Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Atti Ratnawiati
"ABSTRAK
Sitikolin adalah neuroprotektor yang paling banyak digunakan untuk memperbaiki kerusakan neurologis pada penderita stroke iskemik, namun efektivitas sitikolin masih diperdebatkan berdasarkan penelitian ilmiah karena memberikan hasil yang heterogen. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi sitikolin terhadap fungsi neurologis yang dinilai dengan The National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) dan kemampuan fungsional yang dinilai dengan Barthel Index. Penelitian pada pasien stroke iskemik berdasarkan terapi sitikolin yang dilakukan di 18 rumah sakit di Indonesia yang berkontribusi dalam registri penyakit stroke. Desain studi penelitian ini adalah kohort retrospektif menggunakan data registri stroke Indonesia. Penilaian perbaikan fungsi neurologis berdasarkan perubahan nilai NIHSS sebesar > 2 poin dan penilaian kemampuan fungsional berdasarkan perubahan nilai Barthel Index sebesar > 20 poin yang diukur pada saat masuk dan keluar rumah sakit. Pasien stroke iskemik yang mendapat terapi sitikolin memiliki peluang perbaikan fungsi neurologis sebesar 1,34 kali (CI 95% 1,058-1,658) dibanding pasien yang tidak mendapat terapi sitikolin setelah dikontrol variabel neurorestorasi. Peluang perbaikan kemampuan fungsional pasien stroke iskemik yang mendapat terapi sitikolin sama dengan pasien yang tidak mendapat sitikolin setelah dikontrol dengan neurorestorasi dengan relative risk 1,07 (CI95% 0,879-1,293; p=0,53).

ABSTRACT
Citicoline is the most widely used neuroprotective to repair neurological deficit in ischemic stroke patients, however the effectiveness of citicoline is still controversial and raise arguments against scientific research because it provided heterogeneous results.The objectives of the study are to identify citicoline effect on neurological function improvement using The National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) and functional ability improvement using Barthel Index (BI) in the treatment of ischemic stroke patients at 18 hospitals involved in Indonesia stroke registry. The design of this study is retrospective cohort study using stroke registry data. Improvement of neurological function assessed by changes of NIHSS score >2 and improvement of functional ability assesed by changes of Barthel Index score > 20 as measured at the time of admission and discharge of the hospital.The result shows that the probability of functional neurological improvement on citicoline treatment group is higher than no citicoline treatment group with adjusted RR by neurorestoration is 1,34 (95% CI 1.058 to 1.658, p=0,0014). There is no difference of functional ability improvement between citicoline and no citicoline treatment group, with adjusted RR by neurorestoration is 1.07 (CI95% 0.879 to 1.293; p=0,53)."
2016
T45655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Rosemary
"ABSTRAK
Angka kejadian BBLR di Indonesia saat ini masih tinggi berkisar antara 7,9% - 16%, padahal pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan ingin menurunkan kejadian BBLR ini sampai 7% pada akhir Pelita VI. Banyak faktor yang menyebabkan kejadian BBLR yang tergantung pada kesehatan ibu selama hamil. Untuk menurunkan kejadian BBLR telah ditempatkan petugas dan fasilitas pelayanan kesehatan sampai ke daerah terpencil untuk ikut menjaga kesehatan ibu dan bayi selama masa kehamilan, persalinan dan masa sesudah persalinan.
Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara layanan antenatal dengan kejadian BBLR di kabupaten Bogor serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, karena angka kejadian BBLR di kabupaten Bogor masih cukup tinggi.
Rancangan penelitian adalah kasus kontrol tanpa matching dengan jumlah sampel seluruhnya 396 orang yang terdiri 198 kasus dan 198 kontrol, dengan hipotesis, layanan antenatal yang buruk berhubungan dengan kejadian BBLR.
Data diolah dengan analisa statistik univariat, bivariat, dan analisa muftivariat dengan menggunakan regresi logistik unconditional. Perangkat lunak yang dipakai ialah program Epi Info versi 6, Stata versi 3, 4 dan versi 5.
Penelitian menunjukkan bahwa kejadian BBLR pada ibu-ibu yang mendapat layanan antenatal buruk 6,23 (3,55 - 10,94) kali lebih besar dibandingkan bila ibu mendapat layanan antenatal baik (p<0,001). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian layanan antenatal maupun kejadian BBLR iafah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, paritas dan kelainan kehamilan. Selain itu juga terjadi interaksi antara kualitas layanan antenatal dengan pekerjaan ibu sehari-hari, yang menyebabkan kejadian BBLR pada ibu yang mendapatkan layanan antenatal dan melakukan aktivitas fisik berkisar antara 2,28 sampai dengan 11,53 kali lebih tinggi setelah dikontrol dengan pendidikan ibu, pekerjaan ibu, kelainan kehamilan, dan paritas.
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian BBLR ialah tinggi badan ibu, kebiasaan merokok pada ibu dan jenis kelamin bayi, tetapi bukan merupakan confounding terhadap layanan antenatal.
Program pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil perlu lebih digalakkan lagi karena belum semua ibu hamil di desa mau memeriksakan kehamilannya kepada petugas kesehatan. Frekuensi pemeriksaan perlu ditunjang dengan kelengkapan pemeriksaan yang sudah dikenal dengan 5T, penyuluhan dan konseling tentang pentingnya nutrisi ibu, istirahat cukup selama masa kehamilan agar ibu dan bayi mencapai kesehatan yang optimal.

ABSTRACT
Relationship Between Antenatal Care and Low Birth Weight in Bogor District, West Java Province, 1997The incidence of Low Birth Weight (LBW) in Indonesia is still high which is between 7,9 - 16%, nevertheless the Ministry of Health has a target which is to decrease the incidence to 7% by the end of Pelita VI. Several risk factors of LBW depend on the health status of the pregnant women. The government places health facilities and health personnel even to the most remote areas, to ensure that pregnant women and babies, are in healthy condition through out pregnancy, labor and post labor period.
This research is to investigate the relationship between antenatal care and LBW in Bogor district and their corresponding factors, as an explanation of the high LBW incidence in Bogor district.
Design of the study is case-control without matching. Respondents were 396 people which consist of 198 cases and 198 control. The hypothesis of this study is poor antenatal care causes high incidence of LBW.
Statistical analysis used in this study was univariate, bivariate and multivariate using unconditional logistic regression.
Results of this study shows that the incidence of LBW among mothers who received poor antenatal care was 6.23 times higher than those who received good antenatal care (p<0.001). Corresponding factors to antenatal care and LBW were mother's education, mother's job, parity and abnormal pregnancy. There was an interaction between antenatal care quality and mother daily activities, the incidence of LBW among mothers who received good/poor antenatal and had activities more/less than 5 hours/day was 2.28 times until 11.53 times higher after controlled by mother's education, mother's job, parity and abnormal pregnancy.
Other factors that correspond with LBW was mothers height, smoking and sex of the baby.
Health care programs for pregnant women need to be intensified because not all pregnant women goes to the health personnel for antenatal care. The frequency of examination has to be supervised by quality examination which are known as 5T, health education and counseling on nutrition during pregnancy to achieve optimally healthy mothers and babies."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 >>