Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purba, Barnard Ceisaro
"Tesis ini membahas struktur dan komposisi jenis mangrove Segara Anakan, Cilacap. Penelitian kuantitatif ekologi hutan mangrove dilakukan dengan cara pencuplikan data menggunakan metode belt transek. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa struktur komunitas hutan mangrove di Segara Anakan, Cilacap merupakan hutan muda (regenerated forest) yang terdiri atas semai 72,1%, belta 27,4% dan pohon 0,5 %. Pada tingkat semai didominasi oleh Acanthus ilicifolius (INK 78,40%) dan ko-dominannya Sonneratia alba (INK 24,57%). Pada tingkat belta didominasi oleh Sonneratia alba (INK 95,32 %) dan jenis ko-dominannya adalah Avicennia marina (INK 72,74 %) dan untuk tingkat pohon didominasi oleh Sonneratia alba (INK 230,23 %) dan jenis ko-dominannya adalah Nypa fruticans (INK 37,47 %). Komposisi jenis mangrove terdiri atas 13 jenis yang semuanya merupakan principal mangrove species. Kondisi hutan mangrove pada lokasi penelitian mengindikasikan perlunya upaya perlindungan terhadap kawasan hutan sehingga memberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang membentuk komunitas hutan mangrove yang didominasi oleh tingkat pohon.

The focus of this thesis is structure and composition of mangrove species in Segara Anakan, Cilacap. Quantitative ecology studies of mangrove forest of Segara Anakan, Cilacap done by sampling data using belt transects. In the study area shows that the structure of mangrove forest communities in Segara Anakan, Cilacap is a young forest (regenerated forest) with composititon of seedling 72,1%, sapling 27,4% and tree 0,5 %. At level seedling dominated by Acanthus ilicifolius (I.V . 78,40%) and codominant species is Sonneratia alba (I.V . 24,57%). At the level of belta dominated by Sonneratia alba (I.V. 95.32%) and codominant species is Avicennia marina (I.V. 72.74%). At level of tree dominated also by Sonneratia alba (I.V. 230.23%) and codominant species is Nypa fruticans (I.V. 37.47%). The mangrove species composition consist of 13 species that are all principal mangrove species. Conditions of mangrove forest on the location of the study indicate the need for efforts to protect the forest areas so as to provide an opportunity to grow and develop being a mangrove forests that dominated by tree level."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Nur Hakim
"Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta, merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang berada di Perairan Teluk Jakarta. PPS Nizam Zachman Jakarta berfungsi sebagai tempat pendaratan ikan, pemasaran ikan, pendaratan kapal-kapal perikanan dari berbagai ukuran, pertumbuhan unit usaha perikanan serta sebagai sentra nelayan. Aktivitas di PPS Nizam Zachman Jakarta berpotensi menghasilkan limbah yang akan menurunkan kualitas perairan. Untuk meminimalkan penurunan dampak limbah terhadap kualitas perairan dari aktivitas PPS Nizam Zachman, diperlukan ketersediaan data yang terkait dengan kualitas perairan dalam rangka mengevaluasi dampak kegiatan PPS Nizam Zachman Jakarta terhadap lingkungan perairan. Untuk mengetahui kondisi kualitas lingkungan perairan, dilakukan pengukuran parameter fisika dan kimia yang hasilnya dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut yang diperuntukan bagi perairan pelabuhan. Secara biologis, kualitas suatu lingkungan perairan dapat diketahui dengan kehadiran atau ketidakhadiran fitoplankton sebagai bioindikator melalui Indeks Keanakeragaman (H?), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi perairan di PPS Nizam Zachman Jakarta mendekati atau telah berada diatas ambang batas yang ditentukan. Sedangkan berdasarkan struktur komunitas fitoplankton mengindikasikan perairan berada pada kondisi tercemar berat sampai tercemar sedang. Berdasarkan analisis AHP diketahui bahwa Instrumen yang digunakan dalam pengelolaan kualitas lingkungan perairan PPS Nizam Zachman Jakarta berdasarkan skala prioritas adalah 1) instrumen sosial budaya dan pendidikan, 2) instrumen teknologi, 3) instrumen ekologi, 4) instrumen ekonomi dan 5) instrumen hukum. Sedangkan Strategi yang perlu dilakukan dalam pengelolaan kualitas lingkungan perairan PPS Nizam Zachman Jakarta berdasarkan skala prioritas adalah 1) Optimalisasi kegiatan sanitasi dan higiene, 2) Pembinaan stakeholder, 3) Perbaikan sistem & teknologi, 4) Partisipasi aktif masyarakat, and 5) Optimalisasi penegakan hukum. Adapun program yang perlu dilakukan dalam pengelolaan kualitas lingkungan perairan PPS Nizam Zachman Jakarta berdasarkan skala prioritas adalah 1) Sosialisasi dam bimbingan teknis, 2) Penghargaan dan sanksi, 3) Penyediaan dan perbaikan fasilitas, 4) Gerakan bersih pelabuhan, dan 5) Peningkatan koordinasi.

