Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muammar Muslih
Abstrak :
Latar belakang : Hasil investigasi KLB malaria ada hubungan faktor resiko perilaku pemakaian kelambu. Perilaku pemakaian kelambu dipengaruhi pengetahuan dan sikap. Peneliti ingin mengetahui gambaran dan hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku penduduk usia di atas 15 tahun di Hargotirto. Metodologi : Desain penelitian cross sectional. Sampel adalah penduduk usia di atas 15 tahun yang dipilih dengan sistem cluster dan random pada setiap cluster. Jumlah sampel 266 responden. Dilakukan anĂ¡lisis univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik ganda. Hasil : Distribusi responden dengan pengetahuan tinggi 52,3%, sikap positif 57,9%, perilaku memakai kelambu 80,8%. Perilaku memakai kelambu dengan pengetahuan tinggi dan sikap positif (85 responden) 31,9%. Hasil bivariat pengetahuan (OR=1,57 nilai p=0,15 95%CI=0,85-2,9), sikap (OR=4,93 nilai p=0,000, 95%CI=2,51-9,69). Hasil regresi logistik sikap dengan perilaku pemakaian kelambu ada hubungan dan bermakna (OR=4,765 nilai p=0,000, 95%CI=2,409-9,426). Kesimpulan : Responden dengan pengetahuan tinggi dan sikap positif sebanyak 90 responden (33,8%).Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku memakai kelambu. Ada hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku memakai kelambu. Saran bentuk penyuluhan yang lebih mengena untuk meningkatkan pengetahuan, contoh dari tokoh masyarakat memakai kelambu sehingga masyarakat meniru untuk memakai kelambu dan diadakan kembali arisan kelambu untuk membantu yang belum memiliki kelambu.
Background : The results of investigation malaria outbreak there is a risk factor for mosquito nets usage behavior. Use of mosquito nets behavior influenced of knowledge and attitudes. Researcher wants to know the description and the association between knowledge, attitude with mosquito nets usage behavior by age over 15 year in Hargotirto, 2012. Methods : cross sectional study design. Sample is population by age over 15 year selected with cluster systems and random in each cluster. The number of samples are 266 respondents. Univariat analysis, bivariat and multivariat with multiple logistic regression. Results : Distribution of respondents with high knowledge of 52.3%, positive attitude is 57.9%, and the behavior of using mosquito nets is 80.8%. Behavior of using mosquito nets with high knowledge and positive attitudes about (85 respondents) 31.9%. The results of the bivariat : knowledge (OR = 1.57 p-value = 0.15, 95% CI = 0.85- 2.9), attitude (OR = 4.93 p-value = 0.000, 95% CI = 2.51 - 9,69). The results of logistic regression attitude to the behavior of using mosquito nets have meaningful associatin (OR=4.765, p-value=0.000, 95%CI=2.409-9.426). Conclusions : The behavior of respondents 33.8% wearing mosquito net with the knowledge of high and positive attitude. There is no association between knowledge of the behavior of using mosquito nets. There is a significant association between attitudes to the behavior of using mosquito nets.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31811
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
F Detiniaty
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : F. DetiniatyProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak Stunting Usia 0-23Bulan Studi Kualitatif di Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa Tahun2017 Perilaku ibu dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak PMBA pada periode kritis usia 0-23bulan sangat penting untuk mencegah kondisi stunting pada bayi/anak. Penelitian inibertujuan mengetahui perilaku ibu dalam pemberian makan bayi dan anak stunting usia 0-23bulan di Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa, tahun 2017. Pendekatan Kualitatifmenggunakan desain Rapid Assessment Procedure dengan metode pengumpulan data diskusikelompok terarah, wawancara mendalam, dan observasi terhadap informan ibu yang sudahdan belum mendapatkan konseling/penyuluhan PMBA. Pengetahuan dan sikap ibu yangpositif terhadap informasi terkait PMBA yang diperoleh dari konseling/penyuluhan tidakmenjamin terlaksananya perilaku pemberian makan bayi dan anak dengan benar. Adanyafaktor dukungan keluarga, tradisi yang tidak mendukung, akses dan pemanfaatan panganserta praktik pemberian informasi melalui penyuluhan menjadi salah satu yang menghambatkegiatan PMBA. Perilaku ibu dalam pemberian makan bayi dan anak stunting usia 0-23 bulandi Kecamatan Lape belum optimal. Perlu adanya evaluasi pelaksanaan kegiatan konselingPMBA di lapangan.Kata kunci : stunting, perilaku ibu, pemberian makan bayi dan anak PMBA
