Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diasti Lastarini
"ABSTRAK
Dewasa ini pengendalian persediaan dalam suatu perusahaan
dilakukan bukan hanya demi kepentingan jawab fungsi logistik maupun manufaktur
saja, tetapi sudah menjadi salah satu penunjang peningkatan daya saing perusahaan
tersebut. OIeh sebab itu, perhatian perusahaan terhadap bidang ini juga semakin
bertambah agar dapat dilaksanakan dengan baik. PeIaksanaan yang baik
membutuhkan kerjasama seluruh fungsi, balk fungsi marketing & sales, planning,
manufacturing, warehouse, human resource, finance, engineering, maupun fungsi
technology development, yang terintegrasi dengan baik pula. Salah satu alat
pengendalian persediaan yang telah berhasil mengintegrasikan seluruh fungsi yang
ada pada perusahaan adalah MRP II system.
MRP II system kemudian berkembang tidak lagi hanya merupakan
alat logistic management saja, melainkan sudah digunakan sebagai suatu game plan
bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya untuk memenangkan persaingan.
Dalam pelaksanaan MRP II, seluruh Lapisan manajemen perusahaan akan bergabung
untuk menyusun Sales & Operations Planning (S&OP). Dengan S&OP ini,
perusahaan dapat mengalokasikan sumber dayanya secara optimal, sehingga dapat
memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan-kesempatan yang ada di pasar untuk
menjadi yang unggul di antara para pesaingnya.
MRP II memiliki manfaat tangible, antara lain: penurunan persediaan
bahan baku, penurunan harga bahan baku, dan peningkatan tingkat pelayanan
pelanggan (customer service level), serta manfaat intangible antara lain:
meningkatan kepuasan pelanggan, memberikan kemampuan untuk cepat bereaksi
terhadap berbagai perubahan ekonomi negara, serta meningkatkan kualitas hidup
karyawan perusahaan tersebut.
Menyadari banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh MRP II system,
maka pada tahun 1997, PT, Warner-Lambert Indonesia (PT. WLI) menerapkan
sistem tersebut dengan tujuan akhir memberikan ?better cutomer service?. Karena
penerapan MRP II sangat membutuhkan sumber daya manusia yang terdidik dan
terlatih dengan baik, maka PT. WLI menyewa jasa konsultan Productivity and
Quality Management Consultants untuk memberikan pendidikan dan pelatihan MRP
II system pada karyawannya. Untuk memahami program komputer penunjang
pelaksanaan MRP II, PT. WLI menyewa jasa konsultan CSSL Indonesia.
Setelah lebih kurang empat tahun pelaksanaannya, MRP II teLah
memberikan dampak nyata bagi kinerja PT. WLI. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
peningkatan customer serwce level by value, yang sebelum penerapan MRP II (data
tahun 1996) hanya mencapai 79,94%, sementara tahun 2000 customer service level
yang dicapai adalah 90,86%. Bahkan pada tiga bulan terakhir, yaitu bulan
September. Oktober dan November, sudah berhasil dicapai angka 100%.
Kunci sukses penerapan MRP II pada PT WLI adalah team work dan
seluruh fungsi yang ada di dalam perusahaan. Setiap fungsi menyadari, bahwa satu
satunya tujuan yang harus dicapai adalah tujuan perusahaan secara keseluruhan,
bukan hanya tujuan masing-masing fungsi saja. Kunci sukses lainnya adalah,
kerjasama yang baik dengan distributor sebagai pelanggan pertama mereka. Saat ini
ada dua distributor yang menjadi partner PT. WLI, yaitu PT. Parit Padang dan PT.
Dos Ni Roha. Kerjasama dengan kedua distributor ini, sudah mencapai tingkat di
mana para distributor turut membantu memberikan data yang diperlukan untuk
penyusunan forecast.
Walaupun begitu, pelaksanaan MRP II path PT. WLI masih
mempunyai beberapa hambatan, yaitu: kurangnya keterlibatan top level management
yang lebih memusatkan perhatiannya pada masalah strategis lainnya, serta merger
perusahaan ini dengan Pfizer membentuk perusahaan bernama New Pfizer dengan
struktur saham Warner-Lambert : Pfizer = 49%: 51%. Dengan demikian, keputusan
manajemen akan lebih banyak dipegang oleh manajemen Pfizer. Sementara ini,
Pfizer belum menerapkan MRP II, dan tampaknya tidak berrninat untuk
menerapkannya.
