi jumlah merek mobil yang beredar dipasaran sangat banyak sehingga alternatif pilihan semakin bervariasi. Namun demikian jenis mobil kategori I sangat banyak diminati pasar, terbukti dengan dikuasainya 68% pangsa pasar mobil di Indonesia. Jumlah tersebut tentu saja menjanjikan keuntungan yang besar sehingga mengundang banyak pemain didalamnya termasuk Toyota Astra Motor ( TAM ) dengan Toyota Kijangnya. Hingga akhir bulan Agustus 1998 produksi mobil mengalami puncaknya dan kemudian turun terus hingga sekarang. Penurunan penjualan mobil saat ini sudah sangat mengkhawatirkan karena sudah mencapai 80%. Permasalahan yang dihadapi oleh para ATPM yang juga berlaku bagi TAM dalam memasarkan Kijangnya adalah terus menurunnya daya bell masayarakat dan tingginya harga mobil yang disebabkan krisis moneter yang melanda Indonesia. Belum lagi menghadapi tingginya persaingan yang terjadi pada kategori I dan semakin kritisnya pembeli. Berbagai upaya strategi yang dilakukan kerap kali tidak menghasilkan apa-apa. TAM tidak lagi berorientasi pada profit tetapi terfokus pada mempertahankan pangsa pasar sebesar 25% yang berarti sebagai market leader untuk jenis kategori I. Penelitian Karya Akhir ini bertujuan untuk dapat menganalisa strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh TAM dan mengidentifikasi faktor eksternal dan internal serta melihat peluang dan ancaman, juga kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kemudian dengan membuat asumsi-asumsi dan melihat sasaran pemasaran perusahaan serta key succes factor yaitu harga , suku cadang, harga jual kembali, purna jual, serta produk mobilnya itu sendiri. Dari pembahasan yang dilakukan, strategi pemasaran yang telah dijalankan TAM cukup sukses. Hal ini terbukti dengan meningkatnya penjualan Toyota Kijang selama tahun 1998 yang mencapai angka 13.070 unit dan sekaligus menjadikannya sebagai. "Best Seller 1998", yang kemudian diikuti oleh pesaing utamanya Isuzu Panther dengan 5.241 unit. Angka tersebut menjadikan pangsa pasar Toyota Kijang justru naik dari 25% menjadi 28% tahun ini. Program-program pemasaran yang dianggap dapat sukses menaikkan penjualan antara lain adalah strategi penetrasinya yang meluncurkan 20 model kijang yang menyapu hampir semua segmen, kemudian konsep produknya yang " Multi Comfort Vehicle " dan dukungan after salesnya yang memuaskan pembeli. Tetapi program pemasaran yang utama dapat melesatkan penjualan adalah promosi "gratis asuransi all risk termasuk huru-hara" yang jitu melihat situasi keamanan yang berkembang sekarang. Beberapa saran yang diharapkan dapat sebagai masukan antara lain menyangkut pergeseran target pasar dari kelas menengah bawah menjadi menengah atas, mulai melakukan eksport ke negara tetangga, konsep product plus agar sesuai dengan targetnya, membuat nilai tambah kendaraan, lebih meningkatkan after salesnya, meningkatkan program social marketing untuk lebih dapat dihargai keberadaannya di masyarakat.
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmita
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Paramita Inggita
Abstrak :
ABSTRAIT
Schlumberger en tant qu?acteur global sur le marché d?équipement pour service, veut savoir clairement ¡a performance de ses produits (les attributes de produits, la niveau de l?importance et de la satisfaction des clients sur les produits, la position de produit comparé avec les concurrents) au marché doméstique en Indonésie. La société y exploite actuellement le segment du compteur d?eau, d?éLectricité et du gaz. Ça été possible en contruisant un partenariat local avec PT. Berca Indonesia. Ensuite nous nous rappelons de la société comme PT. Mecoindo ? Schlumberger.

Aujourd?hui PT. Mecoindo a l?intention d?étendre ses affaires au segment service. Dans ce projet nous focalisons seulement au produit du compteur d?eau. C?est un produit qui est fonctionné pour mésurer l?utilisation d?eau aux résidentielles et aussi indstrielles comme: La distribution, La facture et l?attribution de le lire automatiquement. Nous avons un objectif dans nos affaires, c?est de toujours faire la bonne action à la première occasion. C?est pourquoi nous voulons faire l?analyse de la satisfaction des clients sur le compteur d?eau Schlumberger au marché doméstique en Indonésie.

