Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21605 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siahaan, Antonius Torang Parulian
"ABSTRAK
Trading mechanism used in every stock exchange will influence the price determination. The tick size policy is one of trading rule mechanism, which will shift market behavior toward price determination. Tick size is the minimum price change in regular market. Jakarta Stock Exchange is an exchange, which implements order - driven market environment. Management of Jakarta Stock Exchange has changed the tick size policy twice during year 2001. The first change was done in July, 2001, which is to reduce the tick size nominal from Rp 25 to Rp 5. The second change, started in October 2001, is to implement the multi tick size policy, and the tick size used are Rp 5, Rp 25 and Rp 50 applies to any stocks according to their category.
When tick size was reduced in the first change, market react negatively to the implementation of Rp 5 tick size. In response to negative reaction, Management of Jakarta Stock Exchange implements the multi tick size policy, with the purpose of increasing market liquidity and reducing volatility.
Market liquidity is quite difficult to be defined, however, to common investors, one stock is said to be liquid, if they could sell the stock easily at their convenient price and time. The research conducted in this thesis, observe the impact of multi tick size policy toward market liquidity. Indicators used in this research to observe market liquidity are market spread, market depth and trading volume.
Result of this research shows that the policy of multi tick size is effective and efficient for low and medium price of stocks especially for indicators market depth and trading volume. However, for high price stock the policy is not effective, since tick size is not one of the factor, which influence any indicators for high price stocks.
"
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Setiawan
"ABSTRAK
PT. Astra International memiliki kewajiban yang hampir 85% adalah dalam bentuk mata uang asing. Dengan kondisi tersebut, nilai kewajiban PT. Astra International sangat rentan terhadap resiko perubahan nilai tukar.
Untuk mengantisipasi perubahan nilai tukar tersebut, langkah yang telah ditempuh oleh PT. Astra International adalah menggunakan kebijakan hedging yang berupa option dan cross currency swap. Kebijakan tersebut ditempuh berdasarkan pergerakan nilai tukar US dollar terhadap Rupiah yang berada di dalam rentang intervensi dari Bank Indonesia dan depresiasi Rupiah yang berkisar 5% per tahun.
Semenjak Bank Indonesia melepaskan rentang intervensi, nilai tukar US dollar terhadap Rupiah praktis diserahkan kepada mekanisme pasar. Indonesia yang semula menganut sistem managed floating currency, berubah menjadi free floating currency. PT. Astra International, yang masih memiliki kewajiban yang cukup besar dalam bentuk US dollar, dituntut menerapkan kebijakan hedging yang mampu mengurangi resiko atas perubahan nilai tukar dan tingkat bunga.
Dari berbagai teknik-teknik hedging yang ditawarkan oleh lembaga keuangan, PT. Astra International hams dapat menentukan teknik hedging yang cocok bagi PT. Astra International. Kemampuan dari masing-masing teknik hedging tersebut dianalisa berdasarkan resiko yang dapat dikurangi sesuai dengan karakter teknik hedging itu. Hal lain yang dianalisa adalah biaya yang hams dikeluarkan atas penggunaan teknik hedging tersebut.
Dari analisa itu, PT. Astra International akan dapat memilih kebijakan hedging yang mampu mengurangi resiko atas perubahan nilai tukar dan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh PT. Astra International atas penggunaan teknik hedging tersebut. Berkurangnya resiko atas perubahan nilai tukar dan mengurangi biaya atas penggunaan teknik hedging, merupakan tuntutan dari PT. Astra International."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reinard Y Seno Setiaji
"ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi dan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat akan risiko yang mereka hadapi sehari-hari mendorong berkembangnya usaha asuransi jiwa di Indonesia. Hal ini didukung dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memacu usaha perasuransian, diantaranya dengan dikeluarkannya kebijaksanaan Pakdes 88 yang diikuti oleh UU No.2 tahun 1992 tentang Perasuransian. Dengan adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut maka perkembangan perusahaan asuransi jiwa menjadi pesat, dimana pada tahun 1988 tercatat 30 perusahaan asuransi jiwa dan pada tahun 1996 telah mencapai 56 perusahaan.
