Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tutty Aprianti M.
"

Menarche merupakan tanda seorang remaja putri sudah mengalami pubertas. Kesiapan remaja putri untuk menerima menarche tergantung beberapa hat, salah satunya dipengaruhi oleh faktor perilaku orang tua. Masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya perilaku orang tua di Kabupaten Purwakarta terhadap putrinya yang mengalami menarche, dengan ruang lingkup penelitian yaitu menggali perilaku orang tua siswa SMPN I yang terletak di daerah perkotaan dan orang tua siswa Madrasah Tsanawiyah Al Huda I yang terletak di daerah pedesaan di kabupaten Purwakarta Desain pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan analisa data yang digunakan yaitu analisa isi dari hasil diskusi kelompok terfokus dan wawancara mendalam.

Basil penelitian ini mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan menarche pada sebagian besar ibu dari siswa SMPN I Purwakarta sudah baik. Sikap informan terhadap menarche postif Pantangan makanan pada saat menarche yaitu tidak boleh makan nenas, pepaya dan mentimun serta larangan tidur pada siang hari, disamping hal tersebut terdapat juga ketentuan-ketentuan yang lain seperti bila menggunting kuku maka guntingan kukunya harus dikumpulkan dan dicuci pada saat berakhirnya menarche.

Budaya informan terhadap menarche dilakukan dengan berdo'a bersama seperti pengajian atau berdoa sendiri-sendiri. informan tidak membedakan perlakuan terhadap putrinya ketika sedang menarche dengan ketika tidak menarche dan membedakan perlakuan ketika sebelum mendapatkan menarche dengan setelah menarche. Cara mencuci alat kelamin saat menarche dengan menggunakan air dan sabun rmandi.

Hasil penelitian pada ibu dari siswa Mts Al Ruda I desa Cilegong kecamatan Jatiluhur kabupaten Purwakarta diperoleh bahwa pengetahuan yang berkaitan dengan menarche pads sebagian besar informan masih kurang. Sikap informan terhadap menarche masih negatif. Pantangan makanan saat menarche yaitu tidak boleh makan nenas, pepaya, mentimun dan ikan serta larangan tidur pada siang hari , larangan untuk menggunting kuku saat menarche. Budaya informan terhadap menarche yaitu dengan cara berdoa yang dilakukan oleh sesepuh. Informan tidak membedakan perlakuan terhadap putrinya ketika sedang menarche dengan ketika tidak menarche dan membedakan perlakuan ketika sebelum mendapatkan menarche dengan setelah menarche. Cara mencuci alat kelamin saat menarche dengan menggunakan pencuci vagina tradisional, seperti air rebusan daun sirih.

Pada saat divalidasi ke putri informan ternyata informasi yang dikemukakan putri informan dengan informan pada umumnya sama, sedangkan menurut pandangan agama Islam bahwa wanita yang sudah menarche berarti ia sudah mempunyai kewajiban melaksanakan ajaran agama dan Islam tidak menganut faham menstrual tabu. Saran pada penelitian ini ditujukan kepada Departemen Kesehatan, Lembaga Swadaya Masyarakat, Sekolah Menengah Pertama dan peneliti lainnya.

Kepustakaan 43 (1980 -- 2000).


Parent's behavior of the student from Government Junior High School and Private Madrasah Tsanawiyah towards their daughters having menarche in Purwakarta District, 2001.Menarche is puberty sign of young girl. Their readiness to accept it depends on many things, one of them is the behavior of their parents. The problem of this tesis is the unknown parent behavor towards their daughter having menarche in Purwakarta district. The stoup of this tesis is to dig the parent behavior of I Junior high school students in the city and the parent behavior of the Madrasah Tsanawiyah Al Buda i in the rural area of Purwakarta district. The design of the tesis is qualitative design and data analysis used is content analysis and focus group discussion and indepth interview.

The result of this tesis is the better knowledge that related to the menarche in most of the mother of I Junior high school Purwakarta students. The informers' attitudes toward the menarche are positive. The forbidden food during the menarche is pineapple, papaya and cucumber and forbidden to take a nap in the afternoon and also there are some other rules such as when they cut their nails, they must collect and wash them after the end of the menarche.

The culture of the informers toward the menarche is praying either done together or alone, such as pengajian The informers did not differ their attitude to their daughters during and the absence of the menarche and differ the attitude while during and after the menarche. The way of washing the genital area during menarche is by using water and soap. The result of the mothers of Madrasah Tsanawiyah Al-Huda I students in Cilegong village, Jatuluhur country, Purwakarta district towards the menarche knowledge is less. The informers' attitudes are still negative. The forbidden food during the menarche is pineapple, papaya, cucumber and fish and forbidden to take a nap in the afternoon and to cut their nails during menarche. The informers' culture is praying which is done by the elder of the village. The informers did not differ their attitudes to their daughters during and the absence of the menarche and differ the attitude while during and after the menarche. The way of washing the genital area during menarche is by using the tradisional vaginal douching, such of boiling water from sirih leaves. When the validation to the informers' daugters is done, the informations found was the same, while to the Islam point of view says that women who had their menarche means they have the obligation to do the rules of the religion and Islam doesn't recognize the menstrual taboo. Suggestion to this research is directed to Health Department, LSM, Junior High School and other researcher.

