Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Paripurna Harimuda S.
Abstrak :
ABSTRAK
Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) dan Kelompok Kerja (Pokja) Demam Berdarah Dengue (DBD) telah dibentuk berdasarkan Surat Keputusan (SK) Walikotamadya Jakarta Pusat, Nomor 178 tahun 1994, tanggal 18 Oktober 1994. Secara operasional hal tersebut dilakukan dalam bentuk gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dilakukan oleh unit-unit terkait secara lintas sektor. Pelaksanaan koordinasi Pokjanal dan Pokja DBD kurun waktu lima tahun, belum berpengaruh pada tingkat peran serta masyarakat dalam melakukan PSN.

Untuk itu, perlu dikaji pelaksanaan koordinasi Pokjanal dan Pokja DBD di Wilayah Kotamadya Jakarta Pusat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif dengan lokasi penelitian dilakukan di Kotamadya Jakarta Pusat. Subyek penelitian adalah Pokjanal dan Pokja DBD (Pokjanal DBD tingkat kotamadya, Pokjanal DBD kecamatan dan Pokja DBD kelurahan). Pada penelitian ini, dilakukan 1 FGD untuk Pokjanal DBD Tingkat Kotamadya dengan informan 10 orang sesuai stuktur dan fungsi Pokjanal DBD Kotamadya Jakarta Pusat pada SK. Untuk tingkat Kecamatan dilakukan 1 FGD dengan informan 10 peserta dari 8 Kecamatan. Sedangkan untuk tingkat Kelurahan dilaksanakan 1 FGD dengan 18 informan dari 44 kelurahan. Informan pada penelitian ini adalah seluruh anggota dinas / instansi / organisasi yang tergabung dalam wadah Pokjanal dan Pokja DBD di Kotamadya Jakarta Pusat dan wadah tersebut sebagai unit analisis. Metode penggalian informasi yang digunakan adalah Focused Group Discussion (FGD) dan Indepth interview. Disamping menggunakan kedua metode tersebut, masih dilakukan suatu upaya cross check melalui penelusuran data sekunder.

Hasil penelitian diperoleh bahwa ternyata Pokjanal dan Pokja DBD tidak berfungsi. SK sebagai landasan formal dalam melaksanakannya tidak tersosialisasi. Bahkan seorang pejabat pemerintah mengatakan ketidaktahuannya mengenai tercantum namanya dalam keanggotaan Pokjanal tersebut. Dengan demikian tidak mengherankan apabila koordinasi antar sektor tidak berjalan dengan baik secara fungsional dan struktural. Dari kenyataan ini, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada koordinasi lintas sektor dalam Pokjanal dan Pokja DBD, maka peran serta masyarakat pun juga tidak ada dalam melakukan PSN sebagai bentuk kegiatan praktis dari Pokjanal dan Pokja DBD, sehingga ABJ pun tidak mencapai target.

Berdasarkan hal diatas disarankan agar: peran serta RT/RW lebih ditingkatkan, menunjuk koordinator dasawisma, ditiadakan penyemprotan dan penyuluhan secara intensif.
ABSTRACT
The Study on the Implementation of Pokjanal and Pokja on Dengue Fever (DBD) In the Movement to Eliminate Dengue Fever Mosquito Nests (PSN DBD) In Central Jakarta Municipality in 1999The Operational Work Group (Pokjanal) and Work Group (Pokja) on dengue fever were formed under the Letter of Decision of the Mayor of Central Jakarta, no. 178 of 1994 dated 18 October 1994. Operationally, the job is done in the form of elimination of mosquito nests (PSN) carried out by related units, cross-sector wise. The coordination of Pokjanal and Pokja DBD within a period of 5 years has not been influenced yet on public participation in carrying out PSN.

Therefore, it is necessary to study the results of Pokjanal and Pokja DBD coordination in Central Jakarta. The study used the descriptive qualitative design, and the location of the study is Central Jakarta Municipality. The subject of the study is Pokjanal and Pokja DBD (municipal Pokjanal, sub-district Pokjanal DBD and village, Pokja DBD). In this study, one Focused Group Discussion (FGD) for municipal Pokjanal DBD with 10 informants in accordance with the structure and functions of Pokjanal DBD in Central Jakarta in the Letter of Decision. At sub-district level, it was carried out with 10 participants from 8 sub-districts. While at kelurahan level, one Focused Group Discussion (FGD) for municipal Pokjanal DBD with 10 informants in accordance with the structure and functions of Pokjanal DBD in Central Jakarta in the Letter Decision. At sub-district level, it was carried out with 10 participants from 8 sub-districts. While at kelurahan level, 1 FGD was carried out with 18 informants from 44 kelurahan. The informants in this study were all members of the offices/organizations in Pokjanal and Pokja DBD of Central Jakarta and both units as analysis units. The method of obtaining information used was FGD and In-depth Interview. Besides using both methods, efforts were still made to make cross checks by tracing secondary data.

