Ditemukan 61 dokumen yang sesuai dengan query
Farrel Mahardhika Fajar
"Kelahiran prematur merupakan masalah berkepanjangan yang berhubungan dengan risiko morbiditas dan mortalitas bayi. Sistem inkubator dikemukakan untuk meminimalkan risiko kelahiran prematur. Salah satu sistem otomasi yang digunakan pada inkubator adalah regulasi panas dan kelembaban. Regulasi panas dan kelembaban umumnya dikendalikan menggunakan sistem kendali feedback seperti PID dan fuzzy-logic PID. Material PTC adalah material yang biasa digunakan sebagai pemanas ruangan. Sistem kendali digunakan untuk mengendalikan pemanas PTC agar mencapai suhu yang diinginkan. Pada penelitian ini dilakukan empat jenis eksperimen untuk mengevaluasi performa PTC sebagai pemanas inkubator dengan PID dan fuzzy logic-PID sebagai sistem kendali. Pertama, dilakukan uji karakteristik hambatan PTC terhadap suhu. Selanjutnya, PTC dihubungkan dengan kipas dan digunakan sebagai pemanas inkubator untuk diuji performa material sebagai pemanas. Eksperimen ini meliputi uji step response untuk mengetahui parameter yang diperlukan untuk tuning PID. Parameter ini kemudian digunakan pada kendali PID. Ditambah itu, diberikan implementasi fuzzy-logic pada PID untuk mengevaluasi perbandingan performa pengendali dengan performa inkubator yang sudah ada. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pemanas PTC dapat memanaskan udara pada inkubator dan dapat dikendalikan menggunakan sistem kendali PID dan fuzzy-logic PID. Meski performa lebih buruk dibandingkan sebagian besar inkubator yang sudah ada, konsumsi daya PTC yang hanya membutuhkan 120 Watt bersifat lebih hemat dibandingkan inkubator eksisting yang menghabiskan daya 350 – 400 Watt.
Premature birth is an everlasting problem that relates to the risk of morbidity and mortality of prematurely-birth infants. Incubator system was invented to minimize the risk. One of the automation systems that are used in incubator is heat and humidity regulation. This particular regulation system commonly uses feedback control system such as PID and fuzzy-logic PID. PTC material is the material commonly used as a room heater. In order to meet the desired temperature, control system is implemented to the PTC. This research evaluates the performance of PTC as incubator heater with PID and fuzzy logic-PID as the control system of choice. First, characteristic test is performed at the material to evaluate its heating performance. This test costists of step response test to determine parameters required to perform PID tuning. The obtained parameter is then calculated to determine the tuned PID parameter gains. After that, fuzzy logic is implemented to the system which controls those parameters based on the measured error and change of error. The result of both experiments are compared to existing incubators used in publications. The result of this comparison shows that PTC is capable of warming incubator to desired temperature and can be controlled with PID and fuzzy-logic PID. While the performance is inferior to majority of existing incubators, this tradeoff of more efficient power (120 Watt versus 350 – 400 Watt) can be considered as an alternative."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Aswin Guntara
"Penderita kelumpuhan tungkai dapat melakukan rehabilitasi gerak dengan menggunakan alat suportif seperti kursi roda, walker, crutches, maupun robot eksoskeleton. Penggunaan robot eksoskeleton memiliki dampak positif terhadap masalah gerak yang mereka hadapi. Meski demikian, robot eksoskeleton juga memiliki beberapa isu terkait dimensi yang besar, terasa tidak natural dan sulit dalam pemakaian. Dari masalah tersebut dicetuskan ide untuk mendesain sebuah implan elektromekanik. Tahapan pengembangan konsep yang dinamakan Endoskeletal Robotic Implant (ERI) mencakup identifikasi kebutuhan pelanggan, menentukan target spesifikasi produk, analisis ekonomi, mencari produk lain sebagai acuan, serta tahap pemodelan. Dari hasil telaah studi desain produk diciptakan beberapa konsep yang didesain secara computer-aided design (CAD) menggunakan software Solidworks. Desain dipilih dengan melihat kemampuan transmisi dalam mengamplifikasi torsi dan melakukan rentang gerak yang diharapkan. Sebuah pemodelan implan berbasis PLA dengan aktuator servo motor telah di realisasikan dengan amplifikasi transmisi yang menghasilkan torsi pada pemodelan sendi lutut menjadi 7,8 Nm. Selain itu pada desain terpilih, baterai bisa digunakan hingga 1 jam 25 menit. Pada desain terpilih terdapat beberapa kendala seperti customer needs yamg tidak bisa terkaji, isu etik dan pemasangan ERI yang cukup invasif. Di masa depan diharapkan isu tersebut akan terjawab dan didapatkan model yang paling efisien. Saat ini, studi desain produk yang dilakukan pada ERI belum dapat menjadi pilihan bagi penderita kelumpuhan.
