Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Della Sherina Rizky
"Curah hujan di musim hujan berperan dalam mentransportasikan sampah, termasuk mikroplastik dari sungai ke laut. Peningkatan sampah, arus, dan peningkatan penduduk juga dapat memengaruhi kelimpahan mikroplastik. Mikroplastik di pesisir dapat menempel pada daun lamun. Daun lamun akan mengalami pertumbuhan, sehingga memungkinkan adanya perbedaan kelimpahan mikroplastik di sepanjang daun lamun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kelimpahan mikroplastik pada daun Enhalus acoroides, air, dan sedimen di Pulau Lima, Teluk Banten pada musim hujan tahun 2020 dan 2021, serta menganalisis apakah ada perbedaan kelimpahan mikroplastik di sepanjang daun E. acoroides. Sampel daun diambil seluas 1 cm2 dari helaian daun, kemudian dikerik menggunakan cutter. Sampel air sebanyak 20 L diambil menggunakan plankton net. Sampel sedimen sebanyak 200 g dikeringkan menggunakan oven. Rata-rata kelimpahan mikroplastik pada sampel daun lamun tahun 2020 sebesar 46,96±3,13 partikel/cm2, dan tahun 2021 sebesar 61,5±6,63 partikel/cm2. Sampel air tahun 2020 sebesar 130,66±14,19 partikel/L, sedangkan 2021 sebesar 162,22±7,82 partikel/L. Sampel sedimen tahun 2020 sebesar 12.066±4.017,6 partikel/Kg, sedangkan 2021 sebesar 17.354,67±2.341,95 partikel/Kg. Terdapat peningkatan kelimpahan mikroplastik pada semua sampel di Pulau Lima, Teluk Banten saat musim hujan tahun 2020 hingga 2021. Rata-rata kelimpahan mikroplastik pada jarak 20 cm dari pangkal daun sebanyak 36,7±7,8 partikel/cm2 lebih rendah daripada jarak 50 cm sebanyak 144,4±23,74 partikel/cm2. Terdapat perbedaan kelimpahan mikroplastik di sepanjang daun lamun.

Rainfall in the rainy season plays a role in transporting waste, including microplastics from rivers to the sea. Increased waste, currents, and population growth can also affect the abundance of microplastics. Microplastics on the coast are attached to seagrass leaves. Seagrass leaves experienced growth, thus allowing for differences in the abundance of microplastics along with the leaves. This study aims to analyze the comparison of the abundance of microplastics in Enhalus acoroides leaves, water, and sediment on Lima Island, Banten Bay in the rainy seasons of 2020 and 2021, and analyze whether there are differences in the abundance of microplastics along with E. acoroides leaves. The leaves were taken 1 cm2 from the leaf blade, then scraped using a cutter. The water (20 L) was taken using a plankton net. The sediment (200 g) was dried using an oven. The average abundance of microplastics in seagrass leaf samples in 2020 was 46.96±3.13 particles/cm2, while in 2021 was 61.5±6.63 particles/cm2. The water sample in 2020 was 130.66±14.19 particles/L, while in 2021 was 162.22±7.82 particles/L. The sediment sample in 2020 was 12,066±4,017.6 particles/Kg, while in 2021 was 17,354.67±2,341.95 particles/Kg. There was an increase in the abundance of microplastics in all samples on Lima Island, Banten Bay during the rainy season from 2020 to 2021. The average abundance of microplastics at a distance of 20 cm from the base of the leaf was 36.7±7.8 particles/cm2, lower than a distance of 50 cm at 144.4±23.74 particles/cm2. There were differences in the abundance of microplastics along with the seagrass leaves."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gannes Citraning Sidomukti
"Situ Rawa Kalong dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk budidaya ikan, kegiatan memancing dan tempat rekreasi. Situ tersebut dikelilingi oleh empat buah pabrik (kap lampu, minuman kemasan, kosmetik, plastik) dan pemukiman penduduk sehingga rentan terkena cemaran organik dan anorganik yang berdampak pada organisme perairan, khususnya fitoplankton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diversitas fitoplankton serta mengetahui status mutu dan kualitas perairan di Situ Rawa Kalong melalui metode Storet dan perhitungan indeks diversitas fitoplankton dari Shannon-Wiener. Pengamatan dilakukan pada bulan Oktober 2020. Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan secara horizontal. Fitoplankton yang ditemukan selama pengamatan yakni divisi dari Bacillariophyta, Chlorophyta, Cyanophyta dan Euglenophyta. Berdasarkan hasil metode Storet, perairan Situ Rawa Kalong memiliki status mutu air kelas D dengan skor (-46) – (-48). Nilai tersebut tergolong buruk dan menunjukkan bahwa kualitas perairan di Situ Rawa Kalong mengalami pencemaran berat dengan nilai indeks diversitas berkisar antara 0,46 – 0,48 yang menunjukan komunitas tidak stabil dan terdapat jenis yang mendominasi. Jenis fitoplankton yang mendominasi adalah Chlorella sp. dan Microcystis sp.