ABSTRACT
Name F. DetiniatyStudy Program Public Health ScienceTitle Mother 39 s Behavior in Infants and Young Child Feeding Stunting Age0 23 Months Qualitative Study in Lape Sub district, SumbawaRegency in 2017 Mother rsquo s behavior in Infant and Young Child Feeding IYCF in critical periods ages 0 23months is very important to prevent stunting conditions in infants children. This study aimsto determine the behavior of mothers in feeding infant and stunting children aged 0 23months in Lape Sub district, Sumbawa Regency in 2017. Qualitative approach using RapidAssessment Procedure design with data collection methods of focus group discussion, indepthinterviews, and observation of mother rsquo s informants who had had and have not receivedIYCF counseling education. Knowledge and a positive attitude towards mother IYCF relatedinformation obtained from counseling education does not guarantee the implementation offeeding infants and children properly. The existence of family support factors, unsupportedtradition, access and utilization of foods and the practice of providing information throughcounseling to be one that inhibits IYCF activities. Mother rsquo s behavior in feeding infant andstunting children 0 23 months in Lape Sub District is not optimal. It is necessary to evaluatethe implementation of IYCF counseling activities in the field.Keywords stunting, maternal behavior, infant and young child feeding IYCF
2017
T47575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Bagus Qomaruddin
Abstrak :
Penelitian ini mengembangkan indikator pemberdayaan dan cara pengukurannya yang dapat dimanfaatkan dalam menentukan tingkat keberdayaan desa siaga. Penelitian ini menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian berupa instrumen yang sudah terbukti valid dan reliabel. Desa siaga yang memiliki skor tingkat keberdayaan 60 ke atas lebih dari 85%, namun yang memiliki skor 80 ke atas masih di bawah 25%. Tingkat keberdayaan desa siaga dapat meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, kenaikan berat badan balita (N/D) dan menurunkan jumlah balita gizi buruk. Disarankan agar instrumen ini diuji cobakan di tempat lain untuk mengetahui stabilitas dari indikator. ......The objective of this research was to develop empowerment indicators in measuring empowerment level of alert villages. Qualitative and quantitative approaches were used in this research. The research found out that indicators instrument was valid and reliable. Less then 25% of alert villages had score of empowerment level was 80 or more and more then 85% of alert villages had score was 60 or more. The empowerment level of alert villages was able to increase coverage of delivery assisted by health personnel, weight gain (N/D) and decrease the amount of under five children malnutrition. It is recommended to retested the indicators instrument in other places to know stability of the indicators.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
D1385
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Senewe, Felly Philipus
Abstrak :
Di daerah tertinggal dengan segala keterbatasannya masih dijumpai anak baduta yang tidak menderita diare. Karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor sistem penunjang yang ada terhadap kejadian tersebut. Penelitian menggunakan data Riskesdas 2007 dengan sampel 6450 baduta. Penelitian ini menemukan proporsi kejadian tidak diare satu bulan terakhir sebesar 77%. Penelitian ini juga menemukan, faktor sistem penunjang pada tingkat individu adalah tidak adanya gizi buruk kurang (OR: 4,02) dengan kontribusi sebesar 32%, dan tidak adanya penyakit lain (OR: 10,2) dengan kontribusi sebesar 37%. Faktor pada tingkat rumah tangga adalah tidak langsung minum air (IOR: 11,8-310), adanya wadah air (IOR: 15,6-234), dan imunisasi lengkap (IOR: 12,4-293). Faktor