Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wawan Setiawan
"Wajah merupakan salah satu bagian dari manusia yang bersifat unik. Namun demikian wajah memiliki sifat fleksibel. Secara psikologi, wajah manusia memiliki enam konfigurasi dasar : netral, gembira, sedih, marah, senyum, dan kaget. Seseorang dapat saja dikenali berdasarkan konfigurasi dasar dari wajah karena keunikannya. Dalam penelitian ini dirancang suatu sistem pengenalan wajah melalui jaringan neural buatan berbasis eigenfaces. Eigenfaces merupakan salah satu metode ekstraksi ciri dari wajah yang dapat dilakukan dengan Cara kroping holistik atau parsial. Ekstraksi ciri holistik merupakan cara pengambilan ciri wajah dengan suatu kroping yang meliputi seluruh komponen utama wajah, sedangkan ekstraksi ciri parsial merupakan cara pengambilan ciri wajah dengan kroping pada setiap komponen utama wajah. Komponen utama wajah dalam hal meliputi hidung, mata kanan, mata kiri, dan mulut. Melalui metode eigenfaces sebagai pra-prosesing, dapat diperoleh ciri wajah sebagai masukan bagi jaringan neural buatan. Sistem jaringan neural yang digunakan adalah jaringan perseptron lapis jamak dengan pembelajaran propagasi balik murni, dan gabungan swa-organisasi dan propagasi balik (hibrid). Penggunaan dua model pembelajaran ini dimaksudkan untuk membandingkan tingkat pengenalan diantaranya. Dengan melakukan perubahan metode dan pemilihan parameter tertentu seperti metode inisialisasi bobot dan bias, fungsi error, momentum, laju pembelajaran, dan jumlah neuron lapis tersembunyi, standar propagasi balik dapat ditingkatkan kemampuannya. Pembelajaran dengan jaringan hibrid meningkatkan kinerja jaringan, baik konvergensi maupun generalisasi dibanding propagasi batik murni. Namun demikian, untuk menggunakan jaringan hibrid, perlu pemilihan beberapa nilai parameter seselektif mungkin yaitu pemilihan nilai ambang, penyearah, laju pembelajaran, dan momentum. Hasil uji coba dengan kedua model pembelajaran menunjukkan bahwa eigenfaces merupakan cara yang cukup representatif untuk ekstaksi dan reduksi ciri pola wajah. Dengan mengambil eigenfaces yang besesuaian dengan nilai eigen 0.1, dengan perbandingan pola training dan testing 50% : 50%, sistem mampu mengenali sekumpulan wajah hingga di atas 90%, dan pengenalan dapat ditingkatkan lagi dengan memperbesar perbandingan poly training/testing.

The face is one of the unique parts of a human being. However, the face has a flexible nature. Psychologically, the human face has six basic configurations: neutral, happy, sad, angry, smiling, and surprised. A person can be recognized based on the basic configuration of the face because of its uniqueness. In this study, a facial recognition system was designed through an artificial neural network based on eigenfaces. Eigenfaces is one of the methods of extracting facial features that can be done by holistic or partial cropping. Holistic feature extraction is a method of taking facial features with a cropping that includes all the main components of the face, while partial feature extraction is a method of taking facial features with cropping on each main component of the face. The main components of the face in terms of nose, right eye, left eye, and mouth. Through the eigenfaces method as pre-processing, facial features can be obtained as input for the artificial neural network. The neural network system used is a multi-layer perceptron network with pure backpropagation learning, and a combination of self-organization and backpropagation (hybrid). The use of these two learning models is intended to compare the level of recognition between them. By changing the method and selecting certain parameters such as the weight and bias initialization method, error function, momentum, learning rate, and the number of hidden layer neurons, the standard backpropagation can be improved. Learning with a hybrid network improves network performance, both convergence and generalization compared to pure batik propagation. However, to use a hybrid network, it is necessary to select several parameter values ​​as selectively as possible, namely the selection of threshold values, rectifiers, learning rates, and momentum. The results of the trial with both learning models show that eigenfaces are a fairly representative way for the extraction and reduction of facial pattern features. By taking eigenfaces that correspond to an eigenvalue of 0.1, with a training and testing pattern ratio of 50%: 50%, the system is able to recognize a group of faces up to above 90%, and recognition can be improved again by increasing the poly training/testing ratio.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Setiawan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25389
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Setiawan
"Study awal tentang Thermal Percipitator sebagai particulate smoke collector perlu dilakukan sebuah eksperimen. Sebuah eksperimen diperlukan waktu yang relative lama dan biaya yang sangat tinggi. Sebelum melakukan eksperiment dan agar hasil eksperimen optimal, perlu dilakukan simulasi terhadap pergerakan particulate smoke terlebih dahulu. Type particulate smoke yang akan dipakai untuk simulasi adalah type single partikel dengan ukuran 0.1 µm, 0.5 µm dan 1 µm.