Leg paralysis patients can treat by rehabilitation using supportive devices such as wheelchairs, walkers, crutches, and exoskeleton robots. The use of exoskeleton robots has a positive impact on their ambulatory problems. However, the exoskeleton robot also has several issues related to large dimensions, un-natural feelings and difficult to wear. From these issues, raise an idea to design an electromechanical implant inside the human body. The idea called Endoskeletal Robotic Implant (ERI), we do a concept development process includes identifying customer needs, establishing target specifications, economic analysis, benchmarking of competitive products, and modeling stage. From this product design, several concepts were created using computer-aided design (CAD) using Solidworks software. The design was chosen by looking at the transmission's ability to amplify torque and perform the natural joint range of motion. A PLA-based implant modeling with a servo motor actuator has been created with a transmission amplification that generates torque in the knee joint modeling to 7.8 Nm. In addition, ERI’s battery can be used up to 1 hour 25 minutes. However, in the selected design there were several obstacles such as customer needs that could not be assessed, ethical issues and the installation of ERI which was quite invasive. In the future, we hoped that this issue will be answered, and the most efficient model will be obtained. For now, ERI design cannot be an option for people with paralysis"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Fadhriz Qadrul Amien
"Visualisasi adalah sebuah tampilan yang dapat membantu atau menciptakan sebuah gambaran dari objek yang ingin ditampilkan secara 3D. Pada kasus ini, Bioimaging adalah salah satu upaya untuk melihat sel-sel yang ada di dalamnya dengan cara sederhana, tetapi diharapkan dengan adanya visualisasi tambahan ini, maka dapat memudahkan dan membantu membaca sel-sel yang ada pada Bioimaging tersebut. Machine learning berperan sebagai penanda otomatis untuk sel-sel yang sudah ditandai atau yang sudah diplot sebelumnya, hal ini akan membantu mengurangi waktu yang akan dimakan ketika akan membaca sel-sel pada bioimaging. Perhitungan jumlah sel pada Bioimaging juga dibutuhkan oleh para dokter sel, karena itu perlu juga adanya pembaca otomatis untuk jumlah sel yang ada pada Bioimaging. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang sebuah simulasi dalam rangka proses visualisasi dengan software open source Ilastik, ImageJ dan Vaa3D. Metode yang digunakan adalah metode kombinasi yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif, lebih spesifiknya yaitu model sekuensial atau berurutan. Perangkat lunak yang dikembangkan dapat menghasilkan visualisasi citra yang dipisah menjadi 2 bagian yaitu, bagian kualitatif dan bagian kuantitatif, kualitatif adalah bagian prediksi sel dengan Machine Learning pada Bioimaging, sementara kuantitatif adalah bagian perhitungan sel dari Bioimaging. Metode yang diusulkan memiliki akurasi perhitungan sel sebesar kurang lebih 75 persen, bergantung pada datanya.