References 43 (1980-2000)

"
Universitas Indonesia, 2001
T142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saul Elias Arikalang
"Perencanaan kesehatan adalah salah satu dari fungsi manajemen yang terpenting, yang harus dikerjakan lebih dahulu sebelum mengerjakan fungsi manajemen yang lain. Output perencanaan kesehatan tahunan Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung hingga saat ini kualitasnya masih rendah, padahal dilihat dari inputnya cukup memadai, diduga proses perencanaannya yang tidak benar. Untuk itu perlu dilakukan penelitian secara mendalam tentang proses perencanaan kesehatan tahunan itu sendiri.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara secara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Adapun hasil temuan penelitian bahwa proses perencanaan kesehatan tahunan di Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung masih jauh dari sempuma, langkah-langkahnya masih banyak yang tidak sesuai dengan prosedur tetap perencanaan kesehatan. Penyebabnya adalah kemampuan dan pengetahuan perencana masih kurang, struktur organisasi perencana rendah tidak sesuai beban kerjanya, mekanisme kerjasama lintas program dan lintas sektor tidak jalan.
Agar perencanaan kesehatan tahunan yang dihasilkan berkualitas proses perencanaannya perlu diperhatikan, kualitas Sumber Daya Manusia perencana perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan yang intensif dan adekuat, pembinaan oleh atasan lebih diintensifkan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah struktur organisasi perencanaan di Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung, perlu dibenahi lagi agar sesuai beban tugas yang diembannya. Menggalang kerjasama lintas program dan lintas sektor dengan memanfaatkan otoritas pemerintah daerah.

