Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratna Dewi Tunjung Puspasari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban mengenai hubungan antara bilingual dan metalinguistic awareness terhadap kemampuan pemahaman bacaan anak kelas dua sekolah dasar. Penelitian ini dilaksanakan pada dua SD di Bintaro, yaitu SD Global Jaya dan SD Pembangunan Jaya. Diteliti pula mengenai kemungkinan adanya perbedaan metalinguistic awareness dan pemahaman bacaan antara anak bilingual dan monolingual.
Subyek penelitian di pilih dengan menggunakan teknik Incidental Sampling yaitu memilih anak bilingual berdasarkan skor hasil observasi English as A Second Language Scale ( 105 - 140 ) dan skala observasi kemampuan
bahasa Indonesia ( 140 - 175 ). Dari 155 anak kelas ll Sekolah Dasar, jumlah subyek bilingual dominan bahasa Indonesia adalah 60 orang dan 60 orang monolingual.
Kemampuan bilingual diukur dengan instrumen English as A Second Language Scale dan skor Skala Observasi Kemampuan Bahasa Indonesia, sedangkan Metalinguistic Awareness siswa diukur dengan Tes Melalinguistic Awareness yang disusun sendiri, Serta Language Objeclivigv Test konstruksi
Cummins yang dimodifikasi. Tes Kemampuan metlinguistic awareness meliputi dimensi metefonology awareness dan melasyntactic awareness, dimensi metasemanric awareness. Data kemampuan pemahaman bacaan didapat dari skor
hasil tes pemahaman bacaan yang disusun oleh C.Thorne kemudian dimodifikasi untuk kesesuaian penelitian. Tes pemahaman bacaan meliputi dimensi pemahaman kata pemahaman kalimat, pemahaman literal dan pemahaman inferensial.
Sebelum digunakan , alat ukur penelitian diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan Teknik Korelasi Pearson Product Moment dan Teknik Alpha Cronbach. Analisa data menggunakan Teknik Korelasi Pearson Product
Moment Regresi Berganda dan Uji T.
Hasil penelitian menunjukkan adanyl hubungan pusitif antara kemampuan bilingual dan Metalinguistic Awareness terhadap kemampuan pemahaman bacaan baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Besar sumbangan efektif dari
kedua variabel bebas tersebut adalah 73,5 % . Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa ada perbedaan metalinguiszic awarenes dan kernampuan pemahaman bacaan antara siswa bilingual dominan bahasa Indonesia dengan siswa monolingual bahasa Indonesia. Anak bilingual memiliki kemampuan yang lebih tinggi pada metalinguistic awarenes dan pemahaman hacaan dari pada anak monolingual.
Berikutnya ditemukan pula bahwa pada anak yang memiliki metalinguistic awarenes di atas rata-ata tampak adanya perbedaan pemahaman bacaan yang tinggi antara anak bilingual dari anak monolingual. Tidak demikian halnya bila pemahaman bacaan dilihat dari kemampuan metalinguistic awarenes dibawah rata-rata tidak didapat adanya perbedaan yang signifikan.
Ditemukan perbedaan pemahaman bacaan puda anak bilingual bila dilihat dari kadar metalinguistic awarenes yang berbeda dimana pemahaman bacaan anak bilingual lebih tinggi dibandingkan monolingual.
Pada anak bilingual tcerlihat perbedaan yang cukup besar jika dibandingkan berdasarkan tingkat. kemampuan metalinguistic awarenes. Namun pada anak monolingual tidak terdapat perbedaan pemahaman bacaan yang signifikan bila kemampuan metalinguistic awarenes di atas rata-rata diperbandingkan dengan anak berkemampuan metalinguistic awarenes di bawah rata-rata.
