Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ikin Fathoniah
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui kelimpahan mikroplastik pada kerang hijau Perna viridis berbagai ukuran, mengetahui organ tubuh kerang hijau yang paling banyak menyimpan mikroplastik, serta mengetahui korelasi antara kelimpahan mikroplastik pada kerang hijau, air, dan sedimen. Sampel kerang hijau, air, dan sedimen diambil dari 3 stasiun berbeda dengan jarak masing-masing sekitar 500 m. Analisis kelimpahan mikroplastik dilakukan dengan cara mengisolasi mikroplastik pada setiap sampel. Isolasi pada sampel kerang dilakukan dengan melarutkan kerang di dalam larutan HNO3 65, sementara sampel air dan sedimen dilakukan dengan cara pemisahan berdasarkan ukuran dan massa jenis dengan perendaman dalam larutan NaCl jenuh.
Hasil yang didapatkan, yaitu rata-rata kelimpahan mikroplastik pada kerang hijau ukuran 3, 6, dan 9 cm, yaitu 5,35; 24,99; dan 39,00 partikel/gram. Mikroplastik kelompok fiber dominan pada sampel kerang. Rata-rata kelimpahan mikroplastik di air dan sedimen, yaitu 13,15 partikel/L air laut dan 0,92 partikel/g sedimen kering. Mikroplastik kelompok film dominan pada sampel air dan sedimen. Sementara, kelompok pelet tidak ditemukan pada ketiga sampel. Terdapat korelasi antara kelimpahan mikroplastik dengan ukuran cangkang kerang, maupun dengan kelimpahan mikroplastik kelompok film dan fiber pada air dan sedimen.

Research on abundance of microplastic in green mussel Perna viridis, water and sediments in Kamal Muara, North Jakarta has been done. The research determined the abundance of microplastic in green mussel of various sizes, the organ of the green mussels most storey microplastic, and the correlation between abundance of microplastic in green mussel, water, and sediment. Samples of green mussel, water and sediments were taken from 3 different stations with a distance of about 500 meters each. Analysis of abundance of microplastic was done by isolating microplastic in each sample. The isolation of the green mussel samples was done by dissolving the mussels in the HNO3 solution, while the water and sediment samples were performed by separation by size and density by immersion in a saturated NaCl solution.
The results obtained were, on average, abundance of microplastic in green mussel size 3, 6, and 9 cm ie, 5.35 24.99 and 39,00 particles gram. Microplastic fiber was dominant in mussel sample. The average abundance of microplastic in water and sediment are 13.15 particles L of sea water and 0.92 particles gram of dry sediment. Microplastic film was dominant in water and sediment samples. Meanwhile, pellet was not found in all three samples. There was a correlation between abundance of microplastic with green mussel size, as well as with abundance of microplastic of film and fiber in water and sediment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Chrisna Prastika
"Daerah aliran sungai DAS Cilutung merupakan salah satu anak sungai dari Cimanuk. Berkembangnya kegiatan penduduk di DAS Cilutung seperti bertambahnya pemukiman, kegiatan industri, dan kegiatan pertanian dapat mengakibatkan perubahan fisik, kimia, dan biologi pada perairan sungai. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui besarnya koefisien saprobik perairan DAS Cilutung dengan menggunakan plankton sebagai bioindikator melalui indeks saprobik.
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survei, dimana penetapan stasiun pengambilan sampel dengan purposive sampling. Penempatan stasiun didasarkan atas perkiraan beban pencemar dan kegiatan masyarakat sekitar. Penelitian dilakukan di tiga stasiun berbeda yang merepresentasikan bagian yang tercemar oleh pemukiman warga, industri, dan pertanian. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2018. Parameter lingkungan juga turut diukur dalam penelitian. Data dalam penelitian merupakan data kuantitatif berupa jumlah dan jenis spesies plankton, kemudian dihitung nilai koefisien saprobiknya dengan metode indeks saprobik.
Hasil yang didapat dikaitkan dengan tabel koefisien saprobitas perairan dengan tingkat pencemaran perairan. Hasil penelitian diperoleh enam divisi plankton yaitu Chlorophyta, Chrysophyta, Cyanophyta, Euglenophyta, Charophyta, dan Ciliophora. DAS Cilutung memiliki rentang nilai saprobik berkisar antara 0,75--0,86. Nilai yang didapat menggambarkan perairan tersebut tercemar ringan pada fase B-Mesosaprobik, dengan sedikit bahan pencemar organik.