"
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Gita Nurul
"ABSTRAK
Dalam beberapa tahun terakhir ini, beberapa perubahan terjadi di retail market serta
konsumen, yang diperkirakan mempengaruhi kebiasaan konsumen dalam berbelanja.
Untuk itu dibutuhkan pengetahuan yang lebih banyak mengenai bagaimana (sikap dan
kebiasaan) konsumen berbelanja (di gerai swalayan), sehingga dapat ditentukan strategi
penjualan yang lebih tepat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : (1) mengetahui sikap dan kebiasaan konsumen
ketika berbelanja di gerai swalayan, (2) mengetahui keefektifan dan In store promotions,
serta untuk (3). mengetahui evaluasi dan konsumen terhadap gerai-gerai swalayan yang
ada.
Metode penelitian yang digunakan adalah descriptive research, yang dilaksanakan di
empat outlet swalayan. Setelah diperoleh data melalui wawancara langsung dengan 466
responden, maka dilakukan descriptive analysis untuk mengukur perilaku konsumen
berbelanja ketika berbelanja swalayan.
Dari hasil penelitian diperoleh informasi sebagai berikut:
Warung, pasar tradisional serta pedagang keliling tetap merupakan pilihan utama
untuk berbelanja. Terlihat indikasi bahwa konsumen mengunjungi outlet yang
berbeda untuk rnembeli suatu produk tertentu.
Siklus pembelian shampo adalah satu bulan sekali. Lebih dari setengah pembeli
membeli shampo untuk diri sendiri. Tetapi, bagi pembeli yang membeli shampo untuk
orang lain, membuat keputusan merek mana yang akan dibeli adalah tetap menjadi
wewenang mereka (buyer).
Loyalitas terhadap merek shampo cukup tinggi, dimana 80% konsumen mengatakan
akan setia pada merek yang biasa mereka pakai.
Kemasan dan nama merek memainkan peranan yang sangat penting dalam hal brand
identification dan akhirnya pembelian.
Faktor-faktor yang paling menjadi pertimbangan konsumen ketika memilih swalayan
mana yang akan dikunjungi adalah : Kebersihan dan kerapian toko, Antrian yang
cepat di kasir, Kualitas sayur, buah, daging, serta ikan segar.
Awareness mengenai kegiatan promosi (in-store promotions) sangat rendah.
"
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudjarwoko
"Otonomi Provinsi DKI Jakarta berbeda dengan daerah lainnya karena berada pada tingkat provinsi. Seluruh sumber penerimaan baik pajak daerah maupun retribusi daerah diberlakukan pada tingkat provinsi. Kontribusi penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah antara tahun anggaran 2004-2009 rata-rata mencapai 83,28% per tahun. Tingkat pertumbuhan Pajak Daerah rata-rata 9,69% per tahun. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor memberi sumbangan terbesar terhadap total penerimaan Pajak Daerah dengan rata rata mencapai 33,69% per tahun. Tingkat pertumbuhan penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor rata-rata sebesar 5,35% per tahun. Pendapatan Asli Daerah mendapatkan kontribusi sebesar 28,06% dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor memberikan kontribusi sebesar 31,90% terhadap rata-rata total penerimaan Pajak daerah antara tahun anggaran 2004-2009. Pajak Kendaraan Bermotor memeilikitingkat pertumbuhan 10,28% per tahun. Pajak ini memberi sumbangannya terhadap Pendapatan Asli Daerah sebesar 26,57%. Penerimaan Retribusi Daerah rata-rata memberikan kontribusi sebesar 5,39% per tahun terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi penerimaan Pajak Daerah terhadap penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam kurun waktu tahun anggaran 2004-2009 adalah rata-rata sebesar 45,50% per tahun, sedangkan penerimaan Retribusi Daerah memberikan kontribusi sebesar 2,94% per tahun. Pendapatan Asli Daerah rata-rata memberikan kontribusi sebesar 54,64% per tahun terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

The autonomy of the Province of Jakarta is different approach when compare with the other regions. Its implementated at provincial level and the entire source of revenue from both local taxes and user charges are imposed on the provincial level. The contribution of the Local Tax revenue to the Local Own Revenue for the budget year 2004-2009 accounted for on an average 83.28% per annum. The Local Tax growth was on an average 9.69% per annum. Vehicle Registration Fee (usually called BBNKB) had given the largest contribution to the total revenue of Local Tax which reached on an average 33.69% per annum. The growth of the Vehicle Registration Fee was on an average 5.35% per annum. The Local Own Revenue acquired a contribution of 28.06% from the Vehicle Registration Fee. Vehicle Tax (usually called PKB) had a contribution of 31.90% to the total average of the Local Tax revenue for budget year 2004-2009. The Vehicle Tax had a growth of 10.28% per annum which gave a contribution of 26.57% to the Local Own Source Revenue. The User Charges revenue contributed on an average 5.39% per annum to the Local Own Revenue. The contribution of the Local Tax revenue to the Local Government Budget revenue in budget year 2004-2009 was on an average 45.50% per annum, while revenue of the User Charges had a contribution of 2.94% per annum. The Local Own Revenue contributed on an average 54.64% per annum to the Local Government Budget."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T27740
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kie Eng Tjun
"Futures prices series CPO (crude palm oil) COMMEX Malaysia sepanjang 20 tahun (23 Okt 1980 — 31 Mar 2000) menunjukkan distribusi yang tidak normal (leptokurtis), memiliki pola autokorelasi yang sangat lambat menuju nol, dan tampak memiliki suatu sikius nonperiodik. Penyimpangan dan normalitas dapat merupakan simtom adanya proses nonilnier dinamis.
