Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shafia Zahra
"Vachellia nilotica diintroduksi ke Taman Nasional Baluran (TNB) sejak tahun 1969 sebagai sekat bakar antara savana dan hutan tropis. Namun, tanaman tersebut tumbuh secara tidak terkendali dan menjadi tumbuhan invasif. Pengendalian secara mekanik dan kimia telah digunakan tapi belum berhasil menyelesaikan masalah tersebut. Solusi alternatif seperti penggunaan serangga sebagai agen pengendali hayati perlu diterapkan. Nilai Potensial serangga (NP) ditentukan oleh Indeks Nilai Penting (INP), dan hubungan filogeni serangga Indonesia dan Afrika. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2014 dengan 150 sampel V. nilotica menggunakan purposive sampling method dan line transect, sedangkan serangga dikumpulkan menggunakan metode beating tray. Terdapat 50 jenis serangga ditemukan pada V. nilotica. Lima jenis serangga dengan nilai NP yang tinggi dipilih. Jenis tersebut dikelompokan kedalam suku Geometridae (NP = 2.594 dan 2.004), Pyralididae (NP = 2.391), Aphididae (NP = 2.042), dan Membracidae (NP = 2.004). Geometridae dan Pyralididae adalah serangga yang paling direkomendasikan karena spesifisitas dan dominansinya. Penelitian lebih lanjut dianjurkan untuk melihat aktivitas serangga potensi sebagai pengendali hayati.

Vachellia nilotica was introduced to Baluran National Park (BNP) since 1969 as firebreaks between savana and tropical forest . However, this plant grows out of control and becomes invasive. Mechanical and chemical control have been used but have not managed to resolve the problem. Alternative solution such as using insect as biocontrol agent should be applied. Potential Value of insects (PV) is determined by the importance value index (IVI), and insect phylogeny relations between Indonesia and Africa insects. The study was conducted in March 2014, with 150 V. nilotica using purposive sampling method and line transects, while insects collected using beating tray method. There are 50 species of insects found on V. nilotica. Five species whose NP is high are choosen. These species grouped into Family Geometridae (PV= 2.594 and 2.004), Pyralididae (PV = 2.391), Aphididae (PV = 2.042), and Membracidae (PV = 2.004). Geometridae and Pyralididae are the most recommended insect because of their specificity and dominance. Further research need to be conducted to see the activity of insect as biocontrol.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiq Anan Murobby
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian alga cokelat (Sargassum) dalam ransum terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan nila srikandi (Oreochromis aureus x O. niloticus) yang dipelihara dengan sistem akuaponik. Terdapat 4 perlakuan dan 3 ulangan. P0 yang diberi pakan tanpa campuran Sargassum, kelompok P1 yang diberi pakan dengan campuran Sargassum 2%, kelompok P2 yang diberi pakan dengan campuran Sargassum 4%, dan kelompok P3 yang diberi pakan dengan campuran Sargassum 6%. Hasil uji anava satu faktor (P > 0,05) menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata pemberian Sargassum terhadap pertumbuhan dan sintasan pada semua kelompok perlakuan.