Dans le concept marketing, le mots clé pour obtenir l?objectif de la société est : bien savoir les besoins et les désirs du marché cible, et puis donner les meilleurs satisfactions aux clients que les concurrents. En comprennat les valeurs importantes qui affectent la satisfaction des clients sur la consommation des produits nous devons faire attention : au processus de pris de décision chez le client, aux facteurs qui influencent les attentes de la performance / la qualité de produit, å l?outil de contrôle. Il faut donc pratiquer une enqueté par sondage pour recueillir les informations sur une étude de la satisfaction des clients sur nos produits.

Nous avons des clients à ¡?étrangers et à la doméstique. Pour faciliter d?avoir des informations à cause de la limitation de temps et budget, nous focaiisons le cible au seul marché doméstique. Nos clients sont partagés aux trois parties: les secteur gouvernementals, les secteur privées et les distributeurs. L?étude de recherche est réalisé en distribuant le sondage aux eux.

Nous utilisons plusieurs méthodes pour faire l?analyse de données par le sondage en utilisant des attributes sur les produits. Ces méthodes sont : mésurer l?analyse d?importance (Importance Analyse), l?analyse de la performance (Performance Analyse), L?index de la satisfaction des clients (Customer SoJisfaction Index), L?analyse d?écart (Gap Analyse) et la matrice de ?targeting? (Targeting Matrix), et savoir plusieurs marques de compteur d?eau au marché. Ensuite ¡?analyse de données a fait par un logiciel de SPSS 9.0.

Grace à ce projet la nous pouvons dire que;

Il ya 11 attributes qui sont proposés par la société aux clients. La niveau d?importance sur les onzes attributes de compteur d?eau dans l?ordre sont:

La riaoiiite cte produit,La qualite cte produit, Le prociutt secondaire, La garantie, Le temp de livraison, Le service, La complètement de produit,, La réaction, L?amélioration, La valeur de produit et l?innovation de produit.

cl La niveau de la satisfaction au total apparait dans une index de la satisfaction des clients (Customer Satisfaction Index = CSI). La valeur de CSI est 47,30% (moyenne). Alors Schlumberger devrait faire la developpement de performance pour augmenter son valeur.

Au total, tous les attributes sont encore insatisfaction. Elles sont dans le groupe critical issue. Nous devons faire beaucoup d?attention et la priorité sur en preparant l?amélioration sur ces attributes. Mais ce sont toujours dans le meilleur cadre.

L?analyse de Ia prévision sur le meilleurs compteur d?eau au marche doméstique selon les clients de Schlumberger sont: Schlumberger, Meinecke, Linflow, etc.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3255
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Indratjahaja
Abstrak :
ABSTRAK
lJntuk meningkatkan kesejahteraan pegawai, sejak tanggal 1 April 1974 direksi BUMN ?X? menetapkan kebijakan menyisihkan dana dalam bentuk tabungan yang akan diberikan kepada pegawai saat putus hubungan kerja. Pengelola dana tabungan tersebut berbentuk yayasan. Yayasan pengelola dana tabungan mengalami perkembangan dari terakhir adalah yayasan tabungan pegawai BUMN ?X? yang berdiri pada 17 Pebruari 1993.

Krisis perekonomian regional asía tenggara sejak pertengahan bulan Juli 1997 berdampak pada perekonomian indonesia hingga saat ini. Kondisi krisis ini berakibat pada indikator makro ekonomi seperti inflasi, tingkat bunga dan nilai tukar rupiah. Hasil pengembangan dana yayasan sangat banyak tergantung pada indikator tersebut, untuk itu diperlukan keputusan investasi yang tepat. Tujuan studi kasus ini adalah melihat sampai sejauh mana keputusan investasi sudah dilakukan tepat sasaran dalam mengoptimalkan pengelolaan dana tabungan.

Selama tahun analisa yaitu 1995/96 hingga 1998/99 kebijakan alokasi aset investasi yayasan bertumpu pada deposito berjangka yaitu diatas 85% dari total nilai investasi. Bila melihat hasil pada tahun 1995/96 dan 1996/97, dimana krisìs ekonomi belum melanda Indonesia maka hasil dari deposito berjangka lebih rendah dari hasil saham atau hasil obligasi. Dengan tingkat suku bunga dan kurs US dollar yang tinggi sejak krisis, alokasi aset investasi dalam deposito berjangka adalah tepat.

Batasan-batasan yayasan adalah likuiditas rendah, horison investasi panjang, peraturan relatif rendah, dikenakan pajak dan mempunyai kebutuhan khusus akan besarnya hasil investasi sebagai bekal peserta di hari tua dan penyisihan dana untuk pengembangan. Selanjutnya tujuan yayasan adalah return requirement mendapatkan capital gain dengan hasil minimal setara bunga deposito bank pemerintah dengan toleransi resiko relatif lebih besar dari rata-rata investor institusi.

