Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yayah Fazriyah
"Pengendalian dan pencegahan kanker serviks di Indonesia dilakukan oleh Kementerian Kesehatan bersama dengan organisasi lain termasuk peluncuran VIA program penyaringan. Selain implementasi di seluruh Indonesia, VIA Program penyaringan juga dilakukan oleh Departemen Kesehatan kepada para karyawannya. Satu salah satu faktor yang berpengaruh dalam perilaku skrining adalah melek kesehatan. Tujuan dari ini Studi ini untuk memeriksa secara mendalam tentang tiga aspek melek kesehatan dan bagaimana mereka berkaitan dengan upaya untuk mencegah kanker serviks dengan skrining VIA untuk karyawan wanita di RSUP Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kesehatan.
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan desain kualitatif dengan teori literasi kesehatan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan karyawan wanita yang sudah menikah Badan Kesehatan PPSDM dengan rentang usia 30-50 tahun pada bulan April-Juni 2019. Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, mereka yang memiliki skrining VIA dan mereka yang tidak melakukan skrining VIA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi kesehatan pada informan cenderung baik, terutama di RSUD melek kesehatan fungsional dan interaktif. Tetapi perilaku skrining IVA di Indonesia informan tidak hanya bergantung pada literasi kesehatan. Ada faktor-faktor lain itu menentukan fasilitas dan infrastruktur, tenaga kesehatan, dan faktor pendukung dan faktor hambatan.

The control and rejection of cervical cancer in Indonesia is carried out by the Ministry of Health together with other organizations including approving the VIA screening program. In addition to implementation throughout Indonesia, the VIA screening program is also carried out by the Ministry of Health to its employees. One factor that refutes screening behavior is health literacy. The purpose of this research is to discuss three aspects of health literacy and how they are related to preventing cervical cancer by VIA screening for female employees in the Human Resources Development Agency Hospital.
The design of this study uses a qualitative design with the theory of health literacy. Data collection was carried out by interviews with married women from the National Agency for Human Rights Development and Development at the age range of 30-50 years in April - June 2019. Informants in this study were collected into two groups, those who had VIA screening and those who did not do VIA screening. The results showed that health literacy in informants tended to be good, especially in RSUD functional and interactive health literacy. But IVA screening habits in Indonesia informants do not only depend on health literacy. There are other factors that determine facilities and infrastructure, health workers, and supporting factors and barriers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bukroanah Amir Makkau
"Makanan merupakan kebutuhan pokok namun dapat menyebabkan penyakit parah bahkan kematian dan sangat berisiko bagi anak-anak yang banyak menghabiskan waktu di sekolah. Sehingga mempersiapkan dan menjual makanan yang aman, penting di lakukan di kantin sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan higiene sanitasi dengan kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan kantin sekolah. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional pada 73 tempat penjualan makanan di kantin sekolah di Jakarta Timur pada bulan Maret-Juli Tahun 2019. Uji stastisik yang digunakan adalah chi square. Kontaminasi positif bakteri Escherichia coli pada makanan sebesar 30 (41,1%). Terdapat hubungan yang bermakna antara kontaminasi bakteri Escherichia coli dengan jenis makanan dengan nilai p = 0,045 dan OR = 2,642. Disarankan untuk melakukan program Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada proses pembuatan makanan untuk mengetahui titik kontaminasi, penyuluhan atau pelatihan higiene sanitasi, serta melengkapi fasilitas sanitasi.

