Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadapdap, Jimmy Richard
"Industri Reksa Dana relatif baru bagi Industri Indonesia. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 oleh PT. BDNI Reksa Dana dengan aset kelolaan Rp 300 miliar. Produk reksa dana yang pertama adalah reksa dana tertutup artinya hanya dapat dimiliki dengan membeli melalui bursa. Dengan kata lain, mekanismenya sama dengan surat berharga yang dijual di pasar seperti saham, yang memiliki permintaan dan penawaran dan dinilai sesuai dengan harga pasar. Pada Juli tahun yang sama, Bapepam (Badan Pemerintah Pengatur Pasar Modal) mengeluarkan izin agar perusahaan yang terdaftar dapat meluncurkan dan mengelola produk reksa dana kepada publik. Dengan adanya pengetahuan tentang reksa dana, masyarakat kini memiliki alternatif investasi selain pasar uang dan instrumen investasi lainnya. Pemerintah juga memberikan insentif bagi industri new born dengan memberikan kupon obligasi bebas pajak yang dialokasikan pada reksa dana yang bertenor di bawah lima tahun. Hasilnya positif. Nilai Aktiva Bersih dari total aset kelolaan dan jumlah produk reksa dana tumbuh signifikan. Pada tahun 2000, dana kelolaan dan total produk reksa dana masing-masing mencapai Rp 5,5 triliun dan 94. Orang-orang tampaknya mempercayakan dananya kepada manajer investasi yang lebih ahli dalam menciptakan portofolio dengan ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja kemampuan manajer investasi dalam mengelola portofolio. Manajemen portofolio dikategorikan oleh 2 strategi: manajemen portofolio aktif dan manajemen portofolio pasif. Pra-asumsi penulisan ini adalah bahwa semua manajer investasi menggunakan strategi manajemen portofolio aktif strategi pasif diasumsikan hanya mengindeks dana ke pasar, maka kinerjanya akan sama dengan pasar itu sendiri. Di sisi lain, strategi aktif memerlukan penelitian saham yang mendalam dan memprediksi perubahan indikator ekonomi makro, yang dikenal sebagai kemampuan pemilihan saham dan market timing.

Mutual Fund industry is relatively new to Indonesian Industry. It was first introduced in 1996 by PT. BDNI Reksa Dana with asset under management of IDR 300 billion. The first mutual fund product was an closed-end fund meaning that it only could be owned by purchasing through bourse. In other words, the mechanism was same as securities sold in market such as stocks, which had demand and supply and valued as market price. In July of the same year, Bapepam (Capital Market Regulatory Government Agency) issued permits that registered companies could launch and manage mutual fund products to public. Given knowledge about mutual fund, public now have alternative for investment besides money market and other investment instrument. The government also gave incentive for the new born industry by giving tax-free coupon bond allocated in mutual fund that has tenor below five year. The result was positive. The Net Asset Value of total asset under management and the number of mutual fund products grew significantly. By year of 2000, the asset under management and total mutual fund product reached IDR 5.5 trillion and 94 respectively. People seemed to trust their fund to investment manager who had more expertise in creating portfolios with higher expected of return. The purpose of this dissertation is to measure the performance of investment manager ability in managing the portfolios. Portfolio management is categorized by 2 strategies: active portfolio management and passive portfolio management. Pre-assumption this writing is that all investment managers are using active portoflio management strategy the passive strategy assumed only indexing the fund to the market, hence the performance would be the same as the market itself. On the other hand, the active strategies require deep research of stocks and predicting the change in marco-economics indicator, known as the ability of stock selection and market timing.
"
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007
T23059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Isa Yusuf
"Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan negara-negara Asia di tahun 1997 - 1998 memberi pengaruh yang besar bagi sektor perbankan di Indonesia. Sejurnlah bank dilikuidasi atau dihentikan aktivitas operasional oleh Bank Indonesia karena krisis likuiditas akibat menurunnya kepercayaan masyarakat dan tingginya kredit bermasalah. Sebagian besar bank yang masih mampu beroperasi, memperoleh bantuan likuiditas dari Bank Indonesia dan masuk dalam pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Bank ABC selaku bank swasta terbesar juga termasuk dalam pengawasan BPPN sampai dengan tahun 2000.