Sesuai batasan dan tujuan yayasan maka kebijakan investasi dalam alokasi aset sebaiknya dalam bentuk saham dan obligasi dengan proporsi lebih besar dari proporsi deposito berjangka. Diversifikasi investasi harus dilakukan pada saham penempatan langsung, tanah dan bangunan, dari usaha sektor rill. Diversilikasi juga perlu dilakukan pada pasar luar negeri.

Pada tahun 1998/99 hasil dari deposito berjangka merupakan 95,64% dan hasil usaha yayasan dengan alokasi sebesar 97,31% dari total nilai investasi. Tingkat hasil dari deposito berjangka sebesar 35,40% selama tahun 1998/99. Berdasarkan analisa portofolio tahun 1998/99, maka alokasi aset yang optimal adalah 100% penempatan dalam deposito berjangka.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Irawan
Abstrak :
ABSTRAK
Krisis ekonomi yang hingga kini belum juga dapat diatasi oleh pemerintah Indonesia telah menyebabkan berkurangnya bantuan dari pemerintah pusat untuk pembangunan daerah karena keterbatasan dana yang dimiliki.

Sementara itu otonomi daerah menurut UU no 22 tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah yang mulai berlaku efektif pada tanggal 1 januari 2001 di satu sisi memberikan kemandirian dan keleluasaan bagi daerah untuk mengatur wilayahnya masing-masing, namun di sisi lain, daerah dihadapkan pada tanggung jawab yang lebih besar untuk memajukan pembangunan di wilayahnya.

Untuk itu diperlukan suatu usaha bagi pemenintah daerah agar dapat tetap melakukan pembangunan tanpa harus terlalu tergantung pada APBN dan APBD yang sangat terbatas, hal ¡tu dapat dilakukan melalui investasi yang dilakukan oleh masyarakat, dan hasilnya tidak hanya di dapat oleh investor saja, namun juga untuk kepentingan masyarakat.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah guna meningkatkan dana pembangunan daerah adalah melalui penerbitan obligasi pemerintah daerah (municipal bonds). Dengan penerbitan obligasi ini diharapkan pemerintah daerah mendapatkan dana pembangunan dari masyarakat sedangkan masyarakat mendapatkan keuntungan yang berasal dari pendapatan bunga serta pokok obligasi tersebut dan juga keuntungan dari proyek pemenintah daerah yang dibiayai oleh dana obligasi itu.

Untuk penerbitannya, dibutuhkan asas legalitas, suatu landasan hukum yang bertujuan mengatur segala sesuatu tentang obligasi pemda itu, tidak hanya menyangkut hak dan kewajiban penerbit obligasi yang dalam hal ini adalah pemda, namun juga menyangkut hak dan kewajiban investor, sehingga dapat terhindar dari kerugian.

Selain asas legalitas juga diperlukan waktu (timing) yang tepat guna penerbitannya untuk mengetahuinya dapat dilihat dari kondisi makroekonomi serta pasar modal Indonesia, dengan pemilihan waktu yang tepat maka obligasi pemda yang diterbitkan akan mampu di scrap oleh pasar sehingga tujuan dari penerbitannya yaitu peningkatan dana pembangunan daerah di Indonesia dapat tercapai.

Harus di perhitungkan pula pasar dari obligasi pemda itu sendini, perdagangan obligasi di Indonesia banyak dilakukan di bursa paralel, untuk itu dibutuhkan suatu penggerak pasar (market maker) sehingga obligasi pemda dapat merupakan instrumen keuangan yang likuid dan dapat diperjual-belikan di bursa dengan mudah.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah perlu transparansi keuangan pemda serta sosialisasi kepada masyarakat, hal ini penting agar investor dapat benar-benar mengetahui seberapa jauh kemampuan pemda untuk dapat memenuhi kewajibannya melakukan pembayaran atas bunga dan pokok obligasi pemda yang diterbitkannya.

Jika hal-hal tersebut di atas dapat terpenuhi, maka prospek penerbitan obigasi pemda sebagai upaya peningkatan dan pembangunan daerah di Indonesia akan sangat menjanjikan, dan dengan tersedianya dana dari masyarakat maka kesinambungan pembangunan di daerah dapat terus dilaksanakan karena tidak tergantung pada dana APBD dan APBN.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Agung Handayani
Abstrak :
ABSTRAK
Persaingan dalam industri otomotif menjadi semakin ketat, hal ini terlihat dari usaha yang dilakukan oleh para ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merck) dan lmportir Umum (lU) dalam mengembangkan produk lokal yang sudah ada di pasar juga dalam meluncurkan mobil-mobil baru baik yang dirakit di Indonesia maupun diimpor Iangsung dari luar negeri.