The research was done to observe the effect of brown algae (Sargassum) in the ration on the growth and survival of Srikandi tilapia (Oreochromis aureus x O. niloticus) were maintained aquaponics system. There are 4 treatments and 3 replication. P0 mixture fed without Sargassum, P1 group fed with a mixture of 2% Sargassum, P2 group fed with a mixture of Sargassum 4%, and the P3 group fed with Sargassum mixture of 6%. The feed is given three times daily for 8 weeks. The result anova test (P > 0.05) showed no significant effect on the survival and provision of Sargassum growth in all treatment groups."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S58225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enggit Glory
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk, ukuran, dan kelimpahan mikroplastik pada insang dan saluran pencernaan ikan kakap merah Lutjanus argentimaculatus di tambak Desa Muara, Tangerang, Banten. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara dipancing, sebanyak 10 ekor dengan ukuran sekitar 25,76 cm. Insang ikan kakap merah dipotong sebesar 1 cm2. Isi lambung dan isi usus dikeluarkan lalu dilarutkan dengan 30 ml akuades. Dinding lambung dan dinding usus yang telah kosong dipotong sebesar 1 cm2. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop cahaya dengan aplikasi IndoMicroView 3.7. Hasil penelitian menunjukkan bentuk mikroplastik yang paling dominan adalah fiber. Kisaran mikroplastik yang ditemukan memiliki ukuran 25—4200 µm. Kelimpahan mikroplastik pada ikan kakap smerah tambak Desa Muara sebanyak 121,19 ± 35,32 partikel ind-1 pada insang, 792 ± 344,79 partikel ind-1 pada isi lambung, 105, 77 ± 34,12 partikel ind-1 pada dinding lambung, 1096 ± 284,34 partikel ind-1 pada isi usus, dan 146,67 ± 60,34 partikel ind-1 pada dinding usus. Mikroplastik pada setiap lapisan insang memiliki perbedaan rata-rata. Jumlah mikroplastik yang terdapat pada isi dan dinding memiliki kelimpahan yang berbeda signifikan. Jumlah mikroplastik yang terdapat pada isi lambung dan isi usus berbeda signifikan. Jumlah mikroplastik yang terdapat pada dinding lambung dan dinding usus tidak berbeda signifikan.

The purpose of this research is to analyze the types, sizes, and quantities of microplastic in the gills and digestive system of the Lutjanus argentimaculatus in Muara Village pond. A total of 10 red snapper samples with sizes approximately 25,76 cm. The gills were cut to 1 cm2 size. The stomach’s content and intestine’s content were then dissolved in 30 ml aquades. The empty stomach and intestine wall were cut to 1 cm2 size. The samples were then observed under a light microscope and using the IndoMicroView 3.7. application. The most abundant microplastic type is fiber. The size of the microplastics are between 25-4200 µm. The abundance of microplastic is approximately 21,19 ± 35,32 ind-1 particle in the gills, 792 ± 344,79 ind-1 particles in the stomach content, 105, 77 ± 34,12 particles in the stomach wall, 1096 ± 284,34 particles in the intestine content, and 146,67 ± 60,34 particles in the intestine wall. The microplastics in every gill wall have different averages. Microplastics abundance in the content and the wall have a difference. Microplastics abundance in the content of the stomach and the intestine are different. The number of microplastics in the stomach and intestine wall is not different."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Permatasari
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pada bulan Januari hingga Juni 2016 mengenai analisis
proksimat, uji organoleptik, dan uji fisik pakan ikan hias yang memanfaatkan
tepung bintang laut mahkota duri (Acanthaster planci) sebagai substitusi protein
tepung ikan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan membuat formulasi pakan
ikan hias dengan substitusi tepung A. planci yang memiliki kualitas terbaik
berdasarkan analisis proksimat, uji organoleptik, dan uji fisik serta untuk
mengetahui kandungan gizi dari pakan ikan hias dengan substitusi tepung A.
planci tersebut. Pakan yang dibuat yaitu pakan yang mengandung protein sebesar
37%, 27%, dan 17% dimana sumber protein yang digunakan berasal dari dedak
dan tepung ikan yang sebagian disubstitusi dengan tepung A. planci. Pakan
sampel dianalisis proksimat (kadar air, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak
tanpa nitrogen, kadar abu), uji organoleptik (tekstur, aroma, warna, rasa), dan uji
fisik (tingkat kekerasan, kecepatan pecah, kecepatan tenggelam). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pakan dengan kandungan protein sebesar 27% merupakan
pakan dengan formulasi terbaik karena memiliki kandungan gizi, kriteria
organoleptik, dan kriteria fisik yang terbaik