Nizam Zachman Jakarta Oceanic Fishing Port (PPS Nizam Zachman Jakarta) is one of the fishing port located in the Jakarta Bay waters. PPS Nizam Zachman Jakarta serves as a place for fish landing, fish marketing, fishing vessels landing from any kind of sizes, the growth of fishery business units and as fisherman center. The activities in PPS Nizam Zachman Jakarta will potentially generate waste that will reduce the water quality. To minimize the impact of waste on water quality from the activity of PPS Nizam Zachman Jakarta, hence it needs to be supported by the availability of data related to water quality in order to evaluate the impact of PPS Nizam Zachman Jakarta towards the water environment. To determine the water quality conditions, it can be conducted by measuring towards physical and chemical parameters. The test results were compared with the water quality standards by the Decree of the Minister of Environment Number 51 Year 2004 regarding Marine Water Quality Standards that intended for the port waters. Biologically, the quality of the water environment can be determined by the presence or absence of phytoplankton as a bioindicator by calculating the Diversity Index (H'), Equitability Index (E) and dominance index (D). The result showed that the water conditions in PPS Nizam Zachman Jakarta is closer to or has been over a specified threshold. Meanwhile from the phytoplankton community structure, the water in the conditions of heavily polluted to moderate polluted. The results of Analysis Hierarchy Process (AHP) showed that the alternative instruments using for management of water quality area of PPS Nizam Zachman Jakarta based on priorities are 1) the socio-cultural and educational instrument, 2) technology instrument, 3) ecology instruments, 4) economic instrument and 5) legal instrument. While, the strategy that need to be conducted in the management of water quality area of PPS Nizam Zachman Jakarta based on priorities are 1) optimizing sanitation and hygiene activities, 2) coaching stakeholders, 3) improving systems and technology, 4) active community participation, and 5) optimizing law enforcement. As for programs that need to be conducted in the management of water quality area of PPS Nizam Zachman Jakarta are 1) socialization and technical guidance, 2) rewards and punishment, 3) provide and improve the facilities, 4) port clean movement, and 5) improve coordination."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T32126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Untung
"Tesis ini membahas tentang penilaian kualitas perairan dalam upaya pengendalian pencemaran di wilayah pesisir kota pekalongan. Pada umumnya wilayah pesisir Kota Pekalongan digunakan oleh masyarakat sebagai lahan budidaya pertambakan, namun karena kondisi perairan yang keruh dan telah tercemar oleh beberapa bahan pencemar, kegiatan budidaya menjadi tidak maksimal dilakukan. Informasi terkini tentang kondisi karakteristik fisika, kimia dan biologi di perairan Kota Pekalongan dianggap masih terbatas. Oleh karena itu, diperlukan ketersediaan data parameter perairan di Kota Pekalongan. Penelitian dilakukan pada bulan September 2012 yang ditetapkan secara purposive, berdasarkan baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan pemerintah (KepMen KLH No.51/men-KLH/2004). Berdsarkan nilai TSS, TDS, DO, total fosfat, dan NH3 yang dibandingkan dengan baku mutu lingkungan dalam KepMen KLH No.51/men-KLH/2004, wilayah laut pesisir Kota Pekalongan sudah tercemar. Total beban cemaran tertinggi di muara sungai adalah TSS sebesar 8,317,79 mg/L. Adapun alternatif upaya yang perlu dilakukan adalah pengendalian pertumbuhan penduduk, penerapan teknologi melaui penerapan konsep 3R (reduce, reuse, recycle), pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) serta mengupayakan keberlanjutan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat.