pada tingkat Kabupaten adalah tersedianya sarana kesehatan (IOR: 1,4-17,1). Penelitian ini menyarankan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih/sehat, menyediakan air bersih, imunisasi lengkap pada bayi, dan menyediakan sarana kesehatan. ...... In remote places, where people face a lot constraints and barriers in order to obtain health services, we still found children under two years old without suffering from diarrhea. The objective of this research was to explore the relationships between the supporting factors and the above mentioned event. As many as 6,450 children under 2 years old from the Riskesdas 2007 were taken as samples for this research. The study found that the proportion of those without diarrhea less than one month was 77%. We found that, the role of supporting factors at individual level were the absence of malnutrition (OR: 4.02) contributed to 32%, and the absence of diseases (OR: 10.2) contributed to 37%. The factor influenced at household level were: not directly drink potable water (IOR: 11.8-310), having water container (IOR: 15.6-234), and completed immunization (IOR: 12.4-293). The factor at district level was the availability of health facilities (IOR: 1.4-17.1). This research recommended the following: promoting healthy behavior, providing clean water, completely immunize the children, and ensuring adequate availability of health facility.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
D1443
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jurana
Abstrak :
ABSTRAK
Pemberian ASI eksklusif masih rendah sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan cakupannya. Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasi mitos, budaya, pengetahuan dan sikap yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif, terbentuknya model pendidikan kesehatan terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif sebagai dasar untuk suksesnya target pencapaian pemberian ASI eksklusif melalui penerapan model pendidikan kesehatan berbasis budaya yang telah teruji, dan praktek pemberian ASI 1 bulan. Penelitian ini merupakan operasional riset dengan menggunakan mixed method yaitu kualitatif dan kuantitaif. Sampel kualitatif diambil secara snowboll dengan jumlah 19 orang dan kuantitaif diambil secara puorposive sesuai kriteria inklusi dengan jumlah 84 orang dan terbagi dalam dua kelompok yaitu 42 orang kelompok intervensi dan 42 orang kelompok kontol. Kelompok intervensi mendapatkan pendidikan kesehatan IMTASIE. Hasil penelitian kualitatif mengidentifikasi mitos dan budaya yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif masih sangat kuat dipertahankan, pengetahuan ibu kurang, dan semua ibu ingin memberikan ASI. Hasil penelitian kuantitatif Model IMTASIE yang dikembangkan secara signifikan memberikan efek terhadap praktik pemberian ASI satu bulan dengan nilai p value 0.026 (<0.05). Berdasarkan hasil penelitian ini direkomendasikan perlunya pelibatan tokoh masyarakat dalam kegiatan pendidikan kesehatan tentang pemberian ASI eksklusiff dari perspektif budaya
ABSTRACT
Exclusive breastfeeing rate is still low, hence needs marked promotion. The objective of this study is to identify the myths, culture, knowledge, and attitude affecting the exclusive breastfeeding practice, to form and to implement a culture-based health education model (IMTASIE) on exclusive breastfeeding. This study was designed as an operational mixed-method research. Qualitative sample was recruited through snowball sampling and reached 19 participants. Whereas, purposive sampling of 84 participants, divided into treatment and control group, each comprised of 42 participants, involved in the quantitative test. Treatment group received IMTASIE health education. The qualitative results revealed the myths and culture surrounding exclusive breastfeeding practice which were still strongly held by mothers, lack of mothers? knowledge on exclusive breastfeeding in spite of their willingness to breastfeed. IMTASIE model significantly influenced the exclusive breastfeeding practice for the first month with p value 0.026 (<0.05). The results implied the importance of involving community leaders in culture-based health education on exclusive breastfeeding.