Metode Thermal Precipitator sebagai particulate smoke collector ini berbasis pada gaya thermophoresis. Gaya thermophoresis adalah gaya yang terjadi pada partikel yang disebabkan oleh adanya gradien temperatur. Dengan adanya alat pengendali udara ini diharapkan kebesihan udara tetap terjaga.
Hasil simulasi dengan menggunakan software Fluent menunjukkan bahwa partikel memiliki trayektori ke arah temperatur yang lebih rendah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alternative alat pengendali pencemaran udara.

Thermal Precipitator as particulate smoke collector is need experiment first. The experiment need high cost and long term. Before doing experiment and the result of experiment is optimum, so it,s need simulation of particulate moving first. Type of particulate will be use to simulation is single particle type with particle?s size 0.1 µm, 0.5 µm and 1 µm.
The Thermal Precipitator as particulate smoke collector is based of thermophoretic force. Particle suspended in a gas with gradient temperature experience thermophoretic force. By using this pollution control device, we can keep the air clean.
Simulation using CFD-Fluent show that particle suspended in temperature gradient has trajectory to the lower temperature area. It means that thermophoretic force can be used as an alternative of air pollution control.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37352
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Setiawan
"Tesis ini menganalisis dampak goncangan perekonomian dunia (external shock) terhadap indikator makroekonomi Indonesia (output, inflasi dan nilai tukar riil efektif) serta analisis atas efektivitas kebijakan moneter Bank Indonesia melalui penerapan suku bunga (BI Rate) menggunakan model Structural VAR yang dikembangkan oleh Eric Parrado (2001). Penulisan tesis ini terutama dilatarbelakangi oleh dampak kenaikan harga minyak dunia dan krisis finansial global 2008. Menggunakan data time series bulanan yang terdiri dari variabel domestik (output, tingkat harga, suku bunga domestik, jumlah uang beredar dan nilai tukar riil efektif) serta variabel dunia (harga minyak dunia dan suku bunga dunia) dengan rentang periode observasi 2004:12 sampai 2009:12.
Hasil IRF dan FEVD menunjukkan bahwa external shock harga minyak dunia memiliki pengaruh yang signifikan dan langsung terhadap variabel nilai tukar riil efektif yang ditransmisikan melalui jalur transmisi nilai tukar (exchange rate channel) serta shock suku bunga dunia mempengaruhi peningkatan suku bunga domestik. Kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia masih cukup efektif untuk mempengaruhi tingkat harga, memperkuat nilai tukar dan juga memperhatikan pencapaian pertumbuhan ekonomi. Analisis monetary condition index (MCI) mengindikasikan bahwa stance kebijakan moneter Bank Indonesia selama periode 2005:7-2009:12 dapat dikatakan secara umum adalah tepat.

This thesis analyze worldwide economy convulsion impact (external shock) to Indonesian macroeconomic indicators (output, inflation and real effective exchange rate) as well as analyze of the effectiveness of monetary policy through the implementation of Indonesian Cental Bank interest rate (BI Rate) using the Structural VAR model developed by Eric Parrado (2001 ). Mainly motivated by the impact of increasing world oil prices and global financial crisis in 2008. Using monthly time series data consisting of domestic variables (output, prices, domestic interest rates, money supply and real effective exchange rate) and world variables (oil prices and world interest rates) with the range of the observation period 2004:12 to 2009: 12.