The focus of this study is water quality assessment on control pollution effort in coastal areas of Pekalongan District. Generally, coastal areas of Pekalongan District was used as ponds culture, but as its waters condition and has been pollution by certain contaminant materials, its land culture activity has decreased and not maximally utilized. Recent information on physical, chemical and biological characteristic condition around Pekalongan District waters is limited. Therefore, parameter data availability was needed. Research was conducted in September 2012, which was determined as purposive, based on environmental quality standard enacted by government (Ministry of Environment Ministerial Decree No. 51/MEN-KLH/2004). Based on TSS, TDS, DO, phosphate total, and NH3 compared with environment quality standard in Ministry of Environment Ministerial Decree No. 51/MEN-KLH/2004, it realized that coastal areas of Pekalongan District were in polluted condition. Highest contaminant load total in outfall was TSS as amount 8,317,79 mg/L. Another alternative effort worth to be conducted is population growth control, applied technology based on 3R concept (reduce, reuse, recycle), Waste Water Plant, and conducting integrated communal solid waste management sustainability."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T32136
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Sardy Safri
"Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) merupakan sumberdaya ikan pelagis ekonomis penting di wilayah Labuan Kabupaten Pandeglang. Sekitar 60% produksi perikanan berasal dari ikan pelagis kecil yang termasuk ikan kembung lelaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran ukuran panjang total, hubungan panjang-berat, pola pertumbuhan, panjang pertama kali tertangkap dan kebiasaan makanan. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan pada bulan Mei, Juni dan Juli 2012 di Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan, Pandeglang.
Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Hasil tangkapan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) merupakan ikan dominan keempat (9%) setelah ikan tembang (24%), tongkol (16%) dan kurisi (11%) yang didaratkan di Kabupaten Pandeglang. Penangkapan ikan kembung lelaki oleh nelayan Labuan dilakukan dengan mengunakan jaring lingkar, jaring insang dan payang.
Dari hasil pengukuran ikan kembung lelaki sebanyak 168 ekor dengan ukuran panjang total 130 - 270 mm dengan rata-rata panjang total 184,59 mm dan modus 170 - 174 mm. Berat ikan kembung lelaki berkisar 16 - 210 g dengan rata-rata berat 69,59 g, sedangkan ukuran pertama kali tertangkap 183,4 mm. Pertumbuhan ikan kembung lelaki bersifat allometrik positif. Jumlah telur ikan kembung berkisar antara 39.300 - 324.800 butir. Makanannya terdiri dari plankton yang didominasi fitoplankton dari marga Nitzschia, Thalassiosira dan Thalassiothrix. Sedangkan untuk zooplankton didominasi Stomatopoda, Acetes zoea dan Calanoida (Copepoda). Musim pemijahan ikan kembung lelaki diduga pada bulan Juni.

Indian Mackerel (Rastrelliger kanagurta) is an economically important pelagic fish resources in Labuan Pandeglang. About 60% of fish production comes from small pelagic fish including Indian mackerel. This study aims to determine the composition of Indian mackerel size distribution, length-weight correlation, growth, length at first capture and food habits of fish caught. Sampling in this research was conducted in May, June and July 2012 in Labuan fishing port.