Untuk penelitian selanjutnya perlu diupayakan antara lain pengambilan subyek yang lebih luas, penyusunan instrumen yang lebih baik, serta pengukuran aspek-aspek lain yang mungkin mempengaruhi kemampuan pemahaman bacaan
anak bilingual. Dapat pula dilakukan perbandingan antra kemampuan metalinguistic awareness anak monolingual bahasa Indonesia, monolingual bahasa Inggris, bilingual dominansi bahasa Indonesia, bilingual dominan bahasa Inggris dan bilingual seimbang. Serta bagaimana pengaruhnya pada kemampuan pemahaman bacaan mereka.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retnaningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji peranan kualitas attachment, usia dan jender pada perilaku prososial. Latar belakang yang mendasari penelitian ini adalah adanya gejala penurunan tingkat kepedulian terhadap orang lain, serta meningkatnya keterlibatan anak dan remaja dalam perilaku anti sosial, khususnya pada masyarakat perkotaan. Menurut Rutter, Giller dan Hugell (1998), perilaku anti sosial pada dasarnya dapat dicegah, salah satunya dengan cara mengembangkan perilaku prososial. Untuk mengembangkan perilaku prososial faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi adalah kualitas attachment, usia dan jender. Penelitian ini dilakukan pada anak usia sekolah dan remaja, dengan jumlah subyek 204 orang. Untuk mengumpulkan data digunakan security scale dan skala perilaku prososial. Sedangkan untuk analisis datanya digunakan multiple regression dan t-test. Kesimpulan yang diperoleh adalah (l) ada peranan yang signifikan dari kualitas attachment, usia dan jender pada perilaku prososial, serta pada masing-masing perilaku berbagi, bekerjasama dan menolong. Besarnya sumbangan dari kualitas attachment, usia dan jender pada perilaku prososial, berbagi, bekerjasama dan menolong secara berturut-turut adalah 21,7 %, 14,5%, 22% dan 16,3%. (2) Kualitas attachment memberikan sumbangan yang terbesar secara signiflkan pada perilaku prososial, Serta pada masing-masing bentuk perilaku prososial berbagi, bekerjasama dan menolong. (3) Ada perbedaan yang signifikan antara yang secure dan insecure attachment pada perilaku prososial, serta pada masing-masing bentuk perilaku prososial berbagi, bekerjasama dan menolong. Kelompok yang secure attachment cenderung lebih tinggi dalam perilaku prososial, berbagi, bekerjasama dan menolong dibandingkan yang insecure attachment. (4) Ada perbedaan yang signifikan antara anak usia sekolah dan remaja pada perilaku prososial, serta pada masing-masing hentuk perilaku prososial berbagi, bekerjasama dan menolong. Anak usia sekolah cenderung lebih tinggi dalam perilaku prososial, berbagi, bekerjasama dan menolong dibandingkan remaja. (5) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam perilaku prososial, serta pada perilaku berbagi dan menolong. Sedangkan pada perilaku bekerjasama ada perbedaan yang signifikan, dimana perempuan cenderung lebih tinggi dalam bekerjasama dibandingkan laki-laki."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38510
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Andina Ratnaning Dyah
"Harter (dalam Papalia, 2004) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan konslruksi kognitifyang menentukan bagaimana seseorang mcmandang dirinya serla mcnentukan perilakunya. Beberapa anak ada yang memiliki konsep diri akadcmik positifdan ada yang memiliki konscp diri akademik negatif. Anak dcngan dengan konsep diri akademik yang positif Icbih termotivasi untuk meraih sukses dan lebih tertantang untuk menyelesaikan Lugas atau masalah yang dihadapi sebaliknya anak dengan konsep diri akademik negaxif kurang memiliki motivasi untuk belajar dan cenderung mudah menyerah (Boggiano dalam Vasla, Hai1h_ Miller, 1999).