Secara umum pendapatan usaha perusahaan asurans1 JIWa terbagi atas pendapatan premi yang merupakan pendapatan utama perusahaan, pendapatan dari hasil investasi yang dilakukan, klaim reasuransi, dan pendapatan lainnya. K.husus untuk pendapatan dari hasil investasi ini, pemerintah mengeluarkan SK Menkeu No. 224/KMK. 017/1993 mengenai Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi, yang mengatur jumlah dana perusahaan asuransi jiwa yang akan diinvestasikan dan jenis-jenis instrumen yang diperbolehkan beserta batasanbatasannya. Dikeluarkannya SK ini bertujuan untuk menghindari agresifitas perusahaan asuransi jiwa dalam melakukan kegiatan investasi yang bertentangan dengan karakteristik perusahaan asuransi jiwa.
Dalam karya akhir ini penulis melakukan penelitian mengenai kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan asuransi jiwa, yaitu bagaimana perusahaan asuransi jiwa memilih instrumen finansial dalam portofolio investasi beserta proporsi dari masingmasing instrumen finansial tersebut, dengan memperhatikan batasan-batasan yang berlaku. Penelitian dilakukan dengan melakukan studi banding pada perusahaan asuransi jiwa di Jakarta.
Perusahaan asuransi jiwa yang menjadi obyek dari studi perbandingan ini adalah AJB Bumiputera 1912 yang merupakan satu-satunya perusahaan asuransi jiwa yang memiliki bentuk usaha bersama di Indonesia. Perusahaan ini terbentuk pada tanggal 12 Februari 1912 dan sekarang telah memiliki jaringan distribusi yang luas dengan 629 kantor operasional dan 15 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dalam kegiatan investasinya AJB Bumiputera 1912 memiliki 2 departemen, yaitu Dept. Investasi I yang bertanggung jawab atas investasi pada real asset dan Dept Investasi II yang bertanggung jawab atas investasi yang dilakukan pada financial asset. Pada karya akhir ini, penelitian dilakukan pada Dept. Investasi II yang mengelola investasi pada instrumen deposito, saham, obligasi, reksadana, dan penyertaan.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kombinasi dari portofolio investasi yang dikelola Dept. Investasi II belum optimal karena tingkat return yang diterima masih dibawah rata-rata bunga deposito. Bobot terbesar dari portofolio investasi yang dikelola Dept. Investasi II ditempatkan pada instrumen deposito, karena instrumen ini tidak membt:tt:hkan banyak pekerjaan dalam arti hanya melakukan negosiasi awal dengan bank untuk penentuan tingkat bunga dan selanjutnya memberikan pendapatan yang tetap bagi perusahaan tanpa perlu adanya pengawasan. Hal lain yang menjadi kendala adalah keterbatasan dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis mencoba membuat kombinasi portofolio yang terdiri atas saham, deposito baik dalam Rupiah maupun Dollar, dan obligasi. Dari kombinasi portofolio yang ada, didapatkan kombinasi terbaik yang sesuai dengan karakteristik dan kendala kegiatan investasi perusahaan asuransi jiwa. Karakteristik dan kendala kegiatan investasi yang dimaksud adalah tingkat return yang cukup untuk memenuhi kewajibannya, toleransi resiko yang konservatif, dan jangka waktu investasi yang lama. Kombinasi portofolio yang dibentuk memberikan tingkat return yang lebih tinggi dengan toleransi risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan kombinasi portofolio investasi yang telah dibentuk oleh AJB Bumiputera 1912. Hal ini terlihat dari rasio excess return dari portofolio terhadap total risiko dari portofolio yang lebih tinggi daripada portofolio yang dibentuk AJB Bumiputera 1912."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doddy Setiawan
"ABSTRAK
Informasi mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan disusun di dalam suatu
laporan keuangan, yang berisi tentang prestasi perusahaan di masa lampau. Laporan
keuangan yang logis atau rasional akan mampu memberikan informasi yang bermanfaat
untuk digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi, kredit dan
penetapan kebijakan perusahaan di masa yang akan datang.
