Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intan Pramita Wibowo
"Pemerintah mengawasi dan mengavaluasi kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karena mayoritas sahamnya dimiliki oleh Negara. Peningkatan kinerja Badan Usaha Milik Negara harus selaras dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah. Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) adalah salah satu media yang dijadikan pedoman untuk mengukur kinerja Badan Usaha Milik Negara yang bernaung di bawah Kementerian BUMN. Peningkatan kinerja pada perusahaan BUMN menunjukkan bahwa perusahaan yang bertumbuh dan berkembang secara positif dapat mempengaruhi profitabilitas dan nilai suatu perusahaan. Penelitian ini berfungsi untuk melihat seberapa signifikan pengaruh antara penerapan pengukuran kinerja menggunakan KPKU dengan tingkat profitabilitas suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan pengukuran kinerja menggunakan system KPKU. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan KPKU pada perusahaan BUMN dapat mempengaruhi kinerja perusahaan pada sisi keuangan.

The Government oversees and evaluates the performance of State Owned Enterprises (SOEs) because the majority of its shares are owned by the State. Improved performance of State-Owned Enterprises must be in harmony with programs proclaimed by the government. Criteria for Superior Performance Assessment (KPKU) is one of the media that serve as a guide to measure the performance of State Owned Enterprises under the Ministry of SOEs. Improved performance in state-owned companies shows that companies that grow and develop positively affect the profitability and value of a company. This study serves to see how significant the influence between the implementation of performance measurement using KPKU with the level of profitability of a company compared with companies that do not apply performance measurement using KPKU system. Based on this research, KPKU implementation will affect company’s performance on the financial performance’s side.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Laurensius
"Pengusaha UMKM berkontribusi besar atas PDB perekonomian Indonesia sehingga apabila terjadi krisis perlu dilakukan intervensi pemerintah untuk mempercepat pemulihan pengusaha UMKM, salah satunya dengan penjaminan kredit. Peneliti melihat bahwa pemberian penjaminan kredit dapat merubah perilaku pengusaha UMKM terhadap utang dagang dan piutang dagang mereka. Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat pengaruh signifikan pemberian penjaminan kredit terhadap jumlah kredit perbankan pengusaha UMKM, kemudian dari jumlah kredit perbankan diketahui bahwa tidak ada pengaruh signifikan kepada perilaku utang dagang dan terdapat pengaruh signifikan terhadap piutang dagang. Penambahan piutang dagang ini membawa dampak positif karena memberikan modal bagi pengusaha lain untuk bertumbuh. Di sisi lain, belum konklusifnya utang dagang membawa dampak negatif dikarenakan kredit perbankan bersifat komplementer yang berarti pengusaha UMKM dapat membebani pemasok untuk mendapatkan sumber pembiayaan. Selain itu, penelitian ini juga melihat bahwa dalam implementasi pemberian penjaminan kredit terdapat adverse selection dan moral hazard yang dilakukan oleh PT Jamkrindo selaku pemberi jaminan dan pengusaha UMKM selaku penerima manfaat jaminan.