Visualization is a display that can help or create a picture of the object you want to display in 3D. In this case, Bioimaging is an effort to see the cells in it in a simple way, but it is hoped that with this additional visualization, it will make it easier and help to read the cells in the Bioimaging. Machine learning acts as an automatic marker for pre-tagged or plotted cells, this will help reduce the time it will take to read cells in bioimaging. Calculation of the number of cells in Bioimaging is also needed by cell doctors, because of that it is also necessary to have an automatic reader for the number of cells in Bioimaging. The purpose of this study is to design a simulation within the framework of the visualization process with the open source software Ilastik, ImageJ and Vaa3D. The method used is a combination method, namely qualitative methods and quantitative methods, more specifically, sequential or sequential models. The developed software can produce image visualization which is divided into 2 parts, namely, the qualitative part and the quantitative part, the qualitative part is the cell prediction part with Machine Learning in Bioimaging, while the quantitative part is the cell calculation part of Bioimaging. The proposed method has a cell counting accuracy of approximately 75 percent, depending on the data."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Mufiedah
"Penelitian mengenai klasifikasi emosi manusia sudah berlangsung lama. Pada umumnya yang dikembangkan adalah algoritma pengklasifikasiannya dengan menggunakan dataset EEG laboratory-grade yang sudah tersedia secara bebas. Penelitian ini bertujuan membuat dataset klasifikasi emosi manusia berbasis peranngkat EEG komersil. Responden direkrut secara online dan yang memenuhi kriteria diminta untuk menonton 6 video stimuli emosi sambil direkam aktivitas kelistrikan otaknya menggunakan perangkat EEG komersil. Tiap video stimuli diperuntukkan untuk memancing emosi yang berbeda, yaknik emosi sedih, takut, jijik, marah, tenang, dan senang. Responden juga diminta unutk mengisi kuesioner untuk tiap video stimuli yang ditonton. Dari 27 responden yang direkam data EEG-nya, hasil rekam dari 3 responden harus dieliminasi karena kualitas hasil rekam yang buruk. Hasil analisa kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar video stimuli sudah berhasil memancing emosi responden sesuai dengan tujuannya. Sedangkan hasil rekam signal EEG dibuat dataset untuk melatih algoritma Deep Learning model Recurrent Neural Network (RNN) untuk klasifikasi emosi manusia. Setelah melewati 16 epoch dan tidak ada perbaikan sampai epoch ke-46, nilai akurasi yang dicapai adalah sebesar 33%.
The majority of studies on the classification of human emotions have relied on the analysis of pre-existing datasets. We generated a dataset using consumer-grade EEG devices, which could be a big step forward for EEG research. Respondents were recruited online based on specific criteria and asked to watch a series of six videos while recording their brain's electrical activity using an EEG device and asked to complete a questionnaire for each video they watched. Out of the 27 respondents whose EEG data were recorded, the recordings from 3 respondents had to be eliminated due to the poor quality of the recordings. The results of the questionnaire analysis show that most of the video stimuli have succeeded in evoking the intended respondents’ emotions. Meanwhile, the EEG signal recording results are made into a dataset to train the Deep Learning algorithm using Recurrent Neural Network (RNN) method for the classification of human emotions. After passing 16 epochs and no improvement until the 46th epoch, the accuracy value achieved is 33%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Silvia Savirawati
"Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 mewajibkan semua alat Kesehatan untuk dikalibrasi. Sebagai implementasi dari peraturan tersebut, Kementerian Kesehatan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 Tahun 2015 yang mengharuskan alat kesehatan untuk dikalibrasi minimal sekali dalam satu tahun. Defibrillator adalah salah satu alat kesehatan yang berfungsi untuk memberikan kejutan listrik kepada pasien yang mengalami gangguan jantung. Untuk memastikan akurasi dan ketertelusuran metrologi, defibrillator harus dikalibrasi minimal satu kali dalam setahun. Dalam melakukan kalibrasi defibrillator, digunakan perangkat bernama defibrillator analyzer. Seperti halnya defibrillator, defibrillator analyzer juga harus dikalibrasi untuk memastikan akurasi dan ketertelusuran metrology. Metode Monte Carlo digunakan dalam kegiatan kalibrasi defibrillator analyzer dengan menggunakan high voltage differential probe untuk melakukan estimasi ketidakpastian pengukuran. Metode Monte Carlo menggunakan propagasi distribusi dan umumnya memberikan hasil yang lebih dekat dengan kenyataan serta menghasilkan nilai ketidakpastian yang lebih baik. Hasil dari kalibrasi defibrillator analyzer adalah nilai pengukuran (measurand) dengan persentase antara 93% hingga 95%, dan perhitungan ketidakpastian menggunakan Metode Monte Carlo menghasilkan ketidakpastian yang valid sebesar 100%.