Untuk mendapatkan suatu gambaran yang konkrit dan jelas mengenai kinerja atau
posisi perusahaan pada suatu periode tertentu, maka laporan keuangan yang telah disusun
perlu untuk dianalisis. Hasil dari analisis tersebut akan memberikan informasi yang sangat
bennanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan.
Oleh karena itu analis dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang cukup
mengenai karakteristik perusahaan maupun industri tempat perusahaan tersebut beroperasi.
Hal ini berguna agar dapat melakukan proses analisa laporan keuangan dengan cara
membuat model proyeksi berdasarkan asumsi-asumsi yang diharapkan dapat mendekati
kenyataan.
Model analisa dan proyeksi keuangan diperlukan oleh perusahaan, karena dapat
memberikan manfaat dalam menginterpretasikan efektivitas pelaksanaan kegiatan
perusahaan. Setta perkembangan perusahaan yang telah dicapai serta basil proyeksi dapat
dipakai sebagai dasar untuk penetapan kebijakan perusahaan di masa yang akan datang.
Industri sepeda motor merupakan produk utama di dalam industri otomotif di
Indonesia. Hal ini disebabkan karena industri sepeda motor telah lama berdiri dan
didukung dengan infrastruktur yang lengkap, ditambah lagi dengan pertumbuhan
permintaan sepeda motor yang cenderung meningkat membuat industri sepeda motor
mempunyai prospek yang cukup cerah.
PT X yang bergerak dalam industri sepeda motor masuk termasuk dalam industri
yang kompetisinya sangat ketat. Hal ini te1jadi karena dikeluarkannya peraturan
pemerintah yang memperbolehkan import CBU (Completely Built Up) sepeda motor
_.
sehingga banyak masuk pendatang baru yang saat ini jumlahnya kurang lebih 25 merek
sepeda motor dari negara-negara lain seperti Cina, Taiwan, India. Sementara itu pemain
lama juga makin inovatif dengan meluncurkan produk-produk baru, sehingga PT X
dituntut untuk menghasilkan kine1ja yang baik dalam beroperasi.
Walaupun ada kompetisi yang ketat ditambah dengan kondisi ekonomi masih
belum pulih, namun berdasarkan analisa laporan keuangan 4 tahun terakhir dari tahun
2000, PT X masih berhasil membukukan laba yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor seperti penjualan PT X yang meningkat 81,89 % di tahun 2000. Kenaikan
penjualan yang besar ini diperkirakan karena sepeda motor produksi PT X masih menjadi
pilihan utama bagi konsumen dengan menguasai 55.19 % pangsa sepeda motor .nasional
pada tahun 2000.
Naiknya penjualan pada tahun 2000 ini dise1tai dengan mulai membaiknya kine1ja
perusahaan bila dibandingkan pada masa krisis (1997 -1998). An tara lain PT X berhasil
dalam melakukan penagihan (collection) account receivable-nya. penurunan inventory
yang disebabkan oleh berhasilnya usaha efisiensi, perbaikan flow process sera proyeksi
penjualan yang tepat sehingga berhasil dalam usaha menurunkan tingkat inventory.
Berdasarkan proyeksi laporan keuangan PT X, pada tahun 2001 penjualan
Diperkirakan akan meningkat dengan signifikan sebesar 99.78% di tahun 2001, dan pada
tahun-tahun berikutnya diperkirakan masih akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan
minimal 16 %. Kenaikan penjualan yangbesa; ini diperkiraizan karena PT X meiuncurkan
produk sepeda motor baru dengan harga yang cukup bersaing dengan motor-motor cina,
serta mulai menurunnya permintaan masyarakat terhadap sepeda motor cina.
Kenaikan penjualan disertai dengan berhasilnya program efisiensi di perusahaan
akan mengakibatkan net income perusahaan meningkat secara absolnt dari Rp. 318 milyar
di tahun 2000 menjadi Rp. LO 13.611 milyar di tahun 2001, dan bila dibandingkan dengan
penjualan pada tahun 2001 (9.11%) mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2000
(6.47%).