Persaingan industri otomotif yang ketat ini juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang sangat fundamental yaitu yang berkaitan dengan dikeluarkannya keputusan penurunan tarif bea masuk (BM) dan Pajak Barang Mewah (PPnBM) bagi impor mobil dalam kondisi (Completly Built Up (CBU) dan Completely Knock Down (CKD). Selain itu juga dilakukan perubahan kebijakan mengenai tata niaga impor kendaraan bermotor dimana impor otomotif CBU diserahkan ke Importir Umum (lU) tidak lagi kepada Importir Produsen (IP) atau ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek). Kebijakan pemerintah lainnya juga termasuk penurunan tarif bea masuk mengenai penurunan tarif bea masuk untuk komponen kendaraan bermotor.

Kebijakan lain yang membuat persaingan dalam industri otomotif menjadi semakin kuat adalah dengan diberlakukannya Undang-undang Perlindungan konsumen No. 8 tahun 1999 sejak 20 April 2000, yang mengatur hak dan kewajiban konsumen dan produsen. Kebijakan ini menuntut dunia usaha, termasuk pelaku bisnis otomotif untuk dapat menyajikan kualitas produk dan pelayanan yang profesional kepada konsumen.

PT Toyota-Astra Motor sebagai salah satu perusahaan otomotif hasil kerjasama PT Astra-International Tbk. dan Toyota-Motor Corporation (TMC), yang memiliki lingkup usaba bukan hanya rnemproduksi mobil-mobil merek Toyota di Indonesia, melainkan sebagai pemegang lisensi, ímportir, perakit dan distributor kendaraan bermotor bermerek Toyota, juga sebagai pembuat mesin dan pengekspor komponen dan kendaraan Toyota. Komitmen yang tinggi untuk memberikan kualitas pelayanan yang terbaik kepada pelanggan tertuang dalam Toyota Quality Service (TQS) sebagai konsep Toyota yang diterapkan selama ini untuk memberikan kualitas produk, kualitas jaringan pemasaran, kualitas layanan purna jual yang terbaik dan selalu berorientasi kepada kepuasan pelanggan.

Sebagai usaha dalam mempertahankan pelanggannya, maka pengetahuan mengenai kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan Toyota merupakan suatu hal yang sangat penting karena kepuasan pelanggan pada akhimya akan membawa pada loyalitas terhadap merek brand (Brand Loyalty) yang memberikan keuntungan jangka panjang pada perusahaan.

Dari hasil penelitian ini kemudian dapat disimpulkan bahwa: Pertama, terdapat 3 alasan utama pelanggan memilih Toyota sebagai kendaraaan barunya yaitu performa/penampilan produk, mutu dan ketahanan produk, dan kemudahan mendapatkan suku cadang.

Kedua, terdapat 23 elemen kepuasan pelanggan yang díberikan oleb Toyota pada saat kepemilikan kendaraan baru yang dikelompokan menjadi 5 kategoni kepuasan pelanggan yaitu ruang pamer (showroom), proses pembelian, proses penyerahan kendaraan, aktivitas tindak lanjut dan tentang Toyota baru Anda.

Ketiga, dari 23 elemen kepuasan pelanggan tersebut masalah ketepatan janji wiraniaga tentang proses penyerahan kendaraan, ketepatan penyerahan kendaraan, dan kemudahan dalam proses pembelian merupakan hal yang sangat penting bagi pelanggan.

Keempat, terdapat tiga nilai rata-rata kepuasan tertinggi adalah kepuasan terhadap produk itu sendiri yang meliputi kepuasan terhadap peralatan mekanik, kondisi bagian luar kendaraan dan bagian dalam kendaraan.

Kelima, tiga nilai rata-rata terendah menunjukkan ketidakpuasan pelanggan terhadap ketepatan janji wiraniaga tentang proses penyerahan kendaraan, ketepatan penyerahan kendaraan, dan kemudahan dalam proses pembelian.

Keenam, 71 % pelanggan kendaraan baru Toyota merasa cukup puas karena ditindaklanjuti oleh wiraniaga Toyota 1 minggu setelah kendaraan diserahkan kepada pelanggan.

Ketujuh, 56.5 % pelanggan pasti merekomendasikan kendaraan Toyota kepada teman teman, sahabat, kerabat dan keluarga pelanggan.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrianto
Abstrak :
ABSTRAK
industri kelapa sawit Indonesia pada saat ini perkembanganya cukup pesat. Hal ini ditandai dengan adanya perusahaan?perusahaan yang melakukan pengembangaii dari perluasan lahan perkebunan kelapa sawit maupun perusahaan-perusahuaan yang melakukan investasi baru dalam industri minyak kelapa sawit di Indonesia.