Cilutung watershed is one of the tributaries of Cimanuk river. The development of population activities in Cilutung watershed such as increasing settlements, industrial activities, and agricultural activities can result in physical, chemical, and biological changes in river waters. The research aimed to find out the magnitude of the saprobic coefficient of Cilutung watershed waters by using plankton as bioindicator through saprobik index.
The research conducted using survey method, where determination of sampling station with purposive sampling. Station placement is based on estimated pollution load and surrounding community activities. The study was conducted at three different stations representing parts contaminated by residents, industry, and agriculture. The study was conducted from February to May 2018. Environmental parameters were also measured in the study. The data in this study is quantitative data in the form and number of species of plankton, then calculated saprobic coefficient value with saprobic index method.
The result obtained is related to table of water saprobic coefficient with water pollution level. The results obtained by six plankton divisions are Chlorophyta, Chrysophyta, Cyanophyta, Euglenophyta, Charophyta, and Ciliophora. Cilutung watershed has a range of saprobic values ranging from 0,75 0,86. The values obtained illustrate the waters are lightly contaminated in the B Mesosaprobic phase, with little organic pollutants.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiani Tiara Putri
"Plastik yang terdapat di laut dapat terdegradasi menjadi partikel kecil < 5mm yang dikenal sebagai mikroplastik. Mikroplastik mengandung toksik dan memiliki kemampuan dalam mengikat zat beracun pada lingkungan yang berbahaya apabila tertelan oleh biota laut, terutama filer feeder dan deposit feeder. Telescopium telescopium merupakan organisme deposit feeder. ditemukannya mikroplastik dalam tubuh organisme deposit feeder dapat menyebabkan adanya biomagnifikasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah partikel mikroplastik, yang terdapat di dalam tubuh T. telescopium, organ pernapasan dan pencernaan T. telescopium, serta pada sampel sedimen dan air. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui korelasi antara jumlah mikroplastik yang terdapat pada sedimen dan air di ekosistem mangrove Pulau Rambut, terhadap jumlah mikroplastik di dalam tubuh T. telescopium.
Hasil menunjukkan bahwa, mikroplastik ditemukan di dalam tubuh T. telescopium, serta pada sampel sedimen, dan air. Organ pernapasan mengandung lebih banyak mikroplastik dibandingkan organ pencernaan. Korelasi positif ditemukan antara jumlah mikroplastik pada lingkungan terhadap jumlah mikroplastik di dalam tubuh T. telescopium. Film merupakan tipe mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada seluruh sampel.

Plastic in the ocean can be degraded into small sized particles Plastic in the ocean can be degraded into small sized particles <5mm known as microplastics. Microplastics are toxic and have the ability to bind toxic substances in dangerous environments when ingested by marine biota, especially filter feeders and feeder deposits. Telescopium telescopium is a feeder deposit organism. the discovery of microplastics in the body of feeder deposit organisms can lead to biomagnification.
This study aims to determine the type and number of microplastic particles contained in the body of T. telescopium, the respiratory and digestive organs of T. telescopium, as well as in sediment and water samples. This study also aims to determine the correlation between the number of microplastics in the sediment and water in the Pulau Rambut mangrove ecosystem and the number of microplastics in the body of T. telescopium.
The results showed that, microplastics were found in the body of T. telescopium, as well as in sediment and water samples. Respiratory organs contain more microplastics than digestive organs. A positive correlation was found between the number of microplastics in the environment and the number of microplastics in the body of T. telescopium. Film is the type of microplastic that is mostly found in all samples.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Mawardah
"Penelitian mengenai kualitas air DAS Cilutung yang dilakukan pada tiga Sub DAS merepresentasikan kegiatan yang berbeda di lingkungan sekitar Sub DAS, diantaranya kegiatan mandi cuci kakus MCK pada Sub DAS Cideres, tambang pasir pada Sub DAS Cijurey, dan pertanian pada Sub DAS Cisaar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kualitas air DAS Cilutung, Majalengka, Jawa Barat berdasarkan makroinvertebrata dan dianalisis menggunakan metode Biological Monitoring Working Party - Average Score Per Taxon BMWP - ASPT . Parameter lingkungan juga turut diukur dalam penelitian ini.