The Analysis of the Annual Health Planning Process in Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung 1995/1996Health planning is one of the most important management functions which have to be done first before doing the other management functions. The quality of the annual health planning output in Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung is still low so far, whereas the input is adequate. It is hypothesized that the process of the annual health planning needs conducting.
The research method used is the qualitative method by using an In-depth Interview and Focus Group Discussion. The result is that the process of the annual health planning in Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung needs more improving, its steps are not in accordance with the porcedur of health planning. The causes are the skill and knowledge of planner still low, the structure of planning organization not in accordance with the work load, the mechanism of cooperation between cross-program and cross-sectoral not functioning.
In order to produce a qualified annual health planning, the planning process requires considerable attention, the quality of human resource of planner needs improving by conducting education and training intensively and adequately, the supervision by the head needs improving intensively. The other matters require considerable attention are the structure of planning organization in Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung needs straightening so that it is in accordance with the work load, performed and the cooperation between cross-program and cross-sectoral needs supporting by using the authority of the local government.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyo
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara termasuk Indonesia. Angka kesakitan malaria di Indonesia sejak empat tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan penyakit endemis di Propinsi Sulawesi Tengah. Kasus malaria dari tahun ke tahun belum menunjukkan adanya penurunan. Kecamatan Kulawi merupakan salah satu daerah endemis malaria di Kabupaten Donggala.
Berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi malaria antara lain dengan pemberantasan vektor. Pada saat ini telah dikembangkan penggunaan kelambu poles insektisida sebagai suatu Cara dalam penanggulangan vektor malaria, selain berperan sebagai sawar, kelambu poles sekaligus dapat membunuh atau menghalau nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kelambu poles dengan kejadian malaria di Kecamatan Kulawi Kabupaten Donggala Tahun 2001.
Rancangan penelitian adalah kasus kontrol berpadanan. Kasus adalah pengunjung puskesrnas dan talon kontrol yang positif malaria berdasarkan pemeriksaan laboratorium Puskesmas. Sedangkan kontrol adalah tetangga kasus yang berobat Ice puskesmas antara Milan 3uli sampai dengan September 2001 dan negatif malaria berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Jumlah kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 120 responden (perbandingan 1:1).
Variabel yang diteliti adalah penggunaan kelambu poles, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, kebiasaan di luar rumah pada malam hari, penggunnaan anti nyamuk, rumah terlindung Ban nyamuk, konstruksi rumah, tempat perindukan, adanya ternak dan bekerja di hutan.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan kelambu poles mempunyai hubungan yang be ma na dengan kejadian malaria. Responden yang selanna tidur tidak menggunakan kelambu mempunyai risiko terkena malaria 2,91 kali dibandingkan dengan yang selama tidur menggunakan kelambu (p = 0,000, 95% Cl : 1,664;5,136). Sedangkan faktor lain yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah kebiasaan di luar rumah pada malam hari dan rumah terlindung dari nyamuk. Faktor yang mernpengaruhi hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria adalah rumah terlindung dari nyamuk dan kebiasaan di luar rumah pada malam hari.
Dari hasil penelitian ini dsarankan 1) Meningkatkan penggunaan kelambu poles di daerah endemis yang sulit terjangkau oleh program penyemprotan rumah dan meningkatkan keteraturan pemakaian kelambu poles selama tidur untuk mencegah kontak antara penduduk dengan nyamuk malaria 2) Mengurangi kebiasaan masyarakat berada di luar rumah pada malam hari atau menggunakan penutup tubuh (baju lengan panjang, celana panjang atau sarung) untuk mencegah terjadinya kontak dengan nyamuk 3) Meningkatkan penggunaan kawat kasa baik pada ventilasi maupun jendela rumah dan membiasakan menutup rumah waktu sore hari.
......
The Association between the Use of Impregnated Bed Nets and Incidence, in Sub-District of Kulawi, Regency of DonggalaMalaria is still an important public health problem in various countries, including Indonesia. Malaria incidence in Indonesia has been increasing since last four years. Up to now, to disease has become endemic in the province of Central Sulawesi Year-by-year, the malaria cases have not decrease yet The sub-district {kecamatan) Kulawi is part of endemic areas in the regency of (kabupaten) Donggala.
Various efforts had been done to control the disease including vector control. A bed nets impregnated with insecticide has currently been developed as means to control the vector. In addition to barrier, this impregnated net might function as killer or remover of mosquito. The aim of this matched case-control study was to know association between the use of impregnated bed-nets and malaria incidence in sub-district Kulawi, regency of Donggala, in year 2001.
A case was defined as a person visiting a community health center (Puskesmas) and positively diagnosed as a malaria patient through Puskesmas laboratory examination. A control was a neighbor of the case who also visited Puskesmas (between July and September 2001) and did not have malaria. The number of cases as well as control was 120 (ratio cases to control 1:1)
Independent variables investigated were use of impregnated bed-nets, ages, gender, education, occupation, knowledge, attitude, the habit of staying outside at night, the use anti mosquito substance, having a protected house (from mosquito), house construction, breeding places, cattle grazing, and working in the forest. Our study result showed that the use of impregnated bed-nets was significantly associated with the incidence of malaria.
Respondents sleeping without the impregnated bed nets were 2,91 times more likely to develop malaria, as compared to tole sleeping with the nets (p x,000, 95% CI : 1,66-5,14). Other factors statistically associated with malaria incidence were the habits oh staying outside at night and having a protected house from mosquito. These two factors confounded the association beetwen the use of the nets and malaria incidence.
Based on our findings, we firstly recomanded to increase the use impregnated bed-nets in endemic areas uncovered by fogging program and improve the regularity of using nets. Secondly, it is suggested to minimize the habit of being outside at night or to use covering clothes (to avoid being bitten by mosquito). Finally, it is recommended to use a wire net for windows ang air ventilation, and to close the doors and windows at night."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8385
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaumaryadi
"Program penanggulangan TB Paru dengan strategi Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) di Kota Palembang secara nasional telah memberikan hasil yang baik, dimana angka konversi pada fase awal pengobatan sebesar 87%. Hal ini berarti lebih besar dari target nasional untuk angka konversi pada fase awal sebesar 80%, tetapi angka kesembuhan masih rendah (72%) dari target 85%, dengan penderita lalai berobat (defaulted) masih tinggi (12,03%). Keluhan efek samping OAT merupakan salah satu penyebab ketidakpatuhan berobat.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan keluhan efek samping OAT dengan ketidakpatuhan berobat penderita TB Paru di Kota Palembang Propinsi Sumatera Selatan Tahun 1999-2000.
Pada penelitian ini, sebagai variabel dependen adalah ketidakpatuhan berobat penderita Tuberkulosis Paru dan variabel independen utama keluhan efek samping OAT dan variabel independen lainnya umur responden, pekerjaan responden, pendidikan responden, jenis kelamin responden, jenis PMO, peran PMO, pendidikan PMO, dan mutu pelayanan kesehatan.
Disain penelitian adalah kasus-kontrol tidak berpadanan (unmatched). Sampel adalah sebagian penderita TB Paru BTA positif berumur ≥ 15 tahun yang berobat di 36 puskesmas sejak 1 Oktober 1999 sampai 30 November 2000 dan mendapatkan pengobatan dengan strategi DOTS kategori-1 atau katagori-2. Jumlah sampel sebanyak 305 orang terdiri dari 144 kasus dan 161 kontrol.
Penelitian ini menyimpulkan ada hubungan keluhan efek samping OAT dengan ketidakpatuhan berobat penderita TB Paru di Kota Palembang dimana penderita TB Paru ada keluhan efek samping OAT, 3,00 kali lebih berisiko untuk tidak patuh berobat dibandingkan dengan tidak ada keluhan efek samping OAT (OR : 3,00 dan 95% CI : 1,58-4,87).
Penelitian ini menyarankan untuk meminimalkan efek samping OAT yang terjadi perlu dilakukan pemantauan yang ketat dengan pemeriksaan klinis dan laboratoris, konseling atau komunikasi yang baik dengan penderita TB Paru, menyediakan obat-obatan efek samping OAT, penelitian mengenai efek samping OAT dengan disain kohor dan instrumen yang lebih akurat serta penelitian tentang dosis obat TB Paru dihubungkan dengan berat badan penderita, apakah spesifik untuk daerah Sumatera Selatan.