Situ Rawa Kalong is used by the local community for fish farming, fishing activities and recreation areas. The Situ is surrounded by four factories (lampshade, drinking water, cosmetic, plastic) and residential areas, making it susceptible to organic and inorganic contamination which affects aquatic organisms, especially phytoplankton. This study aims to find out the diversity of phytoplankton related to the status and water quality in Situ Rawa Kalong using Storet method and calculation of Shannon-Wiener phytoplankton diversity index. Observations were made in October 2020. Phytoplankton sampling was carried out horizontally. The phytoplankton found during the observation were divisions of Bacillariophyta, Chlorophyta, Cyanophyta and Euglenophyta. Based on the results of the Storet method, water quality in Situ Rawa Kalong has been classified as D water quality status with a score of (-46) – (-48). These value is poor and indicates that the water quality in Situ Rawa Kalong is heavily polluted with a diversity index value ranging from 0,46 to 0,48 showing an unstable community and existence of dominant species. The dominant species of phytoplankton are Chlorella sp. and Microcystis sp.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifah Dinda Lestari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31651
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kyra Bestari Wicaksono
"Penelitian mengenai mikroplastik pada teripang Holothuria leucospilota Brandt, 1835 , air, dan sedimen di Pulau Rambut, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis mikroplastik pada teripang, mengetahui korelasi antara jumlah mikroplastik pada organ respirasi, saluran pencernaan, sedimen yang dikonsumsi teripang, air, dan sedimen. Sampel teripang, air, dan sedimen diambil dari 3 stasiun berbeda, yaitu pada wilayah barat, timur, dan selatan Pulau Rambut. Analisis jumlah mikroplastik dilakukan dengan cara mengisolasi mikroplastik pada setiap sampel. Isolasi pada sampel teripang dilakukan dengan melarutkan organ respirasi dan saluran pencernaan di dalam larutan HNO3, sementara sampel air, sedimen, dan sedimen yang dikonsumsi dilakukan dengan cara pemisahan berdasarkan ukuran dan massa jenis dengan perendaman dalam larutan NaCl jenuh. Berdasarkan hasil yang diperoleh, organ respirasi mengandung jumlah film tertinggi dibandingkan organ lainnya, yaitu 4,7 partikel/g. Fiber dominan pada saluran pencernaan dan sedimen didalamnya, yaitu 2,34 dan 1,4 partikel/g secara berturut-turut. Rata-rata jumlah mikroplastik di air dan sedimen yaitu, 21,5 partikel/L air laut dan 15.420 partikel/kg sedimen kering. Mikroplastik jenis film dominan pada sampel air, sedangkan fragmen dominan pada sedimen. Terdapat korelasi antara jumlah mikroplastik pada organ respirasi dengan air; sedimen dengan sedimen yang dikonsumsi; fiber, film, dan granula pada sedimen yang dikonsumsi dengan saluran pencernaan.