"
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Harjanto Setiawan
"ABSTRAK
lndustri Real Estat mengalami fluktuasi yang hebat antara tahur1 1993-
1999. Semaraknya industri ini dimulai pada tahun 1993 yang ditandai dengan
banyaknya pameran-pameran real estat di Jakarta yang menawarkan berbagai
macam produk properti seperti kawasan perumahan, kondominium, komplek
perkantoran, kawasan wisata, kawasan agrowisata dan juga resort terpadu. Namun
kondisi booming ini tidak bertahan lama, dengan terjadinya kelesuan pada tahun
1996 hingga tahun 1997 dimana mulai terjadi krisis ekonomi di Indonesia. Dan
akhirnya terjadilah yang dinamakan property crash di tahun 1998, dim ana hampir
seluruh pengembang mencatat kerugian.
Krisis industri real estat di tahun 1998 diawali oleh krisis likuiditas akibat
turunnya permintaan, kemudian diperparah dengan meningkatnya jumlah hutang,
kenaikan tingkat suku bunga dalam negeri, dan depresiasi nilai rupiah terhadap
dollar AS yang terus berfluktuasi. Dengan hilangnya kepercayaan investor dan
spekulan terhadap prospek investasi merupakan faktor yang menambah semakin
memburuknya pasar modal di Indonesia. Hal ini kemudian menjalar langsung
pada krisis permodalan yang dihadapi oleh pihak perbankan. Walaupun Bank
Indonesia (BI) telah mengeluarkan pedoman restrukturisasi kredit, namun hingga
saat ini belum tampak dengan jelas bagaimana mekanisme yang akan ditempuh
oleh perbankan dalam menyelesaikan hutang para pengembang nasional.
Kondisi krisis pada industri real estattersebut tidak akan berlangsung terus
menerus, dengan total penduduk Indonesia yang mencapai kurang lebih 210 juta
jiwa, kebutuhan akan real estat akan terus ada. Dengan serangkaian program
reformasi yang telah dilakukan oleh pemerintah yang baru untuk memulihkan
kepercayaan investor, seperti penyehatan sektor perbankan, kebijakan moneter
dan berbagai deregulasi di sektor riil, diharapkan kondisi perekonomian Indonesia
akan kembali membaik, dan juga industri real estat pun akan kembali meningkat.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah melihat trend yang terjadi
pada bisnis real estate selama tahun 1994-1999, yang diikuti dengan penilaian
pasar modal Indonesia terhadap fluktuasi yang terjadi di industri real estat melalui
penerapan Arbitrage Pricing Theory (APT) dan kemudian menentukan faktorfaktor
apa saja yang mempengaruhi pembelian saham di sektor real estat oleh
investor yang rasional.
Secara teoritis, Arbitrage Pricing Theory (APT) menggunakan pemikiran
yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik
yang identik tidaklah bisa dijual dengan harga berbeda. Konsep yang digunakan
adalah hukum satu harga (the law of one price). Apabila aktiva yang
berkarakteristik sama tersebut dijual dengan harga yang berbeda, maka akan
terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva dengan
harga yang lebih tinggi di tempat lain sehingga memperoleh laba tanpa resiko.
Dan penggunaan Arbitrage Pricing Theory (APT) ini akan sangat
bermanfaat kalau kita bisa mengidentifikasikan tidak terlalu banyak faktor-faktor
makro ekonomi, mengukur expected return masing-masing faktor tersebut dan
juga mengukur kepekaan masing-masing saham terhadap faktor-faktor tersebut.
Dalam penelitian ini, juga akan diteliti faktor-faktor yang mendasari
investor yang rasional dalam membeli suatu saham. Secara umum keputusan
pembelian saham oleh seorang investor yang rasional, akan mempertimbangkan
berbagai aspek ekonomi perusahaan (faktor-faktor fundamental), antara lain :
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba di masa yang akan datang, rasio-rasio
keuangan perusahaan, kondisi ekonomi nasional (seperti tingkat suku bunga
dan tingkat inflasi), kebijakan-kebijakan pemerintah dan juga kebijakan direksi
perusahaan.
