Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Supriaty Muhammad
"Perilaku manajemen dalam organisasi dipengaruhi oleh budaya organisasi diantaranya visi dan misi, pemberdayaan sumber daya manusia, manajemen pengetahuan, dinamika proses belajar serta proses perubahan organisasi. Untuk membantu Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang meningkatkan kemampuan organisasi dalam manajemen kesehatan, dilakukan suatu intervensi dalam bentuk kalakarya Quality Management dengan pendekatan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act).
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh intervensi kalakarya manajemen mutu terhadap perilaku manajerial pada proses pemahaman tugas pokok dan fungsi di seksi kesehatan keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan sebagai informan adalah kepala seksi, kepala sub seksi, staf, bidan koordinator serta kepala puskesmas. Pengumpulan data dengan metode wawancara mendalam dan observasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi seluruh anggota seksi kesehatan keluarga terhadap kegiatan pembuatan, sosialisasi, bimbingan dan pengarahan, monitoring serta evaluasi tugas pokok dan fungsi pada umumnya baik, demikian pula persepsi kepala puskesmas tentang bimbingan dan pengarahan serta monitoring yang dilakukan oleh seksi kesehatan keluarga adalah baik. Sikap seluruh anggota seksi kesehatan keluarga terhadap kegiatan pembuatan, sosialisasi, bimbingan dan pengarahan, monitoring serta evaluasi pada umumnya setuju dengan kegiatan tersebut, demikian halnya dengan sikap kepala puskesmas terhadap kegiatan bimbingan dan pengarahan, monitoring serta evaluasi yang dilaksanakan seksi kesehatan keluarga adalah pada setuju.
Dalam hal motivasi, yang memotivasi seluruh anggota seksi kesehatan keluarga untuk melaksanakan kegiatan tersebut adalah adanya keinginan untuk mau merubah ke arah yang lebih baik yaitu bekerja sesuai dengan uraian tugas masing-masing supaya lebih terarah dan lebih teratur. Selama kegiatan pembuatan uraian tugas serta dalam melaksanakan tugas kepala seksi melibatkan seluruh bawahan, demikian juga dalam pengambilan keputusan serta didukung oleh hubungan kerja yang baik antara kepala seksi dengan bawahan maupun diantara sesama staf seksi. Dalam pelaksanaan semua kegiatan tersebut yang telah dilaksanakan adalah pembuatan, sosialisasi tentang uraian tugas, sedangkan bimbingan dan pengarahan, monitoring serta evaluasi dilaksanakan pada pembuatan uraian tugas sampai dengan pelaksanaan. Kegiatan bimbingan dan pengarahan, monitoring dan evaluasi berlangsung terus menerus.
Saran sehubungan hasil penelitian ini bahwa kepala seksi hendaknya menggunakan uraian tugas yang telah dibuat menjadi pedoman dalam penilaian terhadap kinerja staf.

Analysis on the Effect of On the Job Training Quality Management Intervention on Managerial Behavior in Understanding Main Tasks and Functions of Family Health Unit of the Health Department in Sintang DistrictManagement behavior in organization is influenced by the organization culture that consists of vision and mission, man power empowerment, knowledge management, learning process dynamics and organization changing process. To assist the Health Department in Sintang district in improving organization competence in health management, an intervention was conducted by using on the job training Quality Management guiding program that employed PDCA (Plan, Do, Check, Act) cycle.
This study was aimed at obtaining information regarding the effect of on the job training quality management intervention on managerial behavior in understanding main tasks and functions of family health unit of the health department in Sintang district. This study was qualitative and the informant or respondents of this study were chief of unit, heads of sub unit, staff, midwife coordinator and chief of puskesmas. Data were collected by using in depth interviews and observation methods.
Result of study shows that perceptions of all members of family health unit on creating, socializing, coaching and guiding, monitoring as well as evaluating are mostly good. Similarly, the perception of chief of puskesmas concerning coaching and guiding as well as monitoring conducted by the family health unit is good. Stance of members of the family health unit toward creating, socializing, coaching and guiding, monitoring as well as evaluating is in agreement with those activities and so is the stance of chief of puskesmas toward the activities conducted by the family health unit.
In terms of motivation, what motivates all members of family health unit to carry out such activities is their willingness to change for better that is to work pursuant to individual tasks to be more directed and regulate. During the job description process and its implementation, chief of unit involved all subordinates. Similarly, the chief involve the subordinates as well in the decision making and is supported by good work relation among the chief of unit and subordinates as well as among unit staffs.
In implementing all activities mentioned above, what have been done are creating and socializing job description, while coaching and guiding, monitoring as well as evaluating have been carried out since the establishment up to recent implementation. Coaching and guiding, monitoring as well as evaluating are conducted continuously.