The research on microplastic in the Sea Cucumber Holothuria leucospilota Brandt, 1835 , Water, and Sediment at Rambut Island, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta aims to determine the amount and types of microplastic in sea cucumbers, the correlation of microplastic amount in the sea cucumber rsquo s respiratory organ, intestine, sediment consumed by the sea cucumber, water, and sediment. Microplastic polymeres were also identified. Samples of sea cucumbers, water, and sediments were collected from 3 different stations, which were the west, east, and south region of Rambut Island. The analysis of microplastic amount and types was done by isolating microplastics in each sample. The sea cucumber rsquo s respiratory organ and intestine was dissolved in HNO3, whereas separation by size and density by immersion in saturated NaCl solution was performed on the consumed sediment, water, and sediment samples. The respiratory organ contained the most amount of film, i.e. 4,7 particles g. Fiber were dominant in the intestine and the consumed sediment, i.e. 2,34 and 1,4 particles g respectively. The average amount of microplastic in water and sediment samples were 21,5 particles L sea water and 15.420 particles kg dry sediment. Film was dominant in water, while fragment was dominant in sediment. There was a correlation between the amount of microplastic in the respiratory organ and water sediment and consumed sediment fiber, film, and granule in the consumed sediment and intestine.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurellia Azahra Syahalan
"Keberadaan ekosistem terumbu karang berperan penting secara ekologis karena menjadi sumber kehidupan bagi berbagai biota laut. Penurunan kualitas ekosistem terumbu karang di Indonesia, disebabkan oleh aktivitas manusia dan pengaruh alam. Penelitian dilakukan di empat stasiun Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu (Utara, Timur, Selatan, dan Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi kesehatan terumbu karang dengan mengetahui persentase tutupan dan warna terumbu karang, mengidentifikasi bentuk koloni terumbu karang, serta menganalisis dominansi, keanekaragaman dan keseragaman karang. Metode yang digunakan yaitu metode Underwater Photo Transect (UPT) dan dianalisis menggunakan software CPCe (Coral Point Count with Excel extension), lalu metode CoralWatch (CW) dengan Coral Health Chart, serta perhitungan indeks dominansi (Simpson), keanekaragaman (Shannon-Wiener), dan keseragaman (E). Analisis CPCe menunjukkan bahwa tutupan persentase terumbu karang berada pada kategori sedang (30,87-42,20%). Analisis CoralWatch menunjukkan Stasiun 1, 2, dan 4 mayoritas terumbu karangnya mengalami stres dengan persentase karang sehat masing-masing sebesar 29,36%, 9,23%, dan 15,22%, sedangkan Stasiun 3 memiliki proporsi karang sehat lebih tinggi (35.65%).  Ditemukan 10 bentuk koloni karang, Coral Massive mendominasi di Stasiun 1 (50), Stasiun 2 (69), dan Stasiun 3 (19). Stasiun 4 di dominasi oleh Coral Foliose (34). Hasil analisis indeks biodiversitas terumbu karang berada pada kategori dominansi rendah (0,25), keanekaragaman sedang (2,47), dan keseragaman rendah (0,36).