MSME entrepreneurs contribute greatly to the GDP of the Indonesian economy, so if a crisis occurs, government intervention is necessary to accelerate the recovery of MSME entrepreneurs, one of which is credit guarantees. Researchers see that providing credit guarantees can change the behavior of MSME entrepreneurs towards their trade payables and trade receivables. The results of the study explain that there is a significant effect of providing credit guarantees on the amount of bank credit for MSME entrepreneurs, then from the amount of bank credit it is known that there is no significant effect on the behavior of trade payables and there is a significant effect on trade receivables. The addition of trade receivables has a positive impact because it provides capital for other entrepreneurs to grow. On the other hand, the inconclusive trade debt has a negative impact because banking credit is complementary, which means that MSME entrepreneurs can burden suppliers to obtain sources of financing. In addition, this study also sees that in the implementation of the provision of credit guarantees has an adverse selection and moral hazard carried out by PT Jamkrindo as the guarantee provider and MSME entrepreneurs as the beneficiaries of the guarantee."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
P. Gunung Sarasmoro
"Belanja pertahanan diperiksa untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi dan investasi di Indonesia. Data yang digunakan adalah deret waktu (time series) mulai tahun 1976 hingga 2020 untuk memeriksa pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi dan untuk memeriksa pengaruhnya terhadap investasi menggunakan data deret waktu mulai tahun 1990 hingga 2020 di Indonesia. Dengan hipotesis belanja pertahanan memiliki hubungan kointegrasi dalam jangka panjang dan memiliki kasualitas dua arah terhadap pertumbuhan ekonomi dan investasi di Indonesia. Melalui pendekatan model Autoregression Distributed Lag dengan uji batas yaitu Bound Cointegration Test dan uji kasualitas Granger Toda-Yamamoto secara empiris menghasilkan belanja pertahanan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan investasi di Indonesia dengan tingkat kepercayaan yang signifikan. Belanja pertahanan juga terbukti memiliki hubungan kointegrasi dalam jangka panjang atau bergerak bersama-sama dalam jangka panjang dan memiliki hubungan dua arah atau timbal balik terhadap pertumbuhan ekonomi dan investasi di Indonesia. Hasil penelitian ini memperkuat teori bahwa belanja pertahanan adalah bagian dari komponen belanja permerintah yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan investasi, demikian juga sebaliknya. Dengan kata lain semakin meningkat investasi di Indonesia, maka secara linier akan mempengaruhi pendapatan pemerintah yang pada akhirnnya berimplikasi langsung terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi sehingga secara berkelanjutan dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah di bidang pertahanan.

Defence expenditure is examined to determine its effect on economic growth and investment in Indonesia. The data used is a time series from 1976 to 2020 to examine its effect on economic growth and to examine its effect on investment using time series data from 1990 to 2020 in Indonesia. With the hypothesis that defense spending has a cointegration relationship in the long term and has a bidirectional to economic growth and investment in Indonesia. Through the Autoregression Distributed Lag model approach with a bound test, namely the Bound Cointegration Test and the Granger Toda-Yamamoto causality test, empirically, defence expenditure has a positive effect on economic growth and investment in Indonesia with a significant level of confidence. Defence expenditure is also proven to have a cointegration relationship in the long term or move together in the long term and has a a bidirectional or reciprocal relationship to economic growth and investment in Indonesia. The results of this study strengthen the theory that defence expenditure is part of the component of government expenditure that has a significant influence on economic growth and investment, and vice versa. In other words, increasing investment in Indonesia will linearly affect government revenues which, in the end, have direct implications for increasing economic growth so that it can be used sustainably to finance government expenditure in the defence sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Elisabet R.S.Y.
"Penelitian ini secara empiris mengkaji respon suku bunga perbankan di Indonesia terhadap suku bunga kebijakan moneter, dengan fokus pada perubahan respon suku bunga yang terjadi setelah perubahan suku bunga kebijakan menjadi BI 7DRR pada 19 Agustus 2016. Studi ini menggunakan data bulanan suku bunga tabungan, deposito, dan pinjaman dari berbagai kelompok serta jenis produk perbankan pada periode September 2011 hingga Desember 2021. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa rezim suku bunga BI 7DRR telah meningkatkan respons suku bunga perbankan pada jangka panjang, namun tidak pada jangka pendek. Selain itu ditemukan bahwa suku bunga pinjaman menjadi lebih kaku ke atas (upward rigiditas), karena perbankan menjadi lebih responsif terhadap kebijakan moneter longgar daripada kebijakan moneter ketat.

This study empirically examines the asymmetric transmission of monetary shocks to various retail bank interest rates in Indonesia, focusing on changes in pricing behavior that may have occurred after the shift of benchmark policy rates to BI 7DRR in August 19, 2016. We analyzed monthly data on interest rates for savings, time deposits, and lending from various groups and products of retail bank from September 2011 to December 2021. We find that the BI 7DRR interest rate regime has improved the response of retail bank rates in the long term, but not in the short term. However, lending rates have become more rigid upwards, as lenders have become more responsive to monetary easing than to monetary tightening."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hadyan
"Pergeseran dari ekonomi berbasis sumber daya fisik ke ekonomi berbasis pengetahuan telah menyebabkan para peneliti mencari cara baru untuk mengukur aset tidak berwujud, termasuk Intellectual Capital. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah A-VAIC (Adjusted Value Added Intellectual Coefficient) yang terdiri dari HCE (Human Capital Efficiency), INVCE (Innovation Capital Efficiency), dan CEE (Capital Employed Efficiency). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hipotesis yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 48 perusahaan bertipe non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 hingga 2019. Penelitian ini menemukan bahwa A-VAIC berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Temuan-temuan tersebut dapat digunakan sebagai acuan bagi manajer untuk mengelola Intellectual Capital secara efektif dan efisien, yang mengarah pada kinerja perusahaan yang lebih baik.

