Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2676 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syarafina Vidyadhana
"Studi ini mengeksplorasi novel "How Should a Person Be?" karya Sheila Heti sebagai narasi metafiksi yang terkait erat dengan wacana feminis, mengatasi kekurangan dalam analisis sastra kontemporer tentang metafiksi dan feminisme, khususnya dalam ranah Alt Lit. Dengan mengkaji teknik naratif dan kerangka feminis novel tersebut, penelitian ini mengungkapkan penyajian Heti tentang perjalanan protagonis menuju pemahaman diri di tengah harapan sosial dan penulisan maskulin, bertujuan untuk mengungkapkan munculnya konsep feminis dalam narasi metafiksi. Melalui analisis yang mendalam, studi ini mengungkapkan kedalaman tema novel dalam menantang narasi patriarki dan meretas pengalaman perempuan, pada akhirnya berargumen bahwa teknik metafiksi Heti menggambarkan konsep écriture féminine yang diusulkan oleh Helene Cixous."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Harsono Viery
"Respon kontemporer terhadap akomodasi interpretasi psikologistik terhadap korpus fiksi di dalam filsafat oleh Jillian Isenberg merupakan salah satu motivasi tesis ini. Usaha tersebut memperluas pemahaman yang kurang lebih bertahan hingga hampir satu abad yang dimulai dari anggapan Frege dalam misi logisismenya terhadap menganggap suatu korpus logika dan psikologi tidak dapat saling tumpang tindih, dan lantas, fiksi yang erat dengan kondisi emosional manusia niscaya mengandung bahasa yang cenderung bersifat emotif yang tidak dapat dijustifikasi kebenarannya yang di mana kebenarannya dapat dijustifikasi setidaknya dengan memiliki referensi. Di dalam tulisan ini, kekhawatiran Fregean viz logisisme hingga kaum realisme fiksi seperti David Lewis hingga kaum bahasa keseharian seperti John Searl akan dikaji dengan kilas terhadap nilai kebenaran teori glap, yang ditawarkan oleh Jenny Matthias yang di mana teori glap merupakan sintesis dari teori kebenaran glut dan gap. Tesis ini berargumen bahwa kekhawatiran terhadap fiksi dapat dirumuskan terutama dalam dua poin: (1) Inkonsistensi kebenarannya, (2) Relasinya terhadap realitas aktual qua referensinya—saya akan menganggap permasalahan ini sebagai permasalahan kekaburan. (1) akan lebih banyak mendapat perhatian melalui teori kebenaran, terutama glap, (2) akan diteliti lebih lanjut melalui pandangan fiksi tanpa pretensi seperti oleh Isenberg didukung oleh Akiba di dalam pandangan modal terhadap kekaburan. Dengan validasi yang diberikan, saya menawarkan pandangan kerangka teoritik fenomenologis sebagai titik berangkat interpretasi atau alternatif selanjutnya di dalam korpus fiksi bagaimana sebenarnya pandangan psikologis sepenuhnya tidak dapat kita pertahankan melainkan adanya afirmasi intensional yang selalu mengikuti hingga di dalam logika sekalipun.

This thesis is inspired by the contemporary academic discourse on integrating psychological interpretations within the corpus of fictional philosophy, as exemplified by Jillian Isenberg's work. It extends the debate that has evolved over nearly a century, starting with Frege's assertion in his logicism that a corpus of logic and psychology are mutually exclusive. This assertion highlights that fiction, inherently linked to human emotions, often includes emotive language whose truth cannot be simply justified by references. This paper explores a range of perspectives from Fregean logicism to David Lewis's fictional realism, and everyday language analysis by John Searle. Special emphasis is placed on evaluating the 'glap' theory's truth value, proposed by Jenny Matthias. 'Glap' theory is a synthesis of the 'glut' and 'gaps' theories. The thesis argues that the dilemma of fiction can be primarily broken down into two issues: (1) The inconsistency in its truthfulness, and (2) Its relationship to actual reality in terms of references. These issues are approached as problems of vagueness.The focus is more on (1), examined through the lens of truth theories, particularly 'glap', while (2) is explored through a non-presumptive fictional perspective as advocated by Isenberg and supported by Akiba's modal view of vagueness. This thesis proposes a phenomenological theoretical framework as a foundational or alternative approach for interpreting the corpus of fiction, emphasizing that a purely psychological viewpoint is indefensible except for intentional affirmations that persist even in logic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mei, Liu Xiang
"Penelitian ini membahas tentang perbedaan representasi objektifikasi perempuan dalam humor seksual antara Tiongkok dan Indonesia, serta implikasinya terhadap persepsi sosial. Dengan menggunakan analisis kualitatif, studi ini membandingkan konten humor dari kedua negara, mengidentifikasi cara-cara perempuan diobjektifikasi dalam konteks budaya dan sosial yang berbeda. Di Indonesia, humor cenderung menggambarkan perempuan dalam peran domestik dan tradisional, sementara di Tiongkok, objektifikasi lebih eksplisit dan berfokus pada aspek seksual dan transaksional. Metodologi penelitian melibatkan analisis konten terhadap humor dalam media massa dan digital, dengan teori Avner Ziv tentang humor, teori objektifikasi Nussbaum dan Langton, dan perspektif feminisme serta teori kritis media sebagai kerangka teori. Hasil studi ini menyoroti bagaimana norma sosial dan nilai budaya mempengaruhi representasi objektifikasi perempuan dalam humor, serta dampaknya terhadap pandangan masyarakat terhadap perempuan, menunjukkan perlunya pemahaman kritis terhadap humor dalam konteks sosial dan gender yang lebih luas.