The existence of coral reef ecosystems plays an important role ecologically because it is a source of life for various marine biota. The quality of coral reef ecosystems in Indonesia can decline, due to human activities and natural influences. The research was conducted at four stations on Pramuka Island, Seribu Islands (North, East, South and West). This research aims to analyze the health condition of coral reefs by knowing the percentage of coral cover and color, identifying the shape of coral reef lifeform, and analyzing coral dominance, diversity and uniformity. The method used is method Underwater Photo Transect (UPT) and analyzed using CPCe software (Coral Point Count with Excel extension), method CoralWatch (CW) with Coral Health Chart, as well as calculation of dominance (Simpson), diversity (Shannon-Wiener) and uniformity (E) indices. CPCe analysis shows that the percentage cover of coral reefs is in the medium category (30.87-42.20%). CoralWatch analysis shows that Stations 1, 2, and 4 have the majority of coral reefs experiencing stress with healthy coral percentages of 29.36%, 9.23%, and 15.22%, respectively, while Station 3 has a higher proportion of healthy corals (35.65%). About 10 lifeform were found, Coral Massive are dominating at Station 1 (50), Station 2 (69), and Station 3 (19). Station 4 is dominated by Coral Foliose (34). The results of the coral reef biodiversity index analysis are in the categories of low dominance (0,25), medium diversity (2.47), and low uniformity (0.36)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Vallerie Carina
"Pulau Tidung merupakan bagian dari Kepulauan Seribu yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan sehingga masyarakat memiliki intensitas kegiatan yang tinggi. Semenjak berakhirnya pandemi covid-19 pada tahun 2023, aktivitas masyarakat yang sebelumnya sangat dibatasi kembali menjadi normal. Perbedaan intensitas kegiatan masyarakat pada tahun 2022 dan 2023 dikhawatirkan mempengaruhi struktur komunitas bivalvia pada area padang lamun Pulau Tidung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan struktur komunitas bivalvia serta korelasi bivalvia dengan partikel sedimen dan karbon organik pada ekosistem padang lamun di pesisir Pulau Tidung bulan Maret 2022 dengan bulan Maret 2023. Bivalvia dapat dijadikan bioindikator perairan. Pengambilan data bivalvia dilakukan dengan metode menggunakan kuadran dan transek 1 x 1 m. Dari hasil penelitian, pada tahun 2022 ditemukan 10 famili, 18 spesies dan 111 individu bivalvia dan pada tahun 2023 ditemukan 11 famili, 25 spesies, 207 individu. Struktur komunitas antara tahun 2022 dan 2023 tidak mengalami perbedaan yang jauh. Nilai rata-rata indeks keanekaragaman Shanon-Wienner pada tahun 2022 yaitu 2,04 dan tahun 2023 yaitu 2,70. Nilai indeks kemerataan tahun 2022 dan 2023 kurang stabil dengan nilai 0,61 dan 0,69. Tetapi, nilai dominansi yang didapat juga rendah yaitu pada tahun 2022 0,11 dan 0,15 pada tahun 2023. Ditinjau dari nilai distribusinya, kelompok spesies lebih banyak berdistribusi secara seragam dan berkelompok. Hanya satu spesies yang berdistribusi secara acak. Similaritas antar tahun bernilai 0,61 dan termasuk dalam kategori tinggi. Sebagai hewan filter feeder, sedimen merupakan tempat bivalvia hidup dan mencari makan. Kepulauan seribu didominansi oleh sedimen lumpur yang didalamnya termasuk fine sand, slit, dan clay. Ketika dikorelasikan antara kepadatan bivalvia dengan komposisi sedimen lumpur, hasil yang didapat yaitu 0,62 pada tahun 2022 dan 0,80 pada tahun 2023. Tetapi, ketika dikorelasikan antara kepadatan bivalvia dengan persentase karbon organik, hasil yang didapat pada tahun 2022 dan 2023 yaitu kepadatan bivalvia tidak berkolerasi dengan komposisi sedimen. Faktor lingkungan Pulau Tidung seperti suhu, pH, salinitas, arus, dan kedalaman juga masih toleran untuk kehidupan komunitas bivalvia. Hanya saja pada tahun 2023 terjadi penurunan pH dan salinitas dikarenakan curah hujan yang tinggi.