The Indonesian Government, through Law Number 44 of 2009, mandates calibration for all healthcare equipment. As an implementation of this provision, the Ministry of Health issued Ministerial Regulation Number 54 of 2015 concerning Testing and Calibration of Healthcare Equipment, which requires healthcare equipment to be calibrated at least once a year. A defibrillator is a medical device used to deliver an electric shock to patients with heart problems. To ensure accuracy and metrological traceability, a defibrillator must be calibrated at least once a year. During the calibration of a defibrillator, a device called a defibrillator analyzer is used. Similar to the defibrillator, the defibrillator analyzer also needs to be calibrated to ensure accuracy and metrological traceability. The Monte Carlo method is used in the calibration of the defibrillator analyzer, utilizing a high voltage differential probe to estimate measurement uncertainty. The Monte Carlo method employs distribution propagation and generally yields results closer to reality, producing better uncertainty values. The result of the defibrillator analyzer calibration is a measurand value (measurement value) ranging between 93% and 95%, and the uncertainty calculation using the Monte Carlo method yields a valid uncertainty value of 100%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Anisa Nur Istiqomah
"Pemeriksaan di instalasi radiologi setiap tahun semakin bertambah jumlahnya yang menyebabkan meningkatnya resiko bahaya radiasi pada petugas yang bekerja di medan radiasi. Pemantauan dosis radiasi telah dilakukan pada setiap petugas menggunakan dosimeter analog akan tetapi alat yang digunakan hanya dapat dibaca dalam 3 bulan sekali dan memiliki efek fading atau hilangnya dosis selama pemakaian. Lamanya waktu pembacaan dosis pada alat dosimeter analog menyebabkan petugas tidak menerima hasil bacaan tepat waktu. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dosimeter secara digital yang mampu menampilkan hasil secara real-time dan memiliki penyimpanan yang baik pada website berbasis internet of things. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sensor Geiger Muller M4011, rangkaian tegangan tinggi 350-400 Volt DC, rangkaian pembaca sinyal dan mikrokontroler ESP32. Pengujian kemampuan alat dilakukan dengan cara memberikan radiasi gamma pada alat prototipe dan dibandingkan hasilnya dengan alat standar Fluke 481. Analisis data dilihat rata-rata tiap pengujian dan standar deviasinya. Uji statistik menggunakan aplikasi Graphad Prism 9 untuk menyajikan statistik deskriptif dan uji beda menggunakan Mann Whitney test. Hasil perakitan sensor Geiger Muller M4011 dihubungkan dengan rangkaian tegangan tinggi 400 Volt dan mikrokontroler NodeMCU ESP32 DevKit V1 berhasil dirancang. Hasil dosis radiasi yang telah diolah ditampilkan dalam display OLED 128×64 dan aplikasi ThingSpeak melalui jaringan Wi-Fi. Prototipe mampu menangkap radiasi dengan rata-rata dan standar deviasi 0,02±0,01, pada alat standar Fluke 481 yaitu 0,01±0,002 pada jarak 15cm, 0,01±0,01 dan 0,009±0,00 pada jarak 30cm dan 0,008±0,009 dan 0,009±0,00 pada jarak 45cm. Hasil uji beda menggunakan
Mann Whitney test mendapat p-value 0,0015, >0,9999, dan 0,018. Perbaikan dimensi alat dan pemilihan jenis sensor dapat dilakukan meningkatkan kemampuan prototipe serta pengujian alat menggunakan sumber radioaktif berenergi besar atau menggunakan pesawat sinar-X untuk melihat kemampuan alat menangkap energi terendah dan tertinggi.