Hasil penelitian didapatkan 23 famili makroinvertebrata bioindikator kualitas perairan, diantaranya Chrysomelidae, Cincidelidae, Gyrinidae, Heteroceridae, Baetidae, Cydnidae, Gerridae, Mesoveliidae, Naucoridae, Aeshnidae, Lindeniidae, Corduliidae, Lestidae, Libellulidae, Perlidae, Perlodidae, Hydropsychidae, Limnephilidae, Palaemonidae, Parathelpusidae, Viviparidae, Lymnaidae, dan Thiaridae. DAS Cilutung, Majalengka, Jawa Barat memiliki kisaran nilai ASPT 5--5,9 yang menunjukkan bahwa kondisi perairan tergolong kedalam kualitas air tercemar ringan.

A research of water quality assessment in Cilutung Watershed has been conducted at three Sub Watershed representing the diverse activities around them, which are toilet activites on Cideres Sub Watershed, sands mining on Cijurey Sub Watershed, and farming on Cisaar Sub Watershed. This research aimed to determine the quality of Cilutung Watershed, Majalengka, Jawa Barat using benthic makroinvertebrates as bioindicator through Biological Monitoring Working Party Average Score Per Taxon BMWP ASPT method. Environmental parameter is also measured.
The results obtained were twentythree families of benthic macroinvertebrates namely Chrysomelidae, Cincidelidae, Gyrinidae, Heteroceridae, Baetidae, Cydnidae, Gerridae, Mesoveliidae, Naucoridae, Aeshnidae, Lindeniidae, Corduliidae, Lestidae, Libellulidae, Perlidae, Perlodidae, Hydropsychidae, Limnephilidae, Palaemonidae, Parathelpusidae, Viviparidae, Lymnaidae, and Thiaridae. Cilutung Watershed, Majalengka, Jawa Barat has ASPT range between 5 5,9 which classified as fairly polluted water quality.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Purida
"Penelitian tentang potensi stok karbon dan penilaian ekonomi dilakukan pada bulan Maret-Mei 2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis biomassa, stok & ekosistem ekosistem mangrove. penyerapan karbon dan potensi penyimpanan dan untuk memperkirakan nilai ekonomi. Itu Lokasi pengambilan sampel ditentukan dengan purposive sampling di enam stasiun, dan data
pengumpulan dilakukan melalui purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa adalah 442,37 ton/ha, stok karbon 1269,36 ton/ha dan penyerapan karbon 755,75 ton/ha. Ekosistem mangrove Cilamaya Wetan memiliki estimasi nilai ekonomi total adalah IDR. 419.233.914.343/tahun masing-masing Rp.568.067.635/h/tahun. Jika nilainya dikonversi ke dolar, ekosistem mangrove Cilamaya Wetan memiliki estimasi total nilai ekonomi 29.337.573 USD/tahun atau 39.753 USD/ha.

Research on potential carbon stocks and economic assessments was conducted in March-May 2019. The purpose of this study was to analyze the biomass, stocks & ecosystems of mangrove ecosystems. carbon sequestration and storage potential and to estimate economic value. The sampling location was determined by purposive sampling at six stations, and data collection is done through purposive sampling. The results showed that biomass was 442.37 tons/ha, carbon stock 1269.36 tons/ha and carbon sequestration 755.75 tons/ha. The Cilamaya Wetan mangrove ecosystem has an estimated total economic value
is IDR. 419,233,914,343/year each Rp.568,067,635/ha/year. If the value is converted to dollars, the Cilamaya Wetan mangrove ecosystem has an estimated total economic value of 29,337,573 USD/year or 39,753 USD/ha."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentia Priscilla
"Penelitian ini menganalisis kelimpahan dan jenis mikroplastik pada bandeng Chanos chanos, air, dan endapan tambak bandeng di Muara Kamal dan Marunda, Teluk Jakarta. Pengambilan sampel bandeng dilakukan dengan kriteria umur 5 sampai 6 tahun berusia bulan dengan jumlah sampel 6 ikan dari setiap lokasi. Air dan sedimen tadinya diambil dari 5 titik di kolam bandeng di setiap lokasi. Saluran pencernaan diekstraksi dari setiap bandeng dihancurkan dengan pereaksi asam nitrat yang kuat (HNO3 65%). air sampel disaring menggunakan plankton net dengan ukuran mesh 300 μm dan sedment sampel dikeringkan dalam oven. Solusi NaCl terkonsentrasi digunakan untuk mencapai flotasi mikroplastik pada setiap sampel disiapkan saluran pencernaan ikan bandeng, air yang disaring, dan sedimen kering. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya.
