Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kusumo Drajad Sutjahjo
"Jalan merupakan ruang terbuka umum dan sebagai fasilitas infrastruktur sebuah kota, berguna untuk lalu lintas bagi masyarakat dan pemerintah sualu negara. Karena jalan sebagai fasilitas infrastruktur yang penting, maka banyak dilakukan pembangunan jaringan jalan di kota dan daerah. Persoalan yang sering timbul di dalam pembangunan jaringan jalan di Indonesia adalah masalah pembebasan lahan. Hal ini terjadi karena adanya kebijakan pemerintah kota yang berkeinginan mengembangkan jaringan jalan dan di lain pihak masyarakat memiliki kepentingan atas tanah tersebut. Salah satu permasalahan pertanahan di dalam pembangunan jaringan jalan di perkotaan yaitu penentuan standar harga tanah yang terkena pembebasan tanah. Untuk mendapatkan standar harga tanah yang dapat diterima oleh masyarakat maka terlebih dahulu diperlukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kompensasi harga pembebasan tanah tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Dewi Sartika dan Jalan Sawangan Depok pada bulan Februari sampai dengan Juni tahun 2005. Permodelan studi analisis data yang digunakan regresi berganda dengan variabel bebasnya adalah: kelompok kondisi tanah, kondisi bangunan, kondisi aksessibilitas dan kondisi sosial masyarakat, sedangkan variabel tak bebasnya adalah harga tanah. Hasil analisis frekuensi, rata-rata responden meminta harga tanah pada jarak 350 meter sampai 4000 meter (dekat pusat Kota Depok) di atas Rp 1.000.000,- pada jarak 9000 meter turun mencapai Rp.500.000,- dan pada jarak 14000 meter harga naik Rp.1.000.000,- (dekat Kota Parung). Analisi regresi linier menunjukan hasil yang signifikan, tingkat signifikasi statistik F model yang dihasilkan sangat kecil yaitu sig 0,000 lebih kecil dari taraf nyata dari yang digunakan dalam studi ini yaitu 0,05. Ini berarti bahwa model yang diperoleh signifikan. Artinya bahwa diantara variabel bebas terdapat paling tidak satu variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap tinggi-rendahnya harga kompensasi penggantian tanah.
Hubungan fungsional antara variabel bebas dengan variabel tak bebas yang berpengaruh secara signifikan dalam pengujian parsial adalah: semakin jauh lokasi bidang tanah terhadap jarak jalan, semakin jauh lokasi bidang tanah terhadap CBD, dan semakin kecil luas bidang tanah menjadi semakin rendah harga tanah, sedangkan semakin dekat lokasi bidang tanah terhadap pusat kota, semakin teratur bidang, semakin baik topografi bidang tanah, hak tanah semakin jelas SHM tanah menjadi semakin tinggi harga tanah.
Hasil Model Kompensasi Pembebasan Harga Pengganti Tanah adalah persamaan regresi linier:
Y = -53157.4 + 3.341 NJOP - 18.594 JRK + 90162.581 PAM
Hasil model penelitian ini menghitung harga penggantian tanah yang nilainya rata-rata berada pada kisaran tengah antara harga pasaran dengan harga permintaan masyarakat, dan digambarkan pada peta kontur harga tanah kompensasi. Studi pengelolaan tanah di Indonesia harus telah dilakukan sampai didapatkan pola yang baik, sehingga dapat memuaskan semua pihak dan mengutamakan kesejahteraan rakyat.
Hasil penelitian ini merekomendasikan agar penentuan kompensasi harga penggantian tanah di dalam kasus pembebasan tanah untuk pembangunan jalan perlu memperhatikan variabel-variabel kondisi tanah, kondisi bangunan & lingkungan, kondisi aksesbilitas dan kondisi sosial dari masyarakat pemilik tanah, sehingga masyarakat tidak dirugikan.

Road is a public space and as infrastructure facility of the town. It is public good for traffic and society of the state. Road is an important infrastructure facility, so that many development of network of roads and towns are built. The problem which often rises in development of network road in Indonesia is the problem of land taking. It is caused by policy of government which want town to develop the network of road. On the other hand the society have their own interest importance of land. One of the problems is the standard compensations of land price, there is no significant value between the calculation. The factors influences compensations should be analyzed Pest, in order to get to the accepts price of stake holders. The compensation price model of land taking in this research use study analyze data of regression doubled with dependents variable is: group of condition of land, condition of building, condition of social condition and accessibilities of society, while the independent variable is land price. The result analysis frequency, responder mean ask land price at distance 350 meters until 4000 meters ( near by downtown of Depok) more than Rp1.000.000,- and when its distance 9000 meters go down to reach Rp.500.000,- and when the distance shows 14000 price meters go up Rp.I.000.000,- ( near by Town of Parung). Linear analysis of the regression value show that it is not mount statical significant. It is very small than table value is 0,05. The functional relationship between dependents variable and independent variable influence significant in partial calculation is that.
The father the location from CBD, the cheaper the land is, the smaller the land is, the cheaper it is on the contrary, the nearer the land to the town center, the more expensive it is. If the land is good and the legalization of the land is clear, so the land price is more expansive.