The finding indicates that Pokjanal and Pokja DBD are not functioning. The Letter of Decision as a formal basis in the implementation has not been socialized. Even a government official stated that he did not know that his name was included in the memberships of Pokjanal. So it is not surprising lithe inter-sectoral coordination has not been working well, functionally and structural. Based on this fact, it may be concluded that there has been no inter-sectoral coordination in Pokjanal and Pokja DBD. That's why members of the public have particularly carried out activity of Pokjanal and Pokja DBD.

Based on the above, it is recommended: The participation of RT/RW to be increased, to appoint a coordination of dasawisma, stop spraying and intensive extension.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Rusydi
Abstrak :
Pelayanan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala diikuti upaya koreksi terhadap kelainan yang ditemukan. Pemanfaatan pelayanan antenatal di Puskesmas Kabupaten Musi Banyuasin, secara kuantitas sudah cukup baik namun secara kualitas masih dirasakan kurang, yang ditunjukkan dari distribusi cakupan KI sebesar 67,80 % dan K.4 sebesar 51,90 %. Faktor predisposisi, kemudahan, kebutuhan dan penguat diduga merupakan determinan pemanfaatan pelayanan antenatal di Puskesmas Kabupaten Musi Banyuasin. Tujuan pada penelitian adalah mengetahui gambaran pemanfaatan pelayanan antenatal dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keteraturan pemanfaatan pelayanan antenatal di Puskesmas. Desain penelitian berupa studi kros seksional, total sampel sebanyak 142 responden dengan umur kehamilan 7 bulan atau lebih. Pemilihan sampel secara random sederhana. Analisis statistik yang dilakukan adalah analisis univariat serta analisis bivariat dengan uji Kai-kuadrat (X2). Hasil yang didapat dalam penelitian ini bahwa sebanyak 44,4 % dari semua responden teratur memanfaatkan pelayanan di Puskesmas sesuai dengan distribusi kunjungan pertama pada usia kehamilan trimester pertama dan total kunjungan 4 kali atau lebih selama kurun kehamilannya (K.4). Faktor predisposisi ibu hamil yang berhubungan dengan tingkat keteraturan pemanfaatan pelayanan antenatal di Puskesmas adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu tentang antenatal, faktor kemudahan adalah jarak rumah ibu ke tempat .pelayanan serta faktor penguat adalah dukungan pihak ketiga terhadap ibu hamil untuk memanfaatkan pelayanan antenatal di Puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian, maka perlu dilakukan upaya proaktif untuk meningkatkan cakupan tingkat keteraturan pemanfaatan pelayanan antenatal di Puskesmas dengan penajaman sasaran pelayanan kepada ibu hamil yang beresiko dan mempunyai hambatan untuk akses ke Puskesmas. Upaya yang dapat dilakukan Puskesmas adalah dengan memberikan motivasi dan solusi berupa pemecahan masalah secara bersama-sama terhadap ibu yang mempunyai masalah kesehatan dengan melibatkan pihak keluarga yang mempunyai peran utama mendorong ibu hamil pergi memeriksakan kehamilannya di Puskesmas secara teratur. Datar Pustaka 63 (I961-1997 )
Determinants of Regular Utilization of Antenatal Care at the Health Centers (Puskesmas) of Musi Banyuasin District, 1998Antenatal care is regular obstetric examination for pregnant woman, and followed by detection of pregnancy disorders. Prevalence of antenatal care utilization at the health centers (PHC) of Musi Banyuasin District have a good percentage, but its quality is still lacking. The data showed that coverage of first visit (K.1) 67,80% and total number of visits during pregnancy of four times or more were 51,90% (K.4). Predisposing, enabling, need, and reinforcing factors are predicted as determinant factors of regular utilization of antenatal care at PHC of Musi Banyuasin District. The purpose of this study is to describe the characters and determinant of regular utilization of antenatal care at PHC of Musi Banyuasin District. The design of this study is cross-sectional study, with total samples of 142 respondents. The sample consists of pregnant woman with gestation ages of 7 months or more. Sample is obtained from simple random sampling, and analyzed using both univariate and Chi-Squared (X) analyses. Results of study showed that 44.4% respondents regularly used antenatal care with total visit four times or