ABSTRACT
A research about proximate analysis, organoleptic and physical test of fish meal
contained crown of thorns starfish (Acanthaster planci) powder as a fish powder
protein substitution has been conducted on January until June 2016. The research
aims to produce the best quality fish meal formulation with A. planci powder
substitute based on data of proximate analysis, organoleptic and physical test as
well as knowing the nutrient content of that fish meal. The meal contain protein of
37%, 27%, and 17% made of brans and fish powder that substituted with A. planci
powder. Each fish meal types were subjected to proximate analysis (water content,
protein, lipid, fiber, extract materials without nitrogen, ash content), organoleptic
test (texture, flavor, color, taste), and physical test (hardness level, cracking speed,
sinking speed). The results showed that fish meal of 27% protein was the best
meal formulation because it?s nutrient content, organoleptic and physical criteria
was better than others."
2016
S64906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Ratnasari
"Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tumbuhan air tawar yang berpotensi dijadikan biofilter padatan tersuspensi dalam air. Eceng gondok termasuk tanaman hiperakumulator karena kemampuannya dalam mengakumulasi logam terlarut dalam perairan. Kemampuan tersebut memungkinkan eceng gondok dijadikan sebagai tanaman fitoremediasi. Penelitian terdiri dari tiga kelompok, yaitu eceng gondok sebagai biofilter padatan tersuspensi, penentuan titik jenuh pengikatan padatan tersuspensi oleh akar eceng gondok dan fitoremediasi logam Cu, Cd, Pb, dan Zn. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eceng gondok dapat digunakan sebagai biofilter padatan tersuspensi dan agen fitoremediasi Cu, Cd, Pb dan Zn dalam waktu lebih dari 7 hari.

Water hyacinth (Eichhornia crassipes) is a freshwater plant that has potential as bio-filter of suspended solid in the water. Water hyacinth is one of the hyper-accumulator plants because of its ability to accumulate metals dissolved in water. Such capability can be used as phytoremediation plant. The study consisted of three groups, namely water hyacinth as a bio-filter of suspended solid, determining point of saturation binding suspended solid by its roots and phytoremediation of Cu, Cd, Pb, and Zn. The results showed that water hyacinth can be used as a bio-filter of suspended solid and phytoremediation agent of Cu, Cd, Pb and Zn in more than 7 days."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62974
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raka Dwatama
"Penelitian keanekaragaman dan kelimpahan fitoplankton di area bagan Perairan Muara Binuangeun, Banten telah dilakukan pada bulan April - Mei 2018. Sampel 3 stasiun diambil secara vertikal menggunakan plankton net berukuran 60 μm diperoleh 27 botol sampel. Hasil identifikasi dan pencacahan sampel diperoleh genus fitoplankton yang terdiri dari 12 Genus Diatom, 4 Genus Dinophyceae, dan 1 Genus Cyanophyceae. Kelimpahan fitoplankton tertinggi pada stasiun 3 dengan 692 individu sel/L dan terendah pada stasiun 1 dengan 319 individu sel/L dan tergolong dalam kategori sedang. Genus fitoplankton yang mendominansi di area bagan perairan Muara Binuangeun adalah Thalassiothrix. Genus Dinophyceae yang dominan adalah Ceratium, dan Genus Cyanophyceae yang dominan adalah Trichodesmium. Keanekaragaman fitoplankton di area bagan perairan Muara Binuangeun termasuk dalam kategori sedang. Kekayaan dan kemerataan fitoplankton di kedua wilayah perairan tergolong rendah dan cukup merata.