Belajar dari pengalaman tersebut serta mengacu pada Basel Accord II, pada tahun 2003 'Bank iiiddriesla iizemperketat kebijakan. operasional perbankan dengan mengeluarkan peraturan manajemen risiko yang hares dikelola seluruh bank di Indonesia. Sebagai respon atas peraturan tersebut, mulai tahun 2003 bank ABC menerapkan internal credit risk rating (ICRR) sebagai alat bantu proses analisis kredit small medium enterprise (SME). Dua alasan panting diterapkannya ICRR di Bank ABC adalah (i) sebagai penerapan praktek manajemen risiko yang balk serta alat ukur pemahaman risiko dan (ii) berkaitan dengan fungsi ICRR di antaranya standarisasi proses analisis kredit, mengidentifikasi dan mengurangi debitur yang berpotensi bermasalah dan mempercepat proses kredit.
Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam karya akhir ini adalah apakah ICRR yang diterapkan oleh Bank ABC untuk pengambilan keputusan kredit SME sejak tahun 2003 telah efektif. Untuk menjawab pokok permasalahan tersebut, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana penerapan ICRR dan efektifitasnya dalam hal: (i) kemampuan ICRR dalam melakukan filtering terhadap (talon) debitur yang berpotensi bermasalah (ii) kesesuaian variabel yang digunakan dalam ICRR dengan teori yang ada, (iii) kesesuaian ICRR dengan kriteria minimum yang disyaratkan BIS, (iv) kemampuan variabel yang digunakan ICRR untuk memprediksi probabilitas (calon) debitur yang berpotensi bermasalah sesuai teori, (v) menekan tingkat kredit bermasalah dan (vi) mempercepat jangka waktu proses kredit.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, digunakan berbagai metode penelitian yaitu analisis deskriptif, analisis kualitatif, regresi logistik ordinal dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan terhadap penerapan ICRR sebagai alat bantu analisis kredit SME di Bank ABC serta perbandingan persentase kredit SME bermasalah terhadap kredit yang dilepas pada periode sebelum dan sesudah penerapan ICRR. Analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan benchmarking atas variabeI-variabel yang digunakan ICRR berdasarkan teori yang ada serta benchmarking sistem ICRR berdasarkan kriteria-kriteria minimum persyaratan sistem rating yang diformulasikan oleh BIS. Metode regresi logistik ordinal untuk menguji apakah variabel-variabel yang digunakan ICRR memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi probabilitas (calon) debitur yang berpotensi bermasalah. Analisis kuantitatif dilakukan dengan membandingkan perbedaan rata-rata jangka waktu proses kredit SME sebelum dan sesudah penerapan ICRR dengan uji beda mean (Paired-Sample T Test).
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa bila dilihat dari aspek penyaringan debitur yang berpotensi bermasalah dan kesesuaian variabel yang digunakan ICRR dengan teori, sistem tersebut kurang efektif karena basil simulasi ICRR terhadap seluruh debitur bermasalah tahun 2003 hanya dapat menyaring 18,57% yang memiliki risiko tinggi dan ada 7 variabel yang tidak dianalisis dalam sistem ICRR_ Namun dari aspek kesesuaian dengan kriteria BIS serta jangka waktu proses, ICRR yang dikembangkan oleh Bank ABC untuk kredit SME telah efektif karena telah sesuai dengan kriteria persyaratan minimum dari BIS serta dapat mempercepat proses jangka waktu kredit. Selain itu sulit untuk mengatakan bahwa ICRR merupakan suatu sistem yang efektif dalam ,menekan kredit bermasalah karena terjadi peningkatan persentase kredit bermasalah setelah penerapan ICRR karena beberapa alasan yang mungkin melatarbelakanginya.