Produk minyak kelapa sawit Indonesia sebagian dipasarkan di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri minyak nabati seperti industri minyak goreng, industri makanan dan industri kosmetik. Sebagian Iainnya dipasarkan/diekspor ke luar negeri baik langsung ke negara konsumen/pembelj maupun pemasaran melalui pasar lelang di Amsterdam. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu primadona penghasil devisa komoditi ekspor non migas. Peran dan kontribusi ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebagai salah satu penghasil devisa dari tahun ke tahun terus meningkat. Pemasaran minyak kelapa sawit Indonesia ke luar negeri selama ini masih mengandalkan jalur pemasaran secara tradisional yang memang sudah sejak lama memiliki hubungan historis perdagangan produk-produk industri perkebunan dengan Indonesia, misalnya dengan negara negara Timur Tengah, Belanda maupun Pakistan. Terobosan terhadap pasar-pasar baru minyak kelapa sawit yang cukup potensial misalnya negara-negara Amerika (Kanada. Amerika Serikat), negara Amerika Latin maupun negara-negara Asia Iainnya seperti Cina perlu dilakukan. Namun usaha terobosan pasar Iuar negeri ini perlu memperhatikan adanya pesaing utama negara-negara eksportìr minyak kelapa sawit yang cukup kuat misainya Malaysia yang selama ini merupakan negara pengekspor minyak kelapa sawit utama di pasar dunia. Selain itu tumbuhnya negara negara produsen baru yang merupakan saingan potensial sebagai negara produsen dan eksportir minyak kelapa sawit Indonesia misalnya negara Papua New Guinia maupun Ivory Coast perlu diperhatikan dan diperhitungkan.

Produsen minyak kelapa sawit Indonesia terdiri atas perusahaan badan usaha milik negara (PT. Perkebunan Nusantara) dan beberapa perusahaan swasta di antaranuya PT. Astra Agro Lestari tbk., PT. Perkebunun Nusantara dalam memasarkan minyak kelapa sawitnya ke luar negeri maupun dalam negeri dilakukan rnelalui kantor pemasaran bersarna (KPB). PT. Astra Agro Lestari dalam memasarkan produk minyak kelapa sawitnya dipasarkan langsung di dalam negeri serta diekspor ke beberapa negara di luar negeri.

PT. Astra Agro Lestari sebagai salah satu produsen minyak kelapa sawit Indonesia telah melakukan Iangkah antisipasi dalam rnenghadapi persaingan pasar global industri minyak kelapa sawit yang semakin kuat. Langkah-langkah antisipasi yang dilakukan oleh PT. Astra Agro Lestari bertujuan untuk menciptakan keunggulan daya saing produk minyak kelapa sawit di pasar internasional. Beberapa langkah yang telah dilakukan PT. Astra Agro Lestari untuk menciptakan keunggulan daya saing minyak kelapa sawitnya di antaranya dengan mengakomodir issu-issu persaingan pasar komoditi primer di pasar internasional misalnya produk minyak kelapa sawit yang ramah terhadap Lingkungan ISO 14001 serta produk minyak kelapa sawit yang memiliki kualitas prima yaitu memiliki kadar lemak jenuh (fatic acit) yang rendah sehingga aman terhadap kesehatan konsumen. Hal ini tidak hanya dilakukan dalam rangka menghadapi persaingan terhadap produsen minyak kelapa sawit yang ada di pasar dunia, namun juga dalam rangka menghadapi persaingan terhadap produk subsitusi minyak nabati Iainnya seperti minyak kacang kedele dan negara Amerika Serikat maupun minyak bunga matahari dari negara-negara Eropa.

Selain itu PT. Astra Agro Lestari juga melakukan peningkatan kemampuan kualitas manajemen operasi perusahaan dalam industri minyak kelapa sawit maupun meningkatkan sarana dan prasarana dalam rangka meningkatkan kualitas produk minyak kelapa sawit yang dihasilkannya di antaranya dengan dukungan pusat sistim informasi untuk melakukan monitoring operasi produksi pengolahan maupun pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang tersebar di lokasi-tokasi perkebunan. Di samping itu PT. Astra Agro Lestari perlu meningkatkan kemampuan dan Core Competence yang dimiliki oleh perusahaan dalam industri minyak kelapa sawit terutama dengan melakukan diversifikasi produk turunan minyak kelapa sawit dengan memanfaatkan kemajuan teknologi produksi yang terbaru.

