Penelitian ini mengeksplorasi dimensi spasial dari pertumbuhan ekonomi, redistribusi, dan pengentasan kemiskinan di Indonesia selama periode Susilo Bambang Yudhoyono (yaitu, dari 2004 hingga 2014 menggunakan metode dekomposisi kemiskinan, growth incidence curve, dan beberapa indeks pertumbuhan yang pro-poor. Data yang digunakan berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahunan yang diadakan di Indonesia antara tahun 2004 dan 2014. Tesis ini menyajikan tiga wawasan ekonomi utama selama periode Susilo Bambang Yudhoyono: 1) insiden kemiskinan menurun secara signifikan antara tahun 2004 dan 2014, 2 ) pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama periode ini umumnya tidak berpihak pada orang miskin, dibuktikan dengan kurva insiden pertumbuhan yang miring ke atas, dan 3) perbedaan regional ada dalam bentuk kurva insiden pertumbuhan; karena itu pro-poor pertumbuhan ekonomi bervariasi antar provinsi. Dengan menggunakan sistem klasifikasi yang dilakukan oleh Kakwani dan Pernia (2000), penulis mengklasifikasikan provinsi ke dalam lima kelompok berikut ini sehubungan dengan pro-poor growth index (PPGI). Hasil empiris mendukung pertumbuhan yang berpihak pada penduduk miskin. Namun, beberapa provinsi seperti Maluku Utara, Gorontalo dan Bengkulu mengalami pertumbuhan untuk non-pro-poor dan pro-poor yang lemah. Untuk mempromosikan pertumbuhan yang berpihak pada penduduk miskin di semua provinsi, dukungan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia sangat penting untuk provinsi-provinsi yang tertinggal tersebut.
This thesis explores the spatial dimensions of economic growth, redistribution, and poverty reduction in Indonesia during the Susilo Bambang Yudhoyono period (i.e., from 2004 to 2014) using the poverty decomposition method, the growth incidence curve, and several pro-poor growth indices. I gathered my data from the annual National Socio-economic Surveys conducted in Indonesia between 2004 and 2014. Analyzing this data, my thesis presents three key economic insights about the Susilo Bambang Yudhoyono period:1) poverty incidence significantly declined between 2004 and 2014, 2) the economic growth that occurred during this period was generally not pro-poor, made evident by an upward sloping growth incidence curve, and 3) regional differences exist in the shape of the growth incidence curve; the pro-poorness of economic growth therefore varies between provinces. Using the classification system proposed by Kakwani and Pernia (2000), I classify provinces into the following five groups with respect to their pro-poor growth index (PPGI). Our empirical results support the pro-poor growth in a nation. However, some provinces such as North Maluku, Gorontalo and Bengkulu experienced non-pro-poor growth and weakly pro-poor. To promote the pro-poor growth in all provinces, the governmental supports in infrastructure and human capital development are essential for the above lagged provinces.
"
Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan tempat persalinan ideal untuk mendapatkan kesehatan optimal bagi ibu maupun bayi. Hampir seluruh ibu di Indonesia telah memiliki akses ke pelayanan kesehatan namun 20% persalinan tidak dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Balitbangkes, 2019). Studi ini membahas tentang pengaruh performa dan jenis pelayanan kesehatan ibu terhadap perilaku pemilihan tempat bersalin berdasarkan data SIRKESNAS 2016 dengan analisa regresi logistik. Beberapa temuan diantaranya adalah antenatal care (ANC), program perencanaan persalinan dan asuransi kesehatan memiliki pengaruh signifikan dalam pilihan tempat bersalin. Lebih dalam lagi, pelayanan ANC yang memiliki pengaruh signifikan pada pemilihan fasilitas pelayanan kesehatan sebagai tempat bersalin adalah tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan ANC, pemeriksaan tekanan darah dan ultrasonografi (USG) maternal. Edukasi kesehatan maternal selama ANC juga memiliki pengaruh pada pemilihan tempat bersalin namun tidak signifikan. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pelayanan ANC terutama penyediaan tenaga kesehatan yang tepat dan pelayanan pemeriksaan maternal terutama pemeriksaan tekanan darah dan USG serta pelaksanaan program perencanaan persalinan dan peningkatan cakupan asuransi kesehatan hendaknya menjadi konsen utama dalam kebijakan program kesehatan maternal terutama untuk mendorong persalinan di fasilitas kesehatan.
Health facility is an ideal place for child birth to obtain optimum outcomes for maternal and neonatal health. Most of mothers in Indonesia have access to healthcare but 20% of them do not give birth in a healthcare facility (Balitbangkes, 2019). This study discusses the influence of the maternal health services on choosing a healthcare facility for birth. This research utilized the SIRKESNAS 2016 data and analyzed it using logistic regression. Some findings shown that antenatal care (ANC), birth planning, and health insurance have a significant influence on the decision of a healthcare-facility birth, and the service of ANC particularly the health professional provider and maternal examination such as in the form of blood pressure test and ultrasonography (USG) substantially affect the decision regarding the place of birth. Although maternal education during ANC also influences it, but it statistically has weak significance. Thus, to encourage mother to deliver in a healthcare facility, improving the quality of ANC services including the availability health professional as an ANCs provider, providing blood pressure tests and USG maternal examination, and expanding the coverage of delivery insurance are the prominent concerns for healthcare policy
"