Setelah melalui proses pengumpulan sejumlah data-data sekunder dari
berbagai sumber, yang dilanjutkan dengan perhitungan rasio-rasio keuangan yang
diperlukan, dan akhirnya dengan penggunaan software statistik SPSS 9.0
didapatkan hasil seperti berikut ini.
Sejak awal tahun 1995 sampai dengan pertengahan tahun 1998, telah
terjadi trend menurun pada harga saham di sektor real estat dan juga terdapat bukti
parsial mengenai kemungkinan ketidakefisienan pasar saham sektor properti.
Variabel Laba didapatkan mempengaruhi harga saham real estat secara
signifikan dan berkorelasi positif. Hal ini menunjukkan pengelolaan secara baik
perusahaan real estat oleh pihak manajemen akan tercermin pada tingkat laba
yang tinggi sehingga mendorong investor yang rasional untuk melakukan
investasi dan tercermin pada peningkatan harga saham yang tinggi juga.
Didapatkan juga variabel Return On Investment (ROI) mempengaruhi return
saham secara signifikan dan berkorelasi positif. Dengan tingginya nilai ROI ini
menunjukkan seberapa efektif pihak manajemen perusahaan real estat dalam
memanfaatkan sumber ekonomi yang ada (aktiva perusahaan) untuk menciptakan
laba yang kemudian tercermin pada return saham yang tinggi pula. Sehingga
kedua variabel tersebut sangat memegang peranan penting bagi investor dalam
melakukan investasi di bidang real estat.
Dengan melakukan penelitian lanjutan didapatkan juga variabel Earning
Per Share memberikan hasil yang signifikan dan berkarelasi pasitif dalam
mempengaruhi harga saham perusahaan real estat. Dengan nilai Earning Per
Share yang tinggi menunjukkan earning yang didapatkan aleh pemegang saham
untuk setiap lembar saham yang dimilikinya tinggi juga dan menandakan
kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih
dari setiap lembar sahamnya yang kemudian tercermin dari tinggi tingkat harga
saham. Dari penelitian lanjutan ini didapatkan pula return saham dipengaruhi
secara signifikan aleh variabel Price Earning Ratio yang berkarelasi secara
positif. Semakin tinggi nilai PER berarti harga pasar dari setiap lembar saham
akan semakin baik.
Adapun hasil pengujian karelasi rasia-rasio keuangan perusahaan real estat
sebagian besar memberikan hasil sesuai dengan hipatesis. Rasia likuiditas
memberikan karelasi yang pasitif terhadap harga dan return saham yang
menunjukkan bahwa semakin baik kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya maka semakin tinggi pula harga dan return saham
perusahaan tersebut. Rasia hutang memberikan karelasi yang negatif terhadap
harga dan return saham yang menunjukkan perusahaan yang mempunyai rasia
leverage yang rendah akan mempunyai risika kerugian lebih kecil ketika keadaan
ekonomi merosot, dan mempunyai kesempatan memperoleh laba lebih rendah
ketika ekanami melanjak menjadi baik. Sebaliknya, perusahaan yang mempunyai
leverage tinggi, mempunyai risika menanggung rugi besar ketika keadaan
ekanami merasat tetapi mempunyai kesempatan memperaleh laba besar ketika
keadaan ekanami membaik. Rasia aktivitas memberikan karelasi yang aditif
terhadap harga dan return saham, sehingga semakin efektif operasi perusahaan
dalam memanfaatkan sumber-sumber dana yang ada maka semakin tinggi harga
dan return saham perusahaan tersebut. Rasia profitabilitas dan market ratio
memberikan korelasi yang positif terhadap harga dan return saham, sehingga
scmakin efektif operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka akan
memberikan peningkatan pada harga saham dan return saham.
Adapun kenaikan bunga dan tingkat inflasi memberikan pengaruh yang
negatifterhadap perkembangan harga saham dan return saham di sektor real estat.
Pengaruh negatif dalam hal kenaikan bunga adalah sesuai dengan hipotesis
scmula. Tingkat bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh
oleh investor dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan untuk menggunakan dana dari investor. Semakin tinggi tingkat
bunga perbankan, akan menyebabkan investor mengalihkan investasinya pada
investasi di perbankan, dan menyebabkan penurunan harga & return saham.