The Relation of Anti-Tuberculosis Drug Side Effect Complain With Lung Tb Patient Taking Drug Disobedience in Palembang South Sumatera Province 1999 - 2000
Lung TB Control Program by the strategy of Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS) in Palembang nationally has given a good result, where the conversion rate at intensive phase is 87%. It means higher than national target of conversion rate which is 80%, but the cure rate still lower (72%) from the target 85%, with the defaulted patient still high (12.03%). The complaint of anti-TB drug side effect is one of the causes of the taking drug disobedience.
This research's objective is to find out the relation of anti-TB drug side effect to the taking drug disobedience of lung TB patient in Palembang, South Sumatera Province in 1999 - 2000.
In this research's, dependent variable is lung TB patient taking drug disobedience and independent variable is the complaint of anti-TB drug side effect, the other independent is age, occupation, education, sex of lung TB patient, type of treatment observer, role of treatment observer, education of treatment observer, and quality of health care.
The research's design is unmatched case-control. The sample is a part of BTA positive of lung TB patients by the age of ≥ 15 years old which have taken a treatment in 36 Health Centers since October, 1, 1999 until November, 30, 2000, and get short course treatment by strategy of DOTS category-1 and category-2. Total sample are 305, with 144 cases and 161 controls.
This research's concluded that has relation the complaint of anti-TB drug side effect with lung TB patients taking drug disobedience in Palembang, where lung TB patients who got complaint of anti-TB drug side effect is 3.00 times have risk to disobey medication than those which not have (OR : 3.00 and 95% CI : 1.58-4,87).
This research's recommend to minimize the clinical side effect of anti-TB drug by strict observation with clinical examination and laboratory, counseling or establishing a good communication to lung TB patients when they take medication and control, each Health Centre should prepare medicine to counter anti-TB drug side effect, do the research of anti-TB drug side effect by design cohort and good instrument, and study of relation between body weight to anti-TB drug's dose."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T 8397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Giri Wurjandaru
"Strategi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (SP2HBS) adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat secara terpadu untuk meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat secara lebih berhasil guna dan berdaya guna dengan menggunakan tiga strategi umum, yaitu Advokasi kesehatan, Dukungan suasana, dan Pemberdayaan masyarakat. Program SP2HBS bukan saja ditujukan untuk sasaran primer tapi juga sasaran sekunder dan tersier yang dapat mendukung perubahan perilaku pada sasaran primer. Program ini telah dikembangkan oleh Direktorat Promosi Kesehatan sejak tahun 1996, dan mulai dilaksanakan pada tahun 1998. Sebagai daerah panduan ditunjuk 2 kabupaten, yaitu Tangerang dan Bekasi, namun sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang efektifitas program SP2HBS. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian ini.
Tujuan penelitian adalah untuk menguji pengaruh intervensi program SP2HBS terhadap peningkatan klasifikasi PUBS rumah tangga di Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang. Rancangan penelitian berupa pre-eksperimental dengan jenis static group comparisson. Sampel berjumlah 405 rumah tangga, yang terdiri dari 193 rumah tangga kelompok intervensi dan 212 rumah tangga kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan tentang PHBS lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun pengetahuan tentang penyakit akibat rokok dan manfaat JPKM tidak ada perbedaan. Sikap terhadap PHBS lebih positif pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Demikian pula dengan praktik PHBS lebih baik pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sebagian besar (60,1%) PHBS rumah tangga kelompok intervensi berada pada klasifikasi 3, sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar (53,3%) berada pada klasifikasi-2. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa intervensi program SP2HBS merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap praktik PHBS rumah tangga di Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang. Intervensi program SP2HBS akan meningkatkan praktik PHBS sebesar kurang lebih 20 kali.
Atas dasar hasil penelitian tersebut, bagi Puskesmas Curug disarankan agar frekuensi penyuluhan tentang rokok dan JPKM ditingkatkan, metode penyuluhan juga diperkaya, misalnya dengan menghadirkan contoh nyata orang yang berhasil berhenti merokok dan sudah merasakan manfaat JPKM. Disamping itu penyuluhan tidak hanya ditujukan kepada ibu-ibu, tetapi juga kepada para suami mereka. Bagi Direktorat Promosi Kesehatan disarankan untuk membuat pedoman-pedoman aplikatif tentang pelaksanaan SP2HBS. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, agar memberikan reward kepada aparat desa yang aktif membantu pelaksanaan program ini, dan rumah tangga yang ber-PHBS.

