Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naurah Naziihah
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian di Kawasan mangrove Muara Angke untuk menyeleksi spesies burung yang dapat dijadikan spesies indikator dengan menggunakan metode Indicator Value pada bulan September sampai dengan Desember tahun 2018. Kawasan mangrove Muara Angke merupakan salah satu kawasan hutan mangrove di Indonesia yang awalnya memiliki luas 1200 ha pada tahun 1960, namun kebijakan pemerintah yang mengalihfungsikan hutan mangrove menjadi pemukiman warga dan tambak menyebabkan luas kawasan tersebut berkurang menjadi 326 ha. Kawasan mangrove tersebut memiliki peranan penting bagi burung, yaitu sebagai feeding ground, nesting ground dan nursery ground berbagai jenis burung. Penelitian dilakukan di Hutan Lindung, Arboretum Mangrove dan Taman Wisata Alam Muara Angke serta bertujuan untuk mengkaji burung sebagai bioindikator dan mengetahui korelasi antara nilai Indicator Value dengan struktur habitat ketiga lokasi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 35 spesies burung di ketiga lokasi tersebut. Indicator Value digunakan untuk untuk mengetahui bagaimana kelimpahan berbagai macam spesies dapat dijadikan indikator untuk mengetahui kualitas suatu lingkungan. Lima spesies dengan nilai Indicator Value tertinggi ialah bondol jawa (Lonchura leucogastroides), madu sriganti (Cinnyris jugularis), remetuk laut (Gerygone sulphurea), cangak abu (Ardea cinerea), dan cangak merah (Ardea purpurea). Analisis korelasi Rank Spearman dilakukan antara nilai kelimpahan jenis gereja erasia (Passer montanus), bondol jawa (Lonchura leucogastroides) dan remetuk laut (Gerygone sulphurea) dengan data struktur habitat, yaitu tutupan kanopi, spesies pohon yang mendominasi, desibel suara dan tutupan sampah. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa gereja erasia memiliki korelasi negatif dan signifikan terhadap tutupan sampah.

ABSTRACT
Research has been carried out on September to December 2018 in Muara Angke mangrove area to selected birds as indicator species. Muara Angke mangrove area is one of the mangrove forest areas in Indonesia which initially had an area of 1200 ha in 1960, but the government policy that transferred the function of mangrove forests to residential settlements and ponds caused the area to decrease to 326 ha. The mangrove area has an important role for birds, as feeding grounds, nesting grounds and nursery grounds for variety of birds. The study was conducted in Hutan Lindung, Arboretum Mangrove dan Taman Wisata Alam Muara Angke and aimed to study birds as bioindicators and understand the correlation between the value of the Indicator Value and the habitat structure of the three locations. This study recorded a total of 35 bird species from all three locations. The indicator value was used to find out how the abundance of various species can be used as an indicator to determine the quality of an environment. Five species with the highest indicator value are Javan munia (Lonchura leucogastroides), Olive-backed sunbird (Cinnyris jugularis), Golden-bellied gerigone (Gerygone sulphurea), Grey heron (Ardea cinerea), and Purple heron (Ardea purpurea). Analysis of Spearman Rank correlation was carried out between tree sparrow (Passer montanus), javan munia (Lonchura leucogastroides) and golden-bellied gerigone (Gerygone sulphurea) species abundance with habitat structure data, such as canopy cover, tree species that dominated the sites, sound decibels and garbage cover. The results indicated that tree sparrow have negative but significant correlation with canopy cover"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaka Ramadhan
"Kelelawar buah famili Pteropodidae telah dikenal sebagai agen penyerbuk bunga dan penyebar biji berbagai spesies tumbuhan di kawasan tropis. Peran kelelawar buah sebagai penyerbuk bunga dan penyebar biji termasuk sebagai jasa layanan ekosistem yang berfungsi menjaga keseimbangan dan kelestarian ekosistem. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui asosiasi antara kehadiran kelelawar buah dengan tumbuhan di tepi kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung selama bulan Juni--September 2012. Lokasi penelitian terdiri atas lahan perkebunan warga dan hutan. Kelelawar buah diperangkap menggunakan jala kabut (mist-net) pada pukul 18.00--22.00 WIB. Analisis vegetasi dilaksanakan menggunakan metode Point-centered Quarter (PCQ). Asosiasi kehadiran kelelawar buah dengan tumbuhan diuji dengan chi-square (2). Berdasarkan hasil penelitian telah didapat total 11 spesies kelelawar buah selama 195 jam pemerangkapan dan 79 spesies tumbuhan di hutan dan kebun. Hasil uji 2 menunjukkan adanya asosiasi antara spesies kelelawar buah dengan tumbuhan di hutan maupun kebun. Hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa jasa layanan ekosistem oleh kelelawar buah terhadap tumbuhan tetap berlangsung baik di hutan maupun kebun.