The result model is:
Y = -53157.4 + 3.341 NJOP - 18.594 JRK + 90162.581 PAM
The Result compensation model of land taking research calculate land price which is middle between market price and the society demand. The study management of land in Indonesia have to be done is good pattern, so that it can satisfy all stake holder. In conducting liberation of land for building road for public facility however the government must put forward social welfare the determinative of land compensation for road buildings must pay attention to variables of is condition of land, condition of building & environmental, condition of accessibilities social condition and the owner of that land, so that society well can not loss.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Yonathan
"[ABSTRAK
Industri properti adalah sebuah industri yang terkait hampir dengan semua jenis industri lainnya. Keunikan lain dari properti adalah sebagai salah 1 kebutuhan dasar manusia. Kedua hal ini membuat industri property dipilih dalam proses pemilihan industri. Pemilihan PT. Summarecon Agung Tbk. sebagai perusahaan yang dianalisis didasarkan pada 3 hal yaitu perubahan profitabilitas perusahaan dari penurunan berturut-turut menjadi kenaikan berturut-turut, keunggulan dibandingkan 2 perusahaan property tbk besar lainnya yang dipilih sebagai pembanding dalam proses seleksi, dan profitabilitas perusahaan di tahun 2013 yang di atas rata-rata industry. Keunggulan-keunggulan ini telah membuat PT. Summarecon Agung Tbk. menjadi sangat menarik untuk dianalisis, khususnya mengenai strategi korporasi, strategi bisnis, strategi keuangan, dan corporate action yang telah diterapkan oleh PT. Summarecon Agung Tbk. Analisis dan pembahasan ini akan dilakukan terhadap strategi-strategi korporasi dan tindakan-tindakan penting dari SMRA tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 yang terbagi atas 4 periode. Kemudian akan dilanjutkan dengan analisis dan pembahasan strategi keuangan yang mencakup pertumbuhan, investasi, pendanaan, operasional, profitabilitas, resiko, kinerja keseluruhan, dan nilai dari PT. Summarecon Agung Tbk. terkait strategi-strategi dan tindakan-tindakan korporasi selama 4 periode tersebut.

ABSTRACT
Real estate industry is an industry that related almost with all kinds of other industries. Another uniqueness of real estate, namely as one of the basic needs of human. Both of these make industrial real estate selected in the industry selection process. Selection PT. Summarecon Agung Tbk. as analyzed company is based on three things: the change of the company's profitability consecutive reduction into consecutive rise, advantages over two other major public real estate company selected as a comparison in the selection process, and the profitability of the company in 2013 were above the industry average. These advantages made PT. Summarecon Agung Tbk. become very interesting to be analyzed, particularly regarding corporate strategy, business strategy, financial strategy, and corporate action that has been applied by PT. Summarecon Agung Tbk. Analysis and discussion will be conducted on corporate strategies and critical actions of SMRA from 2004 to 2013, divided into 4 periods. Then will proceed with the analysis and discussion of the financial strategy that includes growth, investment, financing, operations, profitability, risk, overall performance, and the value of the PT. Summarecon Agung Tbk. related corporate strategies and actions during those periods.;Real estate industry is an industry that related almost with all kinds of other industries. Another uniqueness of real estate, namely as one of the basic needs of human. Both of these make industrial real estate selected in the industry selection process. Selection PT. Summarecon Agung Tbk. as analyzed company is based on three things: the change of the company's profitability consecutive reduction into consecutive rise, advantages over two other major public real estate company selected as a comparison in the selection process, and the profitability of the company in 2013 were above the industry average. These advantages made PT. Summarecon Agung Tbk. become very interesting to be analyzed, particularly regarding corporate strategy, business strategy, financial strategy, and corporate action that has been applied by PT. Summarecon Agung Tbk. Analysis and discussion will be conducted on corporate strategies and critical actions of SMRA from 2004 to 2013, divided into 4 periods. Then will proceed with the analysis and discussion of the financial strategy that includes growth, investment, financing, operations, profitability, risk, overall performance, and the value of the PT. Summarecon Agung Tbk. related corporate strategies and actions during those periods., Real estate industry is an industry that related almost with all kinds of other industries. Another uniqueness of real estate, namely as one of the basic needs of human. Both of these make industrial real estate selected in the industry selection process. Selection PT. Summarecon Agung Tbk. as analyzed company is based on three things: the change of the company's profitability consecutive reduction into consecutive rise, advantages over two other major public real estate company selected as a comparison in the selection process, and the profitability of the company in 2013 were above the industry average. These advantages made PT. Summarecon Agung Tbk. become very interesting to be analyzed, particularly regarding corporate strategy, business strategy, financial strategy, and corporate action that has been applied by PT. Summarecon Agung Tbk. Analysis and discussion will be conducted on corporate strategies and critical actions of SMRA from 2004 to 2013, divided into 4 periods. Then will proceed with the analysis and discussion of the financial strategy that includes growth, investment, financing, operations, profitability, risk, overall performance, and the value of the PT. Summarecon Agung Tbk. related corporate strategies and actions during those periods.]"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deswin Nur
"Laporan keuangan merupakan instrumen yang utama yang digunakan oleh para investor dalam menganalisa kelayakan investasi yang sedang dan akan mereka lakukan. Selama ini, para peneliti di bidang ekonomi hanya berfokus kepada perusahaan secara keseluruhan. Padahal sebenarnya tiap-tiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda, baik itu antara perusahaan domestik dengan perusahaan multinasional, perusahaan dalam negeri dengan perusahaan asing, dan antara perusahaan kecil, menengah, dan perusahaan besar. Kesemuanya memiliki karakteristik yang tersendiri.
