Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 325 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Amaliyah
"Negara-negara emerging market diproyeksikan akan menjadi pemimpin dalam revolusi telekomunikasi dunia. Diperkirakan pads periode 2004-2009 delapan puluh persen pertambahan pelanggan baru pada jaringan bergerak akan berasal dari Afrika, Asia, dan Eropa Timur.
Indonesia adalah salah satu negara asia yang tergolong dalam emerging market. Di negara berpenduduk lebih dari dua ratus dua puluh juta penduduk ini pertumbuhan industri telekomunikasi jaringan bergerak maju dengan pesat. Perusahaan-perusahaan yang ada di dalam industri ini pun tumbuh dan berkembang. Tak terkecuali PT Excelcomindo Pratama Tbk. (Perseroan) yang merupakan perusahaan swasta pertama penyedia jasa layanan telekomunikasi seluler di Indonesia.
Analisis fundamental dengan pendekatan top-down dilakukan untuk menentukan nilai wajar saham Perseroan. Diawali dengan analisis atas makro ekonomi, diteruskan dengan analisis industri telekomunikasi dan terahir analisis atas perusahaan. Analisis makro ekonomi dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi makro ekonomi Indonesia yang memengaruhi perusahaan. Analisis industri ditujukan untuk melihat kondisi industri telekomunikasi di Indonesia dan bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Analisis perusahaan dilakukan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan melakukan valuasi atas harga saham perusahaan.
Analisis industri dilakukan untuk melihat lebih jauh peta industri telekomunikasi di Indonesia. Dengan menggunakan kerangka five forces. ancaman-ancaman yang datang dari pembeli, suplier, pendatang baru, barang substitusi maupun dari intensitas persaingan antar perusahaan dalam industri dapat diidentifikasi. Analisis ini jugs mencakup analisis siklus industri, siklus bisnis, dan strategi yang diambil perusahaan dalam menciptakan keunggulan bersaing.
Dalam analisis perusahaan, kinerja keuangan dilakukan dengan mcnggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan adalah rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. Pengukuran dengan menggunakan rasio keuangan ini ditujukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan, trend yang terjadi dan membantu untuk memprediksi kemungkinan kinerja keuangan di masa yang akan datang. Analisis rasio dilakukan selama periede 2001-2005 dengan menggunakan data laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan setiap tahun. Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan selama 2001 sampai dengan 2005 mengalami fluktuasi.
Penentuan harga wajar saham dilakukan dengan menggunakan metode free cash flow to equity dengan two stage model. Alasan digunakannya metode ini adalah karena pertimbangan bahwa cash flow yang dimiliki perusahaan tidak seluruhnya dikembalikan kepada pemegang saham namun digunakan pula untuk investasi dalam bentuk capital expenditure yang berorientasi pada pertumbuhan perusahaan. Alasan lainnya adalah tidak adanya tekanan yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan hutang secara besar¬besaran. Hal ini karena salah satu strategi pengembangan usaha Perseroan adalah menggunakan infrastruktur yang dimiliki Telekom Malaysia selaku pemegang saham terbesar agar beianja modal perusahaan dapat ditekan. Pendekatan two stage model diambil karena diyakini bahwa Perseroan akan mengalami pertumbuhan yang tinggi pada lima tahun mendatang untuk kemudian turun dan mencapai kestabilan.
Berdasarkan asumsi-asumsi yang diambil dan penghitungan dengan menggunakan pendekatan di atas, hasil valuasi menunjukkan bahwa harga wajar saham Perseroan sebesar Rp 2,892.28 sedangkan harga penutupan pada 31 Desember 2005 menunjukkan angka Rp 2.275. Sehingga dapat dikatakan bahwa harga saham mengalami under valued.

Emerging market countries are projected to be leaders in world telecommunication revolution. It is estimated that, during period between 2004-2009, 80% of new customer of mobile network will come from Africa, Asia, and Eastern Europe.
Indonesia is one of Asian countries considered as emerging marker. In the country with a population of more than two hundreds and twenty million citizen, mobile network telecommunication service grows rapidly. Companies in this country also grow and develop. PT Excelcomindo Pratama Thk. (Copartner ship, the first private company providing cellular telecommunication service in Indonesia, is not an exception.