more during pregnancy (K.4). Predisposing factors, which have relationships with regular utilization of antenatal care in PHC are : education, occupation, and knowledge of mother. Enabling factors, which have relationship with regular utilization of antenatal care in PHC are distance from house to PHC. Reinforcing factors, which have relationship with regular utilization of antenatal care in PHC is support of key persons, such as her husband. The study recommendation are to increase regular utilization of antenatal care in PHC, increase of coverage with focus services to the target population (pregnant woman with high risk factors) and give information materials which is easily accepted and understood by the community or pregnant woman in particular. References: 58 (1975 - 1997)
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmadji Prawirasetia
Abstrak :
Pemeriksaan Antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, Tujuannya agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan bayi yang sehat. Pelaksanaan pelayanan antenatal di tingkat pelayanan dasar telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI yaitu pemeriksaan dilakukan empat kali atau lebih dengan distribusi pemeriksaan satu kali pada triwulan I, satu kali pada triwulan II dan dua kali atau lebih pada triwulan III. Hasil kegiatan pelayanan antenatal pada tahun. 1996 - 1997 dan 1997 - 1998 di tingkat Kabupaten Ciamis dan Kota Administratif Banjar menunjukkan adanya kesenjangan antara target yang harus dicapai dibandingkan dengan cakupan dimana cakupan kegiatan pelayanan antenatal masih rendah. Dengan deraikian yang menjadi permasalahan di Kabupaten Ciamis adalah permintaan efektif yang merupakan gambaran tingkat permintaan ibu terhadap pelayanan antenatal masih rendah. Melalui penelitian ini akan diperoleh gambaran tingkat permintaan terhadap pelayanan antenatal oleh bidan di desa dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat permintaan tersebut. Penelitian ini adalah deskriptif analitif dilaksanakan dengan pendekatan kros - seksional. Untuk mendapatkan gambaran hubungan variabel dependen dan independen dilakukan dengan pendekatan studi kuantitatif. Populasi penelitian adalah seluruh ibu bersalin dengan bayi urnur 28 hari yang ada diwilayah kota Adrninistratif Banjar, Pada penelitian tidak dilakukan pengambilan sampel karena seluruh populasi menjadi obyek penelitian. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa terdapat 45 % ibu yang memiliki tingkat permintaan pelayanan antenatal yang tinggi yaitu yang melaksanakan pemeriksaan empat kali atau lebih dengan pemeriksaan pertama pada triwulan I sesuai distribusi pemeriksaan yang ditetapkan Departemen Kesehatan. Kelompok umur 20 - 35 tahun merupakan yang terbanyak (89,2 %) dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu lulusan SD/MI sebesar 56,7 %, sedangkan yang tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD/MI sebesar 9,2 %. Pada penelitian ini ditemukar 11,7 % ibu yang bekerja yaitu 1,7 % sebagai pegawai negeri sipil dan 10 % sebagai buruh, bertani dan berdagang. Terdapat 46 % ibu memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai kehamilan dan 98,3 % mengetahui manfaat pemeriksaan kehamilan bagi kesehatan dirinya, 47,5 % ibu termasuk dalam kelompok paritas berisiko, serta 23,3 °/a memiliki tingkat kebutuhan yang tinggi terhadap pemeriksaan kehamilan. Sebanyak 94,2% Ibu menyatakan dekat antara jarak rumah dengan tempat pelayanan dan 55 % menyatakan biaya pemeriksaan mahal serta 66,7 % ibu memeriksakan kehamilannya atas dorongan atau anjuran pihak ketiga dan yang terbanyak memberikan dorongan adalah suami atau keluarga. Melalui penelitian ini ingin dibuktikan 11 hipotesis dan dari hasil analisa bivariat diketahui lima hipotesis dapat dibuktikari yaitu adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan, pengetahuan, paritas, kebutuhan dan biaya dengan tingkat permintaan pelayanan antenatal oleh bidan di desa. Menyikapi kenyataan bahwa tingkat permintaan terhadap pelayanan antenatal masih rendah, perlu dlakukan upaya-upaya untuk meningkatkannya antara lain dengan mengubah kebijakan distribusi pemeriksaan menjadi dua kali pada triwulan II dan dua kali atau lebih pada triwulan III, mengingat kenyataan dilapangan menunjukkan hanya sedikit ibu yang memeriksakan untuk pertama kalinya pada triwulan I.