Untuk itulah penelitian ini diadakan. Yaitu untuk mengetahui apakah kekuatan asosiasi antara return saham dengan rasio-rasio keuangan perusahaan berbeda berdasarkan ukuran perusahaan. Selain itu penelitian ini juga ingin menjawab pertanyaan apakah krisis ekonomi memberikan pengaruh besar bagi kekuatan asosiasi tersebut.
Dengan menggunakan 120 sampel perusahaan manufaktur, dan mengelompokkan seluruh sampel tersebut berdasarkan ukuran perusahaannya, penelitian ini dilaksanakan. Data yang diolah merupakan data pooling time-series dan cross-section, yang terdiri dari return saham sebagai variabel dependen, dan data delapan rasio keuangan sebagai variabel independen.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa kekuatan asosiasi antara return saham dengan rasio-rasio keuangan berbeda secara signitikan satu dengan yang lainnya bahkan ditemukan juga bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin besar pulalah kekuatan asosiasinya. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa krisis ekonomi memberikan pengaruh positif tehadap kekuatan asosiasi antara return saham dengan rasio-rasio keuangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T4989
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simangunsong, B. Arnold
"Industri internet di Indonesia, khususnya yang berkarakteristik portal berita, merupakan industri yang sedang mengalami perkembangan penting dalam sepuluh tahun belakangan ini. Selain akibat kemajuan teknologi, perkembangan ini dipengaruhi juga oleh aturan-aturan pemerintah termasuk Undang-undang No.5 tahun 1999 tentang persaingan dan antimonopoli yang dibentuk untuk menjaga agar tingkat kompetisi tetap terjaga, atau Undang-undang No.36 tahun 1999 mengenai eksistensi internet sebagai sebuah medium.
Karya akhir ini mengkaji mengenai pengaruh struktur pasar terhadap kinerja industri portal berita di Indonesia. Data yang digunakan adalah data jumlah pengakses dan perolehan pendapatan iklan halaman pembuka dari 8 (delapan) perusahaan selama 4 bulan pada tahun 2000-2001. Analisa data tersebut dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan : Pertama, menganalisa struktur pasar, kedua, menganalisa kinerja industri, dan ketiga, menguji pengaruh struktur pasar terhadap kinerja industri portal berita di Indonesia.
Hasil kajian menunjukkan bahwa, pertama, pasar portal berita masih berada pada area oligopoli - monopolistik serta adanya dominasi satu perusahaan dalam industri. Ciri seperti ini juga ditemui pada berbagai industri media lain, seperti pada industri Surat kabar yang digambarkan dengan penurunan produsen di Amerika Serikat (88 produsen tahun 1954, 81 produsen tahun 1959, dan 33 produsen tahun 1994). Kedua, analisa kinerja memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara kenaikan jumlah pengakses dengan kenaikan pendapatan walaupun tidak signifikan. Ketiga, analisa pengaruh struktur persaingan terhadap kinerja tidak memperlihatkan adanya pengaruh struktur pasar terhadap kinerja industri portal di Indonesia.
Temuan-temuan di atas dapat disimpulkan bahwa industri portal berita bukan merupakan industi media yang bersaing sempurna. Kesimpulan ini tampak berlawanan dengan intuisi yang menggangap bahwa mudahnya (secara teknologi) untuk masuk ke dalam industri ini, atau dari pengamatan telah terjadi penurunan pendapatan perusahaan (rata-rata per pengakses) selama periode penelitian. Penjelasannya bahwa isi berita (content) yang lebih menentukan karakteristik pasar industri portal berita dan bukan media (teknologi) yang mewadahinya.
Hasil penelitian ini membawa signifikansi bagi perusahaan bahwa pengembangan strategi perusahaan agar lebih difokuskan pada diferensiasi bersaing produk (isi berita) dan pembentukan loyalitas pelanggan. Namun mengingat data yang digunakan dalam penelitian ini relatif terbatas, maka hasil penelitian ini masih perlu didukung oleh penelitian lanjutan dengan data yang lebih luas serta dengan isi (content) media yang berbeda-beda. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Afriani
"Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi apakah reaksi pasar saham terhadap pengumuman keputusan investasi perusahaan di Indonesia dipengaruhi oleh a) jenis investasi (transaksi internal atau non-internal), b) status perusahaan (konglomerasi atau non-konglomerasi), c) praktek corporate governance (CG), d) struktur kepemilikan perusahaan, khususnya cash flow rights dan cash flow leverage, dan e) interaksi cash-flow leverage dengan praktek CG. Lebih lanjut, studi juga menginvestigasi pengaruh status perusahaan, praktek CG, struktur kepemilikan dan interaksi antara praktek CG dan struktur kepemilikan terhadap jenis investasi. Praktek CG diukur dengan CGI yang dikembangkan oleh Arsjah (2005) melalui suatu survey terhadap perusahaan di BEJ dan nilai cash flow rights dan cash flow leverage diperoleh dari Kim (2006).