Influence of the Strategy of Increasing Healthy Behavior (SP2HBS) Program to Healthy Behavior (PHBS) of the Household in Curug Sub District, District of TangerangThe strategy to improve healthy life behavior is one effort to increase awareness, willingness, and ability of the community. It conducts to increase healthy life of community by using three general strategies those are advocacy, social support and empowerment. From all those strategies, SP2HBS program is not only directed to primary target but also secondary and tertiary target to support primary target behavioral change. This program has been improved by health promotion directory since 1996 and the beginning is on 1998. As pilot project district we have two districts, those are Tangerang and Bekasi District. Up to now the research about this program affectivity has not been conducted yet. It attracts us to conduct to research about this program effect to household healthy life style in Curug Sub District, Tangerang District.
The aim of this research was to explore SP2HBS program intervention effects increase PHBS classification in household Curug Sub District, Tangerang District. It was pre-experiment with static group comparison. Outcome measurement is done to intervention group - they have got examination - and control group - they have not get examination. The number of samples was 405 households; insist of 193 households as intervention group and 212 households as control group.
The result show that generally intervention group has higher knowledge that control group, but the knowledge about disease caused by smoking and benefit of manage care is the same. Intervention group have positive attitude than control group.PHBS practice is better in intervention groups. 60,1% PHBS practice intervention group is in classification 3, but in control group, 53,3% is in classification 2. Conclusion of this research that SP2HBS program influence PHBS practice. After controlled with education level and attitude, SP2HBS program intervention will increase PHBS practice about twenty times.
Base on this result, Curug Public Health Center is suggest to increase the frequency of education conduct to benefit of manage care (JPKM) and disease caused by smoking using by mix communication. The target audience of this education trough their husband, not only to their wife. For Health District Office may give reward for the provider whom actively push for increasing the SP2HBS program, for example by traveling seminar to another village, and free in health care by Public Health Center for house hold which have a good healthy life. For Directorate of Health Promotion, Ministry of Health and Social Welfare suggest to supply the applicable guideline for SP2HBS program."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T9995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadeak, Binur
"Kualitas pelayanan rumah sakit merupakan indikator yang menentukan citra rumah sakit yang pada gilirannya akan menentukan kesinambungan rumah sakit baik sebagai lembaga pelayanan kesehatan maupun sebagai bisnis pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan rumah sakit akan meningkat apabila kepuasan kerja dokter di rumah sakit tersebut dapat dipenuhi. Kepuasan kerja merupakan perasaan emosi yang menyenangkan setelah merasakan, mengalami dan memperoleh imbalan dari tempat kerja yang keseluruhannya berkaitan dengan faktor manajemen rumah sakit dan persyaratan yang sesuai dengan tuntutan profesi di bidang kedokteran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasan kerja dokter di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta dan melihat hubungan antara karakteristik dokter dengan tingkat kepuasan kerja dokter. Karakteristik yang dikaji adalah umur, pendidikan, jenis kelamin, status dokter dan lamanya bekerja. Data diperoleh melalui survey dengan menggunakan kuesioner yang reliabilitas dan validitas telah diuji coba terlebih dahulu. Besar sampel penelitian adalah sebanyak 93 responden. Survey dilakukan dalam waktu satu minggu, sehingga data survey merupakan data "cross sectional". Metoda analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat. Analisis bivariat dilakukan dengan metoda "chi-square".
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa rata-rata tingkat kepuasan kerja dokter di RSPI sebesar 67 % , dengan prosentase yang puas sebesar 81,7 % dan berada pada gradasi puas. Dari variabel yang diteliti ternyata hanya faktor jenis kelamin dan lama kerja yang berhubungan dengan kepuasan kerja dokter di RSPI.
Hasil penelitian ini menyarankan untuk menyiapkan kotak saran untuk dokter tamu dan paruh waktu terutama dokter yang tidak diikutkan dalam pertemuan rutin serta untuk selalu untuk memantau dan mengevaluasi kebijakan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban.
......
Service quality of a hospital indicates certain image of the hospital, which in turn determines its continuity in health cervices either as an institution or a business. The service quality improves in accordance with an increase in job satisfaction of the physician at the hospital. Job satisfaction is a reflection of a good emotional feeling, resulting from involvement, experience, end recept of compensation provided by the work place, which are all relate to the management of the hospital and the other factors required by professional medical standards.
The purpose of this study is to measure job satisfaction level of the physicians correlation between the physician characteristics and their level of satisfaction. The studied characteristic include age, gender, physicians status, and physicians length of service. Datas were gathered through a survey, the questionnaires were distribute among 93 respondents as the sample_ Prior to distribution are three types analysis used in this research : univariat, bivariat, and multivariat. Different from bivariat analysis which "Chi-Square" method, Multivariat analysis uses multiple logistic regression method.