Research methods used were observation and interviews. Indian mackerel catches (Rastrelliger kanagurta) is the dominant fish four (9%) after the sardine (24%), tuna (16%) and Japanese Treadfin-Bream (11%) were landed in the district Pandeglang. Catching Indian mackerel by Labuan fisherman done by using purse seine, gill nets and seine net.
From the measurement results as much as 168 Indian mackerel with a total length of 130-270 mm with an average total length of 184.59 mm and a modus of 170-174 mm. The weight range 16-210 g with an average weight of 69.59 g, was length at first capture by the size of 183.4 mm. Growth of Indian Mackerel is alometric positive. The number of eggs Indian mackerel ranged from 39.300 - 324.800 egg. Food consists of plankton to the type of cover for phytoplankton dominated types of Nitzschia, Thalassiosira and Thalassiothrix. As for the zooplankton dominated Stomatopoda, Acetes zoea and Calanoida (Copepods). Indian Mackerel spawning season suspected in June.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 2013
T32169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evy Mariani
"Terumbu karang merupakan ekosistem yang kompleks dengan keragaman biologi tinggi yang mendukung produktivitas perikanan. Belum banyak penelitian mengenai informasi data bio-bisik, sosio-ekonomi, dan tata kelola dalam pengelolaan kawasan konservasi di Pangandaran Kabupaten Ciamis. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kondisi terumbu karang dari aspek bio-fisik, sosio-ekonomi, dan tata kelola sejak penetapan pencadangan sebagai kawasan konservasi laut serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Pengumpulan data kondisi biofisik terumbu karang dilakukan dengan metode transek garis (line intercept transect/LIT) pada lokasi Pasir Putih, Batu Mandi, Batu Layar, dan Batu Nunggal di 8 titik kedalaman (3 m dan 5 m).
Kondisi lingkungan terumbu karang dilakukan dengan pengukuran parameter-parameter kualitas perairan (suhu, kecerahan, salinitas, arus, dan pH). Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tata kelola dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan wawancara dengan 57 orang responden. Data sekunder kondisi terumbu karang sebelum dan sesudah penetapan kawasan konservasi laut di Pangandaran dikumpulkan dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya.
Indikator biofisik menunjukkan hasil trend tutupan karang hidup di kedalaman 3 m mempunyai kecenderungan menurun, dan kedalaman 5 m mempunyai kecenderungan tutupan karang hidup yang stabil. Kondisi terumbu karang di lokasi penelitian berada pada status buruk sampai dengan baik. Kondisi terumbu karang di Pangandaran dipengaruhi oleh aktivitas pariwisata dan aktivitas penangkapan ikan, serta peran aktif masyarakat dalam pengelolaannya. Pengelolaan kolaboratif kawasan konservasi terumbu karang di Pangandaran Kabupaten Ciamis merupakan faktor penentu kelestarian terumbu karang.

Coral reefs are complex ecosystems with high biodiversity that supports the productivity of fisheries. Not much information on the research of bio-physical, socio-economic, and governance in the management of conservation areas in Pangandaran Ciamis. The research was carried out to analyze the condition of coral reefs in the aspects of bio-physical, socio-economic, and governance since the establishment of marine reserves as a conservation area and the factors that influence. Biophysical condition of coral reefs conducted by the line intercept transect (LIT) at the location of Pasir Putih, Batu Mandi, Batu Layar, and Batu Nunggal in 8 point depths (3 m and 5 m).
The environmental conditions of coral reefs conducted by measuring the water quality parameters (temperature, brightness, salinity, currents, and pH). To find out the socio-economic conditions of society and governance is done by using a questionnaire and interviews with 57 respondents. Secondary data coral reefs before and after the establishment of marine protected areas in Pangandaran collected from the results of previous studies.