The antenatal care is the pregnancy examination given to examine mother and the baby condition periodic1y. The aim was that the pregnant women could trough-pass the pregnancy, the bearing periods and maternity well, safely and yield healthy babies. The implementation of antenatal care services at the basic level has imposed by The Ministry of Health Republic of Indonesia. Where the antenatal care should be given four times or more : once visit at the first trimester, once visit at the second trimester and twice or more at the third trimester. The antenatal care services activities at Kabupaten Ciamis and kota Administratif Banjar are very low. It is indicated by the gap between the targeted output with the result of antenatal care activities where the result was very low. The result of antenatal care activities was as a figure of effective demand. Because of that the problem of Kabupaten Ciamis was low of demand level to the antenatal care services. This analysis would obtain the description of demand level to the antenatal care services by midwives at the villages and some factors relevant with those demand level. This study is study with a cross-sectional design. To prove relationship of the dependent variable and independent variables the quantitative approach was conducted. The population was selected as the bearing women with their twenty eight days babies in the entire Kota Administratif Banjar. The entire population was the object of the observation. Univariat analysis result indicate that 45 percent mothers have high antenatal demand level with four times or more. The first antenatal care at the first trimester based on antenatal care policy by the Ministry of Health. Women age 20 - 35 have the most antenatal demand ( 89,2 percent) with SD or MI education at the most 56,7 percent and uncompleted graduation or no education of SD or MI (primary school) 9,2 %. This analysis found that 11,7 % women are worked, 1,7 % as a civil servant, 10 percent as working women, farmers, and traders. The mother have well knowledge of pregnancy was 45 percent and 98,3 % know the benefit of antenatal care for their own health, 47,5 % as a risk parity and 23,3 percent have high needs to the antenatal care services. It was very close distance to the service post was acknowledged by 94,2 percent mothers and 55 percent mothers acknowledged that the antenatal care services are expensive and 66,7 percent mothers examine their pregnancy motivated by third party and most given their husband or family. From the bivariat analysis have know five hypothesis was significant. Education, knowledge, parity, needs and cost have relationship with demand of antenatal care services by midwives at the villages. Behaves to the fact for the low demand of antenatal care service, some efforts are still needed to increase it. Among others are by reducing distribution of antenatal care policy. It is twice in the second trimester, twice or more, at the third trimester knowing the fact in the field exhibited only few mothers do the first antenatal care at the first trimester.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri Widyaningsih
Abstrak :
ABSTRAK Profil kesehatan kabupaten/kotamadya merupakan salah satu bentuk produk informasi kesehatan yang memuat gambaran kesehatan di setiap kabupaten/kotamadya. Profil kesehatan kabupaten/kotamadya mulai disusun sejak tahun 1990 setelah disepakati hasil rapat kerja kesehatan nasional tahun 1990. Pada perkembangannya profil tersebut masih diragukan akurasi datanya, sehingga dengan surat edaran menteri kesehatan RI Nomor IR.01 SJ.X.0306 tanggal 17 April 1997 disampaikan bahwa : - Profil dipakai sebagai acuan resmi di dalam penyelenggaraan manajemen kesehatan - Semua pihak diharapkan ikut berperan serta dan membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan profit kesehatan ini. Kabupaten DT. II Purwakarta salah satu kabupaten di Jawa Barat yang data profilnya agak meragukan, untuk itu perlu dilihat bagaimana pengelolaan profit di Kabupaten tersebut.
ABSTRACT District Health Profile is one of health information product which was contain health figures in district level. Since 1990, District Health Profile was compiled and published under recommendation of Annually National Health Meeting (Rakerkesnas) 1990. Moreover, the quality and accuracy of health data in the health profile is still in doubt, so that through Ministry of Health regulation No.IR.O1.SJ.X.0306 dated 17 April 1997 quoted that: - Health profile should be used as a formal reference in the health management - All of them were expected directly or indirectly to participate and support in compiling of the health profile. Purwakarta District is one of district in West Java Province which the data in the health profile believed unreliable, therefore it is needed to have more information how the Purwakarta District Health Profile was managed. This study is aimed to get a description of Purwakarta District Health Profile in planning, implementing, controlling, monitoring and evaluating.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Magdalena T.