This study has come up with following conclusions : The level of physicians job satisfaction in RSPI averages to 67 %, 81,7 % of the physicians shows their satisfaction. From all physicians characteristics studied only physicians gender and length of service shows significant correlation to physicians job satisfaction, at the confidence level 95 %."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulansari Sabana
"Di rumah sakit swasta Immanuel Kodya Bandung dengan kapasitas 381 tempat tidur, telah dilakukan program Rumah Sakit Sayang Ibu yang dimulai sejak tahun 1996.
Tujuan penelitian adalah diperolehnya gambaran pelaksanaan program RSSI di RS Immanuel yang akhir-akhir ini kegiatannya menurun.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang merupakan studi kasus, dimana sasaran penelitian diambil secara purposif.
Hasil Penelitian adalah sebagai berikut :
- Pelaksanaan RSSI menggunakan langkah yang ditentukan sendiri, hal ini karena belum adanya kesiapan dari tingkat Propinsi.
- Bila dilihat dari pendekatan sistem (Input, Proses dan Output).
Dari segi Input:
Ketenagaan tersedia lengkap yaitu ada 6 orang Dokter spesialis, 6 orang Dokter umum, 57 orang Bidan dan 2 orang tenaga administrasi. Sarana dan prasarana sudah cukup memadai, hanya penunjukan pelaksana RSSI tidak dikukuhkan dengan surat keputusan Direktur, sehingga ada beberapa anggota tim yang belum berfungsi. Kelemahan yang lain yaitu dalam hal pengguna an metoda dan tidak adanya dana khusus program.
Dari segi Proses :
Rumah sakit telah mencoba melaksanakan pelatihan penggunaan protap, melakukan pembinaan petugas tapi belum secara optimal dan berkesinam bungan. Belum pemah dilakukan penambahan tenaga ataupun peralatan selama RSSI berlangsung karena RS ini telah mempunyai ketenagaan dan peralatan yang lengkap.
Dari segi Output :
Karena pelaksanaan kegiatan tidak optimal maka output yang dihasilkan kurang, antara lain notulen tidak tersedia lengkap, demikian pula dengan pencatatan dan pelaporannya.
......
Evaluation on the Implementation of Loving Mother Hospital At Immanuel Hospital, Bandung Municipality, year 1997 -1998Loving Mother Hospital Program has been implemented at the Immanuel Hospital With capacity of 381 beds, since year 1996.
The aim of this research is to obtain and overview of the implementation of loving mother program at Immanuel hospital, which showed declination in its activities.
Research Method : The research pattern is qualitative research, using case study, and the target takening purposive.
Results : - The implementation of loving mother hospital program at this hospital used its own steps, due to the weakness of The Provincial guidance. The Hospital creates its own steps and policies. It can be seen in its basic steps, which has not followed The Ministry of Health steps.
The target of this research was divide into three parts:
I. On the basic of inputs :
The number of the obstetric and gynecologic ward staff was sufficient , its components were 6 obstetric gynecology specialists, 6 General Practitioner, 57 midwives and 2 administrative personnel. Equipment and its support has fulfilled the loving Baby Hospital needs, there were still lack of method and funds. And another weakness is that the loving Mother Hospital team have not been strengthen by the Director of the hospital decree, so that the member of the team have not been working properly.
On the basis of the process: The hospital tried to implement training to enhance the uses of standard operating procedure, tried to guide staff properly, but it failed, because it was not implement optimally and continuosly. No equipment and personal preparation has been made, because Immanuel hospital had more than enough equipment and personnel.
On the basis of the outputs : The activity result was unsatisfied due to less Implementation of some activities, for example : meetings were not recorded completely, the reporting and recording system was not done properly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Utami
"Seiring dengan meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif, khususnya Penyakit Kardiovaskuler ( PKV) di Indonesia, berkembang pula pemasaran global bermacam - macam suplemen makanan. Hal yang penting diperhatikan konsumen suplemen makanan adalah memahami cara penggunaannya yang benar. Mereka perlu memperoleh petunjuk dari ahli tentang manfaat suplemen, bagaimana pengaturannya dalam makanan sehari - hari, serta perilaku sehat yang menunjang agar manfaat suplemen lebih efektif. Salah satu suplemen yang beredar di Kotamadya Bandung 1998 adalah suplemen dengan komposisi utama omega -3. Berdasarkan pengamatan, pemasaran multi level marketing (MLM) berhasil menjaring konsumen yang leas. Pada pemasaran ini konsumen memperoleh bimbingan dan konsultasi pemahaman penggunaan suplemen, dengan demikian diasumsikan bahwa konsumen memiliki pengetahuan gizi yang memadai.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi pengaruh pengetahuan gizi terhadap penggunaan suplemen omega - 3, setelah dikontrol oleh faktor -pendapatan, tingkat konsumsi lemak, kebiasaan olahraga dan merokok. Penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol marching umur dan jenis kelamin, dengan sampel 91 pasang responden. Pengolahan data menggunakan program Epi Info 6 dan Stata 4. Analisis yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat dan stratifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan gizi baik mempunyai kemungkinan 5,18 kali menggunakan suplemen omega-3 dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan gizi kurang. Pengaruh pengetahuan ini menurun menjadi 4,24 kali setelah dikontrol oleh tingkat pendidikan . Demikian pula pengaruh pengetahuan gizi menurun dari 5,18 kali menjadi 4,71 kali setelah dikontrol oleh kebiasaan olahraga . Nampaknya cars pemasararan MLM pads lokasi penelitian, menjadi faktor penentu baiknya pengetahuan gizi responden.