Pengujian ARCH standar dengan LM Test menunjukkan adanya efek ARCH. Tetapi pola autokorelasi residual kuadrat dan semua frekwensi time series yang diteliti (bulanan, mingguan, dan harian) seluruh dengan sangat lambat dan tidak teratur, dan keadaan ini bukanlah perilaku dan proses ARCH. Proses ARCH umumnya memiliki unconditional third moment sama dengan nol, yaitu distribusi yang simetris, tetapi semua time series dalam penelitian ini menunjukkan skewness yang positif (positively skewed).
Model GARCH(1,1) mendrikan bahwa unconditional second moment pada time series adalah tidak terhingga. Tetapi Dickey-Fuller Test dan Philips-Perron Test semuanya menyimpulkan bahwa time series adalah stasioner dengan nilai rata-rata dan variansi yang terhingga. Sehingga model GARCH(1,1) juga kurang cocok merepresentasikan prices series CPO COMMEX Malaysia.
Komoditi minyak kelapa sawit (palm oil) dalam perdagangan minyak nabati dunia dewasa ini menduduki urutan kedua setelah minyak kedelai (soybean oil). Malaysia tercatat sebagai produsen CPO (crude palm oil) terbesar di dunia, kontribusinya adalah 49,7 % dan total produksi CPO dunia. Minyak sawit dan minyak inti sawit bagi Malaysia merupakan penghasil devisa terbesar setelah minyak. Sekarang ini Malaysia mengekspor 99,8 % dari minyak sawitnya dalam bentuk produk-produk rafinasi dan fraksinasì. Industri sawit di Malaysia dikelola dengan sangat baik dan ditunjang oleh rencana pembangunan 5 tahun Malaysia.
Mempertimbangkan hal-hal di atas, maka pergerakan harga CPO seharusnya ada unsur deterministiknya tidak sekedar pergerakan yang random. Juga diharapkan adanya suatu siklus pergerakan harga CPO yang berkaitan dengan faktor-faktor deterministik tersebut. Dalam karya akhir ini penulis bertujuan membuktikan eksistensi deterministic chaos dalam future prices CPO COMMEX Malaysia.
Proses chaotic dapat menunjukkan perilaku stokastik yang dibangkitkan oleh suatu sistem deterministik. Karena dinamika yang teramati tampak seperti proses random, maka metoda konvensional akan cenderung menyimpulkan proses tersebut sebagai random walk.
Sistem nonlinear dinamis tidak menghasilkan suatu solusi optimal tunggal, ia menghasilkan suati ruang kemungkinan solusi berganda (multiple possible solutions), sebingga tidak berlaku konsep equlibrium statis. Sistem nonlinear dinamis merupakan suatu time-dependent feedback mechanism, dengan demikian sistem harus dipandang sebagai proses yang memillki suatu memory, bukannya suatu proses yang independent.