The recommendation offered from this study is that chief of unit should utilize the set job description as guidelines in assessing the staff?s performance."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4424
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustamar
"Rabies merupakan zoonosis penting yang dapat menular dari hewan kepada manusia, disamping case fatality rate-nya 100% juga mengurangi pemasukan devisa negara di bidang pariwisata sebab rabies merupakan penyakit yang ditakuti oleh wisatawan mancanegara setelah malaria. Sampai akhir tahun 1999, kasus rabies pada manusia tertinggi di Indonesia adalah di Pulau Sulawesi kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera dengan kasus rabies yang tertinggi terjadi di Propinsi Sumatera Barat. Di Sumatera Barat kasus rabies pada manusia sampai akhir tahun 1999,yang tertinggi terdapat di Kabupaten Tanah Datar dimana terdapat 7 kematian akibat rabies di kabupaten ini atau 39 % dari seluruh kematian akibat rabies di Propinsi Sumatera Barat.
Program pemberantasan rabies bertujuan untuk menurunkan kasus rabies baik pada manusia maupun pada hewan sehingga seluruh Indonesia pada tahun 2005 terbebas rabies, dimana salah satu kegiatan utama program pemberantasan rabies adalah memberikan vaksin anti rabies kepada anjing. Di Kabupaten Tanah Datar pencapaian vaksinasi rabies bagi anjing tersebut masih rendah yang sampai pada akhir tahun 1999 rata-rata hanya 26,8% dari target 70% populasi anjing di kabupaten ini.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi penyebab rendahnya perilaku pemberian vaksin anti rabies bagi anjing oleh masyarakat pemiliknya di Kabupaten Tanah Datar yang dihubungkan dengan pengetahuan, persepsi dari sikap masyarakat terhadap cara-cara memelihara anjing, rabies serta terhadap manfaat vaksin anti rabies bagi anjing. Juga untuk memperoleh informasi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam memelihara anjing pemburu oleh masyarakat pemburu di daerah ini,serta mendapatkan informasi baik tentang faktor pemungkin maupun faktor penguat yang dapat mempengaruhi untuk tetap berlangsungnya pemberian vaksinasi anti rabies bagi anjing oleh pemiliknya di daerah ini.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanjung Emas, Lintau Buo dan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat. Pengumpulan data dimulai bulan November 2000 sampai Pebruari 2001. Desain penelitian adalah metode kualitatif dengan teknik diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih rendahnya perilaku masyarakat dalam pemberian vaksin anti rabies bagi anjing terutama oleh masyarakat pemburu pemilik anjing, hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan masyarakat tentang cara-cara memelihara anjing dan pengetahuan tentang penyebab rabies serta kegunaan vaksin anti rabies bagi anjing, yang menyebabkan timbulnya persepsi yang salah baik terhadap penyebab rabies maupun terhadap manfaat vaksin anti rabies untuk anjing, Persepsi yang salah ini ternyata menimbulkan sikap negatif terhadap pemberian vaksin anti rabies untuk anjing oleh masyarakat pemiliknya di daerah ini.
Dalam penelitian ini juga terungkap anjing pemburu mempunyai nilai tinggi bagi pemburu di daerah ini, namun tidak ditemui hubungan antara nilai tersebut dengan rendahnya pemberian vaksin anti rabies untuk anjing oleh masyarakat pemilik anjing pemburu di daerah ini. Selanjutnya dalam penelitian ini juga terungkap bahwa target pemberian vaksin anti rabies untuk anjing ditentukan berdasarkan ketersediaan vaksin, bukan berdasarkan jumlah anjing yang harus di vaksinasi per tahun, serta waktu pelaksanaan pemberian vaksinasi tersebut hanya sekali setahun dan ketua kelompok pemburu belum memberi dorongan kepada pemburu untuk selalu memberikan vaksin anti rabies bagi anjingnya. Semuanya itu berkemungkinan juga menjadi penyebab rendahnya perilaku masyarakat untuk memberi vaksin anti rabies kepada anjing.
Daftar Bacaan : 33 (1974-2000)

Analysis to the Respond of People Having Dogs to Anti Rabies Vaccination in Tanah Datar District Year 2000
Rabies is an important zoonotic disease transmissible from animal to human, with case fatality rate of 100% and has a potency to reduce the Country Foreign Exchange from tourism. Rabies is the most frightening disease to tourist after malaria. By the end of 1999, the highest member of rabies to human in Indonesia is in Sulawesi followed by Sumatera. West Sumatera has the highest record where Tanah Datar District has the most significant with 7 deaths over 39% of Rabies Deaths within West Sumatera.
Rabies Elimination program is aimed to reduce rabies case on human as well as animals until Indonesia is deemed free from rabies by the year 2005. The main activity of the program is to vaccinatie pet dogs. In Tanah Datar by the year 1999, the vaccination coverage is very low with oney 26.8% from 70% of target dogs in the community.