Food is a basic necessity but can cause severe illness and even death. It is very risky for children who spend a lot of time in school. So that preparing and selling safe
food is important to do in the schools canteen. The purpose o f the study is to find out the worthiness hygiene o f sanitation with Escherichia coli bacteria contamination on food at schools canteen. This study is using cross sectional design o f 73 food sales places in
school canteens at East Jakarta. Data are taken from March to Juli Tahun 2019. Chi square is used as the statistics test. The study results is that a positive Escherichia coli bacteria contamination found 30 (41,1%). There is significant relationship between Escherichia coli bacteria contamination with types o f food with p value at 0,045 and OR at 2,642.It is recommended to conduct a Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) program in the food production process to find out the point of contamination, education or training hygiene o f sanitation and complement facilities o f sanitation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ayumaruti
"Literasi kesehatan mental merupakan pengetahuan serta keyakinan individu tentang masalah atau gangguan jiwa yang membantu proses pengenalan, pengelolaan, atau cara pencegahannya yang kemudian dapat digunakan untuk melakukan suatu tindakan yang bermanfaat khususnya bagi kesehatan mental individu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat literasi kesehatan mental mahasiswa program S1 reguler di Universitas Andalas dan faktor - faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini menggunakan data Studi Literasi Kesehatan 2019 dengan menggunakan sampel dari mahasiswa angkatan 2018 di 15 fakultas di Universitas Andalas (n=363). Instrumen yang digunakan untuk pengukuran literasi kesehatan mental adalah kuesioner Mental Health Literacy Scale (MHLS) yang telah diadaptasi kedalam konteks budaya dan Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor tingkat literasi kesehatan mental yang relatif rendah yaitu 59,96 dalam skala 1-100. Hasil analisis bivariat adalah determinan yang berasosiasi signifikan dengan literasi kesehatan mental yaitu jenis kelamin, suku, status tempat tinggal, status pacaran, rumpun ilmu, dan kepemilikan asuransi kesehatan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan tingkat literasi kesehatan mental adalah rumpun ilmu, kepemilikan asuransi kesehatan, dan status pasangan/pacaran. Yang merupakan variabel dominan adalah rumpun ilmu kesehatan. Diperlukan intervensi untuk meningkatkan literasi kesehatan mental yang berfokus pada topik yang terkait dengan mahasiswa laki – laki dan mahasiswa non kesehatan melalui peningkatan edukasi serta pengembangan dan pemanfaatan pusat informasi kesehatan mental di Universitas Andalas.

Mental health literacy is individual knowledge and beliefs about mental problems or disorders that help the process of recognizing, managing or preventing them which can then be used to take action that is especially beneficial for individual mental health. The purpose of this study was to describe the level of mental health literacy of regular undergraduate students at Andalas University and the influencing factors. This study used data from the 2019 Health Literacy Study using samples from class 2018 students in 15 faculties at Andalas University (n=363). The instrument used for measuring mental health literacy is the Mental Health Literacy Scale (MHLS) questionnaire which has been adapted to the cultural context and the Indonesian language. The results showed that the average score for mental health literacy was relatively low, namely 59.96 on a scale of 1-100. The results of the bivariate analysis show that there are determinants that are significantly associated with mental health literacy, namely gender, ethnicity, residence status, dating status, academic background, and health insurance ownership. The results of the multivariate analysis show that the variables associated with the level of mental health literacy are knowledge cluster/major, ownership of health insurance, and partner/dating status. Which is the dominant variable is the health science cluster/major. Interventions are needed to increase mental health literacy that focuses on topics related to male students and non-health students through increased education and the development and utilization of mental health information centers at Andalas University."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niswatun Nafi'ah
"Perilaku sedentari merupakan faktor risiko gangguan metabolisme tubuh seperti: obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes melitus, serta berkaitan dengan gejala depresi dan kecemasan pada remaja. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran perilaku sedentari siswa SLTA di Kecamatan Tajurhalang Kabupaten Bogor tahun 2023 dan determinannya. Penelitian dengan desain cross sectional. Sampel sebesar 240 siswa diambil secara proportional random sampling  pada 16 sekolah. Pengumpulan data dengan cara responden mengisi sendiri kuesioner yang diadaptasi dari The Adolescent Sedentary Activity Questionnaire. Analisis univariat, bivariat (Chi Square), dan multivariat (regresi logistik ganda) dilakukan pada penelitian ini. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 58,8% siswa berperilaku sedentari kategori tinggi (≥6 jam/hari). Faktor individu yang berhubungan dengan perilaku sedentari siswa adalah jenis kelamin dan status ekonomi keluarga. Faktor interpersonal yang berhubungan dengan perilaku sedentari adalah pola asuh orang tua dan dukungan teman sebaya, sedangkan peraturan sekolah merupakan variabel confounding. Jenis kelamin adalah faktor yang dominan berhubungan dengan perilaku sedentari siswa, siswa perempuan berpeluang hampir 12 kali untuk berperilaku sedentari tinggi dibanding siswa laki-laki (OR=11,8; 95% CI=5,829–23,934) setelah dikontrol oleh status ekonomi keluarga, pola asuh orang tua, dukungan teman sebaya dan peraturan sekolah. Untuk itu, Dinas kesehatan dan Puskesmas perlu mengoptimalkan peran dan fungsi edukasi pencegahan perilaku sedentari siswa serta menjalin kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama agar upaya pencegahan perilaku sedentari dapat maksimal.