Karakteristlk chaos yang penting adalah adanya attractor berdimensi fractal (noninteger). Algoritma yang dikembangkan oleh Grassberger & Procaccia mengestimasi nilal fractal dimension ini dengan correlation dimension. Karakteristik penting lainnya yang dapat menjelaskan perilaku deterministic chaos adalah maximum Lyapunov exponent yang bertanda position. Penulis menggunakan algoritrna Wolf untuk menghitung maximum Lyapunov exponent secara numerik."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3668
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Kurniawan
"Televisi saat ini bukan lagi sebuah barang mewah, hal rersebut sudah cukup lama
terjadi dalam masyarakat Indonesia, Pertumbuhan ekonomi yang menakjubkan sebesar
7% pertahunnya dan GNP yang berada pada kisaran USS 12.000 pertahun menimbulkan
pola konsumsi masyarakat Indonesia cenderung meningkat. Krisis moneter yang terjadi
di Indonesia yang diawali pada pertengahan tahun 1997 lalu menyebabkan banyak
perubahan terhadap perekonomian Indonesia serta kesejahteraan rakyat. Salah satu
produk elektronika,yang terkena dampak Iangsung dan pengaruh krisis ekonomi sejak
tahun 1997 di Indonesia adalah televisi.
Produksi televisi selama masa krisis mengalami penurunan yang sangat tajam
karena lonjakkan harga jual televisi di dalam negeri sebagai dampak dari merosotnya
nilai tukar rupiah. Produksi pesawat televisi selama tahun 1993 hingga 1997 tumbuh
cukup pesat, rata-rata 16,9 persen per tahun. Angka produksi pesawat televisi pada tahun
1993 mencapai 1,22 juta unit, meningkat menjadi 2,0 juta unit pada tahun 1996. Suatu
hal yang bertolak belakang pada tahun 1997, meskipun krisis ekonomi telah mulai
menerpa Indonesia produksi televisi masih meningkat sekitar 10 persen menjadi 2,26 juta
unit. Tahun 1998 produksi televisi mengalami penurunan tajam yaitu minus 69,8 penen.
Sedangkan pada untuk tahun 1999 permintaan akan televisi, khususnya dari ekspor,
mengalami peningkatan yang terutama tenjadi selama kwartal terakhir tahun 1999.
Perkembangan yang terjadi pada saat sekarang adalah menjamurnya televisi dari
China yang masuk ke pasar Indonesia, dimana televisi China ditawarkan dengan harga
yang murah. Sebagai perbandingan, televisi ukuran 21 Inchi merek Panasonic ditawarkan
dengan harga sebesar Rp. 2.100.000,- sedangkan televisi Cina dengan merk Hitachi
Fujian dilepas dengan harga Rp. 1.700.000,-. Selisih harga yang besar ini mengakibatkan
persaingan dalam industri televisi semakin tinggi.
Panasonic sebagai salah satu merk yang sudah lama bermain di pasar produk
pesawat televisi ini perlu untuk mewaspadai ancaman danriproduk-produk televisi Cina.
Terdorong hal tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti Strategi PT National
Panasonic Gobel Menghadapi Produk Pesawat Televisi Cina Di Pasar Indonesia, dimana
PT National Panasonic Gobel selaku agen tunggal pemegang merek televisi Panasonic.
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengkaji strategi pemasaran yang sebaiknya dilakukan oleh PT. National
Panasonic Gobel untuk menghadapi produk-produk televisi Cina di masa yang
akan datang.
2. Untuk menganalisa tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh PT. National
Panasonic Gobel untuk mempertahankan dan meningkatkan market share yang
dimiliki dalam persaingan di masa yang akan datang.
Penelitian dilakukan dengan mengolah data primer dan data sekunder yang didapatkan
Dari hasil studi pustaka, wawancara, observasi serta penyebaran kuisioner.
Beberapa penemuan yang didapat dari hasil penelitian ini
. Strategi yang diambil dengan dasar Matrik Daur Kehidupan Industri adalah
perusahaan sebaiknya menerapkan strategi yang agresif dan optimis memandang
pasar
. Segment bagi produk Panasonic adalah berdasar manfaat sedang segment produk
china adalah berdasar demografis dan geografis. Kedua produk tersebut memiliki
segment yang berbeda.
. Panasonic menerapkan strategi harga high value strategy sedangkan televisi china
menerapkan strategi harga good value strategi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Panasonic tidak perlu menurunkan harga untuk menghadapi produk
televisi china.
. Toko elektronik memegang peranan penting dalam distribution strategy untuk
pasar produk televisi berwarna
Beberapa saran yang diberikan adalah:
. Strategi frontal attack merupakan strategi jangka pendek yang sebaiknya diambil
televisi Panasonic dalam menghadapi televisi chína.