Tidung Island is part of the Thousand Islands which is the most visited by tourists so the community has a high activity intensity. Since the end of the covid-19 pandemic in 2023, community activities that were previously very limited have returned to normal. The difference in the intensity of community activities in 2022 and 2023 is feared to affect the structure of the bivalve community in the seagrass meadow area of Tidung Island. This study aims to analyze the comparison of bivalve community structure and the correlation of bivalves with sediment particles and organic carbon in seagrass ecosystems on the coast of Tidung Island in March 2022 and March 2023. Bivalves are filter feeders and can be used as aquatic bioindicators. Data collection for bivalves was carried out using a 1 x 1 m quadrant and transect method. From the research results in 2022, 10 families, 18 species, and 111 individuals of bivalves were found and in 2023 found 11 families, 25 species, and 207 individuals. The community structure between 2022 and 2023 will not experience much difference. The average value of the Shannon-Wienner diversity index in 2022 is 2.04 and in 2023 is 2.70. The evenness index values in 2022 and 2023 are less stable with values of 0.61 and 0.69. However, the dominance values obtained are also low, namely in 2022 0.11 and 0.15 in 2023. Judging from the value of the distribution, the species group is distributed more uniformly and in groups. Only one species is randomly distributed. The similarity between 2022 and 2023 is 0.61 and included in the high category. As filter feeder animals, sediment is a place for bivalves to live and as feeding ground. The Thousand Islands are dominated by silt sediments which include fine sand, slit, and clay. When the bivalve density is correlated with the composition of silt sediments, the results obtained are 0.62 in 2022 and 0.80 in 2023. However, when the bivalve density is correlated with the percentage of organic carbon, the results obtained in 2022 and 2023 are the density of bivalves are not correlated with sediment composition. Environmental factors on Tidung Island such as temperature, pH, salinity, currents, and depth are also tolerant for bivalve community life. But, in 2023 pH and salinity decreased due to high rainfall.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Sobari
"[ABSTRAK
Penelitian mengenai struktur komunitas diatom epifit pada daun lamun di padang lamun perairan Muara Binuangeun, Banten telah dilakukan pada tanggal 30 April -- 3 Mei 2015. Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas Diatom epifitik pada daun lamun Thalassia hemprichii (Ehrenb. ex Solms) Asch. antara lain, komposisi genus, kepadatan, dominansi, keanekaragaman, dan kemerataan pada setiap stasiun di Muara Binuangeun, Kabupaten Lebak, Banten. Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa komposisi Diatom epifitik yang diperoleh di lokasi penelitian sebanyak 12 genus dari 4 kelas. Kepadatan Diatom epifitik tiap stasiun berkisar antara 91800 – 420560 sel/ dm2. Nilai indeks dominansi berkisar antara 0,617—0,917 dan tergolong tinggi di setiap stasiun, hal tersebut disebabkan karena terdapat genus Navicula yang mendominasi disetiap stasiun. Nilai indeks keanekaragaman di setiap stasiun penelitian tergolong rendah (berkisar antara 0,25—0,86). Nilai indeks kemerataan berkisar antara 0,1—0,36 dengan stasiun 1 dan 4 tergolong tidak merata, sedangkan pada stasiun 2 dan 3 tergolong kurang merata. Rendahnya nilai indeks keanekaragaman dan kemerataan disebabkan karena adanya tekanan ekologis pada lokasi penelitian. Secara umum, struktur komunitas Diatom epifitik pada lokasi penelitian tergolong tidak stabil karena tingkat dominansi yang tinggi, keanekaragaman yang rendah, dan kemerataan yang tidak merata dan kurang merata.