Fundamental analysis with top-down approach is conducted to determine feasible stock value of the company. It is started with an analysis of macro economy, followed by telecommunication industry analysis, and ended with an analysis of the company. Macro economic analysis is performed to identify Indonesia macro economy influencing the company. Industry analysis is aimed at viewing telecommunication industry condition in Indonesia and how it affects the company performance. Company analysis is done to identify the company's financial performance and to evaluate the company's stock price.
Industry analysis is done .o see further telecommunication industry map in Indonesia. Using five forces framework, threats coming from buyer, supplier, new corner, substitute and intensity of competition among companies in the industry, can be identified. This analysis also includes industry cycle, business cycle, and strategy taken by company in creating competitive advantage.
In company analyses, financial performance is measured by financial ratios. The financial ratios applied are activity ratio, liquidity ratio, solvability ratio and profitability ratio. Measurement using these financial ratios is intended to know companies financial strength and weakness, prevailing trend and to assists in predicting company's future financial performance. Ratio analysis is conducted during period between 2001 and 2005 by using financial report published annually by the company. Generally, it can he said that the company experience fluctuation of performance during period between 2001 and 2005.
The determination of feasible stock price is done using free cash flow to equity method with two stage model. The reason for using this method is due to a consideration that cash flow owned by the company is not entirely returned to stakeholder but it is used also for investment in the form of company growth oriented capital expenditure. The other reason is that there is no barrier for the company to do debt on a large scale. This is the case because one of the company's strategy is to use infrastructure of Telecom Malaysia as the biggest stakeholder, in order that the company capital expenditure can be minimized. Two stage model is used because it is assumed that the company will experience high growth in coming five years followed by a downward and ultimately reach stability.
Based on above mentioned assumptions and calculation / measurement, the result of valuation indicates that the feasible stock price is Rp 2.89228 while closing price by 31 December 2005 is Rp 2.275. Hence, it can be said that the stock price is under valued."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Ansari
"Industri farmasi merupakan industri yang berbasis riset dimana inovasi produk dan kegiatan pemasaran yang efektif merupakan keunggulan kompetitif yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan farmasi agar sukses di pasar. Dibukanya pasar AFTA dan harmonisasi perdagangan ASEAN pada tahun 2008, membuat peta persaingan industri farmasi yang smakin luas dan ketat. Pemsahaan farmasi nasional harus mampu bersaing dengan perusahaan farmasi asing yang lebih besar dan memiliki pasar yang luas.
Era persaingan bebas dan adanya kebijakan-kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk industri farmasi menuntut perusahaan farmasi nasional untuk rneningkatlcan keunggulan kompetitifnya agar mampu bersaing di pasar global. Upaya untuk menciptakan keunggulan melatarbelakangi penggabungan yang dilakukan oleh tiga perusahaan di industri farmasi yailu, PT Kalbe Farma Tbk., PT Dankos Laboratories Tbk. dan PT Enseval. Penggabungan ketiga entitas ini membentuk satu entitas dengan nama PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe). Tujuan utama yang ingin diraih dari merger ini adalah mencapai sinergi. Di antara potensi sinergi itu adalah pemakaian sumber daya bersama, pengurangan duplikasi aktivitas pemasaran dan rantai pasok (supply chain), posisi tawar yang kuat dengan pihak ketiga dan proses usaha yang terpadu. Selain itu penggabungan usaha ini akan memperbesar kapitalisasi pasar Kalbe di bursa, hal ini berpotensi untuk menarik minat para investor untuk membeli saham Kalbe.
Sinergi yang diperoleh dari kegiatan merger dan akusisi akan meningkatkan nilai perusahaan da.n rnemberikan dampak positif kepada peningkatan ksejahteraan stakeholders secara keseluruhan. Beberapa literatur di bidang keuangan meneliti mengenai return yang diperoleh dari kegiatan merger dan akuisisi dengan menggunakan metode event study. Sebagian besar penelitian yang dilakukan dengan metode ini rnemberikan hasil bahwa merger dan akuisisi memberikan kombinasi return yang positif bagi perusahaan target dan perusahaan pengakuisisi.