Sedentary behavior is a risk factor for metabolic disorders such as obesity, high cholesterol, hypertension, diabetes mellitus, and is associated with symptoms of depression and anxiety in adolescents. The research objective was to describe the sedentary behavior of high school students in Tajurhalang District, Bogor Regency in 2023 and its determinants. Research with cross sectional design. A sample of 240 students was taken by proportional random sampling in 16 schools. Data collection by means of respondents filling out a questionnaire adapted from The Adolescent Sedentary Activity Questionnaire. Univariate, bivariate (Chi Square), and multivariate (multiple logistic regression) analyzes were performed in this study. The results of the study found that 58.8% of students behaved sedentarily in the high category (≥6 hours/day). Individual factors related to students' sedentary behavior are gender and family economic status. Interpersonal factors related to sedentary behavior are parenting and peer support, while school regulations are confounding variables. Gender is the dominant factor related to students' sedentary behavior, female students are almost 12 times more likely to have high sedentary behavior than male students (OR=11.8; 95% CI=5.829–23.934) after being controlled by family economic status, pattern parenting, peer support and school rules. For this reason, the Health Service and Community Health Centers need to optimize the role and function of education to prevent sedentary behavior in students and collaborate with the Education Office and the Ministry of Religion so that efforts to prevent sedentary behavior can be maximized.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Editha Aldillasari Rodianto
"Literasi kesehatan merupakan salah satu upaya promosi kesehatan dalam mencegah dan menurunkan perilaku berisiko penyakit tidak menular yang kini banyak menyerang usia remaja akhir dan dewasa muda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat literasi kesehatan pada mahasiswa program sarjana di Universitas Halu Oleo (UHO) dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan data sekunder dari Studi Literasi Kesehatan 2019 (n=341). Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian potong lintang (cross-sectional). Pengukuran literasi kesehatan menggunakan Health Literacy Scale European Union (HLS-EU-Q16) yang berisi 16 pertanyaan yang telah diadaptasi. Analisis menggunakan regresi linier berganda dengan literasi kesehatan sebagai variabel terikat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti jenis kelamin, status tempat tinggal, suku, uang saku, akses informasi kesehatan, dan kepemilikan asuransi kesehatan sebagai variabel bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat literasi kesehatan mahasiswa UHO tergolong cukup baik (M= 46,55; SD=7,376). Hasil regresi linier berganda menunjukkan hubungan yang signifikan antara akses informasi kesehatan (β=0.17, p=0.001) dan kepemilikan asuransi kesehatan (β=0.12, p=0.017) dengan status tempat tinggal sebagai variabel perancu. Koefisien determinasi pada penelitian ini didapatkan sebesar 5% yang menandakan hubungan yang lemah antara literasi kesehatan dan faktor-faktor yang berhubungan. Diperlukan upaya pengembangan program edukasi, khususnya terkait literasi kesehatan interaktif dan kritikal dalam meningkatkan literasi kesehatan pada mahasiswa UHO.