Sedangkan pengaruh negatif untuk tingkat inflasi memberikan hasil yang
berlawanan dengan hipotesis semula.
"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandji Nadhif Ramadhan
"The primary objective of this study is to investigate the Indonesian LQ45 stock market's reaction to the second US interest rate hike in 2022, as well as the effect of the type of industry (financial or other industries) and the proportion of foreign ownership on the reaction. The event study test revealed that the LQ45 stock market reacted less negatively to the second US interest rate hike in 2022 compared to market expectations, leading to a positive abnormal return during the dates surrounding the event in general, consistent with the findings mentioned and documented in a previous study (Sumantri, A., Mardani, R.M., & Prioyono, R.A., 2022). Furthermore, the regression result shows that the negative returns for the financial sector will be lower than for others, thus leading to a less positive abnormal return for the financial sector, which corresponds to the findings of (Jiayi Kang, 2023) who concluded that higher interest rates could lead to higher interest rates in the interest rate market reducing loan demand, and money would also flow from the stock market to the bond market, dealing a huge blow to banking funds. This demonstrates that the type of industry while controlling for foreign ownership levels and debt to equity ratio has significant impact on stock market reaction and provides evidence regarding the performance of the financial industry. Finally, it has been demonstrated that the proportion of foreign ownership does not have any influence on the stock market reaction for all event windows in the length of observation, which is not consistent with the findings of (Jeongsim Kim, 2023).

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi reaksi pasar saham LQ45 Indonesia terhadap kenaikan suku bunga AS yang kedua di tahun 2022, serta pengaruh jenis industri (industri keuangan atau industri lainnya) dan proporsi kepemilikan asing terhadap reaksi tersebut. Hasil pengujian studi peristiwa menunjukkan bahwa pasar saham LQ45 bereaksi lebih tidak negatif terhadap kenaikan suku bunga AS yang kedua di tahun 2022 dibandingkan dengan ekspektasi pasar, yang mengarah pada abnormal return yang positif pada tanggal-tanggal di sekitar peristiwa tersebut secara umum, konsisten dengan temuan yang disebutkan dan didokumentasikan pada penelitian sebelumnya (Sumantri, A., Mardani, R.M., & Prioyono, R.A., 2022). Lebih lanjut, hasil regresi menunjukkan bahwa return negatif untuk sektor keuangan akan lebih rendah dibandingkan dengan sektor lainnya, sehingga menyebabkan abnormal return yang kurang positif untuk sektor keuangan, yang sesuai dengan temuan (Jiayi Kang, 2023) yang menyimpulkan bahwa suku bunga yang lebih tinggi dapat menyebabkan suku bunga yang lebih tinggi di pasar suku bunga yang mengurangi permintaan kredit, dan uang juga akan mengalir dari pasar saham ke pasar obligasi, yang memberikan pukulan besar pada dana perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis industri memiliki dampak yang signifikan terhadap reaksi pasar saham dan memberikan bukti mengenai kinerja industri keuangan. Terakhir, telah telah didemonstrasikan bahwa proporsi kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh terhadap reaksi pasar saham LQ45 untuk semua rentang waktu pengamatan, yang berarti tidak konsisten dengan temuan (Jeongsim Kim, 2023)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Arianto
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengungkapan informasi non keuangan dan pengaruh strategi prospector, defender, dan analyzer terhadap tingkat pengungkapan informasi non keuangan dengan variabel kontrol jenis industri, umur perusahaan, struktur kepemilikan, dan ukuran perusahaan. Penelitian juga menguji apakah tingkat pengungkapan informasi non keuangan memiliki pengaruh terhadap abnormal return dengan variabel kontrol yaitu ROE dan PBV. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sampel penelitian yaitu 819 laporan tahunan perusahaan tahun 2014-2015 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi prospector memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi non keuangan. Namun strategi defender memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi non keuangan. Penelitian juga menyimpulkan bahwa tingkat pengungkapan informasi non keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return. Namun ROE memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap abnormal
return. PBV memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap abnormal return.