Teori merger berdasarkan sinergi dan efisiensi memprediksikan bahwa merger dan akuisisi menghasilkan return yang positif. Penelilian ini ingin menganalisis, apakah peristiwa merger (penggabungan usaha) yang dilalcukan oleh Kalbe memberikan pengaruh pada nilai perusahaan yang dicerminkan dari kinerja harga saham perusahaan di bursa. Pengaruh dari peristiwa merger dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan terhadap terciptanya abnormal return dan pola pergerakan cumulative abnormal return pada periode di sekitar pengumuman merger (event window). Selain itu untuk mengetahui apakah saham Kalbe setelah merger merupakan investasi yang menarik dan memberikan potensi return bagi investor, maka perlu dilakukan valuasi terhadap nilai Perusahaan untuk memperoleh nilai intrinsik saham Kalbe.
Berdasarkan analisis event study, pada hari ke +2 tercipta abnormal return yang signifikan. Ketiga metode yang digunakan memberikan kesimpulan yang sama. Metode Mean Adjusted Return menghasilkan abnonnal return sebesar 9,76%, sedangkan dengan metode Market Model sebesar 8,38% dan metode Market Acyusted Return sebesar 8,83 % Secara rata-rata pada hari ke +2 dihasilkan abnormal return sebesar 8,99%. Pada hari ke +3 sampai +10 secara umum terjadi abnormal return yang negatif tetapi berdasarkan hasil uji-t, abnormal return yang dihasilkan tidak signifikan. Secara keseluruhan pada event window (-10,+10) diperoleh rata-rata abnormal return sebesar 0,46% dengan metode Mean Adjusted Return, sedangkan dengan metode Market Model dan Market Adjusted Return masing-rnasing sebesar 0,34% dan 0,51%. Secara rata-rata dan ketiga metode menghasilkan abnormal return sebesar 0,43%.
Pola CAR memperlihalkan pergcrakan harga saham Kalbe yang Stabil sejak hari -8 dan yang dilanjutkan dengan lonjakan yang tajam pada had ke +2 sebagai reaksi dari pengumuman merger yang dilakukan Perusahaan. Setelah hari ke +2 nilai CAR mengalami penurunan secara perlahahan-lahan. Penunman pola CAR kemungkinan terjadi karena aksi profif taking atau adanya koreksi harga yang disebabkan oleh lonjakan yang tinggi pada hari +2. Pada hari ke +10 diperoleh nilai CAR secara rata-rata sebesar 9.11%. Hasil yang diperoleh dari analisis abnormal retum dan pergerakan pola CAR di sekitar pengumuman merger Perusahaan dengan metode event study sesuai dengan teori merger berdasarkan sinergi, bahwa tindakan merger yang dilakukan oleh perusahaan memberikan return yang positif bagi pemegang saham (shareholders) sebagai cerminan dari potensi sinergi yang akan diperoleh dari merger.
Valuasi saham dilakukan dengan menggunakan metode Discounted Cash Flow dan menggunakan pendekatan Free Cash Flow to the Firm (FCFF) untuk memproyeksikan arus kas perusahaan dimasa datang. Berdasarkan hasil valuasi, diperoleh nilai intrinsik saham Kalbe sebesar Rp 1.460,- per saham. Jika dibandingkan dengan harga saham Kalbe pada tanggal 29 Desember 2006 sebesar Rp 1.190,- per saham, maka harga saham Kalbe diperdagangkan discount 18,5% dari nilai intrinsiknya, atau dengan kata lain saham Kalbe undervalued. Apabila diasumsikan bahwa fair value tidak mengalami perubahan maka harga saham Kalbe Parma pada tanggal 1 Mei 2007 (Rp 1.260,-) diperdagangkan discount 13,7% dari nilai intrinsiknya atau undervalued. Saham Kalbe setelah sekitar 1,5 tahun merger merupakan investasi yang memberikan potensi return yang menarik Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik di masa datang melalui potensi sinergi sebagai dampak dari merger yang dilakukan perusahaan dan strategi bersaing perusahaan untuk menghadapi pasar global. Dari hasil valuasi ini, penulis merekomendasikan beli (buy) untuk saham Kalbe.