Health literacy is one of the health promotion efforts in preventing and reducing the risk behavior of non-communicable diseases that nowadays attack late adolescents and young adults. This study aims to determine the level of health literacy among undergraduate students at Halu Oleo University (UHO) and the factors related to it. This research is a cross-sectional study and uses secondary data from Health Literacy Study 2019 (n=341). Health literacy measurement uses the European Union's Health Literacy Scale (HLS-EU-Q16) contains 16 questions that have been adapted. The analysis uses multiple linear regression with health literacy as the dependent variable and the factors that influence it, such as gender, residence status, ethnicity, pocket money, access to health information, and ownership of health insurance as independent variables. The results showed that the health literacy level of UHO students was quite good (M=46.55; SD=7.376). The results of multiple linear regression showed a significant relationship between access to health information (β=0.17, p=0.001) and ownership of health insurance (β=0.12, p=0.017) with residence status as a confounding variable. The coefficient of determination in this study was obtained at 5% which means a weak relationship between health literacy and related factors. Efforts are needed to develop educational programs related to interactive and critical health literacy in improving health literacy in UHO students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Febrini Meutia
"Berdasarkan data Centre for Internasional Trade Thailand (2012), kualitas tenaga profesi praktisi medis Indonesia ditempatkan pada kualitas menengah. Liberalisasi jasa kesehatan akan menimbulkan daya saing luar terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia, karena bukan tidak mungkin penyelesaian masalah kesehatan di Indonesia membutuhkan tenaga kesehatan asing untuk mengatasi masalah kesehatan di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi secara mendalam, menguraikan dan menganalisis kompetensi praktisi medis dalam era masyarakat ekonomi ASEAN. Informan penelitian merupakan dari beberapa organisasi yang terkait dengan peningkatan kompetensi praktisi medis. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan dilaksanakan pada bulan Februari- Mei 2016 oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan data primer melalui wawancara mendalam dengan menggunakan panduan wawancara mendalam dan telaah dokumen. Wawancara akan dilakukan oleh peneliti.
Hasil penelitian menyimpulkan personal skill, keterampilan dan eksplisit knowledge dokter Indonesia dalam hal kompetensi medik tidak kalah saing dengan dokter negara anggota ASEAN lainya, tetapi dalam hal kompetensi pelayanan masih harus diperbaiki kembali agar pasien Indonesia tidak keluar ke pasar asing

Based on data from the International Centre for Trade of Thailand ( 2012) , the quality of professional medical practitioners Indonesia placed on medium quality. Health services liberalization will lead to competitiveness outside of the health services in Indonesia , because it is not possible settlement of health problems in Indonesia requires foreign health workers to address health problems in Indonesia.
This research was conducted to obtain in-depth information , describes and analyzes the competence of medical practitioners in the era of the ASEAN economic community. The informants are from several organizations associated with increased competence of medical practitioners . This research is qualitative and implemented from February through May 2016 by researchers . This study uses primary data through in-depth interviews using guidelines depth interviews and review documents. Interviews will be conducted by researchers.