Abstrak :
ABSTRAK Infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Angka prevalensi nasional untuk cacing gelang (askariasis) 70 - 90 %, cacing cambuk (trikuriasis) 80 - 95 % dan cacing tambang (ankilostomiasis) 30 - 59 %. Program pemberantasan kecacingan di Indonesia terdiri dari pengobatan, pemeriksaan tinja secara reguler dan penyuluhan. Fokus penelitian ini adalah penyuluhan dengan jenis penelitan praeksperimen, dengan kategori static group comparison, yang bertujuan membandingkan dua kelompok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara penyuluhan yang telah diberikan dan pengetahuan, sikap & praktek tentang kecacingan ibu-ibu murid SD kelas VI. Penyuluhan pemberantasan kecacingan telah diberikan sejak anaknya di kelas III. Pengumpulan data primer pada bulan Agustus 1996 dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Responden penelitian ini adalah kelompok ibu-ibu murid kelas VI dan kelompok ibu-ibu murid kelas I, Daerah penelitian di SDN Cilandak Barat 03 Pagi, SDI Asaadah dan SDI Alhuriah di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Sampel diambil secara purposif. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini, pengetahuan, sikap & praktek ibu ibu murid kelas VI menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dengan pengetahuan, sikap dan praktek ibu-ibu murid kelas I. Daftar Kepustakaan 54 (1974 - 1996)
ABSTRACT The Relationship Between Health Education on Soil Transmitted Helminth Control Program and Knowledge, Attitude & Practice among Mothers of School age Children at Three Primary School in Cilandak Subdistrict, South Jakarta, 1996.Soil transmitted helminth infection is a public health problem in Indonesia. The National prevalence for Ascariasis is 70 - 90 %, Trichuriasis 80 - 90 % and Ancytostomiasis 30 - 59 %. Soil transmitted helminth control program in Indonesia consist of treatment, regular examination and health education. The focus of this study in on health education and the design was pre-experimental in static group comparison. The objectives of this study is to know the relationship between health education and knowledge, attitude and practice about soil transmitted helminth among mothers of school age grade VI. Health education was given since their children at grade III. The primary data was collected in August 1996 by using questioner as instrument. The respondent in this study was a group mothers of school age grade 6 and a group mothers of schoolage grade I. The study area was located in SDN Cilandak Barat 03 Pagi, SDI Asaadah and SDI Alhuriah in Cilandak Subdistrict, South Jakarta. The sampling method was purposively. The result of this study shown that knowledge, attitude and practice were significantly different between mothers of school age grade VI and mothers of school age grade I. Bibliography : 54 (1974 - 1996)
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suginarti
Abstrak :
Untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan ketrampilan siswa bidan dalam pertolongan persalinan setelah semester 1 di Jawa Barat tahun 1997 dilakukan penelitian dengan rancangan Studi Penampang Analitik ,dilanjutkan dengan penelitian kualitatif melalui Diskusi Kelompok Terarah dan wawancara mendalam terhadap orang yang terkait. Populasi adalah seluruh siswa bidan angkatan 1996/1997 di Jawa Barat yang telah menyelesaikan ujian semester I Math Ajaran Asuhan Kebidanan pada Ibu ( MA 110 ). Sampel diambil secara Sistimatik Random Sampling, dengan besar sampel adalah 409 siswa. Untuk mendapatkan hubungan antara beberapa faktor dengan pengetahuan maupun ketrampilan dilakukan uji statistik Korelasi dan Uji t , dengan 95 % confidence Interval.Untuk mendapatkan faktor-faktor yang paling mempengaruhi pengetahuan atau ketrampilan dilakukan uji Muitipel Regresi Linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan siswa bidan pada pertolongan persalinan dipengaruhi oleh pengalaman siswa membantu menolong persalinan patologis sebelum dan sewaktu PPB .Sedangkan ketrampilan siswa pada pertolongan persalinan dipengaruhi nilai ujian semester I . pengetahuan pertolongan persalinan, anal SPK, dan persalinan patologis yang dilakukan siswa sendiri saat PPB. Pada pemegang program pendidikan bidan disarankan pada saat seleksi siswa bidan sebaiknya diprioritaskan kepada peserta yang mempunyai pengalaman kerja di pelayanan , dilakukan realokasi kurikulum pada mata ajaran asuhan kebidanan ( MA 110 ), materi upaya rujukan ibu resiko tinggi, dengan mengajarkannya pada semester pertama. Hal ini dimaksud untuk menambah pengetahuan siswa bidan sedini mungkin dalam pertolongan persalinan. Sedangkan untuk menambah ketrampilan siswa dalam pertolongan persalinan dengan mentargetkan siswa melakukan tindakan awal pada upaya rujukan ibu/bayi resiko tinggi. Target tersebut harus dimulai sejak semester satu. Pada pemegang program bidan desa ,apabila melaksanakan penyegaran mengenai upaya rujukan untuk ibu/bayi beresiko tinggi sebaiknya mengikut sertakan sekolah ataupun pembimbing lapangan siswa bidan .Hal ini dimaksud agar mereka mengajarkan ilmunya ke siswa bidan dengan benar.