Pharmaceutical industry is a research-based industry, where product innovation and effective marketing program are the crucial source of competitive advantage for every pharmaceutical company to able to succeed. The opening of AFTA market and ASEAN trade harmonization program in 2008, lead to a broader and intense competitive market. In connection to this, national pharmaceutical companies are going to face a tough competition from global pharmaceutical companies which already has their own worldwide market.
The era of free-trade market and new regulations on pharmaceutical industry forced national pharmaceutical companies to create their competitive advantage to able to survive in the global competition. The merger between PT Kalbe Farma Tbk, PT Dankos Laboratories Tblc. and PT Enseval to become one entity named PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) was done as part of the company long term strategy to create competitive advantage in the international market. The main objective of the merger is to create synergy. The potential source of synergy would come from: elimination of resource duplication, elimination of duplication in marketing activities and supply chain, strong bargaining power with third party and streamlining all of the companys business activities. Furthermore, the merger will increase, significantly, the company 's market capitalization which would attract investors to buy the company's stocks.
The synergy created by merger and acquisition will improve the value of the company and also the wealth of stakeholders as a whole. Event study was the common method in financial literature used to analyze the return or wealth created by the merger and acquisition activities. Most of the research concluded that merger and acquisition gave positive combined returns for targets and bidders.
Merger theory based on synergy and efficiency predict that return in a merger and acquisition is positive. This research tries to analyze the eject of merger into the company 's value which was rejlected by the conrpanyiv stock price performance in the stock market. The study of the effect of merger would be done by analyzing the creation of abnormal return and the pattern of the cumulative abnormal return around the announcement day (event window). Furthermore, to know whether the company's stock is still an interesting investment and would give potential return to investors we are going to do stock valuation. Fundamental analvsis was done to calculate the intrinsic value of Kalbe 's stock.
Anabtsis based on event study methodology resulted in a significant abnormal return at day +2. We are using three methods to predict expected return and all of the three methods gave the same conclusion. The Mean Athusted Return method arrived at estimated abnormal return of 9. 76%, meanwhile the Market Model arrived at 8.38% abnormal return and Market Athusted Return model at 8.99% abnonnal return. On day +3 until +10, generally, resulted in an insignificant negative abnormal return based on t-test. On average, in the (-10, +10) event window, we arrived at estimated abnormal return of 0.46% for Mean Achusted Return, 0.34% abnormal return Market Model and 0.35 % for Market Adjusted Return. The three methods resulted in an average of 0.34% abnormal return.
The pattern of CAR shows stable movement from day -8 and followed by sharp increase on day +2 after the merger announcement day. After day +2, CAR pattem show steady decline. The downturn pattern of CAR was probably due to profit taking or price correction because ofthe jump in price in day +2. On day +10, on average, CAR was recorded at 9.11 %. The result from the abnormal return and CAR pattern analysis aligned with the merger theory based on synergy that merger create positive return to the shareholders as a reflection of potential synergy ofthe company.
Valuation process was done by using Discounted Cash Flow (DCF) method with Free Cash Flow to the Firm approach to predict the company 's cash flow in the future. The valuation arrived at intrinsic value of Rp 1,460,- per share for Kalbe's stocks. Compared to the actual price at 29 December 2006 at the level of Rp 1.190,- per share, then the price of the company 's stock was traded at 18.5% discount, in other words the company 's stock was undervalued. Assuming that fair value did not change then at I May 2007 (actual price Rp 1.260,- per share) was also traded discount by 13.7% from its intrinsic value or undervalued Kalbe 's stock after 1.5 years of merger was still an interesting investment with attractive potential retum. This result reflects the company 's potential growth prospect as a result of synergy from merger and the company's strategy facing global market. Based on DCF valuation, we recommended buy for Kalbe 's stacks."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanellia Soraya Nursyafitrie
"Reksa dana syariah muncul di Indonesia pada tahun 1997 dan menjadi instrumen investasi favorit bagi investor. Reksa dana syariah memiliki pertumbuhan yang cepat dalam TNA sebesar 285,40% dari 2013 hingga 2018 yang lebih unggul dari reksa dana konvensional dengan pertumbuhan hanya 157,17% di dalam periode yang sama. Reksa dana syariah juga berkembang pesat di negara dengan mayoritas penduduk Muslim serta negara yang memiliki sistem keuangan syariah yang maju, bahkan mampu mengungguli kinerja dari reksa dana konvensional dan benchmark. Meskipun mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim, reksa dana syariah tidak memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan reksa dana konvensional di pasar Indonesia. Penelitian ini juga membahas terkait asosiasi antara fund-flow dengan kinerja untuk reksa dana kovensional dan syariah berjenis saham dan campuran. Penelitian membuktikan bahwa di pasar Indonesia, fund-flow dan kinerja berhubungan negatif dan convex positif.