Biophysical indicator shows trend results live coral cover in depth of 3 m have a tendency to decline, and a depth of 5 m has a tendency to live coral cover was stable. The condition of coral reefs in the study sites are in poor to good status. The condition of coral reefs in Pangandaran is influenced by the activity of tourism and fishing activities, as well as the active role in its management. Collaborative management of coral reef conservation in Pangandaran Ciamis is an important determinant of coral reef conservation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T32944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panca Berkah Susila Putra
"Ikan tongkol lurik Euthynnus affinis, (Scombridae) merupakan ikan besar yang banyak tertangkap di perairan Laut Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi sebaran ukuran ikan tongkol, panjang pertama kali tertangkap, hubungan panjang-berat, pola pertumbuhan, kebiasaan makanan, nisbah kelamin, Tingkat Kematangan Gonad (TKG), Indeks Kematangan Gonad, fekunditas dan diameter telur ikan tongkol yang didaratkan di PPI Labuan. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei, Juni, dan September 2012.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran frekuensi panjang cagak ikan tongkol yang ditangkap berkisar 38-69 cm ( x = 50 cm). Ukuran pertama kali tertangkap 47,8 cm dengan panjang cagak ikan yang paling banyak tertangkap berkisar 49-51 cm. Hubungan panjang-berat ikan tongkol bersifat allometrik negatif. Ikan tongkol memakan ikan pelagis kecil, cumi dan teri. Nisbah kelamin antara ikan jantan : betina (1:1,4). Tingkat Kematangan Gonad ikan termasuk TKG III dan IV hal ini menunjukkan bahwa ikan dalam masa pemijahan. Indeks Kematangan Gonad rata-rata adalah 4,55%. Faktor kondisi berkisar antara 1,38-2,22. Fekunditas telur berkisar antara 852.000 - 2.056.609 butir dengan rata-rata 1.352.382 butir. Sedangkan diameter telur berkisar 1,28 - 1,8 mm.

Eastern little tuna Euthynnus affinis (Scombridae) is a pelagic fish which caught excessively in the Java Sea waters. The objective of this research is to determine the composition of these tuna size distribution, lenght at first capture, length-weight relationship, growth pattern, food content, sex ratio, gonad maturity level, gonado stomatic index, fecundity and eggs with diameter of their kind of fish caught and landed in PPP Labuan. Sampling was conducted in May, June and September 2012.
The results showed that the frequency distribution of fork lenght caught ranged 38-69 cm (x =50 cm). Size of lenght at first capture is 47.8 cm and most of them ranging from 49-51 cm. Length-weight relationship is allometric negative. The food of this fish species are small pelagic fish, squid and anchovies. Sex ratio the male: female (1:1.4). Gonad maturity level of fish at TKG III and IV indicating that the fishes are in the spawning seasons. Gonad Maturity Index is 4.55%. The condition factor ranged from 1.38 to 2.22. Fecundity ranged from 852,000 - 2,056,609 eggs (average 1,352,382 eggs). While the eggs diameter ranged from 1.28 to 1.8 mm."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T32736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elviqar
"Analisis vegetasi dan studi regenerasi di Hutan Adat Imbo Mengkadai (HAIM), Desa Temenggung, Kabupaten Sarolangun, Provinsi jambi dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2012. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode petak 1 hektare. Inventarisasi spesies-spesies pohon dilakukan dengan 100 petak yang masing-masing berukuran 10x10 m. Hasil inventaris pohon diameter ≥ 10 cm tercatat 79 spesies, dari 765 individu pohon dengan total luas bidang dasar 44,85 m2. Tercatat pula untuk tingkat belta sebanyak 82 spesies, dari 1404 individu dengan total luas bidang dasar 7,70 m2. Pada tingkat semai sebanyak 64 spesies, dari 797 individu dengan total luas bidang dasar 0,02 m2. Kepindis putih (Sloetia elongata) mendominasi pada tingkat pohon, yang diikuti oleh Kelat merah (Ctenolophon parvifolius) dengan nilai kepentingan (NK) berturut - turut 28, 97% dan 19,68%. Analisis