ABSTRAK
Research on community structure of epiphyte Diatom on Thalassia hemprichii (Ehrenb. ex Solms) Asch. leaves at seagrass beds Muara Binuangeun Coastal, Kabupaten Lebak, Banten was conducted on 30 April -- 3 May 2015. The aim of this study was to determine community structure of epiphyte Diatom on Thalassia hemprichii (Ehrenb. ex Solms) Asch. leaves include genus composition, abundance, dominance, diversity, and evenness each stations at Muara Binuangeun, Kabupaten Lebak, Banten. Sampling location was determineted by purposive sampling method. Result shows that 4 classis 12 genera Diatom epiphytic composition was obtained . Diatom epiphytic abundance range in each station was 91800 – 420560 sel/ dm2. Dominance index score range was 0,617—0,917 and was classified as high at each stations because genus Navicula dominant in each stations. Diversity index score was classified as low (0,25—0,86) at each stations. Evenness index score range was 0,1—0,36 with station 1 and 4 classifed as highly unevenn and station 2 and 3 was classified as unevenly. Diversity and evenness index score was low because there were ecological pressures. In general, community structure of epiphyte Diatom in research location was unstable because dominance index was high, diversity index was low, and evenness index was highly uneven and unevenly., Research on community structure of epiphyte Diatom on Thalassia hemprichii (Ehrenb. ex Solms) Asch. leaves at seagrass beds Muara Binuangeun Coastal, Kabupaten Lebak, Banten was conducted on 30 April -- 3 May 2015. The aim of this study was to determine community structure of epiphyte Diatom on Thalassia hemprichii (Ehrenb. ex Solms) Asch. leaves include genus composition, abundance, dominance, diversity, and evenness each stations at Muara Binuangeun, Kabupaten Lebak, Banten. Sampling location was determineted by purposive sampling method. Result shows that 4 classis 12 genera Diatom epiphytic composition was obtained . Diatom epiphytic abundance range in each station was 91800 – 420560 sel/ dm2. Dominance index score range was 0,617—0,917 and was classified as high at each stations because genus Navicula dominant in each stations. Diversity index score was classified as low (0,25—0,86) at each stations. Evenness index score range was 0,1—0,36 with station 1 and 4 classifed as highly unevenn and station 2 and 3 was classified as unevenly. Diversity and evenness index score was low because there were ecological pressures. In general, community structure of epiphyte Diatom in research location was unstable because dominance index was high, diversity index was low, and evenness index was highly uneven and unevenly.
]"
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Sherina Rizky
"Curah hujan di musim hujan berperan dalam mentransportasikan sampah, termasuk mikroplastik dari sungai ke laut. Peningkatan sampah, arus, dan peningkatan penduduk juga dapat memengaruhi kelimpahan mikroplastik. Mikroplastik di pesisir dapat menempel pada daun lamun. Daun lamun akan mengalami pertumbuhan, sehingga memungkinkan adanya perbedaan kelimpahan mikroplastik di sepanjang daun lamun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kelimpahan mikroplastik pada daun Enhalus acoroides, air, dan sedimen di Pulau Lima, Teluk Banten pada musim hujan tahun 2020 dan 2021, serta menganalisis apakah ada perbedaan kelimpahan mikroplastik di sepanjang daun E. acoroides. Sampel daun diambil seluas 1 cm2 dari helaian daun, kemudian dikerik menggunakan cutter. Sampel air sebanyak 20 L diambil menggunakan plankton net. Sampel sedimen sebanyak 200 g dikeringkan menggunakan oven. Rata-rata kelimpahan mikroplastik pada sampel daun lamun tahun 2020 sebesar 46,96±3,13 partikel/cm2, dan tahun 2021 sebesar 61,5±6,63 partikel/cm2. Sampel air tahun 2020 sebesar 130,66±14,19 partikel/L, sedangkan 2021 sebesar 162,22±7,82 partikel/L. Sampel sedimen tahun 2020 sebesar 12.066±4.017,6 partikel/Kg, sedangkan 2021 sebesar 17.354,67±2.341,95 partikel/Kg. Terdapat peningkatan kelimpahan mikroplastik pada semua sampel di Pulau Lima, Teluk Banten saat musim hujan tahun 2020 hingga 2021. Rata-rata kelimpahan mikroplastik pada jarak 20 cm dari pangkal daun sebanyak 36,7±7,8 partikel/cm2 lebih rendah daripada jarak 50 cm sebanyak 144,4±23,74 partikel/cm2. Terdapat perbedaan kelimpahan mikroplastik di sepanjang daun lamun.