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqatussaadah
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia saat ini berada pada urutan kedua negara dengan kasus TB paru terbanyak, dibawah India dan Cina. Angka prevalensi TB Paru tahun 2015 mencapai 647 per 100.000 dan insidens 399, Indonesia diprediksi akan mencapai 1 juta kasus per tahun. Strategi Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) merupakan strategi yang dikeluarkan oleh WHO dalam penanggulangan TB. Beberapa rumah sakit swasta yang memberikan pelayanan TB kepada masyarakat dan juga melibatkan masyarakat secara aktif untuk mendukung program penanggulangan TB adalah Rumah Sakit Islam (RSI) yang dimiliki oleh organisasi Muhammadiyah yaitu RSI Pondok Kopi, RSI Cempaka Putih, dan RSI Sukapura. Rumah sakit swasta tersebut bekerjasama dengan organisasi masyarakat peduli TB yang dikenal sebagai ?Aisyiyah Community TB Care. ?Aisyiyah termasuk salah satu organisasi masyarakat lokal yang dipercaya dan dipilih untuk mendapatkan dana hibah melalui Global Fund for AIDS, Tuberculosis and Malaria (GF ATM) dengan menjadi principal recipient atau pengelola dana langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengawas Menelan Obat (PMO) baik pada tahun 2010 dan 2014 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil pengobatan TB Angka CDR di rumah sakit pada tahun 2010 pada saat ada dukungan ?Aisyiyah mencapai angka 68%, sedangkan pada tahun 2014 setelah tidak ada dukungan ?Aisyiyah angka CDR menurun menjadi 40%. Sedangkan jumlah pasien TB yang sembuh (Cure Rate) pada tahun 2010 mencapai 66% sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 41%, sehingga ada perbedaan 25% dalam pencapaian angka kesembuhan. PMO pada tahun 2010 berasal dari kader ?Aisyiyah (35%) dan keluarga pasien (65%). Sedangkan pada tahun 2014 PMO semua berasal dari keluarga pasien (100%). Perbedaannya adalah PMO yang berasal dari ?Aisyiyah Community TB Care adalah mereka yang sudah mendapat pelatihan-pelatihan mengenai pengobatan TB dan mereka melakukan pengawasan melekat kepada pasien dari awal pengobatan sampai dinyatakan sembuh. Oleh karena itu selanjutnya direkomendasikan untuk memilih PMO tidak berasal dari keluarga tetapi orang yang lebih disegani oleh pasien dan telah mendapatkan pelatihanpelatihan mengenai pengobatan TB. Selain itu perlu dibuat kartu kinerja PMO sehingga seluruh kegiatan PMO terpantau dengan baik selama mendampingi pasien berobat hingga sembuh.
ABSTRACT
Indonesia is currently the second country with the most cases of pulmonary tuberculosis, below India and China. Pulmonary TB prevalence rate in 2015 was 647 per 100,000 and incidence of 399, Indonesia is predicted to reach 1 million cases per year. Strategy of Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) strategy is issued by WHO in TB control. Some private hospitals that provide services to the community TB and also involve the community actively to support TB control program is Islamic Hospital (RSI) which is owned by the organization Muhammadiyah ie RSI Pondok Kopi, Cempaka Putih RSI and RSI Sukapura. The private hospital care in collaboration with community organizations TB, known as' Aisyiyah Community TB Care. 'Aisyiyah including one local community organizations are trusted and selected for a grant from the Global Fund for AIDS, Tuberculosis and Malaria (GF ATM) to be the principal recipient or the fund manager directly. The results showed that the Supervisory Swallowing Drugs (PMO), both in 2010 and 2014 had a significant effect on the results of TB treatment digits to CDR in hospital in 2010 when no support 'Aisyiyah reached 68%, whereas in 2014 after no support 'Aisyiyah CDR figure dropped to 40%. While the number of TB patients cured (Cure Rate) in 2010 reached 66% while in 2014 decreased to 41%, so there is a 25% difference in achieving cure rates. PMO in 2010 came from the cadres' Aisyiyah (35%) and the patient's family (65%). Whereas in 2014 the PMO all come from families of patients (100%). The difference is coming from the PMO 'Aisyiyah Community TB Care are those who have received training on their TB treatment and supervision attached to a patient from start of treatment until otherwise recovered. Therefore, it is recommended to choose the PMO subsequently did not come from the family but people are more respected by patients and has received training on TB treatment. In addition it should be made so that all the cards performance PMO PMO activities well monitored during treatment with the patient to recover