Fruit bats of the Pteropodidae family were known as pollinator and seed disperser to some plant species in tropical region. The roles of fruit bats in the ecosystem service are as pollinator and seed disperser that preserve ecosystem balance and conservation. This research was carried out to determine the association between the presence of fruit bats and plants on edge of Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung during June to September 2012. Study sites consisted of cultivated area and forest site. Fruit bats were caught using mist net from 18.00 to 22.00 WIB. Vegetation analysis was done using Point-centered Quarter (PCQ) method. Association between the fruit bats presence and plants was tested using the chisquare (2) method. The results showed that there were 11 species of fruit bats recorded during 195 hours of capture and 79 plant species recorded from cultivated area and forest. The 2 test show an existing association between the presence of fruit bats and the plants form the forest and cultivated area. The result showed that the ecosystem service provided by the fruit bats for the plants suggested a positive influence for the forest and the cultivated area."
Depok: fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indartono Sosro W.
"Telah dilakukan penelitian mengenai keragaman burung penyedia layanan ekosistem (frugivor dan nektarivor) dan hubungannya dengan vegetasi di tepi kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung, Sumatera pada pertengahan Juni 2012 sampai September 2012. Sensus burung dilakukan dengan menggunakan metode Point Count (titik), sedangkan pengambilan data vegetasi dilakukuan dengan metode Point Center Quarter (PCQ) di habitat hutan dan kebun.
Hasil Penelitian menunjukkan jumlah jenis burung penyedia layanan ekosistem yang ditemukan sebanyak 50 jenis burung. Perkebunan (n=38) memiliki jumlah jenis yang lebih tinggi dibandingkan hutan (n= 36). Nilai indeks keragaman burung penyedia layanan ekosistem di habitat kebun (H’= 2,89) lebih tinggi dibandingkan hutan (H’= 2,70).
Namun demikian, hasil analisis uji t indeks keanekaragaman jenis burung penyedia layanan ekosistem menunjukkan tidak ada perbedaan secara nyata keragaman antara habitat hutan dan kebun (0,562 pada P<0,05). Terdapat 11 jenis tumbuhan berbuah dan berbunga yang berasosiasi positif dengan kehadiran burung penyedia layanan ekosistem di dua habitat tersebut.

A study of bird diversity as provider of ecosystem service (frugivor and nektarivor) and the relationship with vegetation at the forest edge of Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung, Sumatra, was conducted during mid-June to September 2012. Bird survey was carried out using Point Count method, whereas vegetation data was collected using Point Center Quartered (PCQ) method in forest and garden habitat.
The results showed that, there were 50 bird species as provider of ecosystem service. The total bird species recorded in the garden (n=38) was higher than in the forest (n=36). Bird diversity index value of provider of ecosystem services in the garden (H’= 2,89) was higher than in the forest (H' = 2,70).
However, the bird diversity between forest and garden habitats was not significantly different (0,562 at P <0,05). There were 11 species plants which associated with bird species in the forest and garden habitat.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wendy Achmmad Mustaqim
"Sebanyak 57 jenis Angiosperma epifit (6 jenis merupakan hemiepifit) dari 12 suku tercatat selama eksplorasi di Gunung Payung. Jumlah angiosperma epifit yang dijumpai lebih kurang 10,08% dari total jumlah jenis di Jawa. Orchidaceae merupakan suku dengan anggota terbanyak, yaitu 31 jenis atau menyusun 60,78% dari total jenis yang ditemukan. Trichotosia fusca, jenis di Jawa belum banyak diketahui, tercatat selama pengamatan di Gunung Payung.