To find out the factor influencing the knowledge and skill midwives student in delivery after first semester in West Java in 1997 have done research with study The Crossectional Analitic Design, and conducted with qualitatif research throgh Focused Group Discusion and deep interview to personal object. The population are all midwives student periodic 1996/1997 in West Java which have finished the examine first semester I in Obsetric Care syllabus ( MA 110 ) .The Sample have taken with Random Sampling Systematic, with value the Samples are 409 students. To get the relationship between some factors with the knowledge and the skill have examined the statistic corelation and " t test " , with 95 % cofidence interval To get the facotrs most influencing the knowledge or the skill have Multiple Linear Regression examined. The result of research showed the knowliedge of midwives student in delivery influenced by the student experience in delivery patologis before and in PPB. The student skill in delivery influenced by the score of first semester examination,the knowledge of delivery , The SPK origin and delivery patologis which done by student itself in PPB. To midwifery educational programmers have suggested when selecting the midwives student is better to priority the student which have experience in service area , Realocation the curriculum in Obcetric Care syllabus ( MA 110) , the reference material with high risk pregnancy , though in first semester. This fact is to add the knowledge midwives student as soon in delivery. To add the skill of student in delivery are to give the student target to do prelimenary action in high risk reference mother/baby. The village midwives programmer , if to do refreshing in pregnancy high risk reference or neonatal high risk if followed the school ( PPB program ) or clinical instructional. In this case mean that they teach their knowledge to midwives student with true.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurjasmi
Abstrak :
Hasil SDKI 1994 AKI 390/100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan tahun 1988 450/100.000 kelahiran hidup, penurunannya sangat lambat. Target akhir Pelita VI adalah 225/100.000 kelahiran hidup. Untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan pemerataan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, pemerintah telah menempatkan 55.563 bidan di setiap desa di Indonesia . Untuk meningkatkan peran bidan, pemerintah telah memberikan wewenang yang lebih luas kepada bidan dengan dikeluarkannya Permenkes no 572 tahun 1996, dimana bidan dapat mengelola kasus patologi dan risiko tinggi tertentu seperti perdarahan post partum. Agar wewenang ini dapat dilaksanakan, dan tujuan penempatan bidan di desa dapat tercapai, perlu didukung dengan tenaga bidan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan kebutuhan. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk memperoleh informasi sejauh mana ketrampilan bidan di desa dalam penanganan kasus-kasus patologi / risiko tinggi seperti perdarahan post partum akibat retensio plasenta. Penelitian dilakukan dengan metode studi kualitatif dengan hasil sebagian besar bidan di desa belum mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dalam penanganan perdarahan post partum akibat retensio plasenta, usia masih muda, pendidikan terlalu singkat, belum memperoleh pelatihan klinik dan masa kerja masih pendek serta kelengkapan sarana kesehatan yang tidak memadai yang mempengaruhi ketrampilannya melakukan tindakan manual plasenta. Setelah diperoleh informasi ini, akan disampaikan kepada pihak terkait untuk meninjau kebijakan pendidikan bidan agar dapat meluluskan bidan dengan kompetensi yang sesuai kebutuhan unit pelayanan termasuk di desa, dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bidan di desa melalui pelatihan klinik serta memenuhi kelengkapan sarana kesehatan di desa,sehingga tujuan penempatan bidan di desa dapat tercapai dan akhirnya dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan Angka Kematian Ibu.
Qualitative Study on Skills of Village Midwives in the Management of Post Partum Haemorage due to Placenta Retention in subdistrict Mauk, Tangerang District, West JavaThe 1994 National Population and Demographic Survey reported that Maternal Mortality Rate in Indonesia was 390/100.000 life births as compared to 4501100.000 life births in 1986. The government has set its target to decrease MMR to 50 % at the end of the sixth Pelita, whish is in the year 2003. One national effort to decrease the Maternal Mortality Rate was by producing and deploying 55.563 midwives at the entire villages. Realizing that those village midwives will work at remote areas in managing pathologycal and high risk maternal and child health cases, the Minister of Health increases the midwives authority by launching Perrnenkes no.57211996. This study aims to identify the Village Midwives Skills in managing Haemorrhage Post Partum cases at subdistrict Mauk in West Java. Chasing qualitative approach, data was collected through indepth interview, observation in conducting skills and focus group discussion. Young, unmarried are the dominant profile of 20 ( total permulation) village midwives who were interviewed. The study found that majority of the village midwives are not able in performing manual placenta in Haemorrage Post Partum cases because they did not have enough knowledge and skills in the subject matter, no prior experiences in performing the skills and insufficient medical equipment. The study recommend that decision maker should review and reform the existing Midwifey Education Program in order to produce proffesional midwives, knowledgeable and skillful in providing Maternal and Child Health services at village level. Increasing village midwives knowledge and skills can be done through clinical training, completing the equipment needed.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lazwardi
Abstrak :