The IRF and FEVD results indicates that external shock of world oil price has significant and direct influence to real effective exchange rate variables which transmitted through exchange rates transmission channel (exchange rate channel) furthermore the world interest rate shock affects the domestic interest rate increases. Monetary policy gone pursued by Indonesia Central Bank still effective enough to influence level of price, strengthens exchange rates as well as paying attention to the achievement of economic growth. The analysis of monetary condition index (MCI) indicates that the monetary policy stance of Bank Indonesia during the period 2005:7-2009:12 in general can be said is correct.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T27788
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Setiawan
"Salah satu masalah yang sampai sekarang cukup menarik perhatian para peneliti adalah getaran. Telah banyak studi yang meneliti masalah ini. Studi-studi tersebut umumnya meneliti gerakan berosilasi dan kondisi-kondisi dinamisnya. Gerakan ini dapat berupa gerakan beraturan dan berulang secara kontinyu, atau dapat juga berupa gerakan tidak beraturan seperti gempa bumi. Salah satu jenis lain dari getaran adalah getaran respons singkat akibat beban tumbukan (impact) yang bekerja pada struktur. Beban ini umumnya menghasilkan respons yang cukup besar. Oleh karena itulah diperlukan adanya pengetahuan yang cukup mengenai gaya ini, karena tidak semua material cukup mampu untuk menanggung beban yang diakibatkannya. Dalam skripsi ini akan dibahas respons dari struktur pelat tipis kantilever akibat beban tumbukan. Benda uji yang digunakan terbuat dari mortar fiber mutu K 300 dengan kandungan fiber yang berbeda-beda, dan variasi kadar per m3 adalah 0 Kg, 0.7 Kg, 0.9 Kg dan 1.1 Kg. Dari keempat jenis benda uji ini akan diteliti untuk mendapatkan kondisi yang paling optimum terhadap beban tumbukan, dengan menggunakan parameter frekuensi dan faktor peluruhan. Keempat jenis mortar ini masing-masing dijepitkan ke dalam pelat penjepir sedemikian rupa sehingga dapat diasumsikan sebagai kantilever, kemudian diuji terhadap beban tumbukan dengan tinggi jatuh yang bervariasi hingga benda uji mengalami keruntuhan. Sinyal percepatan yang dihasilkan dari struktur tercatat pada osiloskop dan terekam oleh komputer. Sinyal inilah yang mempakan bahan memah yang nantinya akan diolah dengan menggunakan program-program yang telah ada untuk mendapatkan parameter-parameter frekuensi dan faktor peluruhan Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa penambahan fiber pada mortar memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap beban tumbukan (impact). Hal ini dapat terlihat pada perbandingan besarnya nilai frekuensi dan faktor peluruhan yang dihasilkan oleh mortar dengan kandungan fiber dengan mortar tanpa fiber. Mortar dengan fiber umumnya menghasilkan frekuensi yang lebih besar, terutama pada mortar fiber 1.1 Kg/m3.

One of the problems that has attracted the attention of researchers until now is vibration. There have been many studies examining this problem. These studies generally examine oscillatory motion and its dynamic conditions. This motion can be a regular and continuously repeated motion, or it can also be an irregular motion such as an earthquake. Another type of vibration is the short response vibration due to the impact load acting on the structure. This load generally produces a fairly large response. Therefore, sufficient knowledge is needed regarding this force, because not all materials are capable of bearing the resulting load. This thesis will discuss the response of a thin cantilever plate structure due to impact loads. The test specimens used were made of K 300 quality fiber mortar with different fiber contents, and the variation in content per m3 was 0 Kg, 0.7 Kg, 0.9 Kg and 1.1 Kg. From these four types of test specimens, they will be studied to obtain the most optimum conditions for impact loads, using frequency parameters and decay factors. These four types of mortar are each clamped into the clamping plate in such a way that it can be assumed as a cantilever, then tested against impact loads with varying drop heights until the test object collapses. The acceleration signal generated from the structure is recorded on an oscilloscope and recorded by a computer. This signal is the cement material that will later be processed using existing programs to obtain frequency parameters and decay factors. From the results of this study, it was found that the addition of fiber to the mortar provides a fairly good contribution to the impact load. This can be seen in the comparison of the frequency values ​​and decay factors produced by mortar with fiber content with mortar without fiber. Mortar with fiber generally produces a higher frequency, especially in 1.1 Kg/m3 fiber mortar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34682
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Setiawan
"Dengan bertambahnya jumlah pengguna internet dan penyelenggara jasa akses internet (ISP) di Indonesia membuat para penyelenggara interkoneksi internet (NAP) berlomba-lomba dalam memenuhi dan menawarkan jasa interkoneksi dan bandwidth internet internasional dengan harga yang kompetitif. ICON+ yang telah mendapatkan lisensi NAP ditahun 2008 pun tidak ketinggalan akan ambil bagian untuk meramaikan bisnis layanan NAP dan diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai sumber pendapatan baru bagi perusahaan. Kondisi persaingan yang begitu ketat akan sangat menentukan sekali dalam pemilihan strategi bersaing yang matang. Dari hasil analisis potensi kompetitif layanan NAP dengan menggunakan model Porter 5 Forces didapatkan bahwa layanan NAP IP Transit ICON+ memiliki potensi kompetitif medium dengan skala 60% dan memiliki tekanan tertinggi pada kekuatan pembeli. Sedangkan dari hasil analisis SWOT yang dilakukan terhadap layanan NAP IP Transit ICON+ didapatkan bahwa layanan tersebut berada di kuadran 1 sehingga harus didukung dengan strategi yang berorientasi tumbuh dan agresif dengan memanfaatkan kekuatan internal dan mengoptimalkan peluang yang ada. Pada tahap pemilihan strategi dari hasil analisis QSPM untuk layanan NAP ICON+ didapatkan bahwa ICON+ dapat menerapkan strategi mengembangkan produk NAP seperti IPLC (International Private Leased Circuit) dengan memanfaatkan infrastruktur jaringan fiber optik eksisting dan bekerjasama dengan potensial partner maupun konsorsium kabel laut.