This research is to collect information of why people are reluctant to give anti rabies vaccination to their dogs in Tanah Datar in relation to their knowledge, perception and their good care of dogs, of rabies and anti rabies vaccination as well as its worth. It is furthermore aimed to know the norms of how hunters take care of their hunting dogs and to analyze enabling and reinforcing factors which could possibly encourage people within the district to vaccinate their dogs with anti rabies vaccination.
The research took place in Tanjung Mas Sub District, Lintau Buo and X.Koto Tang' Datar District, West Sumatera Province. Data collection started in November 2000 up to February 2001. The research is done using a qualitative method with focus group discussion techniques and in depth interview.
Result indicates that the reluctance in giving anti rabies vaccination were due to insufficient knowledge about good care of dogs and rabies and about the anti rabies vaccination is worth to dogs. The insufficient knowledge lead to misunderstanding on rabies and the effect of vaccination that causes negative respond to the vaccination program.
The research also revealed that hunters esteem their dogs highly, but there is no correlation between the value and the low respond to vaccination. The research result indicates that the target of vaccination depends on the vaccination availability and not on the number of dogs to be vaccinated per year. The vaccination only conducted once a year. The Chief Hunter did not encourage the hunting members to vaccinate their dogs. Currently there is District Regulation to control dogs entering form other regions. All these cause the low respond of the community to vaccinate their dogs.
Reference: 33 (1974-2000)."
2001
T4627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismania Osnita
"Dalam rangka upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang optimal diperlukan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang menjangkau semua lapisan (Depkes, 1999). Dimana salah satu masalah kesehatan yang dihadapi di Indonesia adalah masih tingginya kematian balita karena pneumonia, pada tahun 1990 sebanyak 150.000 kematian dan diharapkan tahun 2000 turun menjadi 50.000 kematian melalui pengobatan yang sesuai dengan standar kasus ISPA.
Puskesmas adalah salah satu unit pelayanan kesehatan terdepan yang juga perlu meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk itu semenjak tahun 1998 puskesmas Kota Padang sudah melaksanakan program jaminan mutu (Quality Assurance), yang salah satu kegiatannya adalah menerapkan kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP ISPA pada balita. Setelah 6 (enam) bulan pelaksanaan kegiatan ini terlihat bahwa kepatuhan petugas sudah mencapai 70%-80% namun sesuai dengan hasil laporan puskesmas ternyata pada bulan Juni tahun 2000 kepatuhan petugas menerapkan SOP ISPA ini bahkan turun yaitu menjadi 40% yang seharusnya sudah mencapai 80%-100%.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP ISPA serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas terhadap SOP. Faktor yang diteliti adalah faktor internal yang terdiri dari pelatihan, umur, lama kerja, pengetahuan, persepsi, sikap,dan motivasi sedangkan faktor eksternal yang diteliti adalah komitmen pimpinan dan sarana. Kedua faktor ini merupakan variabel bebas, sedangkan variabel terikat adalah kepatuhan petugas menerapkan SOP ISPA.
Disain penelitian yang dipakai cross sectional. Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Dari hasil analisis bivariat didapatkan hanya yang bermakna pengetahuan, motivasi yang berhubungan dengan kepatuhan petugas menerapkan SOP ISPA. Dengan analisis multivariat didapatkan hubungan yang paling kuat antara pengetahuan dengan kepatuhan petugas terhadap SOP ISPA.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan Dinas Kesehatan Kota Padang dapat menyusun langkah yang akan diambil untuk meningkatkan kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP ISPA membantu penyediaan buku pedoman P2ISPA untuk puskesmas pembantu, membuat kebijakan agar puskemas yang bertetangga saling menilai kepatuhan dan memberikan penghargaan pada puskesmas dan petugas yang patuh. Pimpinan puskesmas diharapkan memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan pengetahuan petugas mengenai SOP ISPA misalnya dengan melakukan pelatihan, memberikan tugas baca pada petugas dan juga memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi petugas. Dengan demikian dalam menerapkan SOP ISPA ini petugas akan masuk ke tahap kepatuhan internalisasi yaitu petugas memahami makna dari pemberian pelayanan yang berkualitas sehingga masyarakat puas menerima pelayanan yang diberikan yang akhirnya angka kematian balita karena pneumonia dapat diturunkan.

Factors relate to compliance of health personnel to ARTI Standard Operating Procedure in Mother and Children Unit of Community Health Center in Padang, 2000High quality services that can be afford able by all community level in to increase the community health of the Indonesia people to its optimum level is needed. One of the health problems faced by Indonesia is high infant mortality rate due to pneumonia. In 1990 there were 150.000 deaths due to pneumonia to reduce to 50.000 in the year 2000 by applying standard important case management.