Rainfall in the rainy season plays a role in transporting waste, including microplastics from rivers to the sea. Increased waste, currents, and population growth can also affect the abundance of microplastics. Microplastics on the coast are attached to seagrass leaves. Seagrass leaves experienced growth, thus allowing for differences in the abundance of microplastics along with the leaves. This study aims to analyze the comparison of the abundance of microplastics in Enhalus acoroides leaves, water, and sediment on Lima Island, Banten Bay in the rainy seasons of 2020 and 2021, and analyze whether there are differences in the abundance of microplastics along with E. acoroides leaves. The leaves were taken ​​1 cm2 from the leaf blade, then scraped using a cutter. The water (20 L) was taken using a plankton net. The sediment (200 g) was dried using an oven. The average abundance of microplastics in seagrass leaf samples in 2020 was 46.96±3.13 particles/cm2, while in 2021 was 61.5±6.63 particles/cm2. The water sample in 2020 was 130.66±14.19 particles/L, while in 2021 was 162.22±7.82 particles/L. The sediment sample in 2020 was 12,066±4,017.6 particles/Kg, while in 2021 was 17,354.67±2,341.95 particles/Kg. There was an increase in the abundance of microplastics in all samples on Lima Island, Banten Bay during the rainy season from 2020 to 2021. The average abundance of microplastics at a distance of 20 cm from the base of the leaf was 36.7±7.8 particles/cm2, lower than a distance of 50 cm at 144.4±23.74 particles/cm2. There were differences in the abundance of microplastics along with the seagrass leaves. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syafiq Rifat
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan bentuk-bentuk mikroplastik yang terakumulasi pada air dan sedimen, menganalisis dan membandingkan jumlah kelimpahan mikroplastik pada saluran pencernaan bulu babi Diadema setosum yang diambil dari Gugusan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pengamblan sampel air, sedimen dilakukan bedasarkan tiga titik mengelilingi pulau dan sampel bulu babi Diadema setosum dilakukan dari 10 lokasi berbeda mengelilingi pulau. Sampel air sebanyak 20 liter disaring dengan plankton net 300 μ, sampel sedimen sebanyak 200 gram dikeringkan menggunakan oven, dan saluran pencernaan bulu babi di larutkan menggunakan HNO3 65%. Semua sampel dijenuhkan dengan larutan NaCl agar partikel mikroplastik mengapung di permukaan. Setiap sampel diambil sebanyak 1 ml, kemudian diletakan di kamar hitung Sedgewick rafter untuk diamati dibawah mikroskop dan dihitung bedasarkan jenis mikroplastik yang ditemukan. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan mikroplastik paling tinggi pada Pulau Panggang sejumlah 148,00 partikel L-1 pada air, 217.100 partikel kg-1 pada sedimen, dan 1.264,00 partikel ind-1 pada saluran pencernaan bulu babi. Disusul oleh Pulau Pramuka dengan kelimpahan mikroplastik sejumlah 132,67 partikel L-1 pada air, 136.800 partikel kg-1 pada sedimen, dan 1.082,7 partikel ind-1 pada saluran pencernaan bulu babi.. Jumlah kelimpahan mikroplastik terendah ada pada Pulau Semak Daun sejumlah 92,67 partikel L-1 pada air, 121.066 partikel kg-1 pada sedimen, dan 923,33 partikel ind-1 pada saluran pencernaan bulu babi. Terdapat perbedaan yang signifikan jumlah kelimpahan mikroplastik pada sampel saluran pencernaan bulu babi pada Pulau Panggang, Pulau Pramuka, dan Pulau Semak Daun.