sebaran spesies terdapat 21 spesies umumnya terdapat di hutan sekunder dan 75 spesies umumnya terdapat di hutan primer. Seluruh pohon yang terdapat di HAIM adalah tumbuhan asli yang tumbuh secara alami, dan beberapa di antaranya termasuk dalam kategori langka dan dilindungi oleh hukum di Indonesia. Di antara 10 spesies utama S. elongata, Baccaurea javanica dan C. parvifolius merupakan spesies memiliki jumlah belta dan semai yang tinggi. Pohon Kepindis putih (S. elongata) merupakan spesies dengan jumlah kerapatan tinggi pada tingkat pohon dan pada belta sebaliknya pada tingkat semai menurun. Hal tersebut menunjukkan mungkin suatu saat nanti S. elongata akan berkurang di kawasan hutan adat dan digantikan oleh spesies lain, seperti B. javanica yang jumlahnya menjadi lebih dominan. Keadaan struktur dan komposisi flora HAIM yang sedang mengalami suksesi dapat menuju hutan klimaks jika kawasan tidak terganggu. Sebanyak 78 spesies atau 81,25% dari total keseluruhan spesies pohon yang tercatat mengalami regenerasi dalam kawasan. Di masa depan HAIM akan didominasi oleh spesies pohon hutan primer seperti Ctenolophon parvifolius dan spesies-spesies dari famili Dipterocarpaceae, dengan pohon induk saat ini tersebar di seluruh kawasan HAIM.

Vegetation analysis and tree regeneration study in the Hutan Adat Imbo Mengkadai (HAIM), Temenggung Village, Sarolangun Regency, Jambi Province was conducted from October until December 2012. A tree species enumeration was carried out in a one-hectare plot. A total of 765 trees (diameter at breast high, dbh ≥ 10 cm) with total basal area of 44,85 m2 comprising 96 species were recorded. The sapling species recorded were 82, consisting of 1404 individuals, with a total basal area of 7,70 m2 while for the seedlings 797 individuals with a total basal area of 0.02 m2were recorded, representing 64 species. Kepindis putih (Sloetia elongata) and Kelat merah (Ctenolophon parvifolius) were dominant with the Importance Values of 28,97% and 19,68% respectively. The presence of S. elongata, C. parvifolius, Shorea spp., Pimelodendron griffithianum, among others , indicated that the forest was a regenerating natural forest leading to the primary forest. Among the 96 species recorded, 21 species were trees commonly found in secondary forests and 75 species of trees the primary forest. All tress in the forest are native plant that grows naturally, some of which are included in the category of rare and protected by the laws of Indonesia. Among the 10 prevalent species, S. elongata, Baccaurea javanica, and C. parvifolius contained the highest number of sapling and seedling. The Kepindis putih tree S. elongata, which was the species with highest in the sapling stage and contained high density in seedling stages may initially grow readily in the forest, but it will be eventually replaced as the dominant by other primary forest species, such as Ctenolophon parvifolius and Shorea spp. In term of structure and floristic composition, the forest at HAIM is undergoing succession leading to the climax forest if undisturbed. A total of 78 species (81,25%) have been regenerating in the plot. In the future the forest will be dominated by primary forest species, whose parent trees are currently scattered throughout the forest of HAIM."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T34605
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Syukur Yasin
"Penelitian ini bertujuan untuk menduga jumlah produksi penangkapan dan jumlah upaya penangkapan kerapu sunu yang dapat memberikan keuntungan optimal baik secara ekonomi maupun secara biologi. Parameter ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga, biaya input dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain itu, dalam penelitian ini juga menggunakan parameter biologi seperti pertumbuhan biologi, koefisien daya tangkap, daya dukung lingkungan yang diestimasi dengan menggunakan Surplus Produksi Walters dan Hilborn yang mengikuti pertumbuhan logistik dan Surplus Produksi CYP yang mengikuti pertumbuhan Gompertz. Alat tangkap yang dioperasikan adalah pancing dan bubu lipat.