Studi ini merupakan suatu event study, yaitu melihat imbal basil abnormal kumulatif di sekitar hari pengumuman keputusan investasi. Melalui analisis regresi, diselidiki faktor-faktor yang berpengaruh terhadap imbal hasil tersebut. Selanjutnya, analisis logit digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya transaksi internal.
Hasil studi menemukan bahwa pasar secara umum bereaksi positif terhadap keputusan investasi. Dengan demikian, pasar umumnya mengharapkan Net Present Value (NPV) yang positif dari keputusan investasi perusahaan di BEJ. Namun, studi ini menemukan bahwa reaksi terhadap transaksi internal lebih rendah dibandingkan transaksi non-internal. Jadi, pasar memiliki persepsi bahwa transaksi internal lebih rentan terhadap perampasan oleh pemegang saham pengendali terhadap pemegang saham minoritas.
Hasil pengujian menemukan pula bahwa reaksi pasar tidak dipengaruhi oleh struktur kepemilikan. Hasil ini memperkuat Kim (2006) yang menemukan tidak adanya hubungan antara struktur kepemilikan dan nilai perusahaan. Kemungkinan tidak ditemukan hubungan keduanya rnenurut Kim (2006) adalah kurang akuratnya pengukuran struktur kepemilikan dan endogenitas struktur kepemilikan. Studi menemukan ada kecenderungan reaksi pasar sedikit lebih rendah untuk perusahaan dalam konglomerasi dibanding non-konglomerasi. Dalam kondisi pengawasan yang masih lemah dan kurang berfungsinya sistem hukum, perusahaan dalam suatu grup perusahaan akan lebih mudah melakukan ekspropriasi melalui tunneling tanpa perlu khawatir terdeteksi oleh regulator. Praktek CG temyata tidak mempengaruhi reaksi pasar. Ada dua kemungkinan penjelasan: pertama, praktek CG belum efektif untuk mengurangi kemungkinan terjadinya perampasan terhadap pemegang saham minoritas atau kedua, pengukuran yang digunakan tidak mencerminkan praktek CG perusahaan yang sesungguhnya pada saat pengumuman keputusan investasi dilakukan.
Selanjutnya, studi menemukan transaksi internal lebih banyak terjadi pada perusahaan konglomerasi (group) dibanding perusahaan non-konglomerasi. Dengan demikian, studi ini mendukung temuan Joh (2003); Ferris, Kim, dan Kitsabunnarat (2003) yang menyimpulkan bahwa suatu grup usaha (konglomerasi) semakin memperbesar kemungkinan terjadinya self dealing yang dapat merugikan pemegang saham minoritas melalui transaksi internal.
Studi juga menemukan bahwa semakin besar cash flow rights, semakin kecil kemungkinan terjadinya keputusan investasi yang merupakan transaksi internal. Selain itu, perusahaan dengan prospek pertumbuhan tinggi menyebabkan hubungan negatif antara cash flow rights dan transaksi internal akan lebih lemah. Bukti empiris ini mendukung Chan et al. (2003) yang menemukan bahwa ketika controlling shareholders memiliki cash flow ownership yang besar, mereka akan mendapatkan keuntungan dari basil investasi di masa mendatang akibat cash flow rights yang besar. Akibatnya, mereka cenderung tidak melakukan ekspropriasi melalui transaksi internal dan lebih memilih menginvestasikan sumber daya ke dalam proyek dengan NPV positif. Selanjutnya, pengaruh cash flow rights terhadap transaksi internal menjadi tidak relevan ketika terdapat prospek pertumbuhan tinggi.

The primary objective of this study is to investigate whether stock market reactions in response to investment announcements made by firms listed at the Jakarta Stock Exchange (JSX) are affected by I) type of investment (internal transaction or non-internal transaction), b) type of company (part of conglomeration or not), c) corporate governance (CG) practice, d) ownership structure, measured by cash-flow rights and cash flow leverage, and e) the interaction between cash flow leverage and CG practice_ Further, this study also investigates the influence of type of company, CG practice, ownership structure, and interaction between CG practice and ownership structure on the type investment. CG practice is measured by CG Index developed by Arsjah (2005) through a survey conducted on companies at JSX while the level of cash flow rights and cash flow leverage are taken from Kim (2006).
This study constitutes an event study, i.e., to examine cumulative abnormal returns (CAR) surrounding the date of investment announcements. Through regression analysis, the study investigates factors influencing the abnormal return. Further, logit analysis is utilized to find out factors affecting the likelihood of internal transaction.