. PT. National Panasonic Gobel sebaiknya melakukan pengembangan suatu divisi
khusus yang berfungsi melakukan kegiatan riset pasar untuk mengetahui kondisi
pasar yang sebenarnya yang memberikan peran sebagai marketing support dalam
pengambilan keputusan
Dalam penelitian ini juga terdapat beberapa kelemahan yang pada umumnya timbul
akibat keterbatasan yang dimiliki, antara lain metode sampling yang tidak memiliki
tingkat keacakan teruji, tidak melakukan pengujian terhadap merek produk televisi china
tertentu. Sehingga kemungkinan strategi yang ditawarkan mengalami kesalahan dalam
implementasinya merupakan hal yang bisa terjadi.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3661
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Widyani Kartiwa
"Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD), saat ini telah menjadi penyebab
kematian nomor satu di Indonesia. Dan data-data Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) Departemen Kesehatan RI dari tahun ke tahun memperIihatkan adanya
kecenderungan peningkatan angka kematian akibat penyakit tersebut. Seringkali penyakit
ini mengakibatkan kematian mendadak, ketika karier korban mulai menanjak atau
mencapai puncaknya. Hal tersebut tentu saja mencemaskan bagi para pengambil
keputusan di negara kita.
Dari pasien poliklinik jantung di Rumah Sakit X yang terdiagnosa Penyakit
Jantung Koroner yang mempunyai prevelensi tertinggi maupun jenis penyakit jantung
lainnya, sebelumnya selalu dirujuk ke rumah sakit lain yang memiliki layanan bedah
jantung.
Berangkat dari adanya kebutuhan dan pasien penderita penyakit jantung yang
menginginkan kualitas hidup yang lebih baik, maka sejak bulan Juli 1999 Rumah Sakit X
yang merupakan rumah sakit swasta dengan kelas madya, mengembangkan layanan
barunya yaitu Unit Bedah Jantung (Cardiac Surgery Unit). Rumah Sakit X juga
menetapkan target jangka pendek yang akan dicapai yaitu 1 minggu 1 kasus.
Karya akhir ini mengambil topik tentang perumusan strategi pemasaran Unit
Bedah Jantung Rumah Sakit X yang merupakan institusi kesehatan yang bersifat sosio
ekonomik, Langkah-langkah dalam menentukan usulan strategi tersebut berupa analisa
lingkungan eksternal dan internal, penentuan sasaran strategi, penentuan target pasar, dan
perumusan strategi bauran pemasaran.
Berdasarkan analisa SWOT, sasaran strategi yang disarankan untuk Rumah Sakit
X adalah meningkatkan pangsa pasar. Untuk mencapai sasaran tersebut maka alternatif
strategi yang dapat dipilih adalah strategi O-S dan strategi O-W yaitu sebagai berikut:
. Menambah intangible services
. Menghilangkan ketergantungan pada 1 pemasok
. Menambah jumlah personil pemasaran dengan kualifikasi yang lebih baik
. Melakukan publikasi dan iklan
Pada saat ini, Rumah Sakit X belum menetapkan target pasar yang spesifik untuk
layanan barunya yaitu Unit Bedah Jantung, melainkan masih dalam tahap pengenalan
sehingga tujuannya masih murni sosial.
Strategi kemudian dijabarkan ke dalam strategi bauran pemasaran, yang meliputi
strategi produk, strategi harga, strategi distribusi dan strategi promosì.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3623
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Kardhana
"Program Perusahaan Jawatan (Perjan) RSUPN-CM Jakarta, mulai dilaksanakan awal Januari 2002. RSUPN-CM adalah rumah sakit rujukan nasional yang telah dikembangkan menjadi rumah sakit Perjan. Perusahaan Jawatan adalah suatu bentuk badan usaha yang independent, dan dapat mengelola penerimaan dan pengeluarannya sendiri tanpa subsidi dari Pemenntah.
Rumah sakit, merupakan salah satu industri sosial yang memberikan pelayanan kesehatan. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, rumah sakit harus menjadi industri yang bersifat padat karya, padat modal serta padat ilmu dan teknologi. Pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, diharapkan akan memberikan pelayanan yang paripurna kepada masyarakat.
Persaingan rumah sakit dalam memperebutkan pasar pelayanan kesehatan, merupakan hal yang mendasar dan sangat mendesak. Kondisi ini lebih disebabkan karena banyak didirikannya rumah sakit baru, kesadaran masyarakat akan pentingnya arti kesehatan, keinginan masyarakat untuk memperoleh penanganan kesehatan dengan teknologi yang mutakhir serta keinginan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang paripurna.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan mengukur indikator kinerja pelayanan medik, dan lingkungan rumah sakit, serta untuk mengetahui faktor faktor yang berpengaruh terhadap keinginan konsumen terhadap jasa pelayanan di RSUPN-CM, dalam rangka untuk mencapai tujuan RSUPN-CM sesuai dengan visi dan misinya, menjadi rumah sakit pendidikan bermutu ASEAN tahun 2003 dan bermutu ASIA PASIFIK tahun 2015.