The community health center is one important service to increase the quality service. Therefore, since 1998 the community health center of Padang has performed Quality Assurance program, in which one of its activities to ensure the compliance of the health personnel in applying ARTI Standard Operating Procedure in infants. After 6 months of this activity it can be seen that the health personnel compliance has achieved 70-80%. However, according to the report of the community health in June 2000 the compliance of the health personnel declined to 40% while it should have achieved 80-100%.
The purpose of this research is to identify the health personnel compliance in applying the ARTI Standard Operating Procedure and factors related to the compliance towards the SOP. The factors studied are internal factors such as times enlarge from training, age, tenure, knowledge, perception, attitudes, and motivation while external factors are commitment of supervisor and availability of facilities. All of those factors are independent variables, while dependent variable is the health personnel compliance to apply the ARTI Standard Operating Procedure.
The research design used is cross-sectional. Data are analyzed in invariable bivariate and mulivariate analysis. Bivariate analysis reveals than only two rates of those independent variables, namely knowledge and motivation is related with health personnel compliance in applying the ARTI Standard Operating Procedure. The result of multivariate analysis reveals that the strongest relationship is between knowledge and compliance of health personnel towards the ARTI Standard Operating Procedure. Based on the result it is regicides than the Padang Health Office prepare steps to increase the compliance of the health personnel in applying the ARTI Standard Operating Procedure, by increasing than knowledge by providing guidance book for subsidiary Community Health Center, preparing the policy for the Neighboring Community Health Personnel to assess each other performance and giving rewards to the Community Health Center and personnel that are compliant.
It is expected that the Community Health Center forces theirs effort to matters that will increase the knowledge of health personnel regarding ARTI Standard Operating Procedure such as assigning reading to the health personnel and also find ways to increase their motivation. So in applying the ARTI Standard Operating Procedure the health personnel is expected to enter stage of internalization of compliance to understanding the meaning of giving high quality health service to the people that satisfy those receiving the provided service. In this way it is expected to decrease the mortality rate due to pneumonia in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Honggo Simin
"Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan misi Indonesia Sehat 2010 bertujuan untuk mengangkat derajat kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat melalui pembangunan yang berwawasan kesehatan. Dalam masa globalisasi dimana arus informasi menjadi begitu cepat, berbagai jenis pelayanan tersedia dimana-mana, tuntutan terhadap kualitas suatu produk yang makin tinggi. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan di Kalimantan Barat melalui Proyek Kesehatan IV telah dilaksanakan berbagai kegiatan peningkatan mutu layanan. Pihak Kantor Wilayah Kesehatan Propinsi Kalimantan Barat menyadari bahwa perlunya suatu perubahan perbaikan menyeluruh untuk mengantisipasi kelemahan layanan yang diberikan oleh jajaran kesehatan, agar layanan yang diberikan itu sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat. Dinas Kesehatan Kota Pontianak merupakan perangkat daerah Kota Pontianak. Dinas ini mempunyai 5 Seksi dan 1 subbagian Tata Usaha. Masing-masing seksi mempunyai spesifikasinya sendiri-sendiri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui budaya organisasi dan perilaku manajerial di Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Pontianak serta hal-hal yang berpengaruh terhadap budaya organisasi dan perilaku manajerial Seksi tersebut.
Hasil analisa pada pelanggan seksi menunjukkan adanya perubahan pada budaya organisasi dan perilaku manajerial Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. Dan pengamatan kegiatan rutin anggota seksi terliba+ bahwa anggota seksi berhubungan erat dan akrab satu sama lainnya, cenderung bertindak sebagai pelaksana. Banyaknya jabatan rangkap dalam seksi serta adanya jabatan yang lowong. Dari wawancara mendalam dan pengisian kuestioner anggota seksi terkesan bahwa motivasi anggota seksi terutama adalah mementingkan prestasi. Dalam hubungan antar individu terkesan suasana kerja yang baik, saling mendukung, tidak hambatan dalam berkomunikasi. Dalam sarana yang ada dan yang dibutuhkan diperoleh bahwa kelengkapan dan kecukupan sarana yang ada belum bisa mencukupi kebutuhan. Sedangkan pola kepemimpinan yang diterapkan cenderung berorientasi pada penyelesaian pekerjaan. Lingkungan sosial terkesan dapat menerima hal-hal yang dikerjakan oleh seksi. Sedangkan dukungan atasan cukup baik, terkesan tidak mengintervensi kegiatan staf.
Saran yang diberikan sehubungan dengan hasil penelitian tersebut adalah atasan lebih memberikan perhatian terhadap jabatan rangkap dan jabatan yang lowong, perlunya memberdayakan staf seksi sehingga bisa lebih berfungsi sebagai pengelola program daripada sebagai seorang pelaksana kegiatan program. Suasana kerjasama yang sudah baik jangan menjadi kendur, karena merupakan awal yang baik dalam menanggulangi masalah yang dihadapi.