Economy crisis at Indonesia and other Asian countries that happened in 1997 - 1998, had given great impacts to banking sector in Indonesia. Numbers of bank were liquidated or operationally stopped by Bank of Indonesia due to liquidity crisis after the decreasing of public trust and increasing of non performing loans. Banks that could operate in crisis, mostly received liquidity aid from Bank of Indonesia and monitored by Indonesia's Banking Restructuring Agency (IBRA). Bank ABC, biggest private bank in Indonesia was also monitored by IBRA until 2000.
Learning from that experience and referring to Basel Accord II, in 2003 Bank of Indonesia tighterred--the' b liking"secfvr by issuing risk management policy that should be managed by all banks in Indonesia. Responding to it, in 2003 Bank ABC applied internal credit risk rating (ICRR) as a tool for processing small medium enterprises (SME) credits. Two major underlying reasons of implementing ICRR are (i) as a good risk management practice and risk measurement, and (ii) related to the functions of ICRR: standardization of credit process, identification and reducing debtors potentially default and accelerating the credit process.
The main problem that will be discussed in this paper is the effectiveness of ICRR applied by Bank ABC for SME credit decisions since 2003. For answering the problem, the research questions proposed are how the implementation of ICRR and its effectiveness in terms of: (i) its ability in filtering the potentially-default borrowers, (ii) the compliance of variables being used in ICRR with theory, (iii) the compliance of ICRR model with minimum criteria according to BIS, (iv) the capability of variables being used in ICRR to predict the likelihood of potentially-default borrowers, (v) its capability in decreasing non performing loans and (vi) its capability to accelerate credit process.
In answering those questions, research methodologies being used are descriptive analysis, qualitative analysis, ordinal logistic regression and quantitative analysis. Descriptive analysis will be used in analyzing the implementation of ICRR as a tool for processing SME credits at Bank ABC and analyzing the comparative of non performing loans to total credit before and after the implementation of ICRR. Qualitative analysis will be used in benchmarking the ICRR variables with the theory and benchmarking the ICRR system with minimum criteria according to BIS. Ordinal logistic regression will be used in assessing the capability of ICRR variables to predict the likelihood of potentially-default borrowers. Quantitative analysis will be used to compare the difference of credit process duration before and after the implementation of ICRR, using the Paired-Sample T Test.
The result of the research shows that ICRR has been uneffective in terms of its ability in filtering the potentially-default borrowers and the compliance of variables being used in ICRR with theory. But ICRR has been effective in terms of the compliance of ICRR model with minimum criteria according to BIS, the capability of variables being used in ICRR to predict the likelihood of potentially-default borrowers, and its capability to accelerate credit process. From the capability of ICRR in decreasing non performing loans, it is hard to say that ICRR has been effective due to the increasing of non performing loan after the implementation of 1CRR with some potential underlying reasons."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23057
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suhendar Ismail
"Par être émis le décret du numéro 3/1989 d0UU au sujet de la règle d'investation qui exige d'entourer l'entreprise d'etat (PT. Telkom et PT. Indosat) dans le secteur de télécommunication et qui donne le permis opérationnel de (ÌSM-900 aux plusieurs fournisseur de télécommunication, signale le début du développement mobile de télécommunication en Indonésie, Il y a beaúcoup d'opérate qui apparaissent et développent son service dans toute la région de l'indonésie, ceux sont: PT. Telkomsel, PT. Satelindo et PT. Excelcomindo. En 2000, le gouvernement a émis le numéro 5212000 de pp au sujet de la déréglementation dans le secteur de télécommunication que les marques disparaissent la droite exclusive des compagnies d'etat et signale que Ja concurrence élevée dans ce secteur a se commencer.
Les actions de la PT. Satelindo étaient appartiennent des plusieurs compagnie étrangère et compagnie domestique, mais au milieu de cette année toutes actions ont lieu appartiennent de la PT. Indosat. La PT. Satelindo a commencé ses affaires en 1993 par 3 affaires principales, ceux sont : Le fournisseur cellulaire, le service par satellite et le cadran direct international, l'affair cellulair qui a être commencé de Jakarta etait plus développe que les autres affaires et c'est devenus 'le marché leader' dans la région de Jabotabelc et le deuxième plus grand en Indonésie avec le premier produit 'The Satelindo GSM' comme la carte payée-après. Après le déclin énergique du client dans le début de la crise monétaire en Indonésie, Satelindo lancait le nouveau produit 'Mentari' comme la carte pré-payée avec des plusieurs avantages qui étaient disponible pour attirer l'attention du public de Jabotabelc pour défendre son mode des concurrents.