Program ini benujuan untuk mengubah konscp diri akademik anak pada pclajaran matematika dark ncgatifmenjadi positif' yang dilakul-can melalui pcrubahan pada pola pikirnya yang ncgatif menjadi positif. D telah berhasil mengubah konsep diri akdcmiknya pada pelajaran matematika dari negatifmenjadi positif dengan ditandai adanya perubahan pola pikir dari negalifmenjadi positif dan adanya perubahan perilaku. Kesimpulannya, Cognitive Behavior Therapy dapat diterapkan untuk menangani konsep diri akadcmik pada khususnya dan konsep diri pada umumnya. Meskipun begitu, masih ada beberapa kelemahan dalam program ini yang perlu diperbaiki dalam penerapan intervensi cagnilivc behavior rherapy sclanjutnya.

Harler (it1Papalia, 2002) said that se¢concept is a cognitive construction, a system of descriptive and evaluative representations about the seyf which determines how wefeel about ourselves and guides our action Some chlidren do have positive academic seMconcept, while the others have the negative one. Children who view them seU as academically skilled are more motivated to succeal more pensistent in their work. and more willing to seek out challenging tasks or problems. As signyicant, children with low opinions of their academic abilities are less motivated to work(Boggiano in Vasta, Haith, Miller, I 999).
The purpose of this program is to change client is academic selfwoncept _/rom negative to positive through changing child 's cognition from negative into positive. D succeeded change her academic seMeonceptj'om negative to positive. She shows the changing through cognition and behavioral change. The conclusion is Cognitive Behavioral Therapy can be applied to treat academic self-concept and seMconcept, in general. However, there are several things that need improvement in jivture Cognitive Behavior Therapy program in treating academic sehlconcept.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Hildayani, supervisor
"Sejak memasuki usia sekolah, keluarga tidak lagi menjadi satu-satunya
lingkungan yang berperan besar dalam kehidupan anak. Terlebih lagi pada
akhir masa usia sekolah, dimana anak mulai memasuki usia prapubertas- Pada masa ini, di samping orang tua, lingkungan pergaulan dengan teman
mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan anak.
Ada sejumlah kemajuan yang dibuat oleh anak selama masa usia
sekolah, yang menyebabkan hubungan pertemanan yang mereka bentuk
menjadi semakin kompleks dan berarti. Salah satunya adalah kemampuan yang lebih baik untuk memahami perspektif kebutuhan, dan perasaan orang lain.
Dengan kemampuan ini, anak mulai mengutamakan adanya rasa setia kawan,
pengertian, dan berbagi perhatian dalam berteman. Harapan tentang
persahabatan dalam cara yang lebih kompleks pun makin berkembang.
Memasuki masa remaja., khususnya pada masa remaja awal, kebutuhan
akan sahabat ini semakin bertambah. Sekalipun hubungan dengan keluarga
tetap dekat, sahabat menjadi penycedia dukungan pada masa remaja. Sejalan
dengan bertambahnya usia, remaja menginginkan hubungan yang lebih dekat, yang meliputi berbagi perasaan, pikiran, dan masalah-masalah pribadi.
Adanya rasa setia kawan, perhatian, dan keinginan untuk berbagi
merupakan beberapa kualitas yang ada dalam sebuah hubungan persahabatan.
Kualitas persahabatan sendiri mengacu pada ciri atau sifat yang esensial dari sebuah persahabatan. Parker dan Asher (1993) mengemukakan enam kualitas
persahabatan yang meliputi : validation and caring, conflict and betrayal,
compambnshy and recreation, help and guidance, intimate exchange, dan
conflict resolution.
Sejumlah faktor diperkirakan berpengaruh terhadap kualitas
persahabatan. Faktor-faktor tersebut meliputi attachment orangtua-anak, usia,dan jender. Adanya perbedaan kualitas attachment (secure dan insecure), usia
(usia sekolah dan remaja), dan jender (laki-laki dan perempuan) diasumsikan juga akan menghasilkan perbedaan dalam kualitas persahabatan tertentu.