The study finds that the market in general positively reacts to investment announcements. This result suggests that on average the market expects firms to generate positive Net Present Value (NPV) from their investment decisions. However, the study finds that the reaction (as measured by CAR) toward internal transaction is lower than that toward non-internal transaction. Therefore, the market perceives that internal transaction is more subject to expropriation by controlling shareholders to minority shareholders, and this eventually is reflected in the relatively low CAR of investment announcements related to internal transaction.
This study also finds that the stock market reaction is not influenced by ownership structure. This result confirms Kim (2006) who found no systematic relationship between ownership structure and value of the firm_ The possible reasons for this according to Kim (2006) are the shortcoming in measuring ownership structure and the endogeneity of ownership structure. The study finds (albeit weak) that the stock market reaction toward firms in group affiliation (i.e., conglomeration) is lower than that in non-group affiliation. Under the condition of inadequate supervision and ineffective law enforcement, firms in group affiliation can easily conduct expropriation through among others tunneling without being concerned to be detected by the regulator. CG practice has no impact on the stock market reaction. There are two possible explanations: First, CG practice is not effective in minimizing the possibility of expropriation toward minority shareholders; second, the measures utilized do not reflect the true CG practice prevailing during an investment announcement.
Further, this study documents that internal transaction occurs more in group-affiliated firms than other firms. Therefore, this study supports the findings of Joh (2003); Ferris, Kim, and Kitsabunnarat's (2003) conclusion that group affiliation (or conglomeration) increases the possibility of self-dealing (i.e., part of internal transaction) that may detriment minority shareholders.
This study also provides evidence that higher cash flow rights reduce the possibility of investment decisions that constitute internal transactions. The empirical result supports Chan et al.'s (2003) finding that when controlling shareholders have large cash flow ownership, they will gain a lot from investment's return. As a consequence, they tend not to expropriate through internal transaction and prefer to invest the resources into projects with positive NPV. However, this negative relation is weaker for firms with high growth prospects. Therefore, the impact of cash flow rights on internal transaction is weaker for firms with high growth prospects.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18060
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Susilowati
"Pengembangan perumahan tidak akan terlepas dari pengembangan fasilitas yang akan memenuhi tiga kebutuhan pokok konsumen perumahan yaitu tempat belanja kebutuhan sehari-hari, tempat ibadah dan sekolah. Bagi konsumen perumahan, terutama keluarga muda atau keluarga yang memiliki anak usia sekolah dasar, pemilihan lokasi perumahan akan mempertimbangkan keberadaan sekolah dasar di lingkungan perumahan dan sekitarnya. Kondisi ini terjadi karena kemampuan jangkauan anak usia sekolah dasar masih relatif rendah atau tidak jauh dari tempat tinggalnya. Oleh karena itu sekolah dasar yang balk diharapkan berada dalam lingkungan perumahan, apalagi Iingkungan perumahan tersebut sengaja direncanakan oleh pengembang Di Kecamatan Kelapa Gading saat ini berkembang 37 sekolah dasar yaitu 17 sekolah dasar negeri (SDN) dan 20 sekolah dasar swasta (SDS), yang jika ditinjau lebih dalam terdapat beberapa perbedaan antara SDN dan SDS yaitu perbedaan distribusi lokasi, daya tampung siswa, jenjang akreditasi dan biaya pendidikan. Perbedaan antara SDN dan SDS yang disebutkan di atas, menyebabkan persaingan antar sekolah yang akan menambah perbedaan atau variasi antar sekolah dan akan mengurangi kesamaan akses terhadap pendidikan. Di sisi lain perkembangan SDS menimbulkan beberapa penyimpangan penggunaan lahan karena pemilihan lokasi SDS yang mempertimbangkan pasar sehingga perlu memperluas jangkauan pelayanan. Konsekuensinya lokasi yang dipilih seringkali tidak sesuai dengan kriteria lokasi SD. Hal ini mendorong munculnya pertanyaan penelitian yang perlu dijawab yaitu `Bagaimana penyediaan sekolah dasar di Kecamatan Kelapa Gading?', `Apakah penyediaan sekolah dasar sesuai dengan kebutuhan masyarakat (efektif)?', dan `Bagaimana penerapan kriteria penyediaan sekolah dasar di Kecamatan Kelapa Gading?'.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka akan dilakukan beberapa analisis dengan beberapa metode yaitu analisis deskriptif, perbandingan, non parametrik, faktor dan keruangan. Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah penyediaan SD 1) selaras dengan perkembangan perumahan walaupun menimbulkan kesenjangan antar SD dan penyimpangan penggunaan lahan, 2) melibatkan multistakeholder, 3) terutama SDS, didorong oleh permintaan masyarakat yang cukup tinggi terutama masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi, penawaran pelayanan pendidikan yang kurang memadai, keterbatasan pemerintah serta dukungan pemerintah bagi swasta untuk lebih berperan dalam penyelenggaraan pendidikan, 4) efektif atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat, 5) didasari oleh penerapan kriteria penyediaan SD mencakup perhitungan kebutuhan SD dan lingkup pelayanan SD, 6) tidak didasari oleh penerapan kriteria penyediaan SD mencakup alokasi lahan dan distribusi Iokasi, 7) terkait dengan distribusi lokasi SD, dipengaruhi oleh perkembangan perumahan, status sekolah dasar, kualitas sekolah dan penggabungan SD dengan jenjang sekolah lainnya. Kesimpulan ini diduga tidak hanya berlaku di Kecamatan Kelapa Gading, tetapi berlaku juga di wilayah lain yang memiliki karakteristik serupa.