En 2001, Le gouvernement a donné Le permis du Dcs-1800 opérationnel qui est le système de mise à niveau du Gsm90O à plusieurs nouvelles entreprises ou aux entreprises d'exister, inclue PT. Satelindo. Ce permis a crée une condition plus concurrentielle dans le secteur mobile de télécommunication. Pour renforcer sa position et pour défendre son mode dans la région de Jabotabek, elle a combiné ces technologies. Et qu'elle a lancé le nouveau produit pour la carte payée-après et la carte pré-payée qui pourraient être intensivement terminées par les dispositifs attrayants et les services attrayants au client. Mais iL y a beaucoup de chose principale qui doit être mis l'accent sur l'entreprise pour donner le service de satisfaction au client, comme : la largeur du signal d'assurance, de la qualité de réseau et de l'atteinte de service qui est encore focalisée à Jakarta. Par entièrement la commande de dessous de la gestion d'Indosat qui a l'expérience élevée et a la culture forte dans le secteur de télécommunication avec l'état économique de l'indonésie qui commence à être meilleure, Satelindo a la chance élevée pour rester comme le plus grand opérateur dans la région de Jabotabek ou d'ailleurs nationalement."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moammer Natalo Akbar
"ABSTRAK
Penelitian ini melihat pengaruh dan hubungan antara return Reksa Dana Syariah (sebagai investasi dengan instrumen portofolio berbasis syariah) dengan return Reksa Dana Konvensional (sebagai investasi dengan instrumen portofolio konvensional) dengan mengambil sampel Reksa Dana jenis pendapatan tetap dan jenis campuran. Teknik analisis untuk membuktikan hubungan antara kedua return Reksa Dana Syariah dan konvensional adalah dengan pengujian Granger Causality, Vector Autoregression (VAR) dan Model Distributed Lag. Pengujian pertama dan kedua antara return Reksa Dana AAA Syariah Fund dengan BNI Dana Berbunga Dua serta antara Reksa Dana Batasa Syariah dengan Big Dana Likuid menunjukkan bukti adanya hubungan kausalitas Granger diantara kedua return. Artinya terdapat hubungan yang bersifat dua arah antara return Reksa Dana Syariah jenis campuran dengan return Reksa Dana Konvensional jenis pendapatan tetap. Pada pengujian ketiga antara return Reksa Dana BNI Dana Syariah dan AAA Bond Fund tidak terbukti adanya hubungan kausalitas namun pengujian lebih lanjut menunjukkan adanya hubungan satu arah dimana return Reksa Dana konvensional mempengaruhi return Reksa Dana Syariah dengan jenis yang sama yaitu Pendapatan tetap. Pada pengujian keempat antara return Reksa Dana Amanah Syariah Fund dan Bahana Kombinasi Arjuna tidak terbukti adanya hubungan kausalitas maupun satu arah, artinya hubungan antara kedua Reksa Dana dengan jenis yang sama yaitu campuran antara Reksa Dana Syariah dengan Reksa Dana Konvensional adalah independent atau tidak saling mempengaruhi. Penelitian ini juga menunjukkan instrumen investasi yang membentuk portofolio Reksa Dana Syariah seperti obligasi syariah masih dipengaruhi oleh pergerakan instrumen-instrumen investasi konvensional yang ada dipasar seperti suku bunga, saham dan obligasi konvensional. Return Reksa Dana selain dipengaruhi oleh pergerakan return instrumennya juga bisa dipengaruhi oleh pm-Baku investor sendiri dan gaya investasi dari manajer investasi, kemudian penentuan harga pasar wajar obligasi yang masih belum transparan merupakan persoalan tersendiri dalam menentukan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana yang pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya return yang dihasilkan.