Hasil perhitungan pada tingkat bunga 34 persen pertumbuhan logistik menunjukkan bahwa biomassa optimal (x*) 47,09 ton per tahun, penangkapan optimal (h*) 52,37 ton per tahun dan upaya optimal (E*) 44.776 per trip per tahun, rente ekonomi diperoleh sebesar Rp 3,648 milyar per tahun, sedangkan model pertumbuhan Gompertz menunjukkan bahwa biomassa optimal (x*) 9,09 ton per tahun, penangkapan optimal (h*) 43,92 ton per tahun dan upaya optimal (E*) 36.379 per trip per tahun, sedangkan rente ekonomi atas sumberdaya kerapu sunu diperoleh sebesar Rp 3,108 milyar per tahun. Persentase tingkat pemanfaatan JTB (jumlah tangkapan yang dibolehkan) sebesar 90,57% dengan effort JTB sebesar 50,85%.

This study aims to predict the amount of production, arrests and number of coral trout grouper fishing effort that can provide optimal benefit both economically and biologically. Economic parameters used in this study are prices, input costs by using the consumer price index (CPI) southeast Sulawesi province. In addition, in this study also uses biological parameters such as growth biology, capture power coefficient, the estimated carrying capacity of the environment by using surplus production Walters and Hilborn who follow logistic growth and the surplus production CYP follow Gompertz growth. Fishing gear is fishing and fish traps operated folding.
The results of calculations at an interest rate of 34 percent growth in logistics show that optimal biomass (x*) 47,09 tons per year, optimal harvest (h*) 52,37 tons per year and the optimal effort (E*) 44.776 per trip per year with economic resources rent Rp 3,648 billion by logistic growth of model and Gompertz growth of model showed optimal biomass (x*) 9,09 ton, optimal harvest (h*) 43,92 ton and optimal effort (E*) 36.379 per trip with economic resources rent Rp 3,108 billion. JTB percentage utilization rate (the number of attempts allowed) of 90,57 % with 50,85 % of JTB effort.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T38668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita Kudsiyati
"Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Juni 2019 di rumah kaca sentral hidroponik Agrowisata Cilangkap, Jakarta Timur, dan di Laboratorium Fisiologi TumbuhanDepartemen Biologi Universitas Indonesia. Tujuan pertama penelitian yaitu untuk
menghasilkan pupuk bokashi dari pengolahan limbah ampas tebu dengan aktivator EM-4, MOL Pepaya, MOL bonggol pisang, dan MOL kotoran sapi. Tujuan kedua penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh pemberian bokashi limbah ampas tebu terhadap pertumbuhan tanaman selada. Pupuk bokashi dibuat dengan 6 macam perlakuan (P0-P5). Parameter yang diukur meliputi parameter kualitatif (warna, bau, dan tekstur) dan parameter kuantitatif (suhu, kadar air, pH, dan kandungan unsur hara C, N, P, K). Data parameter bokashi dianalisis secara deskriptif, kemudian dibandingkan dengan standar kualitas kompos menurut SNI 19-7030 tahun 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk bokashi dapat dihasilkann dalam 21 hari dengan hasil kandungan unsur hara yang telah sesuai dengan SNI 19-7930 tahun 2004. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh P5 dengan karakteristik berwarna coklat kehitaman, berbau seperti tanah,bertekstur gembur, suhu 37 0C, kadar air 50 %, pH 6,5, kandungan unsur hara C 49,36 %, N 1,01%, P 0,33%, dan K 0,34%. Parameter pengaruh pupuk bokashi limbah ampas tebu terhadap
pertumbuhan tanaman selada yag diukur meliputi parameter kualitatif (warna daun dan uji organoleptik daun selada) dan parameter kuantitatif (tinggi tanaman, panjang akar, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, dan berat kering akar). Data parameter selada dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu faktor dan dilanjutkan