Adapun rekomendasi penelitian ini adalah pemerintah harus menerapkan integrated and multi-stakeholders approach dalam penyediaan SD di Kecamatan Kelapa Gading (dan kasus lain yang serupa, mengkaji kembali kriteria penyediaan SD, membentuk format dan program kemitraan, dan pembenahan legal adminstratif penggunaan lahan dan perijinan pembangunan; pengembang harus merencanakan fasilitas perumahan yang memadai dan sesuai kebutuhan masyarakat sejak awal pengembangan perumahan dan sebagai bagian dari perencanaan pengembangan perumahan dengan mempertimbangkan rencana kota secara keseluruhan; yayasan pendidikan dan pemerintah harus mempertimbangkan berbagai hal dalam pemiiihan lokasi, dari faktor lokasi, perkembangan perumahan, status dan kualitas sekolah, penggabungan sekolah dan rencana kota secara keseluruhan; melakukan beberapa kajian lanjutan karena adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, mengenai kesenjangan SDN dan SDS, keterlibatan multi-stakeholder dalam penyediaan terkait dengan format dan program kemitraan antar stakeholder, penerapan kriteria penyediaan SD dengan kasus lain dan integrasi perencanaan fasilitas dengan perencanaan kota.

Facilities development in a housing development is inevitable and shall be able to provide three basic needs of housing consumer they are shopping places for common goods, worships places and schools. Housing consumer, typically young couples or a family with primary school-age children would consider chosen a housing complex by considering the presence of primary school in the neighborhood. This consideration was based on the limited mobility of primary school-age children to go to school. In this case, parents expecting that there will be good primary school in their neighborhood, especially when the neighborhood was planned/ designed by the housing developer, In Kecamatan Kelapa Gading currently established 37 primary schools consisting of 17 public schools (Sekolah Dasar Negeri - SDN) and 20 private schools (Sekolah Dasar Swasta -- SDS). Based on further review it was found out that there are few differences between them, such as location distribution, school capacity, accreditation level and tuition fee. These differences create higher school competition that will lead to school variation and decreasing equal access to education. In the other side the development of private primary school introduced few discrepancies in the land use implementation, since the private school's location is mainly selected based on market demands and the need to increase service area. As consequences of this selection, the chosen location usually not complies with the primary school location criteria.
Above facts triggered research questions, that will be answered in this research such as "How is the provision of primary school in Kecamatan Kelapa Gading?, 'Did the primary school provision meet the consumer needs (effective)?', and 'How does the implementation of primary school provision criteria in Kecamatan Kelapa Gading?'.
To answer above questions there are few analysis will be conducted by utilizing various analysis methods such as descriptive analysis, comparative analysis, non-parametric analysis, factorial analysis and spatial analysis. The conclusions of those analysis are 1) the provision of primary school is aligned with housing development even it's caused gap among primary schools and discrepancies in the land use, 2) the provision of primary school involves multistakeholders, 3) the provision of primary school, especially private primary school, is influenced by demand of consumer whose high social economic level, inadequate education service supply, Iimitations of government and supports from government for private sector to be involved in education service production 1 provision, 4) the provision of primary school met the consumer needs, 5) the provision of primary school is based on implementation of primary school provision criteria including calculation of primary school need and primary school service area, 6) the provision of primary school isn't based on implementation of primary school provision criteria including land classification and distribution of location, 7) the provision of primary school, especially primary school location distribution, influenced by housing development, school status, school quality and combination of primary school with other school level in one location. These conclusions are assumed to be applicable not merely in Kecamatan Kelapa Gading, but in other area that have similiar condition with Kecamatan Kelapa Gading.
Recommendations from this study are government must implement integrated and multi-stakeholders approach in primary school provision especially in Kecamatan Kelapa Gading (and other similar area), review the primary school provision criteria, create partnership format and program, and improve legal administrative approach in land use and building permit sector; ensure that developer must plan housing facilities as part of housing development plan with consideration to the entire of urban plan; education institution and government must consider some factors in location selection (location factors, housing development trend, status and quality school, and urban plan); conduct various further study, due to limitation of this study, related to the gap between private - public primary school, multi-stakeholders involvement in primary school provision in regards to the partnership format and program among stakeholders, the implementation of primary school provision criteria in another case and the integration of facilities planning into urban planning."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Inco Vrialdi
"Untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan, tesis ini menguji keberadaan dari dinamika serta konsistensi penyesuaian struktur capital serta kecepatannya dalam melakukan penyesuaian di Industri serta periode yang berbeda. Penelitian ini menggunakan panel data dari 121 perusahaan go public dari 6 industri yang berbeda di Indonesia pada periode waktu 2002 ndash; 2016. Penelitian ini melakukan 66 kali pengujian terhadap 6 industri dengan 11 sub-periode waktu yang berbeda. Hasil penelitian menjelaskan bahwa 71 dari keseluruhan pengujian menunjukkan adanya proses penyesuian struktur kapital. Industri food consumer good merupakan industry yang secara konsisten melakukan proses penyesuaian struktur kapital baik di pengujian sub-periode 2002 ndash; 2006 sampai dengan sub-periode 2012 - 2016. Hasil penelitian juga menegaskan adanya evolusi atau gerakan asimetris dari nilai kecepatan penyesuaian, baik antar industry maupun divariasi sub-periode yang bergerak. Secara rerata industry pertambangan merupakan industri tercepat untuk melakukan penyesuaian struktur kapital, disusul oleh Industri Farmasi Medis, Otomotif, Telekomunikasi Teknologi, F CG serta Industri property yang melakukan kecepatan penyesuian paling lambat.