Angka kematian ibu akibat persalinan dan angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu sebesar 390 per 100.00 kelahiran hidup (SDKI, 1995). Angka kematian ibu akibat persalinan di Sumatera Barat sebesar 330 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi 47 per 1000 kelahiran hidup (BPS. 1998). Untuk menurunkan angka kematian ibu akibat persalinan dan angka kematian bayi, pemerintah menempuh salah satu cara yaitu dengan menempatkan tenaga profesional di desa yakni bidan. Keberadaan bidan di desa merupakan perpanjangan tangan dalam melaksanakan sebagian fungsi dari Puskesmas, khusus dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak. Dengan adanya bidan di desa, diharapkan masalah tingginva angka kematian ibu dan bayi akan dapat diatasi, Terwujudnya kondisi ini menunjukkan bahwa bidan di desa telah dimanfaatkan oleh masyarakat secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan bidan di desa yaitu faktor umur, pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan, sikap, keberadaan bidan, dorongan keluarga dan dukungan tokoh masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang (cross sectional) dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Responden dan informan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak umur kurang dari satu tahun dan tokoh masyarakat. Analisis data dilakukan dengan uji kai kuadrat dan analisis multivariat regresi logistik, sedangkan analisis secara kualitatif dilakukan dengan analisis isi. Dari hasil pengolahan data diperoleh informasi bahwa pemanfaatan bidan di desa adalah sebesar 40,4%. Dari delapan variabel yang dipelajari ternyata hanya dua variabel yang mempunyai hubungan secara bermakna terhadap pemanfaatan bidan di desa. Kedua variabel tersebut adalah variabel sikap dan variabel keberadaan bidan. Hasil uji regresi logistik dan uji interaksi menggambarkan bahwa variabel sikap dan variabel keberadaan bidan mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan bidan di desa dan kedua variabel tersebut tidak menunjukkan adanya interaksi. Dari hasil ini juga diperoleh bahwa ibu yang mempunyai sikap positif berpeluang memanfaatkan bidan di desa 43,71 kali lebih besar dibandingkan ibu-ibu yang mempunyai sikap negatif. Ibu-ibu yang menyatakan bidan selalu ada, berpeluang memanfaatkan bidan di desa 39,1 kali lebih besar dibandingkan ibu-ibu yang menyatakan bidan tidak selalu ada, (setelah dikontrol variabel sikap). Disimpulkan bahwa pemanfaatan bidan di desa berhubungan erat dengan lhktor sikap ibu dan keberadaan bidan itu sendiri. Dalam upaya meningkatkan pemanfaatan bidan desa perlu kiranya memperhatikan kedua faktor tersebut yaitu pembinaan dan pengawasan secara intensif terhadap keberadaan bidan melalui tokoh masyarakat serta pembinaan kepada masyarakat secara berkesinambungan, agar bidan di desa dapat dinianfaatkan secara optimal sesuai dengan azas profesionalisme melalui institusi kemasyarakatan yang ada.
Maternal mortality rate due to partus and infant mortality rate in Indonesia is still high around 390 per 100,000 live birth (SDKI, 1995). The maternity mortality rate due to partus in West Sumatra is 330 per 100,000 live births and infant mortality rate is 47 per 1.000 live births (BPS. 1998). In order to reduce the maternal mortality rate due to delivery the baby and infant mortality rate, the government has been taken the policy which is placing skilled personnel in the villages, its called midwives. The availability of midwives in the villages is aim to give services in implementing some Functions oldie community health center, especially the service for mother and child. With the availability of midwives in villages, it is expected that the high maternity and infant mortality rate can he overcome. Realization of such condition indicates that the midwives in villages have been utilized by the community in optimum way. This research is intended to obtain description regarding the factors related to utilization of midwives in villages namely age, education, social economy, knowledge, attitudes, availability of' midwives, encouragement of family and support from public figures. This- research is a cross-sectional design using quantitative and qualitative approach. The respondents and informants in this research are mothers who have child with the age less than one year and public figure. The quantitative data have analyzed by chi square test and logistic multivariate analysis, further more the qualitative data have analyzed by using contains analysis method. Information is obtained from the result of data processing that utilization of midwives in villages is 40.4%. From 8 variables studied it turned out those only-two variables that have significant relationship with utilization of midwives in villages. Both variables are attitudes and availability of the midwives. The result of Logistic Regression and Interaction Test indicate that the variable of attitude and midwives availability have significant relationship with the utilization of midwives in villages and the two variables do not show the existence of relationship. Mothers that have positive attitudes have greater chance to use the midwives in the villages 43,71 times greater compared to mother that have negative attitude means a mothers who stated there is always midwives .have the chance to use the midwives in the village 34,1 times greater compared to mothers stated that there is no midwives, it is concluded that utilization of midwives of midwives in villages has a close relationship with the attitude factor of the mothers and the availability of the midwives itself. In an effort to increase the utilization of village midwives, it is necessary that the two factors namely intensive supervision and control of the midwives availability through public figure and continuous supervision of the people, in order that the people in villages can take advantage the midwives in optimum way according to professionalism principle through the existing institutions.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Poernomo Woelan
Abstrak :