A total of 57 species of epiphytic angiosperms (6 as hemiepiphytes) from twelves families of angiosperms were recorded during exploration in Mount Payung. Orchidaceae is the most diverse family with total of 31 species or 60.78% from total number of species found. Compared to Java, a number of 10.08% of epiphytic angiosperms can be found in Mount Payung. Trichotosia fusca, an insufficiently known orchids in Java, found during exploration.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badzlina Amalia
"Penelitian Karakteristik Habitat dan Tingkat Simpanan Karbon Pada Hutan Dataran Rendah Dipterocarpaceae di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah dilakukan pada bulan Juni 2013. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakter habitat yang mempengaruhi pertumbuhan Dipterocarpaceae, mengetahui habitus pertumbuhan semai hingga pohon dan pengaruhnya terhadap tingkat simpanan karbon Dipterocarpaceae, serta peran Dipterocarpaceae dalam menentukan besaran nilai simpanan karbon seluruh vegetasi pada hutan dataran rendah Dipterocarpaceae di TNBBS. Pengamatan Karakter habitat dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap faktor lingkungan tumbuh Dipterocarpaceae pada hutan tidak terbakar dan pasca terbakar. Pengamatan Simpanan karbon dilakukan dengan mengukur diameter pohon setinggi dada. Hasil penelitian menunjukkan intensitas cahaya yang lebih banyak, serasah yang tebal, dan liana yang sedikit, merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Dipterocarpaceae. Faktor-faktor tersebut mendukung lingkungan tumbuh bagi habitus semai, pancang, tiang, dan pohon Dipterocarpaceae. Habitus pohon Dipterocarpaceae yang pada umumnya memiliki DBH besar mampu meningkatkan nilai simpanan karbon hutan Dipterocarpaceae Di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung

Habitat characteristics and the level of Carbon stocks in Lowland Dipterocarp forest in The Way Canguk, Bukit Barisan Selatan National Park was conducted in June 2013. The study aims to determine the habitat characteristics that affect growth Dipterocarpaceae, knowing habitus up a tree seedling growth and its effect on the level of carbon savings dipterocarp and dipterocarp role in determining the amount of the value of carbon storage in forest vegetation throughout lowland dipterocarp in TNBBS. Character habitat observations made by direct observation of environmental factors on the growth dipterocarp not burn and burned forests. Observations of carbon Deposits made by measuring the diameter at breast height of trees. The results showed that more of the light intensity, litter is thick, and a minimum of liana, are factors that influence the growth Dipterocarpaceae. These factors support the habitus growing environment for seedlings, saplings, poles, and Dipterocarpaceae trees. Habitus dipterocarp trees , which generally have a large DBH able to increase carbon storage in Dipterocarp forest Way Canguk, Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiantiono
"Konflik manusia-satwa liar merupakan salah satu tantangan terbesar dalam upaya konservasi. Konflik manusia-biawak komodo telah dilaporkan, tetapi belum terdapat data ilmiah yang komprehensif mengenai konflik yang terjadi. Penelitian dilakukan di Desa Komodo, Taman Nasional Komodo, pada bulan Maret 2014 untuk melihat distribusi konflik manusia-biawak komodo di berbagai tipe habitat (hutan, kebun, desa, dan savana). Sebanyak 150 responden telah diwawancarai dan lokasi konflik manusia-biawak komodo yang telah dilaporkan dicatat titik koordinatnya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 405 serangan terhadap hewan ternak, 6 serangan terhadap manusia, dan 154 kejadian pengusiran terhadap biawak komodo berdasarkan pengalaman responden. Konflik manusia biawak komodo terjadi di empat tipe habitat dengan jumlah konflik terbesar terjadi di tipe habitat desa dan savana. Konflik terdistribusi di sepanjang perbatasan tipe habitat desa dan savana. Pola distribusi didukung oleh nilai rerata jarak antara lokasi konflik dan perbatasan habitat (serangan terhadap hewan ternak dan pengusiran) di desa dan savanna yang lebih kecil dibandingkan di hutan dan kebun (Uji Kruskal-Wallis, p-value < 2,2 x 10-16, α = 0,05). Terdapat korelasi positif di antara jumlah keberadaan biawak komodo dengan jumlah kejadian pengusiran biawak komodo (Uji korelasi Pearson, p-value < 2,2 x 10-16, α = 0,05). Empat area pusat konflik telah berhasil diidentifikasi melalui penggabungan peta distribusi konflik. Berdasarkan hasil penelitian, direkomendasikan tindakan pencegahan dan penanggulangan konflik untuk mengurangi konflik manusia-biawak komodo ke depannya.