The study concluded personal skills, the skills and knowledge of Indonesian doctors explicit in terms of the competence of medical doctors do not lose competitiveness with other ASEAN member countries , but in terms of the competence of the service remains to be repaired so that the patient Indonesia did not come out to foreign markets
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emytri
"Penilaian budaya keselamatan pasien adalah satu elemen dasar dalam meningkatkan upaya keselamatan pasien. Sangat penting untuk menilai bagaimana sikap, persepsi, kompetensi individu  dan perilaku orang / kelompok sehingga menentukan komitmen dalam meminimalkan insiden. Penelitian itu bertujuan  untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan budaya keselamatan pasien. Jenis penelitian ini menggunakan metode crossectional pada populasi seluruh pegawai Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) berjumlah 649 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan besar sampel 250 orang responden. Analisis data yang dilakukan adalah analisa regresi logistik .  Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya keselamatan pasien di RSPON memiliki respon positif 46,8%. dalam kategori budaya kurang kuat.  Faktor dominan yang  berhubugan dengan budaya keselamatanan pasien adalah faktor pekerjaan yaitu serah terima dan pergantian shift (p=0,03) dengan dikontrol  kerjasama antara unit kerja (p = 0,035), serta faktor organisasi yaitu : manajemen SDM/staffing (p = 0,04). Disarankan agar  RSPON memperbaiki budaya keselamatan pasien  (a) mengembangkan instrumen serah terima pasien atau pekerjaan untuk keselamatan pasien, (b) mengembangkan dan mengevaluasi prosedur informasi pada serah terima terutama  perintah lisan dan telepon, (c) mengoptimalkan pergantian kerja/shift

Patient safety culture assessment are the basic component in the patient safety improvement program. It is important to assess how attitudes, perceptions, competencies and behaviors of individuals / groups that determine the commitment to minimize the incident. The study aims to determine patient safety culture and the factors that influence it. This research used cross sectional method on the entire population RSPON numbered 649 employees to response. Sampling with simple random sampling technique and the number of sample in this research is 250 respondents. Data analysis by logistic regression. The results showed that patient safety culture in the category of culture to response less well with the positive response of 46.8%. The dominant factor affecting patient safety culture are job factor that handoff or transition and shift (p = 0.03) and control by cooperation between working units (p = 0.035), as well as organizational factors, namely:  staffing (p = 004). It is recommended to response improve patient safety culture (a) develop instruments handover of patients or work for the safety of the patient, (b) development and evaluation procedure the information on the handover mainly verbal orders and telephones, (c) optimizing the turn of the job / shift through changes in work shifts a maximum of 3 days and establish effective communication as well as their supervision in patient safety, "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novie Setianingsih
"Pada tahun 2019 Puskesmas di Kota Cilegon tidak di lakukan penilaian kinerja individu dalam pelayanan antenatal berdasarkan standard based management and recognition (SBMR). Rujukan pada ibu hamil dapat dilakukan jika pelayanan antenatal sudah sesuai standar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja bidan kelurahan dalam memberikan pelayanan antenatal berdasarkan SBMR melalui peranan faktor individu (pengalaman), faktor psikologis (sikap dan motivasi) dan faktor organisasi (sumberdaya dan supervisi) di posyandu, di Kota Cilegon tahun 2021. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang betujuan untuk mengetahui kinerja dan mendapatkan informasi dari beberapa informan mengenai suatu proses dan aktivitas pada program pelayanan antenatal care. Agar lebih spesifik pengumpulan data menggunakan metode WM, FGD dan observasi, dilakukan di Puskesmas Citangkil 2 dan Puskesmas Cilegon pada bulan April-mei 2021. Informan utama dalam penelitian ini adalah bidan kelurahan, informan kunci adalah bidan koordinator, kepala puskesmas, dan Kasie Kesga Dinas Kesehatan Kota Cilegon. Hasil penelitian didapatkan kinerja bidan kelurahan tidak sesuai standar. Mayoritas bidan kelurahan sudah mendapatkan pelatihan, mayoritas bidan kelurahan tidak menyetujui penilaian kinerja menggunakan SBMR, motivasi bidan kelurahan masih rendah karena posyandu dilakukan sendiri, tidak ada kesesuaian gaji dengan pekerjaannya, tidak adanya transport posyandu tidak adanya reward, masih ditemukannya sumberdaya yang kurang lengkap di posyandu, dan beberapa informan mengatakan tidak adanya supervisi dalam kinerja bidan, hal tersebut yang menyebabkan kinerja bidan tidak sesuai standar. Kesimpulan kinerja bidan dalam pelayanan antenatal tidak sesuai dengan standar disebabkan karena telah lamanya pelatihan, adanya bidan yang belum mendapatkan pelatihan, motivasi yang rendah, sumberdaya yang tidak memadai dan tidak adanya supervisi.