Hasil utama dari penelitian ini adalah, bahwa untuk pelayanan dokter dari responden untuk semua kelas, elemen yang mendapat tanggapan positif adalah penampilan dokter cukup rapi, pengobatan cukup manjur dan dokter yang ramah. Sedangkan penilaian tethadap pelayanan perawat dan responden untuk semua kelas, elemen yang memperoleh penilaian yang baik yaitu pelayanan perawat cukup terampil, instruksi perawat tethadap pasien cukup jelas. Serta penilaian tertinggi terhadap fasilitas rumah sakit untuk semua kelas yaitu, tarif dari layanan rumah sakit sedang, baru kemudian menyusul elemen penting berikutnya seperti rumah sakit cukup tenang dan mutu penyajian makanan yang baik serta faktor keamanan cukup aman. Begitu pula dengan kinerja dokter, bahwa dokter hanya datang memeriksa pasien kadang-kadang, ini berarti bahwa manajemen kinerja dokter belum dilaksanakan dengan optimal, serta pejelasan dokter (inform consend) belum sepenuhnya dijalankan dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk mengadakan evaluasi indikator mutu pelayanan medik, Perawat dan Penunjang di RSUPN-CM, peran Komite Medik ditingkatkan sesuai dengan fungsinya sehingga setiap tindakan medik sudah sesuai dengan standard operation procedure (SOP) yang berlaku. Dan meningkatkan kualitas SDM karyawan RSUPN-CM secara menyeluruh sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya dalain rangka mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T3612
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Bagus Kresna
"ABSTRAK
Dengan semakin kompleksnya akiivitas dalam perusahaan, semakin banyaknya segmen nasabah yang dilayani serta semakin banyaknya unit produk / jasa yang dihasilkan, perusahaan cenderung memiliki proporsi biaya tidak Iangsung yang juga semakin meningkat. Cara terbaik saat ini untuk mengalokasikan biaya tidak langsung tersebut ke cost objectivenya, adalah sistem Activity Based Costing.
Activity Based Costing merupakan sistem yang mengenali bahwa biaya timbul karena aktivìtas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan. Karenanya sistem ini menjadikan aktivitas sebagai dasar akumulasi biaya, dan activity drivernya digunakan sebagai dasar alokasi biaya.
Kaplan dan Cooper menyatakan bahwa terdapat 4 macam level activities, karenanya terdapat pula 4 macam activity driver. Keempat macam level activities tersebut adalah unit-level, batch-level, product-sustaining-level, serta facility-sustaining-level activities. Model Sistem ABC yang dikembangkan dalam karya akhir ini merupakan sistem ABC tahap awal, karenanya hanya menggunakan activity cost driver. Adapun cost driver lain yang tidak dibahas / dipergunakan adalah duration cost driver serta intensity cost driver.
Perusahaan yang menjadi tempat pilihan pembuatan model ABC ini adalah sebuah card center, yaitu perusahaan yang menerbitkan kartu kredit. Hasil perhitungan profitabilitas yang dilakukan pada karya akhir ini, menunjukkan bahwa terdapat segmen yang menghasilkan kerugian (loss), yaitu segmen Biru Reguler, Segmen ini menghasiIkan proporsi revenue sebesar 26% dibandingkan segmen lainnya. namun ia juga memiliki proporssi biaya sebesar 43% dan total biaya seluruh segmen.
Meskipun segmen Biru Reguler menghasilkan kerugian, namun segmen ini tetap dipertahankan karena Card Center XYZ pada saat ini memang sedang memfokuskan kegiatannya untuk menumbuhkan jumlah pemegang kartunya. Melihat relatif kecilnya sumbangan pendapatan segmen Biru Reguler, perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan lagi pendapatan segmen tersebut.
Hasil perhitungan yang didapatkan dari model ABC pada karya akhir ini, merupakan perkiraan dan keadaan yang tengah terjadi. Untuk mendapatkan angka profitabilitas yang lebih akurat, harus dibangun model ABC yang lebih advanced. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membagi lagi activity center yang ada menjadi sub activities yang lebih kecil, dengan menambah cost driver, dengan menggunakan seluruh activity driver pada masing-masing activity level, dengan menggunakan pula duration cost driver & intensity cost driver, dan lain-lain."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3598
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nindiya Kirana
"Customer-based brand equity (ekuitas merek berbasis konsumen) adalah efek diferensial
dalam respon konsumen terhadap stimulus pemasaran yang bersumber dari pengetahuan
konsumen terhadap merek (Keller, 1998). Ada tiga hal penting dalam definisi ini, yaitu: efek
diferensial, pengetahuan terhadap merek, dan respon konsumen terhadap aktivitas pemasaran.