This research discusses the differences in the representation of women's objectification in sexual humor between China and Indonesia, and its implications on social perceptions. Utilizing qualitative analysis, the study compares humor content from both countries, identifying how women are objectified within different cultural and social contexts. In Indonesia, humor tends to depict women in domestic and traditional roles, whereas in Tiongkok, objectification is more explicit and focuses on sexual and transactional aspects. The research methodology involves content analysis of humor in mass media and digital platforms, employing Avner Ziv’s theory of humor, Nussbaum and Langton's objectification theory, and perspectives from feminism and critical media theory as the theoretical framework. The findings highlight how social norms and cultural values influence the representation of women's objectification in humor, and its impact on societal views of women, indicating the need for a critical understanding of humor within broader social and gender contexts.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Xue, Jiang
"Karya film dan televisi dapat mencerminkan fenomena sosial yang terjadi dalam konteks waktu dan tempat tertentu. Karakter perempuan dalam film Singapura "Wet Season" dan film Malaysia "Barbarian Invasion" mencerminkan dilema peran perempuan Tionghoa di Asia Tenggara. Modernitas dan keberhasilan gerakan feminisme tidak serta menempatkan perempuan secara bebas melakukan peran dalam profesinya di dunia kerja. Konflik peran dan identitas perempuan menghasilkan dilema dalam menjalankan profesi inilah yang digambarkan dua film tersebut. Artikel ini membahas dilema identitas tokoh utama perempuan Tionghoa dari tiga perspektif: identitas sosial, identitas budaya, dan identitas keluarga. Penelitian ini menggunakan teori feminisme untuk menganalisis gambaran karakter perempuan Tionghoa Asia Tenggara yang memperlihatkan dilema identitas tersebut. Analisis film ini digabungkan dengan analisis kajian wilayah Asia Tenggara untuk memperlihatkan bagaimana kompleksitas lingkungan tempat tinggal dua tokoh perempuan di dalam dua film ini, yaitu Singapura dan Malaysia, mempengaruhi secara khas proses transformasi dan penemuan identitas diri masing-masing. Penelitian ini menemukan adanya gambaran kecemasan identitas yang dialami tokoh utama perempuan Tionghoa, A Ling dalam “Wet Season” dan Li Yuanman, tokoh utama wanita dalam "Barbarian Invasion". Namun, keduanya berjuang untuk melakukan transformasi dan berhasil menemukan kendali atas diri mereka.