The aim of this study is to examine the level of non-financial information disclosure and impact of strategy of prospector, defender, and analyzer to level of non-financial information disclosure with control variable industry types, age, ownership structure, and size. This research also study about the level of non-financial information disclosure that effect to abnormal return with control variable ROE and This research is quantitative with sample 819 annual report from 2014-2015 listed on Indonesia Stock Exchange. The research concludes that prospector strategy has positive effect on level of non-financial information disclosure. Otherwise, defender strategy has negative effect on level of non-financial information disclosure. The research also concludes that level of non-financial information disclosure affects positive significantly to abnormal return. ROE has positive effect but not significant to abnormal return. Research finds out that PBV has significantly negative effect on abnormal return."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henry Febrian Karamoy
"Membaiknya ekonomi nasional yang ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar serta terkendalinya tingkat inflasi temyata belum banyak
memberikan pengaruh terhadap bisnis hotel di tanah air. Pada 6 bulan pertama tahun
1999 ini tingkat hunian kamar hotel berbintang di sejumlah kota besar di Jakarta dan Yogyakarta, belum bergerak ke angka yang menarik. Okupansi rata-rata rnasih 30%. Sedangkan di Bali tingkat huniannya masih relatif stabil di atas 60%. Sementara harga jual rata-rata kamar hotel (average room rate=ARR) selama bulan pertama ini juga tidak beranjak naik. Ada kecenderungan ARR dibawah USD 25, jauh di bawah ARR sebelum terjadi krisis moneter yang sempat mencapai USD 60. Para pelaku bisnis perhotelan melihat bahwa lesunya tingkat hunian dan rendahnya harga jual kamar rata-rata yang terjadi selama semester pertama 1999 lebih banyak dipengaruhi faktor kepercayaan dan
keamanan dalam negeri. PT Patra Jasa sebagai salah satu pelaku bisnis hotel di Indonesia juga mengalami kondisi yang sarna. Tingkat okupansi rata-rata dari seluruh unit hotel yang ada pada tahun laporan April 1998-Maret 1999 berada pada angka 44%. Dengan unit hotel Bali
mempunyai tingkat okupansi tertinggi yaitu 65% dan unit Parapat memiliki tingkat
okupansi paling rendah yaitu 7%. Selain itu harga jual kamar rata-rata pada hotel-hotel di dalam PT Patra Jasa adalah Rp 137.150 yang bila dikonversikan ke dalam nilai dollar saat ini sarna dengan USD 19.50. Kontribusi cabang Bali untuk ARR adalah yang paling tinggi yaitu Rp 249.826 sedangkan cabang Parapat yang paling rendah pada angka Rp50.256.
Pertumbuhan laba bersih PT Patra Jasa yang dihitung dari periode 1994/1995 sampai dengan periode 1998/1999 berada pada angka 118% dengan peningkatan tajam di periode 1998/1999 diakibatkan oleh adanya windfalL profit akibat penurunan nilai rupiah terhadap dollar. Kemudian dari analisa rasio dapat disimpulkan bahwa
perusahaan belum melakukan pemanfaatan aset dengan optimal artinya masih banyak
aset yang menganggur dan bila dimanfaatkan dengan baik dapat memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap peningkatan laba perusahaan. Dengan analisa SWOT yang dilakukan melalui hasil angket dan wawancara dengan fungsi-fungsi pada PT Patra Jasa ditetapkanlah posisi perusahaan pada kuadran I grafik SWOT. Walaupun berada pad a kuadran I, PT Patra Jasa memiliki posisi yang kurang baik yaitu dari sisi kekuatan perusahaan berada pada angka 0,25 dan nilai total dan bila dilihat sisi peluang bisnis berada pada angka 1 dan nilai total 5.