The shift from physical-resource-based economies to knowledge-based economies has caused researchers to look for a new way to measure intangible assets, including intellectual capital. The objective of this research is to examine the impact of Intellectual Capital on a firm’s performance. The method used in this research is A-VAIC (Adjusted Value Added Intellectual Coefficient) which consists of HCE (Human Capital Efficiency), INVCE (Innovation Capital Efficiency), and CEE (Capital Employed Efficiency). The multiple regression analysis is employed to test the hypotheses studied. The sample used in this research is 48 nonfinancial companies listed on Indonesia Stock Exchange from 2010 to 2019. This research found that A-VAIC has a significant positive effect on a firm’s performance. The result shows that Intellectual Capital had positively influenced a firm’s performance. The findings may be used as a reference for the manager to effectively and efficiently manage Intellectual Capital, leading to a better firm’s performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Paramita
"Tesis ini bertujuan untuk menguji pengaruh likuiditas saham terhadap risiko crash harga saham di negara-negara berkembang Asia Tenggara, yaitu: Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Meskipun memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pasar negara berkembang dinilai kurang likuid dibandingkan negara maju. Oleh karena itu berbagai upaya peningkatan likuiditas pasar telah dilakukan oleh para regulator di negara-negara tersebut. Topik ini bermanfaat karena penelitian sebelumnya menemukan bahwa likuiditas yang tinggi dapat mengurangi risiko crash melalui pemantauan pemegang saham besar (blockholder). Di sisi lain beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa likuiditas yang tinggi mendorong manajer untuk menahan berita buruk untuk keuntungan mereka sehingga meningkatkan risiko crash saham. Penelitian ini menggunakan total sampel 129 perusahaan dari konstituen indeks LQ45, FTSE-KLCI, PSEi, dan SET50 dengan periode data 4 Januari 2010 hingga 30 Desember 2019. Analisis regresi dilakukan terhadap sampel kolektif dan masing-masing negara. Hasil estimasi pada model alternatif menunjukkan bahwa likuiditas tinggi secara signifikan menurunkan risiko crash harga saham di keempat negara secara kolektif. Berdasarkan hasil analisis per negara, ditemukan hasil yang kontradiktif di mana likuiditas yang tinggi meningkatkan risiko crash di Thailand. Selain itu saham dengan kapitalisasi pasar yang tinggi juga dapat dikaitkan dengan risiko crash yang lebih besar di Indonesia dan Malaysia.

This research examines the impact of liquidity on stock price crash risk in ASEAN emerging markets (i.e., Indonesia, Malaysia, the Philippines, and Thailand). Despite having high growth of economic potential, emerging markets are thought to be less liquid than developed countries. Therefore, various efforts to increase market liquidity have been carried out by regulators in these countries. This topic is helpful because previous studies found that high liquidity can reduce crash risk by monitoring blockholders. However, some research has shown that excessive liquidity encourages managers to hoard bad news for their benefit, implying a larger crash risk. Using a total sample of 129 firms from the constituent of LQ45, FTSE-KLCI, PSEi, and SET50 indexes, our observations are made over ten years from January 4, 2010, to December 30, 2019. We run the regression analysis for the four countries collectively and each country. Our results suggest that high liquidity significantly decreases stock price crash risk in the four countries collectively. However, from country-level analysis, we find a contradictory result that liquidity increases crash risk in Thailand. We also find that stocks with a high market capitalization are associated with higher crash risk in Indonesia and Malaysia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahmuddin
"Tesis ini disusun penulis untuk menganalisa pelaksanaan layanan jasa pembayaran oleh Bank Indonesia sebelum dan sesudah implementasi aplikasi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), menganalisa permasalahan yang dihadapi aplikasi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) saat ini, dan menganalisa perbandingan aplikasi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dengan aplikasi Real Time Gross Settlement (RTGS) milik Bank Negara Malaysia (BNM), Monetary Authority of Singapore (MAS), Hong Kong Monetary Authority (HKMA), dan The European System of Central Bank (ESCB).