Film and television works can reflect social phenomena that occur in the context of a certain time and place. The female characters in the Singaporean film "Wet Season" and the Malaysian film "Barbarian Invasion" reflect the dilemma of the role of Chinese women in Southeast Asia. Modernity and the success of the feminist movement do not mean that women are free to play their professional roles in the world of work. The conflict in women's roles and identities results in a dilemma in carrying out this profession which is depicted in these two films. This article discusses the Chinese female protagonist's identity dilemma from three perspectives: social identity, cultural identity, and family identity. This research uses feminist theory to analyze the character descriptions of Southeast Asian Chinese women who show this identity dilemma. Analysis of this film is combined with analysis of Southeast Asian regional studies to show how the complexity of the environment where the two female characters in these two films live, namely Singapore and Malaysia, specifically influences the process of transformation and discovery of their respective identities. This research found a depiction of identity anxiety experienced by the Chinese female main character, A Ling in "Wet Season" and Li Yuanman, the main female character in "Barbarian Invasion". However, both of them struggle to make the transformation and manage to find control over themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Wahyudi
"Pernyaian Adalah suatu praktek hidup bersama antara wanita pribumi di Indonesia di masa kolonial dengan laki-laki asing-biasanya orang Eropa atau Cina tanpa suatu ikatan perkawinan yang sah. Kehidupan pernyaian di Indonesia, lazimnya selalu dikaitkan dengan masa penjajahan, yaitu suatu masa ketika Indonesia masih berada dalam kekuasaan penjajah Belanda, dan oleh karena itu orang Indonesia umumnya berada dalam posisi inferior dalam segala sektor kehidupan. Akan tetapi, pola hidup bersama tanpa suatu legalitas perkawinan sesungguhnya bukan hanya terjadi pada mas a kolonial saja; di masa kini pun dengan mudah dapat dijumpai adanya praktek hidup bersama semacam ini. Yang kemudian membedakannya adalah pada segi peristilahan saja; sekarang bukan lagi disebut sebagai nyai-untuk pihak wanitanya-melainkan misalnya disebut sebagai "wanita simpanan", "wanita peliharaan", atau "wanita idaman lain"alias "wi I". Dengan adanya kenyataan sosiologis seperti itu, tidaklah mengherankan jika pernyaian pun hanya dapat dijumpai pada karya-karya sastra yang terbit pada masa awal perkembangan Sastra Indonesia, yaitu antara tahun 1890-an sampai dengan tahun 1930- an. Dengan pengertian lain, karya-karya sastra bertemakan pernyaian yang hampir semuanya terbit pada masa-masa ini telah secara tidak langsung merefleksikan suatu kehidupan yang memang marak pada masa-masa kolonial itu. Dengan pengertian lain, karya-karya sastra ini secara diam-diam dan barangkali juga tidak disengaja, telah bertindak sebagai semacam dokumen sosial dari suatu fenomena sosial yang biasa terjadi pada masa itu atau pada masa-masa sebelum karya-karya itu ditulis. Berdasarkan kecenderungan yang unik ini maka kemudian dicoba mengkaitkan an tara kehidupan pernyaian yang terungkap dalam karya-karya sastra tersebut dengan data-data atau catatan-catatan sosiologis at au kesejarahan yang ada. Dari pelacakan dan pembandingan yang dilakukan, pada akhirnya terungkap adanya suatu korelasi antara apa yang tercermin dalam fiksi dengan apa yang terdapat dalam terbitan-terbitan nonfiksi itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nisar Budiman
"Morfem atau satuan bentukan terkecil dalam bahasa terbagi menjadi dua, yakni morfem terikat dan morfem bebas. Morfem dalam kosakata bahasa Indonesia ternyata bisa merepresentasikan gender, baik morfem terikat (-wan, -man, -wati) maupun morfem bebas (kata dasar yang memiliki beban makna berorientasi pada gender tertentu). Selain itu,  penggunaan fonem /i/ dan fonem /a/ yang dapat menjadi pembeda yang merepresentasikan gender tertentu. Umumnya, berdasarkan paparan di atas sufiks -wan, -man menjadi representasi dari perwakilan maskulin, terutama untuk hal yang berkaitan dengan profesi atau sebutan, sedangkan sufiks –wati menjadi representasi dari perwakilan feminin. Begitu pula dengan fonem vokal /a/ yang mewakili maskulin dan fonem vokal /i/ yang mewakili feminin pada kata-kata tertentu.

The smallest units of formation in language, morphemes, can be divided into two categories: bound morphemes and free morphemes. In the vocabulary of the Indonesian language, morphemes can represent gender, both bound morphemes (-wan, -man, -wati) and free morphemes (base words with gender-oriented meanings). Additionally, the use of the phonemes /i/ and /a/ serves as a distinguishing factor representing specific genders. Typically, based on the above exposition, suffixes such as -wan and -man become representations of masculine entities, particularly in terms of professions or designations. Meanwhile, the suffix -wati represents feminine entities. Similarly, the vowel phoneme /a/ is associated with masculinity, while the vowel phoneme /i/ is associated with femininity in specific words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Sonia
"Penelitian ini menganalisis pengaruh film Hollywood terhadap gaya hidup masyarakat Jakarta tahun 1950-1963. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, keberadaan bioskop dan film telah mempercepat penetrasi budaya Barat ke dalam masyarakat global, termasuk Jakarta. Sejak tahun 1950-1963, film Hollywood telah menjadi salah satu media yang mendorong perubahan gaya hidup masyarakat. Film dipandang cukup efektif dalam menyebarkan nilai-nilai budaya karena film dapat menjangkau jutaan orang, menyuguhkan narasi, dan menciptakan pengalaman visual yang mendalam. Dengan demikian, film Hollywood tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial yang memberikan pandangan baru terhadap gaya hidup masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perkembangan film Hollywood dan bentuk perubahan gaya hidup masyarakat Jakarta pada masa Orde Lama yang muncul akibat menonton film Hollywood. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Pada tahapan heuristik, penelusuran sumber meliputi surat kabar dan majalah sezaman, buku, serta artikel jurnal yang memiliki aspek kajian serupa. Penelitian ini memperlihatkan bahwa film-film Hollywood memiliki peran yang signifikan dalam membentuk persepsi dan gaya hidup masyarakat Jakarta. Pengaruh ini tercermin dalam musik, dansa, pakaian, dan geng anak muda (cross boy) yang disebabkan oleh film Hollywood.