Factors that Affect the Organization Culture Change and Managerial Behavior in Communicable Disease Control Section of Health Department in Pontianak Year Health Department of the Republic of Indonesia with its Healthy Indonesian 2010 vision intends to enhance the level of health reach individual, family and society through health-oriented development. In global era in which information is exchanged rapidly, any kind of service is available everywhere and demands on quality product increase. To improve the quality of health service provided in West Kalimantan through Health Project IV, all efforts of health service improvement have been performed. The health provincial office of West Kalimantan realizes that there is a necessity for total improvement to anticipate weaknesses of service provided by health workers so that such service may satisfy people's needs. This study was aimed at examining organization culture and managerial behavior in Communicable Disease Control Section of Health Department in Pontianak City and factors that influence such organization culture and managerial behavior of the section. The health department of Pontianak City is one of the city's local apparatus. This department consists of five units and one administration unit. Each unit has different task specification.
Result of analysis on the section's clients indicates that there is a change in the organization culture and managerial behavior in the Communicable Disease Control Section. Result of observation on routine activity of unit member?s shows that members of the section are closely related to each other and are likely as operatives. There are many positions occupied by same person while some are vacant. Referring to result from in depth interview with and checklist completion by the unit members, it seems that the main motivation for the unit members is their concern on achievement. Observed from their inter-member relation, it appears that the work atmosphere is likely to be conducive, supporting and free of communication barriers. In respect of the available and required facilities, it seems that the existing facilities and equipment are not adequate to meet the needs. Meanwhile the leadership style applied lends to he task completion-oriented. The social environment seems to accept matters carried out by the section. In addition, superior officers are likely to support the section well and appear not to intervene staff activities.
Recommendations offered based on the study are as follows: superior officers should put more concern on managing the positions occupied by same person and the vacant ones, the unit staffs need to be more empowerment so that they can serve as program managers rather than as program operatives, the existing work atmosphere needs to be maintained for it is a good beginning in solving present problems.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T7740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Jap
"Pada era globalisasi dan persaingan bebas termasuk dalam bidang pelayanan kesehatan saat ini, maka peningkatan mutu pelayanan menjadi sesuatu yang mutlak harus diperhatikan oleh para petugas kesehatan. Salah satu dimensi mutu adalah kepatuhan petugas terhadap standar pelayanan. Semakin tinggi kepatuhan petugas penyelenggara pelayanan kesehatan terhadap standar, maka akan semakin tinggi pula mutu pelayanan tersebut terhadap pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal care (standar dari Depkes RI tahun 1997) yang merupakan salah satu kegiatan pokok di Puskesmas. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana hubungan kepatuhan bidan dengan karakteristik bidan serta faktor eksternal lainnya yang berhubungan, dan faktor paling dominan yang berhubungan dengan kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal care.
Jenis penelitian adalah cross sectional, dilakukan di Puskesmas se Kabupaten Sanggau pads bulan Oktorber 2000 sampai dengan Nopember 2000. Sampel penelitian adalah seluruh bidan yang bertugas di 27 Puskesmas se-Kabupaten Sanggau, sebanyak 30 orang.
Analisis yang digunakan adalah chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan bidan di Kabupaten Sanggau masih sangat rendah, terutama pada komponen kegiatan pemberian tindakan/terapi. Dari analisis bivariat didapat faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan bidan adalah usia, pengetahuan, sikap, dan supervisi. dan analisis multivariat didapat bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan bidan adalah supervisi.
Dari hasil ini disarankan terutama kepada para kepala puskesmas agar melakukan supervisi internal kepada bidan di wilayah kerjanya secara kontinu dan berkesinambungan, minimal 3 bulan sekali, dalam rangka bimbingan teknis dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan bidan dalam memberikan pelayanan antenatal di puskesmas.

Global era and free competition have great influence on today's health services. For that reason, the quality of services is undoubtedly becoming highly considered by health workers. One of quality dimensions is the providers? compliance to the service standard. The higher compliance of the provider health service the higher the quality of service to the patient will be.
This study aims to obtain the description of level midwives' compliance to antenatal care service standard (issued by Ministry of Health Republic of Indonesia,1997) that is one of public health center main activities. Moreover, this study was also focused on investigating the correlation between midwives' compliance to the standard and their characteristics as well as other external factors that correlate, and factor that predominant midwives' compliance to the antenatal care service standard.