Islamic mutual funds emerge in Indonesia since 1997 and become a favourite investment instruments for investors. Islamic mutual funds have a rapid growth in TNA of 285.40% from 2013 to 2018 which is superior to conventional mutual funds with growth of only 157.17% in the same period. Islamic mutual funds are also growing rapidly in countries with Muslim populations and countries that have advanced Islamic financial systems, also able to outperform conventional mutual funds and its benchmarks. Despite the majority of populations are Muslims, Islamic mutual funds do not have a better performance than conventional mutual funds in Indonesian market. This study also discusses the associations between the fund-flow and the performance of conventional and Islamic stocks and mixed funds. Evidence suggests that in the Indonesian market, the fund-flow and performance are negative and convex positive."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhi Kurniawan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi atas kinerja reksa dana saham yang dipilih dengan menggunakan strategi data historikal Nilai Aktiva Bersih NAB per unit selama periode 2010 2015 yaitu
menggunakan data 52 week high, prior 6 month return dan abnormal return empat faktor carhart harian 6 bulan terakhir dari reksa dana bersangkutan dan untuk mengetahui apakah holding period mempengaruhi imbal hasil yang diterima investor. Reksa dana diperingkat setiap bulan selama periode pengamatan yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 menggunakan data historikalnya dengan strategi 52 week high, prior 6 month return, dan abnormal return empat faktor carhart kemudian dihitung ratarata return yang dihasilkan setiap portofolio winner dan looser dengan masa holding period 1 sampai 12 bulan. Kinerja masing-masing portofolio dengan masing-masing strategi diukur dengan melihat raw return Sharpe Ratio dan Treynor Measure. Strategi memilih reksa dana dengan data historikal abnormal return empat faktor carhart menghasilkan return tertinggi dari semua strategi, juga mempunyai nilai Sharpe ratio dan Treynor measure yang tertinggi untuk holding period selama 6 bulan. Dalam penelitian terlihat bahwa reksa dana yang terpilih dalam portofolio winner belum tentu menghasilkan return secara individu reksa dana lebih baik dari yang lain. Penelitian menunjukkan bahwa holding period mempengaruhi return yang didapat oleh investor

ABSTRACT
The purpose of this study is to evaluate the performance of mutual funds that selected using strategies 52 week high the prior 6 month return and abnormal return four daily Carhart four factor in the last 6 months of the mutual funds during period 2010 2015 and to get information about whether the holding period affects returns received by investors. Mutual funds are rated every month during the observation period 2010 to 2015 using their historical data base on strategies of 52 week high the prior 6 month return and abnormal return four factor Carhart, then calculated the average return generated from each portfolio winner and looser with holding period of 1 to 12 months. The performance of each portfolio with each strategy was measured by looking at raw returns Sharpe Ratio and Treynor Measure. Strategy for choosing mutual funds with historical data of the abnormal return Carhart four factor produces the highest returns of all strategies it also has the highest value of the Sharpe ratio and Treynor measure for the holding period of 6 months. In this study it appears that mutual funds in winner portfolio does not necessarily produce a return of individual mutual funds better than others and the study also shows that the holding period affect the return earned by investors"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titah Hayu Yekti
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari likuiditas saham dan
perusahaan keluarga terhadap keputusan struktur modal perusahaan di Indonesia.