dengan uji Tukey Honestly Significant Difference taraf kepercayaan 95 % untuk mengetahui perbadaan di antara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam perlakuan berpengaruh terhadap parameter pertumbuhan tinggi tanaman, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, dan berat kering akar, akan tetapi tidak berpengaruh pada parameter panjang akar. Hasil pertumbuhan selada terbaik ditunjukkan oleh perlakuan P5 dengan warna daun Light Green (Faber Castell), mempunyai rasa daun yang enak, dengan rata-rata tinggi tanaman 21,74 cm, panjang akar 18,50 cm, berat basah tajuk 25,74 g, berat kering tajuk 1,16 g, berat basah akar 2,79 g, dan berat kering akar 0,20 g.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54808
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Afriyani
"Acanthaster planci anggota filum Echinodermata diketahui memiliki mekanisme pertahanan diri, baik mekanisme fisik maupun kimia. Pertahanan secara kimia karena adanya senyawa metabolit sekunder dalam Acanthaster planci yang diduga membuat hewan ini memiliki sifat antifeedant. Saponin adalah salah satu senyawa metabolit sekunder yang dominan dijumpai dalam A. Planci. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak Acanthaster planci bersifat antifeedant, serta membuktikan apakah saponin adalah senyawa yang bertanggung jawab sebagai senyawa antifeedant. Uji kualitatatif senyawa saponin dilakukan dengan metode Liebermann Burchard pada ekstrak A. planci kering. Untuk mengetahui bahwa senyawa saponin yang bertanggung jawab dalam proses antifeedant tersebut, pengujian juga dilakukan dengan menggunakan ekstrak A. planci fraksi air, etil asetat, dan n-heksan. Objek pengamatan adalah ikan-ikan karang di perairan Pulau Pramuka-Kepulauan Seribu, yang diberikan perlakuan berupa pemberian pakan kontrol dan pakan uji yang mengandung ekstrak metanol A. planci, kemudian diamati jumlah pakan yang dimakan, serta jenis dan perilaku ikan terhadap pakan yang diberikan. Hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan uji non-parametrik Wilcoxon dan Friedman. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak A. planci dengan fraksi air bersifat antifeedant, yang juga didukung dengan hasil positif adanya senyawa saponin pada ekstrak A. planci dengan pelarut air dan metanol. Hasil uji saponin pada fraksi n-heksan yang bersifat nonpolar bersifat negatif, sedangkan ekstrak A.planci dengan fraksi etil asetat yang bersifat semipolar menunjukkan adanya senyawa lain selain saponin, yaitu terpenoid.

Acanthaster planci as member of phylum Echinodermata having mechanical defense both physical defense and chemical defense. Its chemical defense showed by secondary metabolites that is consider as antifeedant. Saponin is one of dominant secondary metabolites on A. Planci star fish. The research determines A. planci extract is antifeedant, furthermore saponin is the compound which responsible of this. The Liebermann Burchard test to A. planci dry extract to determine the saponin. In order to know that saponin has consider to be antifeedant, the test also use to fractionation extract with three different solvents, aquades, n-hexane, and etile acetate. Antifeedant test use the reef fishes on Pramuka Island water-Seribu Islands, as predator. Feeding experiments involve reef fishes making choices between food treated with A. planci extract and control foods. The data contains food score and fish behaviours. Field experiments with food treated methanol extract analyze with Wilcoxon paired-sample test, and experiments with fractionation extract using Friedman non-parametric test. Experiments result show that A. planci with methanol extract and aquades fraction are antifeedant. It`s also support by qualitative test about saponin. Saponin found negative on extract with n-hexane and etile acetate fractions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T38629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   2 3 4 5 6 7 8 9 10 11   >>