Human-wildlife conflict has become one of the biggest challenges in conservation. Human-komodo dragon conflict has been reported, but no scientific publication has yet available. A research on the distribution and spatial pattern of humankomodo dragon conflict were conducted in Komodo village of Komodo National Park, Southeastern of Indonesia. Interview to 150 respondents were conducted and the coordinate of human-komodo dragon conflict locations were recorded. Based on the interview, 150 respondents reported that 405 livestock predations, 6 komodo attacks on human, and 154 Komodo expulsions by human occurred in the village. Human-komodo dragon conflicts were distributed across four habitat types,where most of the conflicts occured along the boundary between village and savannah. The mean distance between conflicts (livestock predation and komodo dragon expulsion) and habitat boundary were significantly lower in village and savannah compared to forest and plantation (Kruskal-Wallis rank sum test, pcalue < p-value < 2,2 x 10-16, α = 0,05). There was a significant correlation between the intensity of komodo dragon occurence and komodo dragon expulsion conflict (Pearson correlation test, p-value < 2,2 x 10-16, α = 0,05). Four conflict hotpots were identified by overlapping conflict distribution maps. The study recommended conflict mitigation and management program to reduce humankomodo dragon conflicts in the future.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Reza
"Penelitian bertujuan untuk membandingkan tingkat akurasi dan efisiensi penggunaan metode Foto Kuadran sebagai metode digital dalam menghitung persentase luasan tutupan karang dibandingkan metode LIT (Line Intercept Transect) sebagai metode visual. Data diambil dengan tiga kali pengulangan dengan jarak total 100 m. Titik pertama adalah jarak 0 m--30 m, titik kedua adalah jarak 35 m--65 m, dan titik ketiga adalah 70 m--100 m. Data diambil di dua stasiun dengan dua kedalaman, 3 m dan 7 m. Tutupan karang di kedalaman 3 m lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman 7 m. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengambilan data lapangan menggunakan metode LIT memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode Foto Kuadran. Waktu yang digunakan untuk pengolahan data dengan metode LIT lebih sedikit dibandingkan dengan metode Foto Kuadran. Hasil persentase tutupan karang dengan metode LIT lebih tinggi dibandingkan dengan metode Foto Kuadran. Persentase tutupan karang dengan kedua metode diuji dengan Paired Sample TTest dan menghasilkan kesetaraan nyata. Metode Foto Kuadran lebih akurat dan efisien dalam pengambilan data jangka panjang. Persen tutupan karang Desa Gondol hingga 51,5 %, termasuk kedalam kategori baik.