Pengujian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2007-2016. Data dikumpulkan dari Thompson Reuters Data
Stream yang terdiri dari 109 perusahaan sebagai sampel penelitian dan diuji melalui
metode regresi panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sesuai dengan
keadaan negara berkembang yang memiliki karakteristik pasar modal yang less
sophisticated dan asimetri informasi yang tinggi, likuiditas saham yang diproksikan
dengan bid ask spread dan amihud illiquidity tidak berpengaruh terhadap rasio
utang perusahaan. Sedangkan dalam penelitian ini perusahaan keluarga terbukti
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap rasio utang perusahaan. Hal ini
menunjukan perusahaan keluarga di Indonesia lebih memilih sumber pendanaan
menggunakan utang untuk menghindari adanya kontrol baru yang mungkin muncul
di perusahaan

ABSTRACT
This study aims to examine the influence of stock liquidity and family firms
on the decision of the company's capital structure in Indonesia. The tests conducted
for manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2007-2016
period. Data collected from Thompson Reuters Data Stream consisted of 109
companies as research samples and tested through a panel regression method.
Results of this study indicate that by the state of developing countries that have less
sophisticated capital market characteristics, the stock liquidity proxied by the bidask
spread and Amihud illiquidity does not affect the debt ratio of the company.
While in this research family firms have a positive and significant effect on
company debt ratio. This result implies that family companies in Indonesia prefer
to use debt sources to avoid any new controls that may arise in the company"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T52165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Cahyani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efisiensi modal intelektual beserta
komponennya yaitu Value Added Capital Employed Coefficient (VACA), Value Added
Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA) terhadap kinerja
perusahaan. Penelitian ini menggunakan Value Added Intellectual Coefficient
(VAICTM) sebagai pengukuran efisiensi modal intelektual. Hasil dari penelitian ini di
temukan nya pengaruh signifikan dan positif antara modal intelektual dan juga
komponennya terhadap kinerja perusahaan, Komponen VACA adalah yang paling
berpengaruh signifikan pada kinerja perusahaan manufaktur di Indonesia

The purpose of this study to examine the relationship of intellectual capital efficiency
and its components which are Value Added Capital Employed (VACA), Value Added
Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA) on firms
performance. This research uses Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) as a
measurement of intellectual capital efficiency. The results of this research there is a
positive and significant relationship between intellectual capital and firm performance,
VACA is the most significant variable of intellectual capital component on the firm
performance on manufacturing companies in Indonesia"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T52166
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfa Hendri
"Perkembangan pasar modal khususnya obligasi sangat pesat. Obligasi sebagai instrumen investasi menjadi pilihan banyak pihak dalam berinvestasi diantaranya perusahaan asuransi, bank, perusahaan pengelola reksadana, hedge jimd dan bahkan dana pensiun. Jenis obligasi yang diperdagangkan juga sangat beragam dengan tingkat resiko yang berbeda-beda. Salah satu resiko utama dalam berinYestasi pada obligasi adalah resiko perubahan sukubunga. Perubahan sukubunga akan mengakibatkan perubahan harga obligasi, jika sukubunga turun maka harga obligasi akan naik dan jika sukubunga naik maka harga obligasi akan turun. Jika investor memiliki strategi pasif dimana obligasi akan disimpan sampai jatuh tempo maka perubahan ini tidak akan terlalu menjadi masalah. Tetapi apabila pengelola portfolio melakukan strategi aktif maka perubahan suku bunga adalah hal yang penting diperhatikan karena dapat berimplikasi dua hal yaitu resiko penurunan harga atau kesempatan untuk profit taking karena kenaikan harga.
Sensitifitas harga obligasi tersebut secm·a teoritis dapat diukur melalui pendekatan duration dan convexity. Duration dapat digunakan untuk melihat perubahan harga obligasi yane dapat te1jadi akibat adanya perubahan kecil pada tingkat suku bunga. Sebagai turunan pertama dari harga obligasi maka kurva duration adalah berbentuk garis lurus sehingga perubahan harga akibat terjadinya perubahan besar suku bunga tidak tergambarkan dengan baik. Sebagai TOols tambahan maka dapat digunakan convexity yang merupakan turunan kedua dari harga. Convexity ini memperkirakan kecembungan kurva harga terhadap perubahan sukubunga. Dengan menggunakan duration dan convexity secara bersama-sama maka sensitifitas harga obligasi dapat diperkirakan dengan lebih baik.