......To emphasis sustainability in business, this paper examines whether in different period of time and industries there is a significant difference not only the consistency of a dynamic adjustment but also the dynamic value to speed of adjustment. We employ a panel data included 121 firms in 6 different industries at Indonesia from 2002 to 2016. We find that in 66 running period of time, 71 of result conclude there is a dynamic adjustment in 6 Industries at Indonesia. F CG Industries show a consistent result about the existence of dynamic adjustment from 2002 ndash 2006 to 2012 ndash 2016 running period. We also find that the value from speed of adjustment in 6 industries are different dynamic in 66 different period of time. In average, mining industries, followed by pharmacy and medical industries are adjust faster than other industries."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T51018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Maya Hapsari
"Tesis ini membahas hubnmgan antara investasi sektor properti dan non properti terhadap PDB. Penelitian ini juga untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi PDB dalam jangka pendek maupun jangka panjang, Metodologi yang diperguuakan dalam penelitian ini adalah metode Granger Causality, selain itu juga digunakan metode Vektor Koreksi Kesalahan (VECM). Bcrdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa investasi sektor properti mempengaruhi PDB dan investasi selctor non properti tidak mempengamhi PDB. Hasil regresi VECM menunjukkan adanya pengamh investasi sektor properti PMDN dan investasi sektor non propcni PMA terhadap PDB dalam jangka pendek, sedaugkan investasi sehor properti PMA dan PMDN, serta sektor non properti PMDN mempengaruhi PDB dalamjangka panjang.

The focus of this study is to know relation between property sector and non property sector investment to GDP. This study is also to find out factor that influence GDP in short run and long nm. The methodology method that is being used in this research are Granger Causality Test and Vector Error Correction Model (VECM). Based on the research result which has done before, this could be into conclusion that property sector investment influence GDP and non property sector investment not intluence GDP. VECM regression show property sector investment PMDN and non property sector investment PMA influence GDP in short run, whereas property sector investment PMA and PMDN, and also non property sector investment PMDN influence GDP in long nm."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sudiyono
"ABSTRAK
Underpricing pada saham-saham perdana (Initial Public Offering, IPO) merupakan fenomena jangka pendek yang telah banyak ditemukan oleh peneliti-peneliti di Amerika Serikat, Amerika Latin, Inggris dan Indonesia. Namun hasil-hasil penelitian terbaru menunjukkan fakta bahwa saham-saham perdana tersebut adalah overpricing (harga saham perdana lebih tinggi dad pads harga saham di pasar sekunder) bila pengkajian difokuskan pada kinerja jangka panjang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja jangka panjang dari saham-saham perdana di Bursa Efek Jakarta, di mana tujuan yang lebih terperinci adalah: mengetahui kinerja jangka panjang saham-saham perdana untuk membuktikan adanya fenomena overpricing saham perdana pada jangka panjang, mencari hubungan antara Initial Return dengan kinerja jangka panjang saham perdana untuk membuktikan adanya overreaction market pada saham perdana dan menguji faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi kinerja jangka panjang.
Populasi penelitian ini adalah seluruh saham yang go public di Bursa Efek Jakarta, sedangkan sampel dari penelitian ini adalah saham perdana yang melakukan Penawaran Perdana (IPO) tahun 1993-1995. Dalam penelitian ini digunakan seluruh anggota sampel, dengan pertimbangan karena jumlah sampel yang tidak terlalu banyak dan agar didapatkan hasil yang lebih teliti.
Dari pengamatan rata-rata abnormal return yang dihitung dengan variabel Indeks Harga Saham Individual (IHSI) dan variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk tahun 1, tahun 2 dan tahun 3 setelah saham perdana listing di bursa, yaitu -18,30%, -19,81% dan -45,05% membuktikan adanya fenomena "overpricing" saham-saham perdana di Bursa Efek Jakarta untuk jangka panjang. Hal ini konsisten dengan temuan sebelumnya. Ritter (1991) menemukan rata-rata abnormal return -1,67 % pada tahun 3 setelah saham IPO di pasar Amerika Serikat, Aggarwal (1993) menemukan rata-rata abnormal return -76,6 % di pasar Brasil
Hasil pengujian korelasi antara Initial return pada hari pertama perdagangan di bursa dengan return tahun 1, return tahun 2 dan return tahun 3 tidak menunjukkan korelasi negatif yang signifikan. Hal tersebut berarti tidak ada korelasi antara Initial return dengan kinerja jangka panjang saham perdana di Bursa Efek Jakarta. Hasil pengujian faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kinerja jangka panjang saham perdana dengan regresi linier berganda juga tidak memberikan hasil yang memuaskan. Dari hasil regresi ditemukan bukti hanya Jenis Industri yang berpengaruh terhadap terhadap kinerja jangka panjang saham perdana di Bursa Efek Jakarta, sedangkan faktor yang lain yaitu Initial return dan Nilai Emisi saham perdana tidak terbukti berpengaruh terhadap besarnya return jangka panjang saham perdana.