Examinations at radiology installations are increasing every year which causes an increased risk of radiation hazards for officers working in the radiation field. Radiation dose monitoring has been carried out for each officer using an analog dosimeter, but the tool used can only be read once every 3 months and has a fading effect or loss of dose during use. The length of time it takes to read the dose on the analog dosimeter device causes officers not to receive the readings on time. This study aims to create a digital dosimeter capable of displaying real-time results and having good storage based on internet of things (IoT). The research was conducted using the Geiger Muller M4011 sensor, a high voltage circuit of 350-400 Volt DC, a signal reader circuit and an ESP32 microcontroller. Testing the capability of the device is carried out by giving gamma radiation to the prototype and comparing the results with the standard Fluke 481. Data analysis looks at the average of each test and its standard deviation. The statistical test used the Graphpad Prism 9 application to present descriptive statistics and the different test used the Mann Whitney test. The results of the Geiger Muller M4011 sensor assembly connected to a 400 Volt high voltage circuit and the NodeMCU ESP32 DevKit V1 microcontroller were successfully designed. The processed dose results are displayed on a 128×64 OLED display and the ThingSpeak application via a Wi-Fi network. The prototype captured radiation with a mean and standard deviation of 0.02±0.01, on the standard Fluke 481 0.01±0.002 at 15cm distance, 0.01±0.01 and 0.009±0.00 at 30cm distance and 0.008±0.009 and 0.009±0.00 at a distance of 45cm. The different test results using the Mann Whitney test got p-values of 0.0015, >0.9999, and 0.018. Improvements to the dimensions of the tool and the selection of the type of sensor can be carried out to increase the ability of the prototype as well as testing the device using high-energy radioactive sources or using an X-ray machine to see the ability of the device to capture the lowest and highest energy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Meby Petraca
"Injektor kontras digunakan untuk memasukkan zat kontras ke dalam tubuh pasien, meningkatkan kontrast gambar medis untuk membantu diagnosis kondisi medis. Salah satu contohnya adalah pada pemeriksaan Pulmonary Embolism (PE), di mana Computed Tomography Pulmonary Angiography (CTPA) dengan menggunakan injektor kontras menjadi gold standard. Pentingnya keamanan pasien diakui sebagai kewajiban fasilitas pelayanan kesehatan. Metode gravimetri merupakan metode kalibrasi umum yang melibatkan pengukuran berat komponen dalam keadaan murni. Namun, metode ini memerlukan waktu yang cukup lama dan stabilisasi lingkungan. Pada penelitian sebelumnya telah membahas berbagai aspek teknis dan ketidakpastian yang terkait dengan metode Doppler ultrasound, memberikan dasar bagi penelitian lebih lanjut. Metode gravimetri (reference) digunakan sebagai standar atau acuan dalam pengukuran laju alir. Metode Doppler ultrasound digunakan sebagai metode alternatif untuk mengukur laju alir. Data diambil pada berbagai tingkat laju alir (3 mL/s, 5 mL/s, dan 10 mL/s). Pengolahan data pada metode gravimetri melibatkan penimbangan massa air, koreksi suhu, dan koreksi kalibrasi timbangan analitik. Pengukuran dengan Doppler ultrasound dilakukan dengan menggunakan mode Doppler pada alat ultrasonography. Pengukuran dengan memanfaatkan Doppler ultrasound pada alat