This study analyzes the influence of Hollywood films on the lifestyle of Jakarta's society during the years 1950-1963. With the advancement of information and communication technology, the presence of cinemas and films has accelerated the penetration of Western culture into the global community, including Jakarta. From 1950 to 1963, Hollywood films have been a significant medium driving changes in the lifestyle of the society. Films are considered effective in disseminating cultural values as they can reach millions of people, present narratives, and create profound visual experiences. Thus, Hollywood films serve not only as entertainment but also as agents of social change, offering a new perspective on societal lifestyles. This research aims to examine the development of Hollywood films and the resulting changes in the lifestyle of Jakarta's society during the Old Order era influenced by watching Hollywood films. The research methodology employed is the historical method, encompassing heuristic, verification, interpretation, and historiography. In the heuristic phase, source exploration includes contemporary newspapers and magazines, books, as well as journal articles with similar study aspects. The research reveals that Hollywood films play a significant role in shaping the perception and lifestyle of Jakarta's society. This influence is evident in music, dance, clothing, and youth gangs (cross boy) caused by Hollywood films."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Frisca Cindy Az-Zahra
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pembedahan terhadap fenomena yang terjadi dari hadirnya inkonsistensi praktik pidana hukum yang timpang terhadap kaum elitis dan rakyat sipil. Penelitian ini menemukan bahwa inkonsistensi praktik pidana hukum yang terjadi di Indonesia kepada kaum elitis dan rakyat sipil menghasilkan persoalan ketimpangan vonis hukuman antar suatu kaum, ketidakadilan para aparat hukum dalam memvonis pidana hukum, hingga termarjinalnya rakyat sipil yang tidak memiliki hak istimewa dalam membela dirinya. Dalam kajian ini, pendekatan teori Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau digunakan bersama dengan metode kualitatif dengan teknik analisis konseptual dan refleksi kritis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disparitas yang terjadi tidak sesuai dengan kontrak sosial yang telah disepakati.

This research aims to dissect the phenomenon that occurs due to the presence of inconsistent legal criminal practices that are unequal towards elitists and civilians. This research found that the inconsistency of legal criminal practices that occur in Indonesia for elitists and civilians results in problems of inequality in sentences between groups, injustice of legal officials in passing criminal sentences, and the marginalization of civilians who do not have the privilege of defending themselves. In this study, Jean Jacques Rousseau's Social Contract theory approach is used together with qualitative methods with conceptual analysis and critical reflection techniques. The results of this research show that the disparities that occur are not in accordance with the agreed social contract."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Latifani Daniarsa
"Media di setiap negara Asia Tenggara beroperasi dengan cara yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor tidak terhindarkan seperti ekonomi, politik, masyarakat, dan budaya yang kemudian menciptakan tingkat kebebasan pers yang berbeda di setiap negara Asia Tenggara. Tujuan utama pada penelitian ini adalah untuk menginvestigasi strategi persuasi dalam tajuk rencana pada media berbahasa Inggris pilihan di Asia Tenggara. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menelaah struktur organisasi genre tajuk rencana The Jakarta Post (Indonesia), Bangkok Post (Thailand), dan New Straits Times (Malaysia) serta menyelisik pola pemilihan jenis attitude di tiap tiga media pilihan. Strategi persuasi yang digunakan media Asia Tenggara ini digali dengan menggunakan analisis genre (Iedema, dkk., 1994) dan appraisal, spesifiknya sistem attitude (Martin dan White, 2005). Hasil analisis menunjukkan bahwa genre yang diadopsi oleh The Jakarta Post, Bangkok Post, dan New Straits Times adalah eksposisi media (media exposition) dengan struktur organisasi teks yang melibatkan Tesis^Argumen^Penguatan Tesis. Struktur tersebut menunjukkan bahwa ketiga media cenderung eksplisit dalam menunjukkan posisi pro atau kontra terhadap sebuah isu. Sementara itu, pola pemilihan jenis attitude yang ditemukan pada ketiga media cenderung berbeda. The Jakarta Post cenderung fokus secara eksplisit menilai negatif peristiwa, benda, serta fenomena ketika membahas isu yang berkaitan dengan pemerintahan di Indonesia. Hal ini terlihat dari pola penggunaan appreciation negatif inscribe pada tajuk rencana yang mengangkat permasalahan dalam negeri. Bangkok Post cenderung melibatkan penilaian negatif implisit mengenai perilaku tokoh yang bersangkutan khususnya dari kalangan pemerintahan ketika membahas isu dalam negeri. Strategi ini ditunjukkan melalui pola penggunaan judgment negatif invoke yang ditemukan pada tajuk rencana Bangkok Post yang membahas isu domestik. New Straits Times cenderung secara implisit menilai negatif perilaku seseorang ketika membahas masalah yang berkaitan dengan ras tertentu. Hal ini terlihat dari pola penggunaan judgment negatif invoke pada teks dengan topik yang berkaitan dengan komunitas sebuah ras di Malaysia.