Sampel ditempatkan di Sedgwick Rafter Chamber dan penghitungan mikroplastik dilakukan dilakukan untuk partikel dengan ukuran mulai dari 20 μm hingga 4 mm berdasarkan bentuk partikelnya serat, film, fragmen, dan granula. Hasil yang diperoleh untuk sampel dari Muara Kamal menunjukkan jumlah mikroplastik 3.005 ± 437,4 partikel ind-1 dalam ikan bandeng, 103,8 ± 20,7 partikel L-1 dalam air, dan 111.680 ± 13.204,2 partikel Kg-1 dalam sedimen. Mikroplastik Kelimpahan ditemukan lebih rendah dalam sampel dari Marunda dengan 2.090 ± 545 partikel ind-1 in bandeng, 90,7 ± 17,4 partikel L-1 dalam air, dan 82,480 ± 11,226,4 partikel Kg-1 dalam sedimen.

This study analyzes the abundance and types of microplastics in Chanos chanos, water, and milkfish pond deposits in Muara Kamal and Marunda, Jakarta Bay. Sampling of milkfish is carried out with the criteria of age 5 to 6 years old with a sample of 6 fish from each location. Water and sediment were taken from 5 points in the milkfish pond at each location. The digestive tract is extracted from each milkfish destroyed by strong nitric acid reagents (65% HNO3). water. The sample was filtered using a plankton net with amesh size of 300 μm and the sample sedment was dried in an oven. The concentrated NaCl solution is used to achieve. Microplastic flotation in each sample was prepared by the digestive tract of milk fish, filtered water, and dry sediment. Observations were made with a light microscope. Samples were placed in the Sedgwick Rafter Chamber and microplastic calculations were carried out for particles ranging in size from 20 μm to 4 mm based on the particle shape of the fibers, films, fragments, and granules. The results obtained for samples from Muara Kamal showed the amount of microplastic 3.005 ± 437.4 particles ind-1 in milkfish, 103.8 ± 20.7 L-1 particles in water, and 111,680 ± 13,204.2 Kg-1 particles in sediments. Abundance microplastic was found lower in samples from Marunda with 2,090 ± 545 ind-1 particles in milkfish, 90.7 ± 17.4 L-1 particles in water, and 82,480 ± 11,226.4 Kg-1 particles in sediment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharma Rivaldo Huseini
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan serta jenis mikroplastik yang terakumulasi pada air, sedimen, dan saluran pencernaan bulu babi Diadema setosum, menganalisis korelasi anatara kelimpahan mikroplastik yang terkandung pada saluran pencernaan dan sedimen, membandingkan hasil kelimpahan mikroplastik di Pulau Tidung dan Pulau Untung Jawa, Jakarta Kepulauan Seribu. Pengambilan sampel bulu babi Diadema setosum, air, dan sedimen dilakukan dari 15 lokasi yang berbeda berdasarkan letak koloni biota. Sampel saluran pencernaan bulu babi dianalisis dengan cara melarutkannya pada HNO3 65%, sampel air (20 l) disaring dengan plankton net 300 µm, dan sampel sedimen (200 g) dikeringkan di oven terlebih dahulu, kemudian masing-masing sampel diberi NaCl untuk dijenuhkan agar mikroplastik mengapung ke atas permukaan. Masing-masing sampel (1 ml) diletakan pada Sedgwick Rafter Chamber untuk diamati di bawah mikroskop dan dihitung berdasarkan jenis partikel yang ditemui yaitu fiber, film, fragmen, dan granula. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan mikroplastik pada Pulau Untung Jawa lebih tinggi sejumlah 99,88 ± 1,79 partikel L-1 pada air, 110.737,77 ± 4.197,61 partikel Kg-1 pada sedimen, dan 2.175,55 ± 584,26 partikel Ind-1 pada saluran pencernaan bulu babi. Pada Pulau Tidung kelimpahan mikroplastik yang terkandung pada air sejumlah 87,4 ± 9,61 partikel L-1, pada sedimen sebesar 87.626,66 ± 4.957,00 partikel Kg-1, dan pada saluran pencernaan bulu babi sebesar 1.786,66 ± 451,17 partikel Ind-1. Adanya korelasi positif antara jumlah mikroplastik dengan berat sedimen yang terkandung dalam saluran pencernaan bulu babi di Pulau Untung Jawa, dan tidak adanya korelasi positif antara jumlah mirkoplastik dengan berat sedimen yang terkandung dalam saluran pencernaan bulu babi di Pulau Tidung.