ABSTRAK
Indonesian Sharia financial industry development had shown a surprising growth. Hence, there is a need to have some alternatives investment, which can give an interesting return for investors. One of the alternatives investments is Sharia Mutual Fund. Sharia investors in Indonesia are rational investors that tend to seek investment, which give better return, where the religion issue is not the main reason for them to invest. This research tries to observe the causality and the relationship between Sharia Mutual Fund (as a Sharia-based portfolio investment instrument) and Conventional Mutual Fund (as a conventional-based portfolio investment instrument). The sampling in this research is taken from Mutual Fund of Fixed Income and Mixed Income. The Granger Causality Test, Vector Auto Regression (VAR) and Model Distributed Lag are employed as the analysis technique. The results suggest that on the first and second testing of Mutual Return of AAA Syariah Fund and BNI Dana Berbunga Dua, and a testing of Batasa Syariah Mutual Fund and Big Dana Likuid proved that there was a Granger Causality Relationship between those two. It showed that there is a bi-directional causality between mixed-type Sharia Mutual Fund and Fixed-Income Conventional Mutual Fund. On the third testing of BNI Dana Syariah Mutual Fund and AAA Bond Fund, there was no causality relationship. Nevertheless, further testing had shown that there was a one-directional relationship where Mutual Fund Conventional returns give impact to the Sharia Mutual Fund returns with the same type, which is fixed income. On the fourth testing between Amanah Syariah Mutual Fund and Bahana Kombinasi Arjuna, there was no evidence of causality relationship. It showed that the relationship of Sharia Mutual Fund and Conventional Mutual Fund is independent and consistent. The results also demonstrate that investment instrument that form the Sharia Mutual Fund portfolio such as Sharia Bond, is still affected by the movement of conventional investment instruments in the market (i.e interest rate, stocks, and conventional bond). Apart from the movement of instruments return, the Mutual Fund return is also affected by the investor behavior and investment style of Fund Manager, which in turn an opaque setting of obligation fair value is still an issue in setting the Mutual Fund Net Asset Value and at the end will affect the return.
"
2007
T17905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriansyah
"Tujuan utama manajemen perusahaan adalah meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Peningkatan kesejahteraan pemegang saham tersebut meningkat bila nilai perusahaan mereka jugs meningkat. Jika manajemen ingin dianggap berhasil dalam tugasnya maka mereka harus bekerja dengan efisien dan efektif untuk bisa meningkatkan nilai perusahaan PT Asuransi Jasa Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang industri asuransi kerugian, selama kurun waktu 2000-2004 perusahaan menunjukkan kinerja yang balk, terlihat dari indikator-indikator pertumbuhan antara lain pertumbuhan asset perusahaan, premi bruto, hasil underwriting maupun laba sebelum pajak semuanya menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Evaluasi kinerja perusahaan untuk periode yang sama dihitung sesuai dengan SK Merited Keuangan No.826IKMK.01311992 tanggal 24 Juli 1992 menunjukkan kondisi perusahaan yang "sehat".
Dalam penelitian ini penulis ingin menerapkan konsep Economic Value Added (EVA) sebagai altematif alat ukur kinerja baru bagi PT.Asuransi Jasindo. Sebuah metode yang mengukur kinerja manajemen dari sisi penciptaan nilai tarnbah Bari suatu perusahaan untuk periode tertentu yang dirumuskan dengan NOPAT (net operating profit after tax) dikurangi dengan total biaya modal. Kelebihan pengukuran ini jika dibandingkan dengan metode pengukuran lain adalah memperhitungkan biaya modal sebagai komponen perhitungan EVA serta dapat menghilangkan distorsi -distorsi dalam penerapan standar akuntansi.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode EVA untuk mengukur kinerja manajemen Jasindo selama periode 2000-2004 temyata memberikan basil yang berbeda jika dibandingkan dengan menggunakan metode pengukuran kinerja lainnya. Selarna periode 2000-2003 nilai EVA yang dihasilkan negatif, baru pada tahun 2004 perusahaan bisa memperoleh nilai EVA yang positif. Berarti walaupun terdapat pertumbuhan perolehan premi bruto secara significant sclama periode 2000-2004 tetapi manajemen tidak berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Hal ini disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan ekstemal. Faktor internal adalah tingginya modal yang diinvesiasikan Asuransi Jasindo yang disebabkan besamya cad angan Maim dan cadangan premi perusahaan. Sedangkan faktor ekstemal yang berada di luar kontrol manajemen adalah tingginya biaya modal yang disebabkan masih tingginya tingkat suku bunga selama periode tersebut.