Dengan kondisi yang demikian ini, PT Patra Jasa harus menentukan strategi yang
tepat untuk mengatasi kendala-kendala baik internal maupun ekstemal. Salah satu
kendala internal yang penti0g adalah kemampuan keuangan yang ter~atas dan di lain pihak fasilitas yang amat mendesak untuk dikembangkan. Sebagai kendala eksternal yang harus dihadapi adalah krisis ekonomi nasional, persaingan dengan hotel-hotel baru yang lebih baik dan kondisi keamanan yang masih rawan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhenty Puspita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara overconfidence manager dan
kontribusi risiko sistemik dari individual bank. Menggunakan pendekatan ΔCoVaR untuk
mengetahui kontribusi risiko sistemik, dan untuk mengukur overconfidence manager
menggunakan proksi investasi dan belanja modal yang dilakukan oleh bank. Melalui sudut pandang behavioural finance, overconfidence manager adalah perilaku bias dari manager yang menaksir terlalu tinggi peluang keuntungan dimasa datang yang secara bersamaan abai terhadap risiko yang ada. Menggunakan data dari 16 bank terbuka di
Indonesia dari tahun 2004 -2018. Penulis menemukan bahwa bank dengan kategori high
confidence berkontribusi lebih tinggi terhadap risiko sistemik dibandingkan dengan bank
kategori low confidence.

This study aims to analyse the effect of manager overconfidence to the systemic risk
contribution from individual bank. Using ΔCoVaR approach to measure individual banks contribution to the systemic risk and managerial overconfidence using proxy of banks investment decision and capital expenditure. From behavioral finance perspective, overconfidence manager is the bias behavior of managers who overestimate the probability of future return and neglect the risk involved. Using data of 16 Indonesian Public banks from 2004-2018 and found that banks with high confidence contribute more to the systemic risk than banks with low confidence category
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irianti Novita
"ABSTRAK

Tujuan dari tesis ini adalah untuk menguji faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi intention to book,attitude dan trust konsumen dalam melakukan pemesanan hotel. Berdasarkan bantuan studi peneltian sebelumnya, secara khusus penelitian ini akan menyelidiki pengaruh EWOM, classes hotel, dan discount strategy terhadap intention to book,attitude dan trust konsumen untuk melakukan pemesanan hotel. Dengan menggunakan desain eksperimental, tesis ini mencoba mengungkapkan efek utama dari EWOM, classes hotel, dan discount strategy pada intention to book,attitude dan trust konsumen. Agar penelitian ini lebih menarik, penelitian ini juga mengungkapkan pengaruh interaksi antar variabel independen tersebut terhadap intention to book,attitude dan trust konsumen. Total partisipan pada penelitian ini 240 respondent yang disebar dan diminta untuk mengisi pertanyaan dari salah satu sel yang dimana skenario setiap sel akan berbeda-beda. Hasil penelitian ini menunjukkan efek utama yang signifikan adalah dari EWOM terhadap intention to book,attitude dan trust konsumen. Penelitian ini juga menunjukkan pengaruh ke 3 interaksi antara EWOM, classes hotel, dan discount strategy terhadap intention to book,attitude dan trust konsumen dengan hasil yang signifikan juga. Hasil dari penelitian ini member arahan kepada pemasar hotel tentang cara mempromosikan hotel mereka dan meningkatkan keuntungan hotel tersebut. 


ABSTRACT


The objective of this study was to examine factors affecting hotel booking intention,attitude and trust. Based on previous studies, this research specifically investigated the effect of e-wom, discount strategies and hotel classes on consumer intention to book, attitude and trust hotel. By using experimental design, this research tried to uncover the main effects of e-wom, discount strategies, as well as hotel classes on intention to book, attitude and trust hotel. Further, this research also tried to reveal the interaction effect among above independent variables on intention to book, attitude and trust hotel. The sample of this research was 240 students of Universitas Indonesia who were then randomly assigned to each of treatment conditons. The results of this research showed significant main effects of e-wom, discount strategies, and hotel classes on intention to book, attitude and trust hotel. This research also showed a significant interaction effect of e-wom, discount strategies, as well as hotel classes on intention to book, attitude and trust hotel. The research results gave directions to hotel marketers on how to promote their hotels and increase their hotels occupancy rates.

"
2019
T54061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>