Produsen minyak kelapa sawit Indonesia di dalam melakukan persaingan pemasaran minyak kelapa sawit di pasar dunia perlu melakukan strategi-strategi dalam rangka menghadapi produsen pesaing minyak kelapa sawit di pasar internasional baik yang telah ada selama ini maupun produsen pesaing baru. Strategi-strategi dalam melakukan persaingan pemasaran minyak kelapa sawit Indonesia di pasar internasional dilakukan dengan tujuan meningkatkan keunggulan daya saing (Competitive Advantage) komoditi minyak kelapa sawit Indonesia di pasar dunia balk dalam menghadapi produsen minyak kelapa sawit pesaing maupun dalam menghadapì produk subsitusi minyak kelapa sawit di pasar dunia. Strategi strategi yang dipilih tergantung karakteristik produk minyak kelapa sawit yang dipasarkan maupun lerhadap selera konsumen minyak kelapa sawit di pasar dunia.

Dalam menerapkan strategi persaingan pemasaran produk minyak kelapa sawit Indonesia di pasar dunia. produsen minyak kelapa sawit Indonesia perlu melakukan analisis analisis eksternal maupun internal perusahaan baik meliputi analisis industri minyak kelapa sawit itu sendiri, analisis persaingan pemasaran minyak kelapa sawit maupun analisis terhadap kemampuan yang dimiliki perusahaan produsen minyak kelapa sawit Indonesia. Beberapa cara analisa yang dapat dipakai di antaranya analisa industri dengan Five Forces Analisis maupun analisa persaingan dengan SWOT analisis.

Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh produsen minyak kelapa sawit Indonesia dalam melakukan persaingan pemasaran minyak kelapa sawit di pasar dunia di antaranya strategi aliansi, strategi cost leadership, strategi fokus, maupun strategi pasar global dan multicountry di pasar internasional.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franky Haryoko
Abstrak :
ABSTRAK
Komselindo aebagai salah satu operator seluler mengoperasikan dua macam teknologi yaitu AMPS (analog) dan CDMA (digital) AMPS yang memakai teknologi analog mempunyai banyak kekurangan dibandingkan OSM yang memakai teknIogi digital, sehingga banyak pelanggan AMPS yang beralih ke GSM. Untuk mengimbangi GSM dan memberi palayanan yang lebih baik pada pelanggan, Komselindo mulai tahun 1997 memasang CDMA di seluruh wilayah pelayanannya. Namun sangat disayangkan krísis moneter yang melanda Indonesia pertengahan 1998 telah menyebabkan tertundanya peluncuran CDMA secara besar-besaran hingga saat ini. Nilai tukar Rp. terhadap US$ yang terus melemah menyebabkan harga handset CDMA yang harus diimpor menjadi mahal saat dijual di Indonesia, sehingga tidak terbeli oleh sebagian besar masyarakat, terlebih pada situasi krisis saat itu.

Kondisi perekonomian mulai membaik dan pasar telepon seluler mulai tumbuh kembali dengan pesat, tetapi CDMA belum bisa beroperasi sepenuhnya menggantikan AMPS. Penyebab yang membuat pelanggan AMPS maupun GSM enggan untuk memakai CDMA antara lain harga handset yang masih sedikit lebih mahal dibandingkan handset GSM, model handset kurang menarik dan daerah pelayanan yang tidak seluas GSM. Faktor keterbatasan ini membuat pelanggan Komselindo yang kurang puas dengan AMPS berpindah ke GSM.

Menurunnya jumlah pelanggan membuat pendapatan Komselindo ikut menurun sehingga struktur keuangan perusahaan tidak kuat. Struktur keuangan yang lemah membuat Komselindo tidak mempunyal dana cukup untuk melakukan promosi besar-besaran, sehingga CDMA kurang dikenal oleh masyarakat luas. Seperti diketahui behwa untuk memperkenalkan sesuatu yang baru diperlukan promosi yang besar dan Intensif Ditambah lagi akan masuknya 9 pemain baru yang mengoperasi teknologj DCS 1800 (GSM 1800) pada tahun 2001 yang didukung modal besar dan teknologi seluler baru akan menjadi ancaman berat untuk Komselindo.

Trend teknologi seluler masa depan (3G) yang berbasis teknologi digital CDMA, pertumbuhan pasar telepon seluler yang makin pesat dan didukung faktor-faktor internal yang menguntungkan seperti pengaIaman sebagai operator seluler sejak tahun 1991, bangkitnya R&D menjadi dasar bagi Komselindo untuk menerapkan strategi growth untuk jangka waktu 5 tahun ke depan. Permasalahan internal Komselindo seperti struktur keuangan yang lemah, kondisi SDM dengan loyalitas kerja rendah, koordinasi internal kurang baik merupakan hambatan tersendiri untuk mencapai tujuan jangka panjang growth. Untuk itu harus disusun strategi jangka pendek untuk 2 tahun ke depan yang terdiri dari beberapa strategi fungsional seperti pemasaran selektif keuangan mandiri, memberdayakan SDM, mengaktifkan R&D dan mengefekifkan operasional.