Media in each Southeast Asian country operates differently due to a number of factors such as economics, politics, social, and culture, which eventually lead to different levels of press freedom in each Southeast Asian country. The aim of this research is to investigate persuasion strategies in editorials of selected English-language media in Southeast Asia. To achieve this goal, the researcher examined the organizational structure of the editorial text genres of The Jakarta Post (Indonesia), Bangkok Post (Thailand), and New Straits Times (Malaysia) and examined the pattern of selecting types of attitudes in each of the three selected media. The persuasion strategies used by Southeast Asian media were explored using genre analysis for media discourse (Iedema, et al., 1994) and appraisal framework specifically the sub-system attitude (Martin dan White, 2005). The results of the analysis show that the genre adopted by The Jakarta Post, Bangkok Post, and New Straits Times is media exposition with the organizational structure involving Thesis^Argument^Reiteration of Thesis. This structure shows that the three media tend to be explicit in showing a pro or con position on an issue since they persuade the readers by focusing on explaining one point of view without offering another. Meanwhile, the patterns of choosing the type of attitude found in the three media tend to be different. The Jakarta Post tends to focus explicitly on negatively assessing events, objects and phenomena when discussing issues related to government in Indonesia. This can be seen from the pattern of using negative inscribed appreciation in editorials that discuss domestic problems. The Bangkok Post tends to involve implicit negative judgments regarding the behavior of actors involved, especially from the government when discussing domestic issues. This strategy is demonstrated through the pattern of using invoked negative judgment found in Bangkok Post editorials discussing issues within the country. The New Straits Times tends to implicitly judge someone's behavior negatively when discussing issues related to certain race. This can be seen from the pattern of using invoked negative judgment in texts with topics related to a community of a race in Malaysia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Aryoaji
"Karya ini membahas mengenai bangunan Candi Dermo yang berada di Sidoarjo. Candi Dermo memiliki bentuk yang sudah tidak utuh lagi, yaitu bagian kaki, tubuh, dan sedikit atap. Bagian-bagian yang tersisa terse but semuanya dalam keadaan rusak. Hal ini disebabkan oleh rusaknya batuan penyusun bangunan, yaitu batu bata. Metode analisis yang digunakan adalah analisis bentuk yang digunakan untuk mengidentifikasi masing-masing bagian bangunan. Selain itu diterapkan pula metode anal isis analogi, yaitu membandingkan Candi Dermo dengan bangunan lainnya yang sudah diteliti lebih lanjut untuk mengetahui perkiraan bentuk utuh dari Candi Dermo. Hasil dari penelitian ini ad~lah untuk membuktikan bahwa Candi Dermo bukanlah suatu bangunan candi melainkan gapura. Selain itu dapat diketahui pula perkiraan bentuk utuh, gaya, dan kronologi relatifnya.

This research is to inform the reader about Dermo temple in Sidoarjo. Dermo temple is no longer have complete form, only legs, body, and some of the roof remains. These remaining parts are all in bad condition because the base material, which is bricks are deteriorating. Form analysis are used in this research as method to identify each part of the building. Another method, which is analogy also used to compare Dermo temple with other building. The purpose of this method is to determine the approximate shape of Dermo Temple. The purpose of this research is to proof the structure is a gate, instead of temple. It also include other data, such as form estimation, style, and chronology of the building."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S70294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>