Penjelasan yang mungkin dari hasil tersebut di alas adalah bahwa kondisi pasar di Bursa Efek Jakarta yang tipis (thin market), di mana supply dan demand dari sekuritas yang tersedia di pasar sedikit dan jumlah investor yang bermain juga sedikit, maka diduga bahwa investor hanya tertarik pada sahamsaham yang "hot" saja atau dengan kata lain para investor cenderung untuk berinvestasi pada jangka pendek saja, yaitu membeli saham-saham yang menariklhot saja (misalnya saham perdana) dan menjualnya kembali jika sudah dianggap menguntungkan. Sehingga saham-saham yang lama nilainya akan.cenderung turun. Aggarwal (1993) juga tidak menemukan hubungan antara Initial return dengan return jangka panjang saham perdana di Amerika Latin. Menurut Aggarwal (1993) hal tersebut disebabkan oleh kecilnya sampel dan kebanyakan saham IPO terkonsentrasi pada beberapa tahun saja. Iamenulis bahwa fenomena tersebut terjadi pada hampir seluruh pasar saham kecuali di Amerika Serikat dan inggris.
Dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara fenomena underpricing saham perdana pada jangka pendek dan fenomena overpricing saham perdana pada jangka panjang seperti yang ditemukan oleh Ritter (1991) di pasar Amerika Serikat.. Maka sebagai saran dalam penelitian ini, perlu diteliti apakah jeleknya kinerja jangka panjang saham perdana itu disebabkan oleh karena adanya excess initial return emisi saham perdana atau karena investor sudah tidak tertarik lagi dengan saham-saham lama, dan lebih tertarik dengan sahamsaham baru atau saham yang hot saja ."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruhadi, Author
"Penelitian ini mengkaji dampak perilaku manajer terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini secara spesifik bertujuan mengungkap ; (I) Bagaimana perilaku manajer dalam mengalokasikan dana dan apa dampaknya terhadap nilai perusahaan. (ii) Apakah investasi yang deakukan telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat. (iii) Hubungan konsistensi investasi dengan nilai perusahaan.
Dalam kajian ini digunakan model untuk menguji hubungan antara ukuran perusahaan, porsi pembayaran dividen kas terhadap cashflow, porsi pembayaran bunga kas terhadap cashflow dan realisasi investasi terhadap rencana, sebagai variabel bebas di satu sisi, dengan nilai perusahaan di sisi lain. Sampel adalah 35 perusahaan di BEJ, melibatkan berbagai jenis industri yang melakukan emisi saham baru tahun 1990 meliputi rentang waktu 1990 sampai dengan 1996.
Hasil analisa menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan porsi pembayaran bunga terhadap cashflow menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Porsi pembayaran dividen kas terhadap cashflow dan konsistensi realisasi terhadap rencana tidak berkorelasi secara signifikan dengan nilai perusahaan. Ukuran perusahaan dengan nilai perusahaan berkorelasi positif dan signifikan dengan nilai perusahaan memberi indikasi bahwa peningkatan ukuran perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan, walaupun secara kuantitatif pengaruhnya tidak cukup sensitif.
Adanya korelasi negatif antara Porsi pembayaran bunga terhadap cashflow dengan nilai perusahaan, menunjukkan bahwa peningkatan porsi pembayaran bunga terhadap cashflow akan menununkan nilai perusahaan, walaupun pengaruhnya tidak cukup sensitif.
Temuan lain adalah bahwa realisasi investasi umumnya berada di atas rencana yang dibuat. Nampaknya keadaan ini adalah sesuatu yang biasa terjadi di Indonesia, Keadaan tersebut diduga karena tindakan manajer sudah merupakan cerminan restu dari pemegang saham yang berperan sebagai dewan komisaris.
Dari temuan tentang dampak ukuran perusahaan, porsi pembayaran bunga terhadap cashflow dan penyimpangan realisasi investasi dari rencana tidak mendukung terdapatnya masalah agensi seperti yang diduga secara teoritis. Penulis menyimpulkan bahwa:
Masalah agensi di Indonesia kemungkinan dapat dieliminasi akibat dari adanya peran komisaris yang cukup besar sebagai wakil pemegang saham, dalam pengambilan keputusan strategis pada perusahaan tersebut. Dengan demikian penelitian-penelitian mengenai masalah agensi di Indonesia mungkin perlu pendekatan yang lebih hati-hati yakni dengan mempertimbangkan seberapa besar peran para komisaris dalam keputusan manajerial."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>