Beberapa hal yang terjadi dalam pelaksanaan layanan jasa pembayaran sebelum diimplementasikannya aplikasi BI-RTGS sebagai berikut: 1. Credit risk atau resiko kredit, liquidity risk atau resiko likuiditas, 3. Systemic risk atau resiko sistematik, 4. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), dan 5. Distorsi kebijakan moneter.
Manfaat yang diperoleh dalam pelaksanaan layanan jasa pembayaran sesudah diimplementasikannya aplikasi BI-RTGS dengan menggunakan fasilitas Failure to Settle (FtS) arrangement yaitu Prefund dan Top Up sebagai berikut: 1. Meminimalisasi potensi terjadinya credit risk, liquidity risk, dan systemic risk serta distorsi terhadap kebijakan moneter, 2. Tersedianya data pendukung untuk kepentingan sektor moneter dan pengawasan bank, 3. Mendukung kebijakan moneter melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang harus tepat waktu, 4. Mitigasi risiko dan meningkatkan kemampuan risk management, 5. Pasar keuangan semakin efisien (efficient functioning of finansial market), 6. Efisiensi dan produktivitas (bagi business dan perekonomian), 7. Mendukung efektivitas transmisi kebijakan moneter, dan 8. Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan (SSK).
Permasalahan yang dihadapi aplikasi BI-RTGS saat ini mencakup: 1. Pesatnya peningkatan volume transaksi BI-RTGS yang berdampak pada kapasitas pemrosesan infrastruktur aplikasi BI-RTGS saat ini, 2. Kehandaian infrastruktur saat ini dalam hubungannya dengan pemenuhan CP SIPS (khususnya untuk CP 7), 3. Masalah obsoleleness, disconttmied maintenance support dan performa dari infrastruktur jaringan komunikasi aplikasi BI-RTGS saat ini, 4. Masalah akan berakhirnya maintenance support dari host Computer aplikasi BI-RTGS saat ini, dan 5.Masalah keterbatasan infrastruktur aplikasi BI-RTGS yang telah dioperasikan dengan jangka waktu relatif lama.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, penulis menyarankan adanya pengembangan aplikasi BI-RTGS yang baru (aplikasi BI-RTGS New Generation) yang bertujuan untuk: 1. Mempertahankan dan meningkatkan performa serta kehandalan infrastruktur aplikasi BI-RTGS serta meningkatkan aspek pengamanan dan efisiensi dalam penyelenggaraan aplikasi BI-RTGS; dan 2. Mengembangkan aplikasi BI-RTGS New Generation yang efisien, cepat, aman, dsn andal serta terintegrasi dengan aplikasi keuangan lainnya di bidang pasar modal (stock exchange), perbankan, asuransi, foreign exchange, rnoney market, penempatan pada pasar uang (placement), treaswy single account (TSA), swilching, dan sebagainya agar dapat mengakomodasi perkembangan perekonomian Indonesia di masa depan dan dapat mendukung Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Indonesia.