Research on the diversity and abundance of phytoplankton in the fish farm area Muara Binuangeun, Banten waters were conducted in April - May 2018. Samples of 3 stations were taken vertically using a 60 μm plankton net obtained by 27 bottles of samples. The results of identification and enumeration of samples obtained by phytoplankton genera consisting of 12 genera of Diatoms, 4 genera of Dinophyceae, and 1 genera of Cyanophyceae. The highest phytoplankton abundance was at station 3 with 692 individual cells/L and the lowest at station 1 with 319 individual cells/L and belonging to the medium category. Phytoplankton dominating the area of the Muara Binuangeun watershed is Thalassiothrix. The dominant genus of Dinophyceae is Ceratium, and the dominant genus of Cyanophyceae is Trichodesmium. The diversity of phytoplankton in the Muara Binuangeun fish farm area is included in the medium category. The richness and evenness of phytoplankton in both waters is relatively low and fairly even.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanindi Fajrina Trihardi
"ABSTRAK
Saat ini belum diketahui dampak perubahan habitat bagi biota laut akibat adanya aktivitas pengerukan pasir yang terjadi di Perairan Pulau Tunda sejak tahun 2013. Oleh karena itu penelitian yang dilakukan pada bulan Oktober 2016 hingga April 2017 bertujuan untuk mengetahui Struktur Komunitas dan Pola Sebaran Asteroidea di perairan Pulau Tunda. Lokasi penelitian ditetapkan dengan metode purposive sampling, kemudian dibagi menjadi 4 stasiun dan setiap stasiun terdiri atas 3 line transect yang masing-masing transek terdiri atas 15 plot pengamatan. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan dari keempat lokasi penelitian ditemukan sejumlah 8 spesies dari 5 suku Asteroidea. Indeks keanekaragaman Asteroidea di Pulau Tunda berada dalam kategori yang rendah H rsquo; le; 1,0 , yang berarti produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem yang tidak stabil. Indeks kemerataan pada stasiun 1 dan stasiun 2 tergolong rendah, sedangkan stasiun 3 dan stasiun 4 tergolong tinggi. Hal tersebut didukung dengan adanya spesies yang mendominasi yaitu Archaster typicus 33,3 , sedangkan kelimpahan Asteroidea di stasiun 4 lebih tinggi jika dibandingkan dengan 3 stasiun lainnya. Kecenderungan Asteroidea melimpah disebabkan adanya substrat pasir dan batu karang pada habitat tersebut. Secara umum pola sebaran Asteroidea di Perairan Pulau Tunda tergolong seragam.

ABSTRAK
The sand dredging activity in Tunda Island since 2013 result in the habitat changes for marine biota that have not been studied. Therefore, research conducted in October 2016 April 2017 aims to discover the structure community and distribution patterns of Asteroidea in Tunda Island. By using purposive sampling method, the research location divided into 4 stations with 3 transect lines and 15 observation plots per each. The analisys of data obtained by quantitative descriptive. The result showed 8 types of 5 tribes Asteroidea from 4 stations. The Asteroidea diversity index is in the low category H rsquo le 0,5 which signify low productivity as in indication of severe stress and unstable ecosystems. The evenness index values at stasion 1 and station 2 are low while, station 3 and station 4 are high. Those supported by the dominant species of Archaster typicus 33,3 , the abundane of Asteroidea at station 4 is highest compare to others. The abundance of Asteroidea due to the existence of sand substrate and reef corals. In general, the distribution pattern of Asteroidea in Tunda Island is evenly distributed."
2017
S69638
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Zakiyyah Elsalam
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap daerah jelajah kukang jawa Nycticebus javanicus di Talun Desa Cipaganti, Garut. Penelitian dilakukan selama 450 jam yaitu pada bulan Maret - April 2017 dari pukul 17.00--05.00 WIB. Metode focal animal instantaneoous sampling digunakan untuk mencatat seluruh perilaku dari 3 individu kukang jawa jantan dewasa dalam interval waktu 5 menit tanpa jeda. Data GPS dan data suhu lingkungan serta kelembaban udara diambil bersamaan dengan pengambilan data perilaku. Kukang jawa ditemukan pada berbagai ketinggian 1348 m di atas permukaan laut mdpl - 1518 mdpl. Luas daerah kukang jawa berkisar antara 1,90 ha - 20,35 ha.
Hasil menunjukkan bahwa luasan daerah jelajah kukang jawa berbanding lurus terhadap kenaikan suhu lingkungan. Luasan daerah jelajah kukang jawa berbanding terbalik terhadap kenaikan kelembaban udara. Pola distribusi pemanfaatan area pada first shift lebih luas dibandingkan dengan pola distribusi pemanfaatan area pada second shift. Adanya tumpang tindih overlap pada daerah jelajah dua kukang jawa disebabkan karena dua kukang jawa tersebut berada dalam satu kelompok unit yang sama sehingga menempati daerah yang sama.