This study, a cross sectional one, was carried out at all public health centers in Sanggau District from October 2000 to November 2000. The samples were all midwives serving at all of public health centres in Sanggau district, which were 30 peoples. The analysis techniques employed were chi square and logistic regression. The study results show that level of midwives' compliance to the standard is low, particularly on treatment/therapy item. Age, knowledge, attitude and supervision were significance correlated to midwives compliance while supervision was found as a predominant factor.
This study recommends chiefs of public health centers to perform internal supervision on midwives throughout their work area regularly and continuously at least once within three months, to give technical guidance and to improve the midwives knowledge and skills in providing antenatal care service at public health centers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naibaho, Roy
"Pemanfaatan poliklinik gigi Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau belum optimal dilihat dari rendahnya jumlah kunjungan pasien yang memanfaatkan poliklinik tersebut. Dari laporan bulanan dan tahunan rumah sakit jumlah kunjungan pasien yang berobat tahun 2005 ada 294 orang (24 orang/bulan) dan tahun 2006 ada 347 orang (29 orang/bulan). Untuk itu perlu dilakukan penilaian terhadap pelayanan poliklinik gigi Rumah Sakit apakah sudah memuaskan dan memenuhi apa yang menjadi harapan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien dan faktorfaktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau, menggunakan metoda penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitiannya adalah cross sectional terhadap 119 orang responden.
Tingkat kepuasan pasien dari hasil penelitian masih rendah yaitu 37,8%. Hal ini mungkin penyebab pemanfaatan poliklinik di Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau masih rendah. Faktor dimensi mutu yang paling berhubungan dengan kepuasan pasien adalah reliability. Umur, pendidikan dan pekerjaan merupakan faktor konfounding terhadap hubungan dimensi mute dengan kepuasan pasien.
Dapat disarankan kepada pihak manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau dan instansi terkait untuk lebih membenahi lingkungan poliklinik gigi balk papan petunjuk maupun papan informasi yang berhubungan dengan lokasi dan tempat-tempat pelayanan di rumah sakit, memperhatikan waktu pelayanan di poliklinik gigi, membuat usulan pengadaan obat dan bahan yang diperlukan dalam pelayanan gigi dan mulut sehari-hari, usulan kebutuhan tenaga perawat gigi serta perlu dilakukan benchmarking dengan pelayanan kesehatan lain dalam rangka pembangunan clinical governance.

Dental polyclinic use in Sanggau District Public l-Iospital was still not optimal as seen in low patient visit rate to use the polyclinic. Based on monthly and annual reports, patient visit rate in 2005 were 294 patients (24 patients per month) and in 2006 were 347 patients (29 patients per month). Thus, it is needed to conduct the evaluation of hospital dental polyclinic service, whether it has satisfied and met patient expectation.
The aim of this study was to identify patient satisfaction and factors affecting dental and oral health service quality in Sanggau District Public Hospital. Quantitative research method and cross sectional research design were used with 119 participants.
The result revealed that patient satisfaction level was low, 37.8%. This is the possible cause of low use of Sanggau District Public Hospital Dental Polyclinic. The most associated quality dimension factor to patient satisfaction were reliability. Age, education and work were confounding factors to the relationship between quality dimension and patient satisfaction.
It is recommended to Sanggau District Public Hospital Management and related institution to improve the dental polyclinic environment, including providing guide and information boards of the location and service posts in the hospital, to pay attention to dental polyclinic service time, to make proposals of drug and material procurements needed in daily dental and oral services and dental nurse requirement, and it is needed to perform benchmarking with other health service in order to build a clinical governance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T19098
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Lestari
"Inisiasi Menyusu Dini (IMD merupakan langkah penting untuk menjamin pemberian ASI eksklusif yang mereduksi kematian bayi. IMD yang dilaksanakan di RSUD Kota Cilegon dicatat sebesar 72,7% dari target sebesar 100% pada tahun 2018. Studi ini menggali faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD di RSUD Kota Cilegon dengan pendekatan kualitatif, menggunakan wawancara mendalam dan telaah dokumen. Wawancara mendalam dilakukan terhadap 14 informan yang terdiri dari kabid pelayanan, kepala ruangan bersalin, dokter spesialis kandungan dan ibu pasca bersalin.
Hasil akhir memperlihatkan IMD dilaksanakan cukup baik pada persalinan normal, namun belum dilaksanakan pada persalinan dengan metode yang lain. Faktor yang memerlukan perbaikan adalah Prosedur Operasional Baku (POB) IMD dan pelatihan di dalam rumah sakit. Faktor lain adalah perbaikan kegiatan edukasi bagi ibu hamil di fasilitas pelayanan kesehatan primer untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang IMD.

Early Breastfeeding Initiation (IMD) is an important step to guarantee exclusive breastfeeding which reduces infant mortality. IMD implemented in Cilegon City Hospital is recorded at 72.7% of the target of 100% in 2018. This study explores the factors that influence the implementation of IMD in RSUD Cilegon City with a qualitative approach, using in-depth interviews and document review An in-depth interview was carried out on 14 informants consisting of head of health services, head of maternity room, obstetrician and postpartum mothers.