Pelaksanann strategi fungsional jangka panjang dan jangka pendek di atas dituangkan dalam program-program yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing bidang. Dengan memperkuat kondisi internal, akan mengurangi kelemahan dan meminimkan ancaman, Sehingga Komselindo siap mencapai pertumbuhan (growth) untuk jangka waktu 5 tahun ke depan dan CDMA bisa menjadi alternatif berkomumkasi seluler disamping GSM.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Huda
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagai lembaga intermediasi keungan pendapatan utama bank berupa Interest Margin, sedangkan keuntungannya adalah pendapatan dikurangi biaya operasional. Persaingan tingkat bunga mengakibatkan interest income semakin kecil. Hanya bank yang efisien saja yang mampu bersaing dan bertahan.

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1991 telah menghancurkan industri perbankan. Tingkat bunga meningkat tajam, likuiditas ketat, cost of fund tinggi, kegiatan investasi merosot, bahkan sektor produksi banyak yang terhenti. Pembayaran kredit menjadi macet dan berakhir pada kondisi negative spread. Pada periode tahun 1997-1999 pemerintah telah melakukan tindakan berupa likuidasi 54 bank, Beku Operasi 10 bank, Take Over 11 bank dan rekapitalisasi 9 bank.

Setelah kondisi dapat dikendalikan berangsur-angsur suku bunga SBI turun. Hal ini tidak secara otomatis membuat perekonomian bergairah kembali. Akibatnya perbankan mengalami over liquidity. SBI masih dianggap alternatif investasi yang menarik dan aman dibandingkan dengan alternatif penyaluran kredit. Kelebihan likuiditas ini selain menyimpan ancaman juga terdapat opportunity untuk memanfaatkannya.

Pengalaman pahit selama krisis ekonomi mengharuskan bank untuk menempuh strategi baru. Interest Margin terbukti tidak mampu mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh fluktuasi bunga. Perbankan harus menekan sumber penghasilan lain yang lebih stabil. Salah satu alternatif yang ada adalah Fee Base Income (FBI).

Perkembangan teknologi yang pesai telah meningkatkan peranannya dari sekedar pendukung operasional perusahaan menjadi bagian dar strategi perusahaan dalam mencapai tujuan. Manfaat teknologi antara lain menciptakan keunggulan bersaing, meningkatkan produktivitas dan prestasi, menciptakan cara baru dalam mengatur dan mengkoordinir dan mengembangkan usaha baru.

Wilayali Indonesia yang luas dan jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial bagi industri perbankan. Sementara itu perkembangan dunia telekomunikasi dan komputer telah mendorong berkembangnya teknologi informasi. Perkembangan penting lain adalah pemanfaatan satelit sebagai media transmisi apalagi dengan ditemukannya teknologi Very Small Aperture Terminal (VSA T) yang memungkinkan membangun private network yang maxnpu dihubungkan dengan jaringan public. Teknologi satelit sangat cocok diterapkan di Indonesia karena karakteristiknya sesuai dengan topologi wilayah yang terbentang luas dan berupa kepulauan.

Aplikasi perdagangan elektronik (E Commerce) merupakan perkembangan lain yang sangat berpengaruh pada dunia bisnis. Dengan internet transaksi dapat dilakukan tanpa harus membangun jaringan dan aplikasi khusus. Perdagangan elektronik dapat dilakukan dengan cepat dan murah ke seluruh dunia. Satu-satunya masalah adalah security dan transaksi dan data yang dikirimkan.

Tujuan evaluasi ini untuk memperoleh keunggulan bersaing pada industri perbankan dengan penerapan teknologi informasi berbasis komunikasi satelit. Evaluasi dilakukan terhadap dua sisi yaitu perspektif bisnis dan perspektif teknologi. Pilihan investasi dilakukan sebagai alternatif untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas pada industri perbankan. Teknologi informasi dipilih sebagai salah satu alternatif karena dipercaya mampu meningkatkan posisi bersaing bank dimasa yang akan datang. Penerapan teknologi informasi yang memerlukan investasi besar menemukan saat yang tepat dengan ketersediaan dana yang besar dengan bunga yang relatif rendah. Evaluasi dilakukan dengan metode skor. Potensi pelayanan yang dievaluasi berupa pelayanan Online Banking, ATM, POS serta E Commerce.