This research is aiming to compare efficiency and accuracy of LIT (Line Intercept Transect) Method and Photo Quadrat as digital methods to calculate coral cover percentage. Data were taken in 3x repetitions with total length of 100 m. First sample point was 0 m--30 m, second sample point was 35 m--65 m, and third sample point was 70 m--100 m. Data were taken in two stations with two depths respectively, 3 m and 7 m. Coral cover in 3 m depth is higher than in 7 m depth. Results indicate that field data sampling using LIT method require longer periods than Photo Quadrat method. LIT method needs shorter period than Photo Quadrat method to analyze data. LIT method generates higher coral cover percentage than Photo Quadrat. Coral cover percentages of those two methods were examined using Paired Sample T-Test and obtain high similarity. Photo quadrat method is more accurate and efficient than LIT method in long term research. Coral cover percentage in Gondol is 51,5 %, included in good category.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55888
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramantya Prayoga Nugraha
"Urbanisasi mengakibatkan habitat alami lenyap tergusur oleh bertambahnya luas wilayah pemukiman dan perkotaan dan mengakibatkan perubahan pada burung, baik pada tingkat individu, populasi, maupun komunitas. Urbanisasi mengakibatkan perubahan distribusi area pada burung: Urban Exploiter, Urban Adapter, dan Urban Avoider. Perlu ada penelitian untuk melihat distribusi burng di wilayah Kampus UI. Penelitian dilakukan untuk mengetahui parameter laju urbanisasi yang terjadi di wilayah kampus Universitas Indonesia Depok dan wilayah di sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-September 2013 di kampus UI dengan metode point count dan studi habitat. Tabulasi data disajikan dalam bentuk grafik dan tabel dan data diolah dengan menggunakan metode Distance Sampling, Principal Component Analyisis dan Chi-Square.
Data menunjukkan bahwa terdapat pembagian urbanisasi yang jelas antara 3 tipe habitat di kampus UI, dan terdapat 25 jenis burung di kampus UI dengan 12 diantaranya urban avoider, 7 Urban adapter, dan 6 Urban exploiter. Variabel habitat yang berpengaruh terhadap distribusi komunitas burung ini adalah, Tutupan Tajuk, Jumlah pohon dan pancang, DBH pohon dan pancang, Jumlah Bangunan, Laju Kendaraan dan pejalan kaki, jalan setapak dan Jalan Raya. Adanya asosiasi ini menunjukkan bahwa urbanisasi mempengaruhi komunitas burung di kampus Universitas Indonesia.

Urbanization can causing natural habitats disappearance & displaced by residential and urban area. Habitat change has resulted in changes of birds, both at the individual, population, or community. Urbansasi gradient changes due process has resulted in changes in the distribution area of the bird. Bird community is divided into 3 : Urban Exploiter, Urban Adapter, and Urban Avoider. Research is needed to see bird distribution in the area of University of Indonesia. The study was conducted to determine the parameters of urbanization that occurred in the campus of the University of Indonesia in Depok and surrounding areas. The study was conducted in the month of May to September 2013 in the area of University of Indonesia using point counts and habitat studies . Tabulation of the data presented in the form of graphs and tables and the data processed using Distance Sampling method, Principal Component Analyisis and Chi - Square.
From these data shows that there are difference between urbanization gradient in 3 habitat type on campus. Data shows there are 25 species of birds on the UI campus with 12 of them urban avoider, 7 Urban adapters, and 6 Urban exploiter. Habitat variables that influence the distribution of the bird community is, canopy cover , number of Sapling, number of trees, DBH of Tree, DBH of Sapling number of buildings, rate vehicles, rate of pedestrian, and pedestrian road & vehicle road The existence of this association suggests that urbanization affects bird community at the University of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuruliawati
"Studi mengenai respons burung terhadap efek tepi telah dilakukan pada tiga tipe habitat yaitu kawasan hutan, kawasan agrisilvikultur dan kawasan tepi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Studi dilakukan pada bulan Agustus--September 2014 dan Maret--April 2015 di ketiga tipe habitat yang terletak di desa Sumberejo dan Pemerihan, Lampung Barat. Metode yang digunakan adalah point count dalam transek sejauh 1 km yang dibuat masing-masing ke arah hutan dan kebun dengan jarak antar titik yaitu 200 m. Hasil Cluster Analysis menghasilkan 8 kelompok dengan komposisi yang berbeda Secara umum, komunitas burung di TNBBS didominasi oleh spesialis tepi (ST). Sebanyak 30 jenis burung merespon positif terhadap keberadaan tepi dan didominasi oleh jenis dari suku Pycnonotidae. Namun, analisis berdasarkan tipe tepi menunjukkan bahwa komunitas burung TNBBS merespon negatif terhadap keberadaan jalan. Faktor vegetasi seperti komposisi vegetasi dan bukaan kanopi, serta tingkat intensitas gangguan diduga memengaruhi komposisi burung yang terdapat di kawasan tersebut. Struktur vegetasi yang lebih kompleks pada kawasan tepi berpotensi sebagai penyedia sumberdaya yang lebih beragam bagi komunitas burung. Namun, gangguan seperti aktivitas kendaraan dan perubahan lahan dapat berpengaruh terhadap ketidakhadiran jenis yang membutuhkan area yang lebih luas seperti Enggang gading dan Kuau raja. Kajian mengenai efek tepi terhadap burung diperlukan untuk menunjang manajemen konservasi biodiversitas di kawasan tepi TNBBS.