Pemasaran dengan MLM sebaiknya melibatkan tenaga ahli dalam operasional sehari ? hari. Hal ini merupakan salah satu perlindungan kepada konsumen, dan meningkatkan efektifitas suplemen omega - 3, serta menghindari kesan bahwa pemasaran ini hanya bersifat bisnis semata. Penyuluhan yang terns - menerus dan berkesinambungan perlu menjadi program utama pada perusahan distributor suplemen omega - 3. Efektifitas manfaat suplemen omega -3 serta studi kualitatif pads penggunaan suplemen omega-3 dapat menjadi lanjutan penelitian yang telah dilakukan.
......Effect of Nutrition Knowledge on Health Food Supplement of Omega-3 in Dislipidemia cases in the Municipality of Bandung Year 1998The Coronary Heart Disease (CHD) as one of the masnifestation of degenerative diseases tends to increase in prevalence year by year. Accordingly, there is also an improved market share of health foods. Considering that the consumers should be able to understand how to use appropriately those health foods, they should obtain accurate and adequate instructions about health foods including their advantages and disadvantages, purposes on daily consumption and healthy behavior toward effective treatment from health and nutrition specialist. One of the health foods, that has already been in the Bandung market in 1998 consisted omega-3. Based on a survey, a multi Ievel marketing ( MLM ) has been able to coup wider consumer. Through this marketing channel consumers obtained effective guidance and counseling to consume and its assumed that they obtained proper nutrition knowledge.
This research has a main purpose to obtain effect of nutrition knowledge to use health food omega-3 controlled by several confounding factors such as occupation, education, salary, level of fat consumption, exercise and smoke behavior. It used a case - control design by mathing in age and sex of 91 pair of respondents. Data were analysed through Epi-Info 6 and Stata 4. It is conducted through univariate, bivariate and stratification analyse.
Finding showed respondents who have better nutrition knowledge have 5.18 times to use omega-3 supplement compare to the low one. This effect decreased to 4.24 times after controlled by education. Furthermore, when association controlled by exercise behavior, the use of omega-3 decrease from 5.18 times to 4.71 times. As a result, sems that multi level marketing could be also a factor influencing respondents to have better nutrition knowledge.
Finally, MLM encourages people to include health and nutrition specialist in daily operational. It has also purposes of directly providing assistance and protecting consumers, increasing effective omega-3 consumption and avoiding an image profit oriented. Sustainable nutrition education, also could be a priority program in the company distributoring omega-3. Studies in efficaly of omega-3 supplement in individual and exploring the rationale on using the supplement might be done in the future."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T9575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Rosemary
"ABSTRAK
Angka kejadian BBLR di Indonesia saat ini masih tinggi berkisar antara 7,9% - 16%, padahal pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan ingin menurunkan kejadian BBLR ini sampai 7% pada akhir Pelita VI. Banyak faktor yang menyebabkan kejadian BBLR yang tergantung pada kesehatan ibu selama hamil. Untuk menurunkan kejadian BBLR telah ditempatkan petugas dan fasilitas pelayanan kesehatan sampai ke daerah terpencil untuk ikut menjaga kesehatan ibu dan bayi selama masa kehamilan, persalinan dan masa sesudah persalinan.
Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara layanan antenatal dengan kejadian BBLR di kabupaten Bogor serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, karena angka kejadian BBLR di kabupaten Bogor masih cukup tinggi.
Rancangan penelitian adalah kasus kontrol tanpa matching dengan jumlah sampel seluruhnya 396 orang yang terdiri 198 kasus dan 198 kontrol, dengan hipotesis, layanan antenatal yang buruk berhubungan dengan kejadian BBLR.
Data diolah dengan analisa statistik univariat, bivariat, dan analisa muftivariat dengan menggunakan regresi logistik unconditional. Perangkat lunak yang dipakai ialah program Epi Info versi 6, Stata versi 3, 4 dan versi 5.
Penelitian menunjukkan bahwa kejadian BBLR pada ibu-ibu yang mendapat layanan antenatal buruk 6,23 (3,55 - 10,94) kali lebih besar dibandingkan bila ibu mendapat layanan antenatal baik (p<0,001). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian layanan antenatal maupun kejadian BBLR iafah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, paritas dan kelainan kehamilan. Selain itu juga terjadi interaksi antara kualitas layanan antenatal dengan pekerjaan ibu sehari-hari, yang menyebabkan kejadian BBLR pada ibu yang mendapatkan layanan antenatal dan melakukan aktivitas fisik berkisar antara 2,28 sampai dengan 11,53 kali lebih tinggi setelah dikontrol dengan pendidikan ibu, pekerjaan ibu, kelainan kehamilan, dan paritas.
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian BBLR ialah tinggi badan ibu, kebiasaan merokok pada ibu dan jenis kelamin bayi, tetapi bukan merupakan confounding terhadap layanan antenatal.
Program pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil perlu lebih digalakkan lagi karena belum semua ibu hamil di desa mau memeriksakan kehamilannya kepada petugas kesehatan. Frekuensi pemeriksaan perlu ditunjang dengan kelengkapan pemeriksaan yang sudah dikenal dengan 5T, penyuluhan dan konseling tentang pentingnya nutrisi ibu, istirahat cukup selama masa kehamilan agar ibu dan bayi mencapai kesehatan yang optimal.