ultrasonography tidak dapat dilakukan pada laju alir di bawah 3 mL/s. Pada titik 3 mL/s, akurasi pengukuran metode gravimetri (reference) sebesar 96%, sedangkan metode Doppler ultrasound mencapai 101%. Pada titik 5 mL/s, akurasi metode gravimetri (reference) sebesar 97%, sedangkan metode Doppler ultrasound mencapai 87%. Pada titik 10 mL/s, akurasi metode gravimetri (reference) sebesar 97%, sedangkan metode Doppler ultrasound mencapai 99%. Metode gravimetri (reference) memerlukan waktu yang cukup lama (± 1 Jam) dengan proses pengambilan data pada dua lokasi berbeda. Metode Doppler ultrasound membutuhkan waktu yang lebih singkat (± 100 detik) dan dapat dilakukan pada lokasi alat injektor kontras berada (insitu). Meskipun perbedaan antara kedua metode tidak selalu signifikan secara statistik, metode Doppler ultrasound menunjukkan keunggulan dalam hal waktu pengukuran yang lebih singkat
Contrast injectors are used to insert a contrast substance into the patient's body, enhancing the contrast of medical images to help diagnose medical conditions. One example is the examination of pulmonary embolism (PE), where computed tomography pulmonary angiography (CTPA) using a contrast injector became the gold standard. The importance of patient safety is recognized as a duty of healthcare facilities. Gravimetric method is a general calibration method that involves measuring the weight of components in pure condition. However, this method takes quite a while and stabilizes the environment. The previous research has addressed various technical aspects and uncertainties associated with the Doppler ultrasound method, providing the basis for further research. The gravimetric reference method is used as a standard or reference in the measurement of the flow rate. The data was taken at different flow rates (3 mL/s, 5 mL/s, and 10 mL/s). Data processing using gravimetric methods involves water mass weighing, temperature correction, and calibration correction of analytical scales. Doppler ultrasound measurements are performed using Doppler mode in ultrasonography. At 3 mL/s, the measurement accuracy of the gravimetric method is 96%, while the Doppler ultrasound method is 101%. At point 5 mL/s, the precision of the Gravimetric method is 97%, whereas the Doppler ultrasount method is 87%. At the point of 10 mL, the gravimetric reference method is 97% compared to 99%. The gravimetric method takes quite a long time (± 1 hour) with the data collection process at two different locations. The Doppler ultrasound technique takes a shorter time (± 100 seconds) and can be performed at the location where the contrast injector device is located. Although the differences between the two methods are not statistically significant, the Doppler ultrasound method shows an advantage in terms of shorter measurement times."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Pandi
"Pengolahan sinyal fisiologis, seperti Photoplethysmography (PPG), memerlukan penguatan dan filter dalam rentang 0,4 hingga 5 Hz. Derau dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk gerakan otot, pernapasan, powerline interference, atau bahkan internal noise dari perangkat itu sendiri. Metodologi penelitian ini menggunakan perbandingan filter analog Butterworth 2nd-order, 4th-order dan 8th-order. Sinyal uji input berasal dari simulator SPO2 tipe MS100 Contect yaitu dengan parameter SPO2 diatur pada 96% 60 Beats Per Minute. Data dari simulator dibaca oleh sensor PPG standar, dan dirubah oleh internal Analog Digital Converter (ADC) pada Nucleo-F429ZI dan data ADC dikirim ke komputer menggunakan protokol UART. Data tersebut disimpan dalam format comma-separated values untuk berikutnya disimulasikan pada model desain filter dengan LTspice (Linear Technology Simulation Program with Integrated Circuit Emphasis). Hasil penelitian menunjukkan Signal-to-Noise-Ratio Butterworth 8th-order yang paling rendah yaitu -0,077 dB sedangkan 4th-Order dan 2nd-Order secara berurutan -0,085 dB dan -0,089 dB