Research has been conducted to know the effect of environmental factors on home range of slow loris Nycticebus javanicus E. Geoffroy, 1812 at Talun Cipaganti Village, Garut. The study was conducted for 450 hours in March 2017 April 2017 from 17 00 p.m. to 05 00 a.m. The focal animal instantaneous sampling method is used to record 3 adult male slow loris within 5 minute intervals without interlude. GPS data, ambient temperature and relative humidity data was collected at the same time with behavior observations. Pattern of utilization distribution area became wider at the first shift than at the second shift. Javan slow loris were found at different altitudes 1348 m above sea level asl - 1518 m asl. Slow loris home range is about 1.90 ha - 20.35 ha.
The results show that size of home range directly proportional with ambient temperature while size of home range inversely proportional with relative humidity. There is an overlap between two home range of slow loris which is caused by these two loris is in the same unit so they live in the same area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Septi Fauzi
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengamati preferensi posisi makan serta pemetaan pohon pakan kukang jawa Nycticebus javanicus E. Geoffroy, 1812 di habitat aslinya, yaitu Talun Desa Cipaganti, Garut. Penelitian dilakukan pada bulan Maret- April 2017 menggunakan metode focal animal instantaneous sampling dan ad libitum dengan perolehan data lengkap dari 10 individu. Waktu total pengamatan perilaku yaitu berjumlah 5.429 poin dan selama 27.145 menit atau sekitar 452 jam. Diperoleh pula luas transek sabuk pada analisis vegetasi yaitu 80.000 m2. Selain itu diperoleh 351 titik pada pengamatan pemetaan pohon pakan.
Preferensi posisi makan tertinggi hingga terendah berturut- turut yaitu terminal, canopytop,under canopy, canopy, dan canopy branch dengan nilai rerata frekuensi penggunaan sebesar 133.5, 34, 33, 33, dan 28.5. Diketahui pula jenis pohon pakan yang paling sering digunakan oleh kukang jawa yaitu pohon kaliandra Calliandra callothrysus dan preferensi tersebut dipengaruhi oleh struktur pohon, jenis pakan, kandungan nutrisi pakan, dan musim. Hasil pemetaan pohon pakan menunjukkan nilai dominansi tertinggi terdapat pada pohon kaliandra Calliandra callothrysus dengan nilai sebesar 1.45 yang persebarannya mengelompok clumped.

Study about feeding tree preferences of javan slow loris has been conducted at Talun Cipaganti Village, Garut. This study aims to observe about feeding position preferences which javan slow loris likes most. This study was conducted on March April 2017 during 17.00 to 23.00 also between 23.00 to 05.00 using focal animal instantaneous sampling and ad libitum method use 10 individu javan slow loris. Total of observation time is 5.429 point during 27.145 minutes or around 452 hours. Also, wide of the transect is 80.000 m2.
Result shows that the highest and lowest feeding position which loris like is at terminal TE, canopytop CT, under canopy UC, canopy C, dan canopy bottom CB with average value is 133.5, 34, 33, 33, dan 28.5. Besides, we can see that feeding tree which has the highest frequency is red calliandra Calliandra callothrysus. Factors that influence preferences is tree structure, feeding item, feeding nutrition, and season.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arba Kenanga
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengamati aktivitas travelling pada aktivitas harian N. javanicus serta respon aktivitas travelling N. javanicus terhadap faktor lingkungan yaitu, kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya bulan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2017 di Desa Cipaganti, Garut, dengan total 456 jam observasi dan 5.935 data observasi. Metode yang dilakukan adalah focal animal instantaneous sampling. Subjek penelitian berupa 16 ekor N. javanicus. Melalui pengamatan diperoleh bahwa sanya bila suhu meningkat maka aktivitas travelling N. javanicus ikut meningkat berbeda dengan kelembaban bila kelembaban meningkat maka aktivitas travelling turun, sedangkan intensitas cahaya bulan memiliki pengaruh terhadap aktivitas travelling N. javanicus namun tidak secara signifikan.

The research has been conducted to observe the activity of travelling on daily activities of N. javanicus and the response of N. javanicus travelling activity to environmental factors that is, humidity, temperature, and moonlight intensity. The study was conducted from March to April 2017 in Cipaganti Village, Garut, with a total of 456 observation hours and 5,935 observation data. The method used is focal animal instantaneous sampling. The subjects were 16 N. javanicus. Result of observation, it is found that when the temperature increases, the travelling activity of N. javanicus also increases different from the humidity when the humidity increases, the travelling activity decreases, whereas the moonlight intensity has an correlation on N. javanicus travelling activity but not significantly."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>