Untuk menguji pemikiran di atas, penulis melakukan penelitian tentang
hal ini. Sepanjang yang penulis ketahui, penelitian tentang pengaruh kualitas attachment, usia, dan jender terhadap kualitas persahabatan belum banyak
dilakukan di Indonesia, terlebih lagi yang diukur pada masa usia sekolah dan remaja. Selain itu, kemungkinan adanya perubahan dalam kebutuhan akan sahabat dan perubahan dalam peran jender juga mendorong penulis untuk
melakukan penelitian ini. Dalam kaitannya dengan kualitas attachment, penulis membatasi pengukuran hanya terhadap attachment antara ibu - anak. Hal ini dipilih mengingat ibu hampir selalu menjadi figur attachment utama dalam kehidupan anak.
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kuantitatif dan
melibatkan sejumlah siswa SD dan SLTP yang memenuhi karakteristik
tertentu. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang menggali kualitas attachment ibu-anak dan kualitas persahabatan anak. Seluruh data diolah dengan menggunakan program SPSS.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa faktor jender
mempunyai pengaruh yang cukup bermakna terhadap kualitas persahabatan
tertentu. Perbedaan yang bermakna antar kelompok juga ditemukan untuk
sejumlah kualitas persahabatan. Pertama, kelompok anak yang secure
ditemukan memiliki skor yang lebih tinggi secara bermakna untuk kualitas validation and caring, help and guidance, dan conflict resolution dibandingkan
dengan kelompok anak yang insecure. Kedua, kelompok anak usia sekolah
ditemukan memiliki skor yang lebih tinggi secara bermakna untuk kualitas companionship and recreation dan validation and caring dibandingkan dengan
kelompok anak remaja. Akhirnya, kelompok anak perempuan menunjukkan
skor yang lebih tinggi secara bermakna untuk kualitas companionship and
recreation, validation and caring, dan intimate disclosure dibandingkan dengan kelompok anak laki-laki. Sejumlah hal tampaknya mempengaruhi hasil yang diperoleh, seperti faktor instrumen penelitian dan jumlah sampel. Untuk
penelitian selanjutnya, beberapa saran diberikan berkaitan dengan hal itu.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Th. Ratih Sawitridjati
2007
T38300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ratih Yuniarti Pratiwi, Author
"ABSTRAK
Intervensi yang dilakukan menggunakan teknik Cognitive Behaviour Therapy (intervensi kognitif dan perilaku) untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh remaja perempuan berusia tiga belas tahun. Tujuan intervensi adalah untuk mengidentifikasi dan mengubah distorsi kognitif anak tentang perasaan tidak mampu (incompeten) dan menimbulkan kecemasan sehingga anak diharapkan mampu menemukan cara untuk menghilangkan kecemasan yang muncul pada situasi tertentu. Intervensi dilakukan sebanyak 8 sesi yang berlangsung dalam jangka waku dua bulan. Sesi terbagi atas dua bagian, yaitu sesi intervensi kognitif untuk mengubah distorsi kognitif pada anak serta sesi perilaku dimana anak diajak untuk mempraktekkan langsung dan mengaplikasikan materi yang didapatkan pada sesi kognitif.
Setelah delapan sesi intervensi selesai dilakukan, terlihat bahwa anak dapat menemukan dan memahami distorsi pikirannya tentang perasaan tidak mampu yang selama ini dirasakan ketika berhadapan dengan beberapa situasi (seperti situasi ujian) sehingga akhirnya anak mampu berpikir secara lebih seimbang. Kondisi tersebut akhirnya berpengaruh terhadap perilakunya, yaitu anak kembali berusaha untuk menumbuhkan semangat belajar dan simptom-simptom kecemasan yang muncul akibat perasaan tidak mampu tersebut juga sudah mulai berkurang seperti ketika ada dalam situasi ujian, anak tidak lagi sakit perut dan berkeringat ketika berhadapan dengan soal ujian.