The processing of physiological signals, such as Photoplethysmography (PPG), necessitates amplification and filtering within the range of 0,4 to 5 Hz. Noise can stem from various sources, including muscle movements, respiration, interference from electrical grids, or even internal noise from the device itself. The methodology employed in this research utilizes analog Butterworth filters of 2nd-order, 4th-order, and 8th-order for comparison. The input test signal originates from an MS100 Contect SPO2 simulator with SPO2 parameters set at 96% and 60 Beats Per Minute. Data from the simulator is acquired by a standard PPG sensor and converted by the internal Analog-Digital Converter (ADC) on the Nucleo-F429ZI. The ADC data is then transmitted to the computer using UART protocol. The data is stored in comma-separated values format for subsequent simulation in the filter design model using LTspice (Linear Technology Simulation Program with Integrated Circuit Emphasis).The research results indicate that the Signal-to-Noise Ratio of Butterworth 8th-order is the lowest at -0.077 dB, while the 4th Order and 2nd Order have values of -0.085 dB and -0.089 dB, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Seni Purnamaningsih
"Ventilator kini memasuki generasi ketiga dengan beragam fitur, mode pemantauan, dan fitur keamanan yang luar biasa. Perbaikan atau perkembangan teknologi ini memfasilitasi bahkan mendorong pengembangan dan pengenalan mode ventilasi tambahan. Metode pengujian yang direkomendasikan oleh manufaktur ke staf teknis di rumah sakit tidak cukup untuk melakukan verifikasi kinerja penggunaan klinis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh mode pengukuran parameter fisiologis terhadap kinerja ventilator. Dengan cara membandigkan nilai yang dihasilkan saat menggunakan mode pengukuran parameter fisiologi pada pengukuran kinerja ventilator. Terdapat perbedaan nilai yang dihasilkan pada pengukuran kinerja ventilator pada saat menggunakan mode pengukuran parameter fisiologis yang tidak sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh manufaktur. Mode pengukuran parameter fisiologi yang tidak sesuai akan berpengaruh pada nilai dari tidal volume hasil pengukuran kinerja ventilator tersebut. Rata-rata nilai error pada parameter tidal volume dari penelitian 3 hasil uji ventilator sebesar 11%, hal ini terjadi karena ketidaktepatan penggunaan mode pengukuran parameter fisiologi pada ventilator tester yang digunakan pada saat melakukan pengukuran kinerja Ventilator ICU (Intensive Care Unit) sesuai dengan yang disarankan oleh manufaktur. Pada 8 parameter yang lain diantaranya Minute Volume, Respiration Rate, I : E Ratio, PIP (
Peak Inspiratory Pressure), MAP (
Mean Airway Pressure), PEEP (
Positive End-expiratory Pressure),
Inspiration Time,
Expiration Time tidak mempengaruhi hasil dengan menggunakan mode pengukuran parameter fisiologi BTPS (
Body Temperature Pressure, Saturated), STPD (
Standard Temperature, Pressure, Saturated), ATP (
Ambient Temperature Pressure).