The final results showed that IMD was carried out quite well in normal labor, but not yet The method that needs improvement is IMD Standard Operating Procedure (SOP) and training in the hospital Another factor is the improvement of educational activities for pregnant women in primary health care facilities to improve maternal knowledge about IMD.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Meiliyana
"COVID-19 merupakan jenis penyakit menular baru, yang ditemukan pada Desember 2019 dan menjadi pandemi di tahun 2020. Tenaga kesehatan merupakan garda depan yang berjuang melindungi masyarakat melawan pandemi COVID-19. Tingkat kematian nakes di Indonesia sangat tinggi. Belum ada obat untuk penyakit ini, dan satu-satunya cara adalah dengan mencegah paparan penyakit dengan protokol kesehatan tepat dan konsisten. Teori perilaku yang digunakan pada penelitian ini adalah health belief model. Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku pencegahan COVID-19 pada tenaga kesehatan puskesmas, dalam masa pandemi di Indonesia tahun 2020. Metode penelitian: kuantitatif dengan desain cross sectional, menggunakan data sekunder, hasil survei PPPKMI yang bekerja sama dengan PPK FKM UI, di bulan Juni 2020. Variabel independen yang dipilih: faktor modifikasi, persepsi kerawanan, persepsi keseriusan, persepsi hambatan, dan isyarat bertindak, dengan variabel dependennya perilaku pencegahan COVID-19 pada tenaga kesehatan puskesmas di Indonesia. Hasil: Sampel didapatkan 651 responden yang bekerja di Puskesmas, dengan perempuan 82%, usia terbanyak 20-29 tahun, PNS 54,7% dan wilayah kerja pulau Jawa 62,7%. Proporsi tindakan yang dilakukan yaitu selalu memakai masker saat keluar rumah 93,7%, ditempat kerja 96,2%, selalu mencuci tangan 90%, selalu menjaga jarak 86,7%, dan ketersediaan masker harian≥3 buah 81,6%. Deskripsi mempraktikan perilaku pencegahan sebesar 97,75%. Variabel yang signifikan adalah jenis kelamin, pengetahuan dan persepsi hambatan, dengan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku pencegahan COVID-19 pada tenaga kesehatan di Puskesmas adalah persepsi hambatan dengan p-value =0,0001 OR.2,080.

Background: COVID-19 is a new contagious disease that was emerging in December 2019 and became a pandemic in 2020. Both morbidity and mortality rates have hit worldwide due to this disease. Health workers as the frontliner had to protect public from the COVID-19 infection. This study used Health belief model framework. Objective: To analyze the prevention behavior of COVID-19 among health workers at health centers, during the pandemic in Indonesia in 2020. Method: This study using cross-sectional approach on secondary data of the Indonesian Society for Health Promotor and Educator (PPPKMI) and Center of Health Researches Public Health Faculty of Universitas Indonesia (PPKFKM UI) in June 2020 survey. Selected independent variables consist of modification factors, perceived threats, perceived barriers, and cues to action. Results: The total sample used was 651 respondents consist of 82% female, 20-29 years old, 54.7% civil servants and 62.7% working area in Java. Proportion of always wearing mask when leaving the house 93,7%, at work 96.2%, always wash hands 90%, always keep a distance 86.7 and the availability of personal masks≥3 pieces is above 91,6%. The average of practicing preventive behavior was 97,75 points. Independent variables that have a significant relationship with COVID-19 prevention behavior are gender, knowledge and perceived barriers. Conclusion: this study found that perceived barriers were the most influencing factor on COVID-19 prevention behavior among health workers at Puskesmas p-value =0,0001 OR.2,080."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liliek Sulistyowardani
"Tesis ini membahas faktor manusia yang berperan dalam insiden keselamatan pasien di rumah sakit. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian ini terdapat 3 variabel yang berhubungan signifikan dengan insiden keselamatan pasien yaitu: pengawasan kurang memadai (P value 0,012 dengan OR 0,28), manajemen sumber daya (P value 0,004 dengan OR 3,85) dan proses operasional (P value 0,019 dengan OR 3,29). Peran organisasi sangat penting dalam mengurangi insiden keselamatan pasien agar tercapai peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hasil penelitian menyarankan bahwa pentingnya faktor manusia dalam insiden keselamatan pasien di rumah sakit maka perlu ditingkatkan pelatihan kepada tenaga kesehatan tentang insiden keselamatan pasien sesuai dengan kebutuhan rumah sakit yang dilakukan secara berkesinambungan serta diperlukan peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam membina rumah sakit di wilayahnya.