With the increasing number of internet users and internet service providers (ISP) in Indonesia make the network access providers (NAP) compete to fulfill and offer interconnection services and international internet bandwidth at competitive prices. ICON+ which has got the NAP license in 2008 will also take a place in NAP service businesses in order to give contribution to the company as a new revenue generator. Competition is so tight conditions will determine the election once in a mature competitive strategy. From the analysis of potential competitive NAP service using Porter 5 Forces model results medium competitive potential value with 60 % scale and has the highest pressure at bargaining power of buyer and rivalry among competitors. While from SWOT analysis results NAP IP Transit ICON+ service in quadrant 1 and must be supported with growth and aggressive orientation strategy . The last analysis using QSPM method to choose attractive strategy is resulted that ICON+ can launch NAP product development as IPLC by utilizing the existing fiber optic network infrastructure and cooperation with potential partners as well as a submarine cable consortium."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31548
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Setiawan
"Fokus dari penelitian adalah membahas dan menganalisa pelaksanaan kebijakan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah dari sisi penerapan Baseline dan kaitannya dalam penyusunan Pagu Indikatif di Kementerian Keuangan, dengan cakupan analisa mencakup kewenangan-kewenangan dalam fungsi perencanaan dan penganggaran sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Penelitian terkait pelaksanaan KPJM ini dititikberatkan pada tiga tahun terakhir yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, mengingat pada tahun ini pendekatan baseline mulai diterapkan dalam kebijakan KPJM di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Data-data diperoleh melalui wawancara secara mendalam. Hasil penelitian ini antara lain menyarankan perlunya reformulasi untuk perumusan angka KPJM serta koordinasi yang lebih baik antara Kementerian Keuangan dengan Kementerian PPN/Bappenas agar angka baseline yang dihasilkan dari KPJM dapat mendekati riil kebutuhan Kementerian/Lembaga.
The focus of the research is to discuss and analyze the implementation of the Medium Term Expenditure Framework policy with baseline approach and the relation with Indicative Ceiling preparation in the Ministry of Finance, with the scope of the analysis includes the powers in the planning and budgeting functions as mandated by Law No. 17 of 2003 concerning State Finance and Law No. 25 of 2004 on National Development Planning System. Research related to the implementation of the MTEF is focused on the last three years that the year 2011 to 2013, considering that in the baseline approach was implemented in the MTEF policy in Indonesia. This research is a descriptive qualitative research design. The data obtained through in-depth interviews. Results of this study suggest the need for reformulation include figures for the formulation of MTEF and better coordination between the Ministry of Finance to the Ministry of Planning / Bappenas that baseline figure resulting from the MTEF can approach the real needs of Ministries/Institutions."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2013
T35138
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Setiawan
"Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, BI rate, dan jumlah kantor pelayanan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) BMT Ta’awun. Analisis yang digunakan adalah regresi berganda, dengan menggunakan data sekunder dan laporan bulanan periode tahun 2007 hingga 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel secara simultan memberikan pengaruh terhadap DPK BMT Ta’awun, sebesar 69,4% terhadap DPK Tabungan dengan hubungan yang kuat, sebesar 21,3% terhadap DPK Total dengan hubungan yang lemah. Secara parsial, inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap seluruh DPK, BI rate berpengaruh negatif signifikan terhadap DPK Tabungan, dan jumlah kantor pelayanan berpengaruh positif terhadap DPK Tabungan dan DPK Total.

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) is a microfinance institution that operates in accordance with Islamic principles. This study aimed to analyze the effects of inflation, BI rate, and the number of offices to the Third Party Fund (TPF) of Ta'awun BMT. The analysis used is multiple regressions, using secondary data and monthly report period 2007 to 2013. The results showed that all variables simultaneously giving effect to TPF of BMT Ta'awun, at 69.4% of the TPF Savings with strong relationship, amounting to 21.3% of the total third party funds with a weak relationship. Partially, inflation does not significantly influence to all TPF, BI rate have significant negative effect to TPF Savings, and the number of offices have positive effect to TPF Savings and TPF Total.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library