This study aims to analyze the abundance and types of microplastics that accumulate in water, sediments, and digestive tracts of sea urchins Diadema setosum, analyzed the extent of microplastic abundance contained in smelting and sediments, compared the results of microplastic abundance in Untung Jawang Island and Tidung Island, Seribu Islands. Samples of sea urchins Diadema setosum, water, and sediment were taken from 15 different locations based on the location of the biota colony. Samples of the digestive tracts of sea urchins were analyzed by dissolving them at 65% HNO3, water samples (20 l) were filtered with a 300 μm plankton net, and sediment samples (200 g) were dried in the oven first, then each sample was given NaCl to saturate the microplastic to use upward display. Each sample (1 ml) is placed in the Sedgwick Rafter Chamber to be examined under a microscope and calculated based on the type of particles found, namely fibers, film, fragments, and granules. The results showed that the abundance of microplastic in Untung Jawa Island was higher at 99,88 ± 1,79 particles L-1 in water, 110.737,77 ± 4.197,61 Kg-1 particles in sediment, and 2.175,55 ± 584,26 Ind-1 particles in the digestive tract of sea urchins. On Tidung Island microplastic abundance contained in the water amounted to 87,4 ± 9,61 particles L-1, the sediment of 87.626,66 ± 4.957,00 particles Kg-1, and in the digestive tract of sea urchins amounted to 1.786,66 ± 451, 17 particles Ind-1. There is a positive correlation between the amount of microplastics and sediment weight contained in the digestive tract of sea urchins on Untung Jawa Island, and there is no positive correlation between the number of microplastics with the sediment weight contained in the digestive tract of sea urchins on Tidung Island."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madeppungeng, Ersha Rizki
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan lokasi, jenis, dan kisaran ukuran mikroplastik yang terdapat pada insang kerang hijau Perna viridis. Penelitian ini melanjutkan hasil penelitian Fathonia (2017) mengenai kelimpahan mikroplastik pada kerang hijau dari kolam kerang hijau Kamal Muara, Jakarta Utara. Sampel kerang hijau sebanyak 10 ekor dengan ukuran sekitar 7cm. Insang kerang hijau kemudian diisolasi, baik bagian luar maupun bagian dalam dan dibuat preparat. Preparat insang tersebut kemudian ditandai pada bagian-bagian insang yang dibagi menjadi bagian posterior, anterior, proksimal, dan distal. Preparat kemudian diamati di bawah mikroskop optik cahaya. Partikel mikroplastik yang diamati dicatat posisi dan jenis mikroplastik yang ada di insang kemudian diukur menggunakan aplikasi LAZ EZ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian distal mengandung lebih banyak mikroplastik daripada bagian proksimal. Kelompok mikroplastik yang dominan terdapat pada insang kerang hijau adalah jenis serat sebanyak 44% dari total jumlah partikel yang ditemukan. Kisaran ukuran mikroplastik yang ditemukan adalah 20-4500 m.

This study aims to describe the location, type, and size range of microplastics found in the gills of the green mussel Perna viridis. This study continues the results of Fathonia's research (2017) regarding the abundance of microplastics in green mussels from the green mussel pond of Kamal Muara, North Jakarta. Samples of green mussels as many as 10 tails with a size of about 7cm. The green mussel gills were then isolated, both externally and internally and made preparations. The gill preparations were then marked on the parts of the gills which were divided into posterior, anterior, proximal, and distal parts. The preparations were then observed under a light optical microscope. The observed microplastic particles were recorded and the position and type of microplastic present in the gills were then measured using the LAZ EZ application. The results showed that the distal part contained more microplastics than the proximal part. The dominant group of microplastics found in the gills of green mussels is the type of fiber as much as 44% of the total number of particles found. The size range of microplastics found is 20-4500 m."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzan
"Situ Gede rentan terkena cemaran organik dan anorganik. Hal tersebut dikarenakan lahan di sekitar Situ Gede dijadikan pemukiman penduduk, tempat makan, dan tempat pemancingan ikan yang berdampak pada organisme perairan, khususnya fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di perairan Situ Gede selain dipengaruhi dari masukan cemaran juga dipengaruhi secara tidak langsung oleh musim. Musim yang berbeda memiliki curah hujan berbeda, yang memengaruhi pengenceran dan pemekatan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas perairan Situ Gede, Bogor, pada musim peralihan 1 (April 2019) dan musim peralihan 2 (Oktober 2019) menggunakan struktur komunitas fitoplankton. Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan secara horizontal dan vertikal. Berdasarkan struktur komunitas fitoplankton, musim peralihan 1 dan musim peralihan 2 secara umum tergolong tercemar sedang. Kelimpahan fitoplankton tertinggi terdapat pada musim peralihan 2, yakni sebanyak 1912 sel/L. Indeks keanekaragaman fitoplankton pada musim peralihan 1 dan musim peralihan 2 bernilai 1,98 dan 1,68. Indeks kemeratan fitoplankton pada musim peralihan 1 dan musim peralihan 2 masing-masing bernilai 0,54 dan 0,50. Genus yang paling mendominasi pada kedua musim tersebut adalah Microcystis, dengan persentase masing-masing 51,17% dan 53,7%. Curah hujan pada musim peralihan 1 sebesar 670,8 mm, sedangkan curah hujan pada musim peralihan 2 sebesar 381,9 mm.