This study aims to analyze the abundance of forms of microplastics that accumulate in water and sediment, analyze and compare the abundance of microplastics in the digestive tract ofsea urchins Diadema setosum taken from the Pramuka Island Cluster, Seribu Islands, Jakarta. Water and sediment samples were taken from three points around the island and samples ofsea urchins were Diadema setosum taken from 10 different locations around the island. A 20 liter water sample was filtered with a plankton net of 300 , a sediment sample of 200 grams was dried using an oven, and the digestive tract of sea urchins was dissolved using 65% HNO3. All samples were saturated with NaCl solution so that the microplastic particles floated on the surface. Each sample was taken as much as 1 ml, then placed in thecounting room Sedgewick rafter to be observed under a microscope and calculated based on the type of microplastic found. The results showed that the highest abundance of microplastics was on Panggang Island with 148.00 L-1 particles in water, 217,100 kg-1 particles in sediment, and 1,264,00 ind-1 particles in the digestive tract of sea urchins. Followed by Pramuka Island with an abundance of microplastics of 132.67 L-particles1 in water, 136,800 kg-particles1 in sediments, and 1,082.7 ind-particles1 in the digestive tract of sea urchins.. The lowest abundance of microplastics was found on Pulau Semak Daun with 92.67 particles L-1 in water, 121,066 particles kg-1 in sediments, and 923.33 particles ind-1 in the digestive tract of sea urchins. There were significant differences in the abundance of microplastics in the digestive tract samples of sea urchins on Panggang Island, Pramuka Island, and Semak Daun Island."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan beserta bentuk mikroplastik yang terakumulasi pada kerang darah Anadara granosa, air dan sedimen serta menganalisis perbedaan kelimpahan mikroplastik pada kerang darah, air, dan sedimen di Teluk Banten saat musim hujan pada tahun 2020 dan 2021. Pengambilan sampel kerang darah, air, dan sedimen dilakukan di 3 lokasi stasiun yang berbeda pada 27 Januari 2020 dan 15 Maret 2021 di musim hujan. Sampel jaringan kerang sebanyak 10 individu pada tiap stasiun dilarutkan dengan HNO3 65%. Sampel air sebanyak 20 L disaring dengan menggunakan plankton net 300 µm. Sampel sedimen diambil sebanyak 200 g dikeringkan di oven. Masing-masing sampel dijenuhkan menggunakan NaCl agar mikroplastik dapat mengapung ke atas permukaan. Masing-masing sampel (1 ml) diteteskan di atas Sedgwick Rafter Chamber untuk diamati di mikroskop dan dihitung berdasarkan bentuk partikel yang ditemui yaitu fiber, film, fragmen. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan mikroplastik tahun 2020 yang terkandung pada air sejumlah 205,55 ± 40,63 partikel L-1, pada sedimen 179.644,44 ± 37.017,07 partikel Kg-1, dan pada jaringan kerang darah 18.657,77 ± 2.979,57 partikel Ind-1. Kelimpahan miikroplastik pada tahun 2021 lebih tinggi sejumlah 219,44 ± 40,29 partikel L-1 pada air, 208.711,11 ± 25.198,70 partikel Kg-1 pada sedimen, dan 20.913,33 ± 3.532,8 partikel Ind-1 pada jaringan kerang darah.

This study aims to analyze the abundance and form of microplastics accumulated in the Anadara granosa blood clam, water and sediment and to analyze differences in the abundance of microplastics in blood, water, and sedimentary clams in Banten Bay during the rainy season in 2020 and 2021. Blood clams sampling, water, and sediment was carried out at 3 different station locations on 27 January 2020 and 15 March 2021 in the rainy season. 10 individual shellfish tissue samples at each station were dissolved with 65% HNO3. A sample of 20 L of water was filtered using a 300 m plankton net. Sediment samples were taken as much as 200 g and dried in the oven. Each sample was saturated using NaCl so that the microplastics could float to the surface. Each sample (1 ml) was dropped onto the Sedgwick Rafter Chamber to be observed under a microscope and calculated based on the shape of the particles encountered, namely fibers, films, fragments. The results showed that in 2020 the abundance of microplastics contained in water was 205.55 ± 40.63 L-1 particles, 179.644.44 ± 37.017.07 Kg-1 particles, and 18.657.77 ± 2.979.57 particles in blood clams. Ind-1 particles. The abundance of microplastics in 2021 is higher by 219.44 ± 40.29 L-1 particles in water, 208.711.11 ± 25.198.70 Kg-1 particles in sediments, and 20,913.33 ± 3,532.8 Ind-1 particles in tissue blood clams. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>