2016
D2180
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Surahman
Abstrak :
ABSTRAK
Rendahnya cakupan penemuan kasus TB di Indonesia berdampak padaberlanjutnya proses transmisi infeksi Mycobacterium Tuberculosis M.tb dimasyarakat. Pondok pesantren merupakan populasi rentan dan berisiko dengankarakteristik hunian relatif padat, sanitasi lingkungan kurang sehat. Beberapakasus TB terjadi di pondok pesantren, akibat rendahnya kesadaran santri terhadapgejala TB sehingga berdampak pada akses layanan kesehatan. Perlu upayapengendalian TB dengan melibatkan masyarakat sebagai solusi ketika pemerintahkurang memiliki kapasitas menyediakan layanan dan menjangkau penderita TB.Permasalahan yang sama terjadi di Kabupaten Garut, yaitu terbatasnya sumberdaya kesehatan untuk menjaring dan mengawasi penderita TB. Kegiatanpemberdayaan santri sebagai kader TB di pondok pesantren merupakan inovasidalam upaya menjembatani suspek dan penderita TB untuk mendapatkan akses kefasilitas kesehatan atau active case finding TB. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui dampak positif pemberdayaan santri kader TB terhadap aksesibilitaslayanan TB di fasilitas kesehatan. Metode yang digunakan adalah metodekuantitatif dengan menggunakan desain quasi eksperimen rancangan ldquo;nonequivalent control group design rdquo;, dan metode kualitatif menggunakan wawancaramendalam. Studi ini dilakukan di enam pondok pesantren dengan jumlah sampel493 orang, masing-masing tiga pondok pesantren intervensi sampel 232 orang dantiga pondok pesantren non-intervensi jumlah sampel 236 orang.Penelitian ini membuktikan bahwa pemberdayaan santri kader TB padapondok pesantren di Kabupaten Garut memberikan pengaruh yang signifikanyaitu peningkatan proporsi aksesibilitas layanan TB di fasilitas kesehatan sebesar41.4 pada kelompok intervensi. Santri yang tinggal di pondok pesantrenintervensi berpeluang 3.9 kali lebih besar untuk mengakses layanan TB di fasilitaskesehatan dibandingkan yang tinggal di non-intervensi. Intervensi ini jugaberhasil menemukan 14 kasus TB positif di pondok pesantren dengan tingkatkeberhasilan convertion rate dan cure rate masing-masing sebesar 100 .Program ini perlu direplikasi di wilayah lain mengingat di Indonesia terdapatpondok pesantren dengan kondisi tidak jauh berbeda dengan lokasi dan kondisipenelitian ini.Kata kunci : Santri, Kader TB, akses layanan TB, pondok pesantren
ABSTRACT
The low coverage of cases of TB in Indonesia has an impact on thecontinuation of the process of transmission of infection with Mycobacteriumtuberculosis M.tb in the community. Students in Islamic Boarding Schools arevulnerable and are at risk populations with relatively dense residentialcharacteristics and poor environmental sanitation. Some cases of TB occurred inthe boarding school due to the low knowledge TB symptoms among students.This problem, in turn, leads to low access to health care. There is a need forinvolving the community when the government lacks the capacity to provideservices and reach out to people with TB. The same problems occur in Garut,namely the limited health resources and workforce to recruit and supervise TBpatients. The empowerment of students as a cadre of TB in a boarding school is aneffort to bridge suspected TB patients to gain access to a health facility or activeTB case finding. This study aims to determine the positive impact of empoweringstudents as TB Cadre on the accessibility of TB health services. The method usedis quantitative by using a quasi experimental design non equivalent controlgroup design, and qualitative method in the form of interviews. The study wasconducted in six boarding schools with a sample size of 493 people, Theintervention group consists of three boarding schools with 232 students, while therest of the boarding schools with 236 students was chosen as the non interventiongroup.This study proves that the