ABSTRACT
Cognitive Behavior Therapy technique is known as a method to reduce anxiety that thirteen years old girls had. With working on this method, we want to identify and try to manipulate children cognitive distortion especially incompetent feeling that end up with anxiety, so whenever this feeling happen they will find a way to handle it. The intervention took two month of work divided into eight sessions. Intervention consists of two parts. First we took cognitive intervention session, in order to manipulate cognitive distortion whenever its occurred to the children and the second part is behavioral where the children is expected to apply what they have learned before.
At the end of the eighth session, we found out that the children can figured out some of mind distortion that they had so they will be able to neutralize their mind whenever the situation occurs. This condition allowed them to boost their spirit higher especially in study and to handle several anxiety symptoms for example sweating or stomach ache that they used to have in class."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38569
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inna Mutmainnah
"Child-Rearing Practices Report (CRPR) merupakan suatu alat yang dikembangkan oleh Block (1981) untuk mengukur praktek pengasuhan yang dijalankan orang tua pada anak tertentu. Terdiri 91 item yang berisi nilai-nilai, sikap-sikap, dan tujuan-tujuan dari pengasuhan item-item ini dihasilkan dari observasi empirik interaksi ibu terhadap anaknya, Iaporan-laporan perilaku, dan literatur-Iiteratur sosialisasi.
Dalam penelitian pendahuluan terhadap CRPR, Kochanska, Kuchynski, dan Radke-Yarow (1982) telah mendapatkan dua bentuk pola pengasuhan pada CRPR, yaitu pola authoritative dan pola authoritarian. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini peneliti akan meneliti struktur faktor dari CRPR berdasarkan karakteristik pola pengasuhan pada orangtua pada budaya Indonesia, yaitu otoritatif, otoriter, dan permisif (Baumrind, 1967).
Penelitian ini menggunakan metode analisis faktor dengan rotasi varimaks untuk 3 kelompok faktor berdasarkan ketiga pola pengasuhan yang ada. CRPR yang telah diadaptasi dibuat dalam bentuk kuesioner dengan 6 alternatif jawaban skala Likert, yaitu untuk alternatif 1= sangat tidak sesuai dengan sikap dan cara saya, sampai alternatif 6= sangat sesuai dengan sikap dan cara saya.
Subyek yang digunakan adalah ibu untuk praktek pengasuhan pada anak usia sekolah (6-12 tahun). Dipilihnya subyek ibu karena, ibulah yang berada pada garis depan pengasuhan anak, dan banyak berhadapan dengan anak dalam kesehariannya. Sedangkan dipilihnya anak usia sekolah sebagai objek pengasuhan karena pada masa ini pengasuhan yang dijalankan orangtua sudah membentuk pola yang stabil dan intensif sebagai usaha untuk melatih kontrol dan disiplin pada anak usia sekoIah. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proportional purposive accidental sampling.
Jumlah subyek yang terjaring adalah 302 orang yang berasal dari berbagai tingkat sosial ekonomi dan pendidikan di daerah Jakarta Selatan. Diambil dari orang tua murid SDN 02 Ulujami , SDN O3 Cipulir, SDN O7 Petukangan, dan SDI Al-lzhar Pondok Labu Jakarta Selatan.
Hasil dari penelitian ini didapatkan dua bentuk pola pengasuhan yaitu jenis otoritatif (N=26) dan otoriter (N=14), dengan Cronbach Alpha masing-masing untuk pola asuh otoritatif 0,89, dan pola asuh otoriter O,79. Sedangkan pola permisif tidak tergambarkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kochanska, Kuchynski, dan Radke-Yarrow (1982) yang juga hanya menemukan dua bentuk pola pengasuhan pada CRPR, yaitu otoritatif dan otoriter.