Dengan adanya metode pengukuran kinerja yang baru diharapkan dapat memberikan perspektif bagi manajemen untuk menilai kondisi dan permasalahan yang dihadapi perusahaan sehingga dapat menyusun perencanaan strategik yang tepat dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan.

The main goal of management is to increase the welfare of the stockholders, and this would happen if the company able to increase their value. The management should also perform effectively and efficiently, in order to achieve their goal. PT. Asuransi Jasa Indonesia is a state owned company which line business in general insurance. During the years 2000-2004 the company had perform well, and this can be seen from the growth of the total assets, gross premium, underwriting result, earning before tax. Performance evaluation according to Financial Ministry regulation No.8261KMK.013/1992 dated July 24`h 1992 shows that company in well condition.
In this research the writer would like to apply the concept of Economic Value Added as an alternative measure of performance tool for PT. Asuransi Jasindo. A concept that measure management performance by the value created in certain period, which formulated by NOPAT (Net Operating Profit after Tax) minus Cost of Capital. The difference of this method among other performance measurement tools are the cost of capital is being taken as one of their components for EVA computation and it can eliminate the distortions from the use of accounting method.
The utilize of EVA method is to measure PT.Asuransi Jasindo performance during the period 2000-2004 which generate different results than other tools. In period 2000-2003, it conceded negative value; only in 2004 the company achieved positive value. This means that in spite of the successfulness of management in increasing gross premium during 2000-2004, management are unable to generate an additional value to the company. There are 2 factors causing these problems, and they are internal and external factors. Internal factors were the large amount of capital invested due to the increasing of premium reserve and claim reserved.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriyanto Agus Wibowo
"Tinggi rendahnya tingkat default risk penjaminan pembiayaan syariah usaha kecil menengah dan koperasi (UKMK) sangat berpengaruh terhadap besaran imbal jasa penjaminan yang ditetapkan untuk nasabah penjaminan syariah ini. Imbal jasa penjaminan dibentuk dari komponen default risk dan biaya-biaya perolehan bisnis yang dikeluarkan lembaga penjamin kredit (LPK). Tingkat kredit macet (default risk) memberikan gambaran kualitas risiko poriofolio kredit yang dijaminkan. Oleh karena itu untuk menentukan imbal jasa penjaminan, terlebih dahulu harus mengetahui tingkat default risk dari kredit yang di-cover.
Saat ini, Perum Sarana hanya mengambil rumusan imbal jasa dari penjaminan kredit konvensionalnya Karenanya diperlukan suatu evaluasi untuk mengetahui kebenaran kebijakan penetapan imbal jasa tersebut bagi penjaminan pembiayaan syariah UKMK. Hasil penelitian default risk dengan pendekatan CreditRisk+ membuktikan bahwa imbal jasa yang ditetapkan Perum Sarana tidak sebanding dengan kualitas portofolio penjaminan pembiayaan syariah UKMK. imbal jasa basil penelitian menunjukkan besaran yang jauh lebih kecil dari imbal jasa yang ditetapkan Perum Sarana.

Fluctuation of the rating of default risk on sharia financing guarantee for cooperative, small and medium enterprises (CSME) is really influenced by the amount of the guarantee service fee which is established for the customers of sharia financing. The service fee is composed by component of default risk and acquisition expenses which are spent by Credit Guarantee Corporation (CGC). Grading of default risk describes of the quality of credit guarantee portfolio. Therefore, for determining the service fee of guarantee, we must know the grading of the default risk first and also the credit being covered.