In 2019, Primary Integrated Healthcare Centres in Cilegon City did not conduct individual performance assessments regarding antenatal care based on standard based management and recognition (SBMR). This referral can only be done if antenatal examination is up to standard. The aim of this study is to analyse the performance of community midwives in providing antenatal care based on standard based management and recognition (SBMR) through the role of individuals (experience), psychological factors (attitude and motivation) and organizational factors (resources and supervision) in Cilegon’s Integrated Healthcare Centre, year 2021. This study uses a qualitative approach, which aims to discover the performance of informants, and obtain information from the informans regarding the processes and activities that they perform during antenatal care. This research used an in-depth interview and focus group discussion method and was done at Citangkil 2 Primary Healthcare Centre and Cilegon’s Public Health Office, from April- May 2021. The main informants in this research were community midwives. Key informants include the head of the midwives organization, head of the primary healthcare centre, and head of the family health sector in Cilegon’s Public Health Office.The result of this study showed that the performance of the community midwives were not up to standard. Furthermore, the majority of community midwives have received training, do not approve of performance assessment using SBMR, have low motivation as they work alone in the integrated healthcare centres, salary is not commensurate with their workload, unavailability of transport, didn’t receive any reward, and had a lack of resources in their integrated healthcare centres. Several informants also said that they didn’t receive supervision regarding their performance, which caused their performance to be not up to standard. The conclusion is that the performance of midwives in antenatal care is not up to standard because of the length of their training, the absence of training, low motivation, inadequate resources and lack of supervision."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Aliyah
"Kota Bogor merupakan salah satu dari17 kab./kota dengan prevalensi hipertensi lebih tinggi dari prevalensi Jawa Barat yaitu 41,0%, menempati urutan pertama di antara semua penyakit PTM di Kota Bogor. Dari 25 Puskesmas di Kota Bogor, baru 24% yang mencapai target SPM dengan rentang nilai capaian antara 23,7% hingga 126,4%. Malcolm Baldrige National Quality Award merupakan kerangka kerja sistem manajemen mutu organisasi yang mampu mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dari semua aspek dalam organisasi terkait kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus pada pelanggan, pengukuran analisis dan manajemen pengetahuan, fokus pada sumber daya manusia, dan fokus pada proses untuk melihat hubungan dengan hasil kinerja program pencegahan dan pengendalian Hipertensi di Puskesmas Kota Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja program pencegahan dan pengendalian hipertensi di Puskesmas Kota berdasarkan kriteria Malcolm Baldrige serta melihat hubungan kriteria Malcolm Baldrige dengan hasil kinerja program pencegahan dan pengendalian hipertensi di Puskesmas Kota Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain potong lintang menggunakan instrumen kuesioner Malcolm Baldrige National Quality Award. Populasi penelitian adalah seluruh Puskesmas di Kota Bogor yang berjumlah 25 Puskesmas dengan responden 6 karyawan setiap Puskesmas.Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik chi-square. Hasil kinerja program P2 hipertensi berdasarkan kriteria Malcolm Baldrige didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara statistik dari 6 kriteria Malcolm Baldrige terhadap kinerja program P2 Hipertensi dengan nilai p value <0,05. Hasil analisis juga menunjukkan nilai OR tertinggi adalah variabel fokus pada SDM (OR = 60,0; CI 95%: 4,72-763,01). Untuk meningkatkan program P2 Hipertensi di Puskesmas Kota Bogor diharapkan dapat mengoptimalkan pembinaan Puskesmas melalui Tim Pembina Cluster Binaan secara terpadu menggunakan acuan self-assessment yang telah dibuat oleh Puskesmas dengan pendekatan Malcolm Baldrige.