Selain itu, pengembangan aplikasi BI-RTGS New Generation terkait pula dengan: 1. Adanya new devetopments dalam large-value payment systenis (LVPS) global, sebagaimana dapat dilihat dari pengembangan-pengembangan lebih lanjut aplikasi RTGS yang telah dilakukan oleh beberapa negara guna mengakomodasi kebutuhan perekonomian ke depan bahwa aplikasi BI-RTGS, 2. Upaya antisipasi terhadap adanya kebutuhan dari perbankan pengguna aplikasi BI-RTGS akan infrastruktur dan penyelenggaraan aplikasi BI-RTGS ke depan yang semakin cepat, aman dan efisien, dan andal serta terintegrasi dengan aplikasi keuangan lainnya, dan 3. Upaya antisipasi terhadap implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015 dimana saat ini infrastruktur aplikasi keuangan di Indonesia termasuk aplikasi BI-RTGS diharapkan dapat terkoneksi dengan infrastruktur aplikasi keuangan negara-negara ASEAN lainnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26506
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Putra Agung
"Tesis ini membahas perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi kredit Bank BUMN dan Bank Swasta Nasional di Indonesia pada kurun waktu tahun 2003-2008. Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif dan analisa regresi linear berganda dengan variabel dependen kredit Bank BUMN dan Bank Swasta Nasional, variabel independen terdiri dari Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Kurs Rupiah, Inflasi, Non Performing Loan (NPL), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks Produksi Industri (EPI).Hasil penelitian menyatakan variabel independen Kurs,NPL berpengaruh signifikan terhadap perkembangan kredit Bank BUMN, sedangkan pada Bank Swasta Nasional variabel yang signifikan Kurs,NPL dan IPI. Disarankan Bank Indonesia menjaga kestabilan inflasi,mendorong Bank BUMN dan Bank Swasta Nasional untuk meningkatkan intermediasinya ke sektor pertanian atau sektor riil serta meningkatkan pengawasannya kepada Bank BUMN yang rentan terhadap kodisi makroekonomi. IHSG dan IPI secara umum berpengaruh untuk perkembangan kredit untuk itu diharapkan pemerintah mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk dunia usaha.

This thesis discusses the differences in the factors that affect state-owned Bank of Credit and the National Private Bank in Indonesia in the period of2003-2008 years. This research using descriptive analysis and linear regression analysis with the dependent variable credit and state-owned Bank National Private Bank, the independent variables consist of Interest Rate Credit Working Capital, Rupiah Exchange Rate, Inflation, Non-Performing Loan (NPL), Joint Stock Price Index (JCI) and Industrial Production Index (IPI). The independent research variables States Exchange, NPL significant influence on the development of state-owned bank credit, while the National Bank Private variables significantly Exchange, NPL and IPI. Bank Indonesia is recommended to maintain stable inflation, encouraging state-owned Bank and National Bank for Private intermediate to improve the agricultural sector or the real sector and to improve supervision of state-owned Bank vulnerable to macroeconomic condition. JCI and the IPI to influence the general development of the credit for the government is expected to create a conducive business climate for the business world."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26479
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adella Bachtiar
"ABSTRAK
Tesis ini membahas pengaruh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap Indonesia ekspor komoditi minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) Indonesia dalam kasus Indonesia?India. Dengan menggunakan data time series berupa data triwulanan (quarterly) dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008. Dalam penelitian ini membahas tentang pengaruh faktor harga CPO dunia dan faktor pertumbuhan ekonomi India terhadap ekspor komoditas CPO Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Linier, yang diawali dengan uji asumsi klasik yaitu uji autokorelasi, uji multikolinearitas dan uji homoskedastisitas yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Nilai tukar rupiah, harga CPO dunia dan pertumbuhan ekonomi India berpengaruh signifikan dan positif terhadap ekspor CPO Indonesia.

ABSTRACT
This thesis explores the influence of the movement of rupiah exchange rate against Crude Palm Oil export commodity of Indonesia: the case of Indonesia-India. By using time series data in the form of quarterly data from the year 2000 until 2008. In this study discusses about the influence of global CPO price factor and India's economic growth factor against Indonesia's CPO export commodity. The research method used in this study using Linear Regression Analysis, which begins with the classical assumption of autocorrelation test, multicollinearity test and homoskedasticity test. Those test carried out to find linkages between the variables used in this research. Exchange rate, global CPO price and India's economic growth has a significant and positive impact on Indonesia?s CPO
export.