Obyek dari penelitian ini adalah hubungan antara variabel-variabel pembangun, atau stimulus
pemasararan dihubungkan dengan definisi diatas, merek-merek private label Hero dan
variabel-variabel pengetahuan merek (brand knowledge) konsumen serta bubungan variabel
variabel pengetahuan merek (brand knowledge) dan preferensi terhadap peritel Hero, sebagai
efek diferensial atau manfaat jika dihubungkan dengan definisi chatas. Private label yang
dikembangkan Hero sendiri terdiri dari enam merek dan cakupannya meliputi kategori
produk-produk makanan dan non-makanan dengan kiasifikasi komoditi dan premium. Enam
merek private label Hero tersebut adalah: Herosave, Nature’s Choice, First Choice, Fresh
Choice, Reliance, dan Innosense.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan pengenalan konsumen Hero terhadap
merek-merek private label Hero Supermarket dan persepsi terhadap manfaat dan nilai merek
merek private label tersebut, 2) Menguji hubungan dalam model penelitian antara variabel
variabel pembangun merek-merek private label Hero dan variabel-variabel pengetahuan
merek (brand knowledge) konsumen serta hubungan variabel-variabel pengetahuan merek
(brand knowledge) dan preferensi terhadap peritel Hero.
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti adalah preferensi terhadap peritel,
variabel-variabel dalam kelompok pengetahuan merek (brand knowledge), yaitu: tingkat
pengenalan konsumen terhadap merek-merek private label Hero (brand recognition), dan
penilaian konsumen terhadap nilai merek-merek private label Hero (brand image), variabel
variabel dalam kelompok unsur-unsur pembangun merek, yaitu: unsur-unsur merek (brand
element), stimulus pemasaran, dan leverage dan asosíasi sekunder dengan peritel Hero.
Kemudian dikembangkan dua buah hipotesa tentang hubungan antara variabel, yaitu: 1).
Bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara kelompok
variabel unsur pembangun merek dan kelompok variabel tingkat pengetahuan merek (brand
knowledge), 2). Bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara
kelompok variabel tingkat pengetahuan merek (brand knowledge) dan variabel preferensi
terhadap peritel Hero.
Dari hasil uji dengan menggunakan analisa korelasi kanonik, yang bersumber dari jawaban
162 responden dan 4 gerai supermarket Hero di Jakarta, terhadap hipotesa pertama
membuktikan bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara
variabel-variabel yang diuji. Serta melalui analisa terhadap struktur fungsi kanonik diperoleh
hasil bahwa variabel terpenting dalam pembentukan hubungan korelasi kanonik adalah
variabel leverage dan peritel Hero dan tingkat pengenalan merek konsumen, Sedangkan untuk
hipotesa kedua dengan menggunakan analisis korelasi majemuk dan parsial membuktikan
bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan dengan arah yang positif antara variabel
vaniabel yang diuji.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat pengenalan konsumen terhadap merek
merek private label Hero adalah tiga merek, dengan Herosave sebagai merek yang paling
dikenali, serta empat merek hanya dikenali minonitas responden. Kemudian mayoritas
responden setuju bahwa merek-merek private label Hero memberikan manfaat bagi konsumen
(harga, ragam produk, dan kualitas) dan menanggapi positif bahwa merek-merek private label
Hero memberikan nilai yang sebanding atau lebih baik dibandingkan merek-merek yang biasa
dibeli.
Dari hasil penelitian tersebut digunakan untuk memberikan beberapa rekomendasi untuk
pengernbangan strategi merek untuk private label Hero, terutama mengenai obyektif
pengembangan merek-merek private label Hero, target konsumen, positioning, brand
architecture merek-merek private label Hero, dan program customer relationshipnya.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3588
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harries Hidayat
"Salah satu peran pasar modal adalah sebagai lembaga yang dapat melakukan pemupukan modal dan mobilisasi dana secara produktif. Menurut Fama (1970) dan Ferguson (1983), pasar modal akan mewujudkan hal tersebut dengan efektif apabila pasar modal itu efisien. Makna yang terkandung dalam pasar modal efisien adalah harga-harga sekuritas di pasar modal telah mencerminkan seluruh informasi yang tersebar luas. Dengan demikian dapat lebih mendukung perkembangan ekonomi karena adanya alokasi dana dari sektor yang kurang produktif ke sektor yang lebih produktif dan akan mempermudah para pelaku pasar modal dalam melakukan kebijakan dan pengambilan keputusan.