Bogor City is one of 17 regencies/cities with a prevalence of hypertension higher than the prevalence of West Java, namely 41.0%, ranks first among all PTM diseases in Bogor City. Of the 25 Puskesmas in Bogor City, only 24% achieved the Minimum Service Standards target with a range of achievement values ​​between 23.7% to 126.4%. Malcolm Baldrige National Quality Award is an organizational quality management system framework that is able to identify the strengths of all aspects of the organization related to leadership, strategic planning, customer focus, measurement analysis and knowledge management, focus on human resources, and focus on processes for see the relationship with the results of the performance of the Hypertension prevention and control program at the Bogor City Health Center. The purpose of this study was to determine the performance of the hypertension prevention and control program at the City Health Center based on the Malcolm Baldrige criteria and to see the relationship between the Malcolm Baldrige criteria and the results of the performance of the hypertension prevention and control program at the Bogor City Health Center. The research method used is a quantitative method with a cross-sectional design using the Malcolm Baldrige National Quality Award questionnaire instrument. The research population was all Public Health Centers in Bogor City, totaling 25 health centers with 6 employees in each Puskesmas. Data analysis used univariate and bivariate analysis with chi-square statistical test. The results of the performance of the P2 hypertension program based on the Malcolm Baldrige criteria found that there was a statistically significant relationship from the 6 Malcolm Baldrige criteria to the performance of the P2 Hypertension program with a p value <0.05. The results of the analysis also showed that the highest OR value was the variable focused on HR (OR = 60.0; 95% CI: 4.72-763.01). To improve the P2 Hypertension program at the City Health Center, it is hoped that it can optimize the development of the Community Health Center through the Integrated Development Cluster Development Team using the self-assessment reference that has been made by the Puskesmas with the Malcolm Baldrige approach."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktrina Gustanela
"Pada 11 Maret 2020 World Health Organization mengumumkan COVID-19 sebagai pandemi. Upaya pengendalian COVID-19 dapat dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi agar mendapat perlindungan optimal. Pandemi tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga pada pelaku usaha mikro. Menurut skala usahanya penurunan penjualan pada usaha mikro sebesar 43,3%. Percepatan vaksinasi pada pelaku usaha bertujuan untuk percepatan pemulihan kesehatan dan ekonomi. Teori Health Belief Model (HBM) bertujuan mengajarkan informasi tentang risiko dan perilaku untuk meminimalkan risiko tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku vaksinasi COVID-19 pada pelaku usaha mikro di Kota Padang. Metode pada penelitian ini dengan desain Cross Sectional. Sasaran pada penelitian ini adalah pelaku usaha mikro di Kota Padang dengan sampel 190 responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan KoboToolbox secara daring dan luring. Hasil penelitian menunjukkan 56,8% melakukan vaksinasi COVID-19 dua dosis. Pengetahuan, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan berhubungan dengan perilaku vaksinasi COVID-19. Persepsi manfaat merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku vaksinasi COVID-19. Berdasarkan teori HBM pengetahuan akan membawa perubahan, pengetahuan tentang COVID-19 dan vaksin COVID-19 akan menentukan tindakan terhadap pelaksaaan Vaksinasi COVID-19. Tingginya persepsi manfaat dibandingkan persepsi hambatan terhadap vaksinasi COVID-19 dapat memengaruhi seseorang untuk melakukan vaksinasi COVID-19.

On March 11, 2020, the World Health Organization declared COVID-19 as a pandemic. Efforts to control COVID-19 can be carried out by implementing health protocols and vaccinations to get optimal protection. The pandemic does not only have an impact on health, but also on micro-enterprises. According to the scale of business, the sales decline for micro businesses were 43.3%. Acceleration of vaccination for business actors aim to accelerate health and economic recovery. The Health Belief Model (HBM) theory aims to teach information about risks and behaviors to minimize these risks. This study aims to identify factors related to COVID-19 vaccination behavior in microenterprises in Padang City. The method in this research was a cross sectional design. The target of this research wàs micro business actors in Padang City with a sample of 190 respondents. Data was collected using a questionnaire with KoboToolbox online and offline. The results showed 56,8% took two doses of COVID-19 vaccination. Knowledge, perceived benefits, and perceived barriers are related to COVID-19 vaccination behavior. Perceived benefits is the most dominant factor related to the behavior of COVID-19 vaccination. Based on the HBM theory, knowledge will bring about change, knowledge of COVID-19 and the COVID-19 vaccine will determine the
actions that will be taken to carry out COVID-19 vaccinations. The high perceived benefits compared to perceived barriers toward COVID-19 vaccination can influence someone to get COVID-19 vaccination
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 10 11 12 13   >>