Disarankan agar jumlah sampel diperbanyak, dan penelitian juga sebaiknya dilengkapi dengan observasi. Dengan didapatkannya dua bentuk pola pengasuhan dari CRPR maka disarankan untuk melakukan penelitian Iebih lanjut untuk melihat dampak pengasuhan ini pada anak usia sekolah, khususnya dalam beberapa aspek perkembangan, yaitu aspek mental, emosi, dan sosial."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aidiina Munir Sjamsoeddin
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sumbangan empat bentuk dukungan sosial (dukungan informasi, dukungan praktis, dukungan harga diri, dan dukungan belonging) terhadap kepuasan pada masa pensiun serta melihat apakah ada perbedaan bentuk dukungan sosial terhadap kepuasan hidup pada orang yang pensiun pada usia dewasa madya dengan orang yang pensiun pada usia dewasa akhir.
Subyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang berusia 56-64 tahun yang dikelompokkan sebagai tahapan usia dewasa madya dan 65 tahun keatas sebagai dewasa akhir.
Hasil analisis regresi menemukan bahwa ke empat variabel dukungan sosial secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar 46.7% terhadap kepuasan hidup para pensiunan. Selain itu ditemukan bahwa secara signifikan dukungan harga diri memberikan sumbangan yang terbesar ditunjukkan oleh hasil analisis simple regresi sebesar 28.1%. Perbedaan bentuk dukungan sosial ditemukan antara orang yang pensiun pada usia dewasa madya dengan orang yang pensiun pada usia dewasa akhir. Dukungan belonging memberikan sumbangan yang terbesar terhadap kepuasan hidup pada pensiunan dewasa madya sedangkan dukungan harga diri memberikan sumbangan yang terbesar terhadap kepuasan hidup pada pensiunan dewasa akhir.
Dari hasil penelitian dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk menambahkan jumlah subyek dan melakukan kontrol yang lebih ketat terhadap variabelvariabel yang kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat kepuasan hidup. Selain itu perlu juga ditambahkan faktor lain untuk melihat pengaruhnya terhadap kepuasan hidup. Untuk praktisnya, disarankan bagi mereka yang hidup berdampingan dengan pensiunan untuk dapat lebih memahami kondisi yang dialami para pensiunan dan dapat memberikan bentuk dukungan sosial yang dibutuhkan mereka sehingga mereka dapat tetap merasakan kepuasan dan menikmati masa tua mereka."
2007
T17833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Dewi Paramita
"Perilaku disruptive merupakan suatu istilah yang memayungi serangkaian perilaku seperti temper tantrum, menangis dan mengeluh yang berlebihan, terus menerus menuntut perhatian, tidak patuh, melawan, agresif terhadap diri sendiri atau orang lain, mencuri, berbohong, merusak barang-barang, serta tindak kekerasan (Schroeder & Gordon, 2002). Pada penelitian ini, peneliti memberikan intervensi berupa pelatihan terhadap orangtua dengan Parent-Child Interaction Therapy. Intervensi ini terdiri dari dua kali sesi pemberian materi kepada orangtua dan sepuluh sesi pelatihan langsung kepada orangtua melalui media bermain dengan anak.
Hasil penelitian menunjukkan di akhir sesi anak berhasil menunjukkan penurunan perilaku disruptive dan peningkatan kepatuhan terhadap ibu. Di sisi lain, keterampilan ibu dalam memberikan perhatian positif kepada anak, memberikan perintah yang efektif, serta memberikan konsekuensi yang tepat atas sikap anak juga mengalami peningkatan.

Disruptive behavior is a term that covers areas such as series of temper tantrums, too much crying and complaining, continually demands attention, disobey and against parents’ rules, aggressive against themselves or others, stealing, lying, destructive, and violent (Schroeder & Gordon, 2002). In this research, a parent training is given to the mother of 3 years 4 months old boy, which is called Parent-Child Interaction Therapy. Treatment consist of 2 teaching sessions for the mother and 10 direct coaching sessions through playing with the children.
Results of the study showed that the boy managed to show less disruptive behavior and improving compliance to the mother. On the other hand, mother’s skills, in providing positive attention the children, giving effective commands, and giving the proper consequences as children respond with compliance or non-compliance, were also increased.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38932
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>