The ventilator is now entering its third generation with an incredible range of features, monitoring modes and safety features. These technological improvements or developments facilitate and even encourange the development and introduction of additional ventilation modes. The test methods recommended by manufacturers to technical staff in hospitals are insufficient to verify performance for clinical use. This study aims to evaluate the influence of physiological parameter measurement modes on ventilator performance. By comparing the values produces when using the physiological parameter measurement modes on ventilator performance. By comparing the values produced when using the physiological parameter measurement mode to measure ventilator performance. There are differences in the values produced when measuring ventilator performance when using the physiological parameter measurements mode which is not in accordance with the recommendations provided by the manufacturer. An inappropriate physiological parameter measurement mode will affect the value of the tidal volume resulting from the ventilator performance measurement. The average error value in the tidal volume parameters from study 3 of the ventilator test results was 11 %, this occurred due to inaccuracy of using the physiological parameter measurement mode on the ventilator tester used when measuring the performance of the ICU (Intensive Care Unit) Ventilator as recommended by manufacturing. The other 8 parameters including Minute Volume, Respiration Rate, I : E Ratio, PIP (Peak Inspiratory Pressure), MAP (Mean Airway Pressure), PEEP (Positive End-expiratory Pressure), Inspiration Time, Expiration Time do not affect the results using physiological parameter measurement mode BTPS (Body Temperature Pressure, Saturated), STPD (Standard Temperature, Pressure, Saturated), ATP (Ambient Temperature Pressure)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Buyung Arief Hamzah
"Salah satu faktor yang cukup penting pada penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah peralatan kesehatan. Tanpa dukungan peralatan kesehatan yang baik dan aman maka pelayanan kesehatan yang berkualitas dan prima tidak akan tercapai. Penggunaan alat kesehatan dalam pelayanan kesehatan perlu dikontrol dalam sistem pemeliharaan yang baik. Tujuan penelitian adalah menganalisis sistem pemeliharaan peralatan kesehatan di RS X Jakarta Timur, jenis penelitian yaitu kualitatif bersifat deskriptif dengan desain pendekatan case study. Penelitian dilaksanakan di RS X Jakarta Timur pada bulan September – Oktober 2023. Subjek penelitian adalah tenaga kesehatan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan telaah dokumen. Data diperoleh dari informan dengan menggunakan analisis kualitatif kemudian ditarik kesimpulan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan masih adanya kekurangan sumber daya manusia yang belum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 28 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Teknisi Elektromedis, besaran dana yang dialokasikan untuk kegiatan harian pemeliharaan alat medis masih belum mencukupi, bahan baku yang disediakan belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan, peralatan dan fasilitas pengadaan alat medis belum memadai, kebijakan terkait pemeliharaan alat medis sudah disosialisasikan dengan baik, fungsi manajemen pemeliharaan sudah berjalan dengan baik. Secara umum dapat disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam sistem pemeliharaan alat kesehatan di Unit Pemeliharaan Alat Kesehatan RS X Jakarta Timur yang terkait sumber daya manusia, anggaran, suku cadang dan bahan baku. Tetapi dari segi kebijakan dan dan evaluasi pemeliharaan alat kesehatan sudah berjalan dengan baik. Dengan demikian dapat direkomendasikan bahwa untuk peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih baik perlu adanya penambahan sumber daya manusia bidang elektromedis, anggaran, bahan baku, suku cadang dan sarana prasarana lainnya.
One factor that is quite important in the provision of health services is health equipment. Without the support of good and safe health equipment, quality and excellent health services will not be achieved. The use of medical devices in health services needs to be controlled in a good maintenance system. The purpose of the study was to analyze the health equipment maintenance system at X Hospital, East Jakarta, the type of research was descriptive qualitative with a case study approach design. The research was conducted at X East Jakarta Hospital in September - October 2023. The research subjects were health workers. Data collection techniques were carried out by observation, in-depth interviews and document review. Data were obtained from informants using qualitative analysis and then research conclusions were drawn. The results showed that there was still a lack of human resources that were not in accordance with the Regulation of the Minister of Health and the Head of the State Personnel Agency Number 28 of 2013 concerning Functional Position of Electromedical Technician, the amount of funds allocated for daily activities of medical device maintenance was still insufficient, the raw materials provided were not fully in accordance with the needs, the equipment and facilities for the procurement of medical devices were inadequate, the policies related to the maintenance of medical devices had been well socialized, the management function of medical device maintenance had been well socialized, the maintenance management function has been running well. In general, it can be concluded that there are still some shortcomings in the medical device maintenance system at the Medical Device Maintenance Unit of East Jakarta X Hospital related to human resources, budget, spare parts and raw materials. But in terms of policy and and evaluation of medical device maintenance has been going well. Thus it can be recommended that to improve better health services it is necessary to increase human resources in the field of electromedicine, budget, raw materials, spare parts and other infrastructure facilities.Keywords: excellent health services, medical device, medical device maintenance management system."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library