This moment, Pet-urn Sarana is using the formulation of the service fee based on its conventional credit guarantee. Therefore, an evaluation to find out the right policy of the service fee is really needed. The outcome is that using default risk with CreditRisk+ approach demonstrates that service fee which is established by Perum Sarana is not appeal with the quality of the sharia financing guarantee's portfolio for CSME. The service fee of guarantee which is proved by this research is far below the service fee by which is established by Perum Sarana."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Angga Negoro. author
"ABSTRAK
The signs of economic recovery above can give a clearer banking industry prospects in the next year. This can be inferred by the possibility of cheaper loan given by the banks' to the real sectors. For investors, this condition might lead to question about the relationship between stock price return and key variables. This research intended to find these relationships. Economic variables chosen for this research are market indices (JCI), interest rate, and exchange rate (ID.R/IJSD). There is previous research that discusses the influence of these three independent variables to stocks return (Moerdinafitrasari, 2003).
From 18 stocks that have listed on JSXfor more than 5 years, only 9 stocks has F-test significance level below 5%, they are BBCA, PNBN, BNII, BBNI, BDMN, BEKS, NISP, BNGA, BNLI. From the preliminary hypothesis that JCI significantly affects the stock return, research shows that this independent variable does affect BBCA, PIVBN, BNII, BBIVI, BDMN, BEKS, NISP, and BNGA (all of the 9 stocks except BNLI). Preliminary hypothesis statement of probable Interest rate significantly affects the stock return of BNII, while the return for the rest of the stocks is insignificantly influenced. Foreign exchange significantly affects the stock return of PNBN, while the return for the rest of the stocks is insignificantly influenced. From these conclusions we could draw several suggestions. First, before investing in banking stocks, investors should forecast JCI return. Second, because the return of banking stocks' only significantly affected by the return of JCI (except for BNII) in this research, it will be valuable to add or change the independent variables."
2007
T19743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Scorpio Satriyo Putranto
"Penelitian ini bertujuan (a) Mengetahui variabel apa saja dalam model gravitasi Batra yang mempengaruhi perdagangan bilateral antar negara OKI berdasarkan data tahun 2003; (b) Mengetahui besarnya potensi perdagangan bilateral yang dimiliki oleh negara OKI menurut model gravitasi Batra berdasarkan data tahun 2003; (c) Mengetahui peluang perdagangan bilateral Indonesia dengan negara OKI lainnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data ekspor seluruh negara OKI dan non-GKl untuk tahun 2003. Pendekatan yang digunakan adalah model gravitasi yang umum dipakai dalam mencari tahu pola perdagangan bilateral dengan menggunakan metode OLS dengan data cross section tahun 2003
Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel dalam model gravitasi Batra berdasarkan data tahun 2003 yang mempengaruhi perdagangan bilateral negara OKI secara positif adalah pendapatan, kesamaan sejarah yang diwakili oleh hubungan kolonial, kesamaan bahasa, perbatasan langsung clan keanggotaan dalam Preferential Trade Agreement yang sama. Sementara itu variabel jarak dan tidak adanya hubungan langsung dengan taut memiliki pengaruh negaiif terhadap perdagangan bilateral negara OKI. Penerapan model gravitasi Batra yang dihasilkan dengan menggunakan data tahun.2003 menunjukkan adanya potensi perdagangan bilateral yang dimiliki negara-negara OKI serta potensi perdagangan yang dimiliki Indonesia dengan negara OKI lainnya.

This study was aimed to (a) know which variables in Batra's gravity model based on 2003 data that had an effect on OTC's bilateral trade; (b) know the value of OIC's bilateral trade. According to Batra's gravity model based on 2003 data, (c) know the opportunity regarding of Indonesia's bilateral trade with other OIC member, this study used OIC and non-OIC export data for the year 2003. The approach used in this study was the gravity model that was common to be used in identifying bilateral trade pattern by using OLS method with cross section data for the year 2003.
