Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Setiawan Arif Hartanto
"Kebijakan moneter dengan kerangka kerja penargetan inflasi adalah sebuah kerangka baru dalam kebijakan moneter yang dewasa ini telah umum digunakan di berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Kerangka ini pertama kali diterapkan di Selandia Baru pada tahun 1990 dan semakin lama semakin banyak dianut oleh berbagai negara seiring dengan terjadinya perubahan pada pendekatan yang digunakan dalam kebijakan moneter, dari pendekatan kuantitas ke pendekatan harga, yang semakin mengemuka. Perubahan strategi kebijakan moneter dari kerangka kerja penargetan uang beredar menuju penargetan inflasi didasari suatu temuan bahwa semakin lama semakin sulit ditemukan hubungan yang stabil antara uang dengan pertumbuhan ekonomi, khususnya dalam jangka panjang. Di sisi yang lain, perubahan juga terjadi pada sistem nilai tukar yang digunakan. Kecenderungan yang terjadi adalah perubahan sistem nilai tukar tetap menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas. Perubahan ini terjadi untuk memenuhi tuntutan kebutuhan dari semakin meningkatnya derajat keterbukaan ekonomi dan keuangan di hampir semua negara. Derajat keterbukaan ekonomi dan keuangan serta sistem nilai tukar yang mengambang bebas ini akan meningkatkan pengaruh eksternal, yang muncul dari perubahan yang terjadi pada nilai tukar, terhadap inflasi domestik. Seperti yang dijelakan oleh Preposisi Taylor (2000) bahwa terdapat hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara Inflation Targeting Framework (ITF) dengan Exchange Rate Pass-through (ERP). Taylor menyatakan bahwa penerapan ITF akan menurunkan derajat ERP, derajat ERP yang rendah pada gilirannya akan menurunkan tekanan inflasi eksternal yang dapat membantu terjaganya inflasi domestik pada tingkat yang rendah dan stabil. Melalui penelitian ini penulis bermaksud untuk menganalisis dan membahas bagaimana dampak atau pengaruh penerapan ITF terhadap derajat exchange pass-through to domestic inflation dengan mengambil ruang lingkup pembahasan tiga negara ASEAN, yaitu Indonesia, Filipina, dan Thailand. Lebih jauh lagi, studi ini dimaksudkan untuk menguraikan pengaruh penerapan Inflation targeting Framework (ITF) terhadap besaran koefisien exchange rate pass-through jangka pendek dan jangka panjang untuk inflasi Consumer Price Index (CPI) dan inflasi Producer Price Index (PPI). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode persamaan simultan Two Stage Least Squares (2 SLS) dalam mengestimasi hubungan antara penerapan ITF dan exchange rate pass-through. Penulis melakukan estimasi 2 SLS dengan menggunakan dua indikator harga, yaitu inflasi Consumer Price Index (CPI) dan inflasi Price Producer Index (PPI). CPI merupakan proksi atas tingkat harga barang non-tradables. Dengan demikian, dampak depresiasi nilai tukar terhadap inflasi CPI menunjukkan efek langsung dari shock nilai tukar yang terjadi terhadap inflasi domestik. PPI digunakan sebagai proksi atas tingkat harga barang tradables sehingga pengaruh depresiasi nilai tukar terhadap inflasi PPI menunjukkan indirect effect atas yang shock yang terjadi pada nilai tukar terhadap inflasi domestik."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
S26370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Nur Rahmawaty
"Jumlah uang beredar menjadi sasaran antara kebijakan moneter yang efektif, apabila stabilitas permintaan uang tercapai. Stabilitas permintaan uang diartikan sebagai permintaan uang yang dapat diprediksi oleh otoritas moneter, sehingga jumlah uang beredar yang dikontrol oleh otoritas moneter dapat mempengaruhi variabel-variabel ekonomi lainnya (suku bunga dan PDB) dengan besaran yang dapat diukur. Berdasarkan hasil penelitian ini, permintaan uang (M2) riil tidak stabil. Hal ini dimungkinkan oleh inovasi pada sektor keuangan. Adapun, inovasi keuangan bersumber pada kebijakan pemerintah dan perkembangan teknologi alat pembayaran yang semakin likuid. Alat pembayaran ini tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh Bank Indonesia. Sehingga jumlah uang beredar tidak efektif untuk dijadikan sasaran antara kebijakan moneter."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yovancha T.M.M.K.S.
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia dalam jangka pendek, dimana faktor terbagi atas variabel sisi permintaan dan variabel sisi penawaran. Ruang Iingkup penelitian adalah berdasarkan model inflasi M.S. Mohanty dan Marc Klau (2003) yang telah dipergunakan untuk beberapa negara berkembang tetapi belum digunakan untuk Indonesia. Dalam model Mohanty dan Klau, variabel sisi permintaan terdiri atas selisih output dan kelebihan jumlah uang beredar. Sedangkan variabel sisi penawaran terdiri atas tingkat perubahan nilai tukar, tingkat perubahan upah dan supply shock. Hasil yang diperoleh berdasarkan data triwulanan dari tahun 1990 sampai 2002 adalah variabel sisi penawaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap inflasi. Sedangkan dari variabel sisi permintaan yang signifikan mempengaruhi inflasi hanya selisih output. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah dalam jangka pendek kebijakan moneter tidak berpengaruh terhadap pengendalian harga di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
S19426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Surjadinata
"Skripsi ini menguji pengaruh dari kejatuhan rezim nilai tukar terhadap output rill dari industri nasional. Ada anggapan bahwa penyebab dari kejatuhan rezim nilai tukar tetap difokuskan pada peningkatan ekspor dan jumlah aliran modal yang sangat besar pada saat sebelum krisis. Ketika guncangan lebih didominasi oleh sisi eksternal, suatu rezim nilai tukar mengambang secara teoretis menunjukkan bahwa guncangan pada output dapat lebih kecil dibandingkan dengan guncangan output pada rezim nilai tukar tetap. Suatu pengujian dengan menggunakan data kuarial maroekonorni Indonesia dari kurun waktu tahun 1983 hingga tahun 2000 menunjukkan bahwa varians dari output industri nasional dapat turun dua kali lipat bila rezim nilai tukar mengambang diterapkan pada saat sebelum terjadinya krisis ekonomi tahun 1998."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
S19438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 >>