A study on bird community response to edge effect along the Bukit Barisan Selatan National Park (BBSNP) was conducted on August--September 2014 and March--April 2015 in three types of habitat: forest, agriculture and edge at Pemerihan and Sumberejo villages, West Lampung. The aim of the study was to determine the bird composition based on the habitat type and edge type. The bird survey was carried out using point count method in 1 km transect that established in both forest and agriculture area in those districts. Each transect composed of six point counts at 200 m intervals. By using Cluster Analysis, eight cluster represented each response of bird species to edge type and habitat type. The result showed, in general, edge area in BBSNP has the highest number of bird species than the other type of habitat. Thirty species was classified as edge species and dominated by species from Pycnonotidae. There were no number of birds in cluster which has high abundance in edge area with road as its edge type. The disturbance intensity and vegetation are the most important factors that affected the presence of bird in each habitat with different type of edge. Vegetation complexity along edge, as a combination between forest and agriculture, provides more resource for birds. Despite the benefit, the presence of road and habitat encroachment along the edge may probably responsible to the absence of forest-dependent species such as Helmeted hornbill and Great argus. More research on edge response on birds may support the better the management system of edge area around BBSNP, West Lampung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Pertiwi
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pollen substitute (PS) mengandung biomassa C. hawaiiana CR014 terhadap jumlah larva dan pupa lebah pekerja A. mellifera. Sebagai kontrol positif koloni lebah madu diberi pakan tambahan pollen jagung. Pemberian pakan dilakukan sekali seminggu selama enam minggu pada musim kemarau. Hasil uji ANOVA satu faktor menunjukkan bahwa rerata jumlah larva yang dihasilkan per minggu pada koloni perlakuan dan koloni kontrol positif tidak berbeda nyata (P>0,05). Begitu pula dengan rerata jumlah pupa pada koloni perlakuan dan kontrol positif per minggu tidak berbeda nyata (P>0,05).
Hasil uji T juga menunjukkan bahwa rerata jumlah larva dan pupa per minggu antara koloni perlakuan dan koloni kontrol positif tidak berbeda nyata (P>0,05). Pemberian PS pada A. mellifera memberikan pengaruh yang hampir sama baiknya dengan pemberian pollen jagung terhadap jumlah larva dan pupa lebah pekerja A. mellifera selama periode pengamatan tujuh minggu. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa PS yang mengandung biomassa C. hawaiiana CR014 dapat menggantikan peran pollen alami sebagai sumber protein A. mellifera untuk mempertahankan produktivitas koloninya pada musim kemarau.

The research aimed to examine the effect of pollen substitute (PS) containing Candida hawaiiana CR014 on the number of larvae and pupae of worker bees Apis mellifera. Colonies of a positive control were fed with maize?s pollen. The colonies were fed once a week for six weeks in the dry season. The one-way Anova test showed that the mean number of larvae produced per week in the treated group were not significantly difference from the positive control (P> 0,05). Similarly, the mean number of pupae produced per week in treated group and the positive control were not significantly difference (P>0,05).
The T-test showed that the mean number of larvae and pupae per week between the treated group and the positive control were not significantly difference (P>0,05). The study indicated that PS and the maize?s pollen has an almost similar effect on the number of larvae and the number of pupae of worker bees produced by the colonies during the experiment. It is concluded that PS containing C. hawaiiana CR014 might be used to replace natural pollens as a protein source to maintain productivity of A. mellifera during the dry season.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 10 11 12 13   >>