This study showed that variables in Batra's gravity model .based on 2003 data that influenced OIC's bilateral trade positively were income, historical ties that was represented by colonial ties, common language, contiguous, and membership in the same Preferential Trade Agreement. While distance and landlocked variables have negative influence on OIC's bilateral trade. Based on the use of Batra's gravity model that had been estimated by using 2003 data, it had been shown that there was a potential to increase bilateral trade between OIC member and between Indonesia and with the rest of OIC member."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20516
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Freby Dempaka
"ABSTRAK
Tesis ini dibuat mengenai perihal tanggung jawab perusahaan dan
bagaimana mengkomunikasikannya dengan para stakeholder terkait dengan
tanggung jawab perusahaan. lnteraksi perusahaan dengan berbagai kelompok
stakeholder yang berbeda bukan suatu topic baru, akan tetapi pertanyaan tanggung
jawab perusahaan seperti apa yang benar-benar memenuhi kebutuhan Serta
keinginan stakeholder adalah diskusi utama. Buruh anak, kerusakan lingkungan
dan masalah etika merupakan semua masalah yang akan membawa arah diskusi
mengenai corporate social responsibility, CSR.
Awarness terhadap CSR semakin meningkat dan pendekatan yang tepat
tanggung jawab dari perusahaan mempakan suatu kebutuhan. CSR ialah mengenai
bagaimana perusahaan memilih cara menjalankan perusahaan atau bagaimana cara
memulai bisnis. Perusahaan yang memiliki perhatian serius terhadap CSR akan
mempunyai suatu competitive advantage, saat menghadapi masalah yang terjadi
diakibatkan perusahaan lalai dalam mengatasi masalah sosial dilingkungan
bisnisnya. Perusahaan yang menggunakan metoda pengendalian lingkungan yang
ramah Iebih menginginkan customer ataupun publik untuk mengetahui apa yang
perusahaan lakukan, akan tetapi perusahaan yang menggunakan buruh anak-anak
sebagai karyawannya berusaha sebisa mungkin menutupi informasi bagaimana
parusahaan menjalankan bisnisnya.
Kedua skenario tadi berdasarkan bentuk pengelolaan CSR, yang
merupakan topik dari thesis ini. Tujuan dari Penelitian ini ialah untuk menyelidiki
bagaimana corporate social responsibility berjalan diperusahaan dihubungkan
dengan cara mengkomunikasikannya. Tujuan akhirnya ialah untuk menghasilkan
gambaran secara Iuas bagaimana pengelolaan CSR dengan fokus komunikasi
kemasyarakat Iuas. Penelitian ini diarahkan untuk isu-isu berikut: Apa arti CSR
bagi perusahaan dan apa timbal balik dari CSR yang dilakukan perusahaan?
Bagaimana Pengelolaan CSR diperusahaan besar? Bagaimana perusahaan
melakukan pendekatan komunikasi CSR?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan perusahaan yang
menjadi objek penelitian ialah PT PERTAMINA (PERSERO) pada Unit
Pengolahan (UP) VI Balongan, Indramayu. Dalam pembentukan gambaran cara
kerja CSR diPERTAMINA, data-data empirik dikumpulkan dengan melakukan
wawancara dan menganalisa berbagai dokumen. Karyawan yang bekerja
mengelola CSR diwawancara, juga masyarakat sekitar fasilitas produlsi
PERTAMINA di Balongan sebagai stakeholder CSR PERTAMINA latar
belakang data empirik berdasarkan data Iiteratur tentang CSR PERTAMINA
dijelaskan dalam BAB lerpisah.
Pertimbangan mengenai CSR dan cara komunikasi CSR menunjukkan
bahwa CSR seharusnya merupakan bagian penting dari corporations brand
management. Pada saat yang sama, perusahaan harus aware bahwa CSR dapat
memberikan dampak terhadap reputasi perusahaan dalam berbagai hal.
Komunikasi CSR yang positif dapat memperkuat brand perusahaan, sedangkan
pemberitaan begatif dari CSR dapat membawa dampak yang buruk bagi perusahaan."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T21243
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>