This thesis discusses human factors that play a role in the incidence of patient safety in hospitals. This research is quantitative research with cross sectional design. Human factors play an important role in the incidence of patient safety. The results of this study are 3 variables that are significantly related to the incidence of patient safety, namely: inadequate supervision (P value 0.012 with OR 0.28), resource management (P value 0.004 with OR 3.85) and operational processes (P value 0.019 with OR 3.29). The role of the organization is very important in reducing the incidence of patient safety in order to achieve improved quality of health services in hospitals. The results of the study suggest that the importance of human factors in the incidence of patient safety in hospitals requires training of health workers on incidents of patient safety in accordance with hospital needs and the role of the Provincial Health Office in fostering hospitals in the region."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Herlina
"Seiring dengan adanya tuntutan masyarakat akan penerapan good governance dan tuntutan akan pelayanan pubiik yang berkualitas, demokratisasi dan pengakuan hak hak azasi manusia, serta giobalisasi dan berlakunya era perdagangan bebas akan melahirkan tuntutan terhadap peiayanan yang berkualitas agar supaya tetap eksis dan mampu bersaing, Begitu juga di bidang kesehatan yang merupakan suatu kebutuhan tampak tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan telah bergeser kearah yang lebih berkualitas. Pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang maka puskesrnas sebagai penyelenggara pelayanan publik hendaknya dapat memberikan kualitas pelayanan yang dapat memenuhi keburuhan masyarakat. Selain itu, saat ini masyarakat semakin menyadari hak-haknya sebagai konsumen kesehatan. Sehingga seringkali mereka secara kritis nempertanyakan tentang penyakit, pemeriksaan, pengobatan, serta tindakan yang akan diambil berkenaan dengan penyakitnya.
Puskesmas yang merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan, mempunyai peran cukup besar dalarn upaya mencapai tujuan pembanguna kesehatan, untuk itu diperlukan suatu penilaian kinerja puskesmas yaitu suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja/prestasi puskesmas. Pengukuran kualitas pelayanan puskesmas belum pemah dilakukan di Kota Tangerang, sehingga puskesmas belum dapat mengukur sejauh mana pelayanan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan atau harapan masyarakat. Selama ini penilaian puskesmas baru terpusat pada keberhasilan pencapaian program dart penampilan fisik akan tetapi dari aspek pasien sebagai pengguna jasa pelayanan belum pemah diukur.
Tujuan penelitian ini adalah didapatkannya gambaran hubungan antara pemenuhan hak pasien dengan kualitas pelayanan kesehatan puskesrnas di Kota Tartgerang tahun 2007. Penelitian dilaksanakan di Kota Tangerang dari bulan Mei sampai Juni 2007. Sampel penelitian adalah 270 pasien di 10 puskesmas di Kota Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional.
Hasil penelitian menunjukan penilaian baik terhadap kualitas pelayanann di puskesmas (79,6%). Dari hasil analisis peranan hak pasien terhadap kualitas pelayanan di puskesmas terdapat hubungan yang positif, dimana pasien yang tepenuhi halmya memberi penilaian baik terhadap kualitas pelayanan puskesmas. Saran kepada Dinas Kesehatan, agar dalarn penilaian kinerja puskesmas hendaknya memasukkan unsur penilaian pa.sien. Saran unrtuk puskesmas, hasil survey dapat dijadikan evaluasi terhadap kualitas pelayanan.

As the public begun to claim the practice of good governance and good quality of public services, democratization, and recognition of human's rights, and also globalization, and validity of free trade era will bear the claim of good quality of service in order to keep exist and able to compete. Also in health aspect, a need of health service is one of basic needs, that is why puskesmas as the public service operator must be able to give service quality which can satisfy the needs of public.
Puskesrnas which is the pioneer of health development have a big role in the effort to reach the purpose of health development, so that, a work evaluation of puskesmas is needed to give the evaluation of puskesmas achievement. The evaluation of puskesmas service quality has never been done before, that is why puskesmas never be able to evaluate how good the service they give to satisfy the public's needs. Until today, puskesmas' evaluations focus on the success of program accession and physical appearance never from the patients as the consumer of service.
The purpose of this research is to get a picture of association between patien's right fulfillment and quality of health care at community health center in Tangerang City,2007. The sample of this research were 270 patients in 10 puskesmas in Kota Tangerang. Descriptive quantitative with cross sectional research design is used as a method in this research.
The result showed good evaluation of the service quality in Puskesrnas. From the result of patient's rights role to the service quality in puskesmas showed a good correlation where patients that got their rights gave good grades to quality of puskesmas service. Suggestion to health Department is to put the patients evaluation in the puskesmas evaluation as the consumer of the service. Suggestion to puskesmas is to use the result of survey as the evaluation to the quality of service.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>