ABSTRAK Fluorosis gigi merupakan kelainan yang terjadi pada permukaan enamel gigi yang ditandai dengan bercak putih, kuning sampai coklat kehitaman. Banyak faktor yang mempengaruhi fluorosis gigi di antaranya adalah kandungan fluor yang tinggi dalam teh. Berdasarkan kepustakaan fluorosis gigi dapat mempengaruhi estetik/penampilan dan mengakibatkan rasa rendah diri. Pada penelitian pendahuluan (1995) ditemukan 44,1 % (15) dad 34 pemetik teh mempunyai tanda-tanda fluorosis gigi. Kemudian dilakukan pengukuran kandungan flour pada 4 sumber air minum di daerah penelitian, hasilnya berkisar antara 0,1 - 0,3 ppm. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan minum teh dengan fluorosis gigi pada karyawan Perkebunan Teh X pada tahun 1996. Jenis penelitian Cross Sectional dengan sampel 59 karyawan (total populasi) yang mempunyai kriteria lahir dan tinggal di daerah Perkebunan Teh X sampai penelitian dilakukan. Pengumpulan data dilakukan dengan Cara : wawancara, pemeriksaan gigi, pengukuran kandungan fluor dalam seduhan teh dan pengumpulan data sekunder. Setelah dilakukan pemeniksaan gigi, dari 59 responden didapatkan 55,9 % (33) menderita fluorosis gigi dengan berbagai tingkat keparahan menurut Indeks Dean. Selanjutnya dilakukan pengukuran kandungan fluor dalam seduhan teh yang dikonsumsi responden dengan menggunakan alat Spectronic 21. Seduhan teh dibuat dari 1,8-11, 80 gram/liter diseduh selarna 1-14 jam. Hasilnya berkisar antara 0,66 - 3,76 ppm. Hasil uji analisis membuktikan ada hubungan antara konsumsi minuman dan kepekatan seduhan teh dengan fluorosis gigi (p<0,05). Serta tidak ada hubungan antara karakteristik karyawan dan frekuensi minum teh dengan fluorosis gigi (p>0,05). Konsumsi minuman merupakan variabel paling berpengaruh terhadap fluorosis gigi diikuti dengan kepekatan seduhan teh. Saran dari penelitian ini adalah penyebaran informasi/penyuluhan tentang Kesehatan Gig dan Mulut untuk melindungi khususnya anak-anak Perkebunan dari fluorosis gigi di. masa yang akan datang, juga meningkatkan rasa percaya diri pada masyarakat Indonesia pada umumnya.
ABSTRACT The dental fluorosis is a disorder which occurs at the surface of the dental enamel which is characteristic by white, yellow to brown stanning and pitting. There are many factors which influence the dental fluorosis among others the high fluor content in the tea. In the preliminary research (1995) it was found that 44,1 % (15) of 34 tea pickers have shown dental fluorosis. From various sources it is evident that dental fluorosis will esthetical appearance and tend to increase the inferiority complex of the person. In measuring the fluor content in the four local drinking water sources it was found that fluor concentration was between 0,1 to 0,3 ppm. The purpose of this research is to study the relationship between the tea drinking habits with dental fluorosis of the staffs in Tea Plantation X in 1996. The research is a Cross Sectional one with sample of 59 respondents who were the staffs with the criteria of being born and resite in the Tea Plantation X areas up to the conduct of the research. Four data collection methods were caned out i.e : interview, dental screening, fluor concentration measurement and secondary data. Of the 59 respondents screened 55,9 % (33) have dental fluorosis with various level of intensity according to the Dean Index. To measure the fluor content in the consumed tea a specific process of measuring was applied using Spectronic 21. Fluor content in the tea consumed yielded a result ranging from 0,66 to 3,76 ppm with various concentration of day tea leaves of 1,9 - 11,8 gram in I liter of water. The research analysis proved that there is a relationship between the drinks consumed and the concentration of the tea consumed with dental fluorosis (p<0,05). And there is no relationship between characteristic of the staffs and the tea drinking frequency with dental fluorosis (p>0,05). The drinks consumed are the most influential factors toward dental fluorosis followed by the concentration of the tea consumed. The research further recommended that Dental Health Education be carried out if we would like to prevent future plantation children to be affected by dental fluorosis, in so doing increasing the personal confidence of the future Indonesia People.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Sarma Eko Natalia
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku seks pra nikah dan faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku ini pada mahasiswa Akademi Kesehatan X di Kabupaten Lebak. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 143. Proporsi perilaku seks pranikah 60,1% dengan alasan tertinggi (14,7 % ) adalah kedua belah pihak samasama senang melakukan hubungan seks. Variabel yang memiliki hubungan bermakna adalah faktor sikap, paparan media pornografi, dan adanya peluang, sedangkan variabel yang paling dominan adalah paparan media pornografi. Diperlukan upaya untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan perilaku seks pranikah baik di kampus maupun di luar kampus, membentuk dan meningkatkan layanan informasi dan konseling seks pra nikah di lingkungan institusi atau lingkungan masyarakat. ......The purpose of this research is to reveal premarital sexual behavior and factors that influence it on Health Academy X students in Kabupaten Lebak. The type of this research is quantitative with cross sectional approach with 143 samples. The proportion of premarital sexual behavior is 60.1% with the highest reason (14.7%) is that the couple enjoy having sex. Variables that have significant relation are behavior, the exposure to pornographic media, and opportunity. While the most dominant variable is the exposure to pornographic media. It is necessary to improve outreach activities of premarital sexual behavior in campus and out of campus, establish and improve information and counseling of premarital sex in the institution and society.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31925
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>