Selain harus melakukan pembenahan kondisi sejalan dengan pemulihan ekonomi yang mulai terjadi, dalam waktu singkat perbankan juga harus mempersiapkan persaingan yang akan semakin ketat dengan adanya globalisasi. Persaingan global akan ditandai dengan persaingan pelayanan yang cepat, mudah dan murah. Penerapan teknologi informasi pada industri perbankan akan berpengaruh pada wilayah operasi perbankan, pola persaingan dan pendapatan non bunga Fee Based Income (FBI).

Perbankan harus mengidentifikasikan posisinya dalam peta persaingan. Hal ini penting karena perbedaan kondisi akan mempengaruhi pilihan investasi yang sebaiknya dilakukan. Hasil perhitungan ROI untuk perbankan nasional (Infrastrcture) diperoleh: ATM (6.7 %), Pos (9.7 %), On Line Banking (16.8 %) dan ROI gabungan (30.9 %). Sedangkan skor pada masing-masing kategori perusahaan diperoleh urutan investasi yang disarankan (investment, infrastructure, breakthru management) yaitu On Line Banking, ATM, POS dan E-Commerce. Perkecu2lian pada kelompok penisahaan Strategic dengan urutan ATM, On Line Banking, E-Commerce, dan POS.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budhy Hidayat N
Abstrak :
ABSTRAK
Kecantikan dan kebersihan merupakan hal yang selalu menjadi perhatian bagi manusia umumnya, dan bagi kaum wanita khususnya dan meniadi suatu kebutuhan yang akan selalu dirasakan. Hal inilah yang membuat bisnis jasa salon akan terus berkembang dan menjadi suatu industri yang menarik karena barrier of entry-nya tidak terlalu tinggi. Menghadapi banyaknya pemain dalam industri salon, maka LUTUYE mencoba untuk melayani ceruk pasar (niche), yaitu mencoba untuk melayani pasar anak muda / ABG , yang selalu ingin tampil trendy, funky dan mengikuti mode-mode terbaru.

LUTUYE merupakan perusahaan jasa yang bergerak di bidang salon, yang mem-positioning-kan dirinya sebagal ?salon gaul?. Istilah ?Gaul? ini merupakan salah satu upaya LUTUYE untuk melayani ceruk pasar dengan target market-nya adalah kawula muda atau paling tidak semua orang yang berjiwa muda. Untuk itu ia menetapkan strategi harga (pricing) yang tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan salon sejenis. Selama ini LUTUYE telah memiliki image yang cukup positif sebagal salon ?gaul?. Hal ini disebabkan karyawan LUTUYE dapat memberikan penampilan ?gaul? bagi pelanggannya. Di samping itu, interior dan eksterior yang berwama-wami ceria, fasilitas-fasilitas pendukung konsep ?gaul? seperti siaran MTV dan musik-musik yang sedang digandrungi anak muda saat ini terus memperkuat konsep ?gaul? yang dimiliki oleh LUTUYE.

Dalam menganalisis strategi pernasaran LUTUYE ini, penulis melakukan suatu riset pemasaran. dimulai dari proses mendesain. mengumpulkan, menganalisis dan terakhir menjabarkan informasi yang dìperoleh sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang yang sedang dihadapi oleh salon ini. Informasi- informasi yang diperoleh dari riset pemasaran ini, jelas akan amat berguna untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dihadapi oleh LUTUYE, sehingga dapat ditentukan strategi pemasaran yang tepat untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan kekuatan dan kesempatan yang ada guna mengatasi segala kelemahan dan ancaman yang timbul.

Dari penelitian yang dilakukan terhadap 180 responden diperoleh temuan bahwa sebagian besar pengguna jasa salon LUTUYE adalah mahasiswa dan pelajar. yang umumnya memiliki pengeluaran per bulan yang relatif besar. Dalam hal ini pelayanan salon yang mereka butuhkan, sebagìan besar merupakan pelayanan untuk perawatan rambut, sementara pelayanan untuk perawatan tubuh dan perawatan muka tidak terlalu banyak mendapatkan permintaan dari konsumen. Umumnya konsumen LUTUYE memutuskan datang kembali ke sini karena mereka merasa puas dengan pelayanan yang diberikan, ketimbang adanya harga yang murah maupun faktor kenyamanan.

Berdasarkan hal tersebut maka untuk memenangkan persaingan dengan pemain lainnya maka penulis memberikan beberapa saran yang mungkin bisa dipikirkan oleh LUTUYE, seperti melakukan strategi diferensiasi (dIfferensiation) ketimbang strategi biaya rendah (low cosit. Di samping itu promosi harus terus dilakukan untuk mengingatkan keberadaan salon LUTUYE.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2621
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>