empowerment of students cadre of TB in theboarding school in Garut has a significant and positive impact. It is observed thatthere was an increased in the proportion of service accessibility TB in healthfacilities as much as 41.4 in the intervention group. Students who live in theintervention group were 3.9 times more likely to access TB services in healthfacilities compared to those living in non intervention. This intervention alsomanaged to find 14 positive TB cases in the boarding school with a conversionrate and cure rate of 100 . This program needs to be replicated in other regions inIndonesia, considering that there are many boarding schools with similarconditions across Indonesia.Keywords Students, TB Cadre, Access to TB service, Islamic Boarding School
2017
D1715
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugi Nurdin
Abstrak :
Tuberculosis Multidrug resistant TB MDR adalah salah satu jenis resistensituberkulosis terhadap minimal dua obat anti tuberkulosis lini pertama, yaituIsoniazid INH dan Rifampicin R dengan atau tanpa resisten terhadap obat antituberkulosis lain. Prevalensi TB MDR di dunia menurut WHO tahun 2012 sebesar 12 dari kasus TB baru dan 20 dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Hal ini masihmerupakan masalah kesehatan masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor puskesmas yang dapatmempengaruhi individu terhadap kejadian TB MDR, serta menggali faktor levelpuskesmas yang dapat menjelaskan kejadian TB MDR. Desain penelitian inimenggunakan kasus kontrol dengan mixed methods. Pengumpulan data dilakukandengan wawancara menggunakan kuesioner, diskusi terarah, wawancara mendalam danobservasi. Analisis data menggunakan regresi logistik multilevel. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ada variasi risiko antar puskesmas/ fasilitas kesehatan tingkatpertama yang dapat mempengaruhi individu terhadap kejadian TB MDR. Faktor-faktorpada level individu yaitu pendidikan, riwayat hasil pengobatan, kepatuhan menelanobat, dan pengetahuan, PMO dan level puskesmas yaitu penjaringan suspek dan kotakerat pasien TB/TB MDR, pengobatan TB sesuai ISTC berpengaruh terhadap prevalensiTB MDR di Provinsi Sumatera Selatan. Faktor kontekstual puskesmas dapatmenurunkan variasi risiko antar puskesmas terhadap kejadianTB MDR sebesar 18 Pengembangan strategi intervensi pengendalian TB MDR yang sesuai dengan kondisiProvinsi Sumatera Selatan adalah mengkolaborasikan penjaringan suspek TB/TBMDR, pengobatan TB/TB MDR sesuai ISTC dan jejaring eksternal ISTC.
Multidrug resistant tuberculosis MDR TB is one type of tuberculosis resistance to atleast two first line anti tuberculosis drugs, Isoniazid INH and Rifampicin R with orwithout resistance to other anti tuberculosis drugs. World prevalence of MDR TBaccording to WHO 2012 is 12 of new TB cases and 20 of TB cases with retreatment.This is still a public health problem of the world, including in Indonesia. Thisstudy aims to determine the magnitude of the influence of puskesmas factors that canaffect the individual to the incidence of MDR TB, as well as to explore the level factorof puskesmas that can explain the incidence of MDR TB. This research design use casecontrol with mixed methods. The data were collected through interviews usingquestionnaires, directional discussions, in depth interviews and observations. Dataanalysis using multilevel logistic regression. The results showed that there werevariations in risk among puskesmas that could affect individuals against MDR TBincidence. Factors at the individual level of education, history of treatment outcomes,medication adherence, and knowledge, PMO and Puskesmas levels are suspect and tightsquares of TB TB MDR patients, TB treatment according to ISTC has an effect on theprevalence of MDR TB in South Sumatera Province. Contraceptive factors puskesmas first level health facilities can reduce risk variation among puskesmas to the incidenceof MDR TD by 18 . Development of MDR TB control intervention strategyappropriate to South Sumatera Province condition is to collaborate on suspected TB TB MDR screening, TB TB MDR treatment according ISTC and ISTC externalnetwork.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 >>