ABSTRACT
Relationship Between Antenatal Care and Low Birth Weight in Bogor District, West Java Province, 1997The incidence of Low Birth Weight (LBW) in Indonesia is still high which is between 7,9 - 16%, nevertheless the Ministry of Health has a target which is to decrease the incidence to 7% by the end of Pelita VI. Several risk factors of LBW depend on the health status of the pregnant women. The government places health facilities and health personnel even to the most remote areas, to ensure that pregnant women and babies, are in healthy condition through out pregnancy, labor and post labor period.
This research is to investigate the relationship between antenatal care and LBW in Bogor district and their corresponding factors, as an explanation of the high LBW incidence in Bogor district.
Design of the study is case-control without matching. Respondents were 396 people which consist of 198 cases and 198 control. The hypothesis of this study is poor antenatal care causes high incidence of LBW.
Statistical analysis used in this study was univariate, bivariate and multivariate using unconditional logistic regression.
Results of this study shows that the incidence of LBW among mothers who received poor antenatal care was 6.23 times higher than those who received good antenatal care (p<0.001). Corresponding factors to antenatal care and LBW were mother's education, mother's job, parity and abnormal pregnancy. There was an interaction between antenatal care quality and mother daily activities, the incidence of LBW among mothers who received good/poor antenatal and had activities more/less than 5 hours/day was 2.28 times until 11.53 times higher after controlled by mother's education, mother's job, parity and abnormal pregnancy.
Other factors that correspond with LBW was mothers height, smoking and sex of the baby.
Health care programs for pregnant women need to be intensified because not all pregnant women goes to the health personnel for antenatal care. The frequency of examination has to be supervised by quality examination which are known as 5T, health education and counseling on nutrition during pregnancy to achieve optimally healthy mothers and babies."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Gede Dharma Putra
"Penyakit demam berdarah dengue masih merupakan masalah kesehatan nasional. Salah satu daerah yang masih mengalami masalah tersebut adalah wilayah Jakarta Barat. Diduga sebagai penyebab dari permasalahan demam berdarah di Jakarta Barat adalah kurangnya peran serta masyarakat padahal angka kepadatan jentik nyamuk masih tinggi.
Untuk itulah dilakukan penelitian melalui survey dengan rancangan "cross sectional" untuk mengetahui hubungan antara peran serta masyarakat dengan kepadatan jentik nyamuk di wilayah Jakarta Barat. Populasi penelitian adalah semua keluarga di wilayah Jakarta Barat sedang sampel dipilih dengan cara "multi stage random" sebanyak 5600 kepala keluarga dalam 56 kelurahan.
Hasil penelitian mendapatkan adanya hubungan antara peran serta masyarakat dengan kepadatan jentik nyamuk di wilayah Jakarta Barat. Dalam hubungan tersebut berpengaruh juga faktor lain terutama status sosial ekonomi. Didapatkan bahwa peran serta masyarakat pada masyarakat dengan status sasial ekonomi rendah mempunyai dampak terhadap penurunan kepadatan jentik sebesar 50%, artinya dengan peran serta masyarakat maka jumlah keluarga yang mempunyai kepadatan jentik tinggi akan dikurangi setengahnya.
Sehingga saran yang diusulkan untuk pemecahan masalah adalah penggalangan peran serta melalui swadaya masyarakat. Diharapkan masyarakat ikut mendanai program-program pemberantasan vektor di wilayah Jakarta Barat.
......Dengue Hemorrhagic fever still represents a national health issue. One of The area such disease is west Jakarta. Lack of Community Participation to eradicate the disease is suspected to be one of the factor influencing the high density of mosquito larvae population.
Using a Cross sectional surveys thus study is aimed of community participation with the high density of mosquito larvae in west Jakarta. Household in west Jakarta are selected as samples using multi stage random in total 5600 household are selected among 56 kelurahan.
This research shows that there is correlation between community participation and the density of mosquito larvae population in west Jakarta. It was absolved that community participation among low socio econ3mic status will reduce least S0 % of the population mosquito larvae.
This Study suggests that programs to in crease community participation to eradicate the vector of dengue hemorrhagic fever should he encouraged."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   2 3 4 5 6 7 8 9   >>