Tujuan pokok penelitian ini adalah menguji asosiasi laba tahunan dengan harga saham di BEJ. Penelitian ini didasarkan pada pendekatan bahwa pasar modal telah efisien dalam bentuk setengah kuat yang menyatakan dengan tersebarnya informasi baru (informasi earnings, dividend dan lain-lain) maka harga sekuritas seharusnya bereaksi dengan menyesuaikan ke tingkat harga yang baru.
Selain tujuan pokok tersebut, juga diamati asosiasi laba tahunan dengan harga saham berdasarkan ukuran perusahaan dan perubahan Debt Equity Ratio (DER). Ukuran perusahaan didasarkan pada nilai kapitalisasi setiap saham, sedangkan perubahan DER didasarkan pada perbandingan DER tahun ini dengan DER tahun sebelumnya.
Data yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh dari BEJ. Data tersebut meliputi harga harian saham dan Index LQ-45 tanggal 9 sampai dengan 29 Desember 1997 untuk perhitungan expected return setiap saham (ERj), laporan keuangan perusahaan tahun 1996 dan 1997 yang telah diaudit untuk perhitungan tingkat perubahan laba (% earnings change) dan perubahan DER, nilai kapitalisasi saham untuk menentukan ukuran perusahaan, serta harga harian saham dan Index LQ-45 selama 15 hari setelah laporan keuangan tahun 1997 dipublikasikan untuk perhitungan cumulative abnormal return (CAR).
Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat asosiasi yang signifikan antara laba dengan cumulative abnormal return (CAR). Selanjutnya dilihat seberapa besar variasi perubahan harga saham dipengaruhi oleh variasi perubahan laba, dengan melihat nilai R_ Square. Dan hasil uji statistik terlihat tingkat asosiasi laba dengan harga saham sebesar 18,62%. Koefisien slope (beta) sebesar +0,0041 menunjukkan bahwa setiap perubahan (kenaikanlpenurunan) laba I% maka investor memperoleh kenaikan/penurunan abnormal return sebesar 0,0041%.
Selanjutnya, sampel dibagi menjadi dua kelompok portofolio berdasarkan nilai kapitalisasi saham, yaitu kelompok perusahaan besar dan kelompok perusahan kecil, dengan batas pemisah nilai kapitalisasi saham Rp. 1 Trilyun. Berdasarkan hasil uji statistik, dapat disimpulkan bahwa asosiasi laba tahunan dengan harga saham tidak dipengaruhi secara nyata (signifikan) oleh ukuran perusahaan. Hubungan yang tidak signifikan ini terjadi kemungkinan karena investor BEJ memandang ukuran perusahaan bukanlah informasi lain (second inrformation) yang relevan dalam membaca informasi laba.
Berikutnya, sampel dibagi menjadi dua kelompok portofolio berdasarkan perubahan DER, yaitu kelompok perusahaan dengan DER yang meningkat dan kelompok dengan DER yang menurun. Hasil pengujian menunjukkan asosiasi laba tahunan dengan harga saham tidak dipengaruhi secara nyata (signifikan) oleh perubahan DER perusahaan emiten. Hubungan yang tidak signifikan ini terjadi kemungkinan karena investor BEJ tidak memandang perubahan proporsi hutang sebagai informasi lain (second information) yang relevan ketika mengamati informasi laba tahunan.
Hasil penelitian ini menunjukkan, terdapat asosiasi informasi keuangan dengan harga saham. Hal ini membuktikan bahwa investor pasar modal Indonesia telah memperhatikan faktor fundamental perusahaan emiten. Untuk itu diperlukan regulasi dari Bapepam dan pengelola PT. Bursa Efek Jakarta agar emiten lebih terbuka, murni dan jujur dalam penyampaian informasi keuangan yang merupakan indikator perkembangan perusahaannya. Dengan demikian pasar modal Indonesia dapat lebih sehat, dipercaya oleh investor dan menguntungkan semua pihak.
Untuk penelitian selanjutnya perhitungan expected return dapat dimodifikasi misalnya dengan CAPM. Selain itu dapat dikembangkan parameter yang lain seperti laba triwulanan, laba semesteran ataupun informasi lain misalnya stock dividend, stock split, cash dividend, penjualan saham borongan, dan right issue."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2368
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>