Situ Gede is susceptible to organic and inorganic contamination, because the area around Situ Gede is made into a residential area, eating area, and a place for fishing that impacts on aquatic organisms, especially phytoplankton. The presence of phytoplankton in Situ Gede waters is not only influenced by the pollutant, but also indirectly affected by season. Different seasons have different rainfall, which affects water dilution and concentration. This study aims to assess the water quality of Situ Gede, Bogor, in transition season 1 (April 2019) and the transition season 2 (October 2019) using phytoplankton community structure. Phytoplankton was sampled horizontally and vertically. Based on phytoplankton community structure, Situ Gede water in transition 1 and transition season 2 are generally classified as moderately polluted. The highest abundance of phytoplankton is in transition season 2 (1912 cells / L). Phytoplankton diversity indices in transition season 1 and transition season 2 is 1,98 and 1.68, respectively. Phytoplankton evenness indices in transition season 1 & transition season 2 is 0.54 and 0.50, respectively. The most dominant genus in both seasons was Microcystis, with percentages respectively 51.17% and 53.7%. Rainfall in transition 1 is 670.8 mm, while rainfall in transition 2 is 381.9 mm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ahdi Sabilarrosyad
"Upaya mitigasi efek gas rumah kaca telah dilakukan dengan berbagai cara dan pendekatan, salah satunya adalah dengan mengetahui kadar karbon pada cangkang dan tubuh gastropoda mangrove serta faktor lingkungan yang memengaruhinya. Penelitian telah dilakukan di Pulau Rambut dan Pulau Pari dengan mengambil sampel gastropoda Terebralia sulcata serta mengukur parameter lingkungan (suhu udara, pH tanah, salinitas air, dan karbon sedimen). Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar karbon cangkang dan tubuh T. sulcata di kedua pulau serta pengaruh lingkungan yang menyebabkan perbedaan hasil tersebut. Metode dalam mendapatkan nilai karbon pada tubuh T. sulcata dan sedimen dilakukan dengan pengabuan, sedangkan kadar karbon cangkang T. sulcata dilakukan dengan pengasaman. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara kadar karbon (%C) cangkang di Pulau Rambut (10,08 ± 0,32) dengan Pulau Pari (10,16 ± 0,90). Sebaliknya, terdapat perbedaan signifikan antara kadar karbon (%C) tubuh di Pulau Rambut (33,66 ± 1,86) dengan Pulau Pari (19,88 ± 1,38). Kadar karbon sedimen dapat menjadi pengaruh kadar karbon tubuh T. sulcata dengan nilai korelasi sebesar 0,492 di Pulau Rambut.

Mitigation efforts to reduce greenhouse gas effects have been conducted using various approaches, including assessing carbon levels in the shells and bodies of mangrove gastropods, along with the environmental factors that influence them. Research was conducted on Rambut Island and Pari Island, where Terebralia sulcata gastropods were sampled, and environmental parameters (air temperature, soil pH, water salinity, and sediment carbon) were measured. The study aimed to identify differences in carbon levels in T. sulcata shells and bodies between the two islands and determine the environmental factors contributing to these variations. Carbon levels in the gastropod bodies and sediments were measured through combustion, while acidification was used for shell carbon assessment. Results showed no significant difference in shell carbon (%C) between Rambut Island (10.08 ± 0.32) and Pari Island (10.16 ± 0.90). However, a significant difference was observed in body carbon (%C) between Rambut Island (33.66 ± 1.86) and Pari Island (19.88 ± 1.38). The sediment carbon content can influence the carbon content of T. sulcata's body with a correlation value of 0.492 on Pulau Rambut Island."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>