Dalam tulisan ini yang akan dibahas oleh penulis adalah sensitifitas darl duration dan convexity itu sendiri. Tidak hanya harga obligasi yang akan berubah-rubah, tetapi duration dan convexicity itu sendiri juga akan berubah-ubah setiap saat Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan berubahnya duration dan convexity namun yang paling utama adalah perubahan tingkat suku bunga yang berlaku. Secara lebih spesifik dikatakan bahwa duration dan convexity dapat berubah akibat terjadinya perubahan term structure interest rate atau perubahan yield curve. Perubahan yield curve dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu perubahan yield curve secm·a paralel dan perubahan yield secara non paralel. Penulis tidak akan membahas sensitifitas duration dan convexity akibat perubahan yield curve secara paralel karena perubahan tersebut akan sangat mudah dipahami setelah dilakukan pembahasan perubahan yield curve secara non paralel. Perubahan yield curve secara non paralel tersebut terutama disebabkan oleh perubahan level, slope dan curvature dari yield curve...

The development of the financial market especially the bonds was very fast. The bonds as the instrument of investment became the choice of many sides in investing among them the insurance company, the bank, asset management company such as reksadana, hedge fund and even the pension fund. There are many type of bonds with the level of the different risk .. One of the main risks in investing to the bonds was the risk of the change in the interest. The change in the interest will result in the change in the price of the bonds, if the interest decrease then the price of the bonds will rise and if the interest increase then the price of the bonds will be cheaper. If the investor had the passive strategy where the bonds will be kept until mature then this change will have no significant effect to the pottfolio. But if the pottfolio manager carried out the active strategy then the change in the interest rate was the impottant matter was paid attention to because of could have implications two matters that is the decline in the price or the opportunity for the profit taking because of the price increase The sensitivity of the bonds price could be theoretically measured through the Duration approach and Convexity. Duration could be ased to see the change in the price of the bonds that could happen resulting from the existence of the small change in the level of the interest. As the first descendants from the price of the bonds then the curve duration was to have the shape of the straight line so as the change in the price resulting from the occurrence of the big change in the interest was not depicted well. As tools in addition then could be used convexity that was the second descendants from the price. Convexity this estimated convexity of the price curve towards the change in the interest. By using Duration and convexity together then the sensitivity of the price of the bonds could be estimated better."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalina Syaharani
"Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis dampak manajemen modal kerja terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur terpilih di Indonesia dan Thailand. Data sekunder untuk penelitian berasal dari Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Thailand. Database 216 perusahaan dipilih untuk periode sepuluh tahun dari 2008-2017. Penelitian ini mencakup analisis empiris untuk memeriksa apakah manajemen modal kerja yang lebih efisien meningkatkan profitabilitas perusahaan dan nilai perusahaan. Cash Conversion Cycle menjadi alat ukur untuk menghitung efisiensi manajemen modal kerja. Ada dua pengukuran kinerja dalam penelitian ini, Tobin's Q digunakan sebagai indikator nilai perusahaan, sementara itu, ROA (Return On Asset) digunakan sebagai indikator profitabilitas pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan data panel dan analisis regresi untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan hal yang serupa bagi kedua negara bahwa terdapat pengaruh yang signifikan negatif antara Cash Conversion Cycle dengan profitabilitas perusahaan manufaktur baik di Indonesia maupun Thailand. Sementara itu, Cash Conversion Cycle terbukti tidak mempengaruhi nilai perusahaan baik itu di Indonesia maupun di Thailand.

The main objective of this research to provide an analyze of the impact of working capital management on firms performance and firms value in selected manufacturing firms in Indonesia and Thailand. The secondary data was derived from Indonesia Stock Exchange and Thailand Stock Exchange. Database of 216 companies is selected for the ten-year period from 2008-2017. The research includes an empirical analysis to examine if more efficient working capital management improves firms’ profitability and firms’ value. Cash conversion cycle is the measuring tools to calculate the efficiency of working capital management. There is two performance measurement in this study, Tobin’s Q used for examined market valuation, meanwhile, ROA (Return On Asset) used as represent profitability on manufacture firms. This study used panel data and regression analysis to test the hypothesis. The results of the study show similar things for both countries that there is a significant negative effect between cash conversion cycle and manufacturing firm’s profitability in Indonesia and Thailand. Meanwhile, the cash conversion cycle proved to have no significant effect on firms’ value both in Indonesia and in Thailand."