"
2010
T27836
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sakti P
"osisi utang luar negeri Indonesia terus mengalami peningkatan dari
USD2.0 miliar pada tahun 1966 menjadi USD62.0 miliar pada tahun 1997 dan
USD68.0 miliar pada tahun 2004, menurun menjadi USD62.0 miliar pada tahun
2006 dan akhir tahun 2010 meningkat menjadi USD200,4 miliar. Besarnya stok
utang luar negeri Indonesia sudah menjadi permasalahan tersendiri yang dihadapi
Indonesia khususnya terkait dengan peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk mengetahui peranan
utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomis baik yang bersifat mendukung
dan tidak sedikit yang menilai bahwa utang luar negeri berdampak negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Untuk kasus Indonesia dalam periode penelitian tahun 2001 sampai dengan
2010 diketahui bahwa utang luar negeri Indonesia tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dari hasil penelitian diketahui salah satu penyebab tidak
berpengaruhnya utang dimaksud adalah adanya kebijakan transfer negatif sejak
tahun 2004 dimana penarikan pinjaman luar negeri lebih kecil dibandingkan
pembayaran cicilan pokok dan bunga, dengan salah satu tujuannya untuk
refinancing. Selain itu, pemerintah dalam pembiayaan pembangunan (menutup
defisit APBN) lebih mengutamakan sumber dana yang berasal dari Surat Berharga
Negara (SBN) khususnya domestik yang sharenya mencapai 75% dari SBN yang
diterbitkan dalam periode 2006 sampai dengan 2010. Hal ini diperkuat pula
dengan masih rendahnya pengelolaan utang luar negeri mengingat Debt
Management Office (DMO) untuk mengelola utang luar negeri baru efektif
dibentuk pada tahun 2006 serta prudential regulation baik untuk pengelolaan
utang luar negeri Pemerintah dan Swasta masing-masng baru dimulai tahun 2006
dan 2007.
Dalam rangka pengelolaan utang luar negeri Pemerintah yang lebih prudent,
transparan dan akuntabel, maka diperlukan pengaturan pengelolaan utang luar
negeri setingkat undang-undang sehingga memberikan kepastian hukum bagi
pelaksanaan pengelolaan utang luar negeri. Selanjutnya. dalam mendukung
pengelolaan ULN swasta yang prudent, arah kebijakan ULN swasta ke depan
harus lebih difokuskan pada beberapa aspek yaitu (1) penguatan sistem
monitoring ULN swasta melalui peningkatan cakupan informasi laporan yang
disampaikan oleh perusahaan swasta yaitu informasi lokasi bank pembayar
kewajiban luar negeri. Dengan demikian akan dapat diketahui dari mana sumber
valuta asing diperoleh dan dapat diprediksi dampaknya terhadap nilai tukar, (2)
peningkatan komunikasi dengan sektor swasta melalui program kemitraan
strategis, (3) peningkatan good corporate governance dalam pengelolaan utang
luar negeri swasta untuk meningkatkan concern terhadap risiko.

Abstract
Indonesia's foreign debt position continued to increase from USD2.0
billion in 1966 to USD62.0 billion in 1997 and USD68.0 billion in 2004,
decreased to USD62.0 billion in 2006 and the end of 2010 increased to USD200,
4 billion. The magnitude of Indonesia's foreign debt stock has become its own
problems facing Indonesia in particular related to the role of Indonesia's
economic growth. Much research has been conducted to determine the role of
foreign debt on economic growth in both supporting and not a few who conssider
that foreign debt is impacting negatively on economic growth.
For the case of Indonesia in the study period 2001 to 2010 is known that
Indonesia's foreign debt has no effect on economic growth. From the survey
results revealed no influential one of the causes of the debt in question is the
existence of negative transfer policy since 2004 in which the withdrawal of
foreign loans is smaller compared to payments of principal and interest
installments, with one of his goals for refinancing. In addition, the government in
financing the development (closing the budget deficit) prefer the source of funds
from the Government Securities (SBN), particularly domestic sharenya reach 75%
of government securities issued in the period 2006 to 2010. This is confirmed also
by the still low considering the Debt Management Office (DMO) to manage the
debt effectively formed in 2006 as well as prudential regulation for the
management of government foreign debt and Private each new start in 2006 and
2007.
In order to manage the Government's foreign debt to more prudent,
transparent and accountable, it would require setting the level of foreign debt
management laws so as to provide legal certainty for the implementation of the
management of foreign debt. Futhermore, in supporting the prudent management
of private debt, private debt policy direction in the future should be more focused
on several aspects: (1) strengthening the monitoring system of private debt
through increased coverage of the report submitted by a private company that is
the location information overseas paying bank liabilities. Thus will be known from
which source of foreign exchange earned and predictable impact on the exchange
rate, (2) increased communication with the private sector through a strategic"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29327
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>