2019
T54625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchamad Adittya
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja strategi portofolio yang berdasarkan cash from operating dengan operating profit, di mana dalam penelitian terdahulu Foester et al (2017) diketahui bahwa cash from operating memiliki kekuatan yang lebih baik dalam memprediksi imbal hasil dari saham di masa yang akan mendatang dibandingkan operating profit. Selain itu, penelitian ini ingin melihat bagaimana perbandingan strategi portofolio berdasarkan cash from operating dengan operating profit. Penelitian ini menggunakan serangkaian langkah untuk membentuk dan menguji portofolio seperti filteriasi untuk membentuk portofolio hingga mengujinya menggunakan Fama French Three Factor Model. Adapun ukuran sampelnya 219 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014-2018. Diperoleh bahwa strategi portofolio cash from operating dan operating profit tidak layak digunakan di BEI.

This study discusses the performance of portfolio based on Cash From Operating and Operating Profit of listed companies in Indonesia Stock Exchange (IDX). According to Foester et al (2017) Cash From Operating is better predictors than operating profit to predict stock returns. Therefore, this study try to compare the strategic portfolio based on cash from operating and operating profit. This study is quantitative research study with multiple regression method for data panel with 219 listed companies during the period 2014-2018 for the sample. The result of this study provides evidence that the portfolio strategy based on cash from operating and operating profit show volatility in portfolio performance. Furthermore, the strategy portfolio in the lowest value could outperform the largest value of cash from operating and operating profit."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andria Puja Pratama
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM) terhadap profitabilitas perusahaan yang diproksikan dengan Return on Asset (ROA), pengaruh pengungkapan ERM terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q Ratio, dan menguji pengaruh mediasi ROA atas hubungan ERM terhadap Tobin’s Q Ratio. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Index IDX80 tahun 2019. Data nonkeuangan yang terkait pengungkapan ERM diperoleh dari laporan tahunan menggunakan pendekatan content analysis, sedangkan data keuangan terkait ROA dan Tobin’s Q Ratio diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan dan situs Bursa Efek Indonesia. Selanjutnya pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier dengan tingkat signifikansi 5 persen. Hasil penelitian pada 69 sampel perusahaan menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan atas penerapan ERM terhadap ROA, dan ditemukan pengaruh negatif yang signifikan atas penerapan ERM terhadap Tobin’s Q Ratio, disamping itu ROA berpengaruh positif terhadap Tobin’s Q Ratio. Meskipun tidak ditemukan bukti bahwa penerapan ERM berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan, penerapan ERM direspon secara negatif menunjukkan bahwa informasi yang diberikan perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan terkait pengelolaan risiko gagal direspon sebagai sinyal positif oleh investor. Selain itu, ERM mampu secara langsung mempengaruhi Tobin’s Q Ratio tanpa memerlukan mediator dari ROA.

This study aims to obtain empirical evidence of the effect of Enterprise Risk Management (ERM) disclosure on company profitability proxied by ROA, effect of Enterprise Risk Management (ERM) disclosure on company values proxied by Tobin’s Q Ratio, and evaluate whether ROA mediates the relationship between ERM and Tobin's Q Ratio. The population in this study are companies listed on the Indonesia Stock Exchange on the IDX80 Index in 2019. We gather non-financial data related to ERM disclosure from annual reports using the content analysis approach and financial data associated with ROA and Tobin's Q Ratio from its annual financial statements and the Indonesia Stock Exchange website. We tested the hypothesis using linear regression analysis with a significance level of 5 percent. The results of the study on 69 sample companies showed there is no significant effect on the application of ERM on ROA, but there was a significant negative effect on ERM's application to Tobin's Q Ratio, Meanwhile, the ROA itself has a positive effect on Tobin's Q. Despite there is no evidence that the application of ERM has a negative effect on company profitability, the application of ERM responded negatively indicating that the information provided by the company in the company's annual report regarding risk management failed to be responded as a positive signal by investors. Moreover, ERM is able to directly influence Tobin's Q Ratio without requiring a mediator from ROA."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>