Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathia Dea Aulia
"Program KB ditetapkan sebagai program pemerintah sejak tahun 1970, awal mulanya program ini hanya fokus pada masalah kesehatan. Namun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, tingginya angka kematian ibu dan kebutuhan kesehatan reproduksi, KB selanjutnya digunakan sebagai salah satu cara untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Namun berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019, tertera bahwa cakupan KB di Indonesia baru mencapai 62,5%. Sementara metode yang dipilih oleh masyarakat Indonesia masih didominasi oleh metode kontrasepsi jangka pendek (non MKJP) yaitu sebanyak 80%. Hal ini belum sesuai dengan target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan MKJP pada wanita usia 15-49 tahun di Indonesia dengan menggunakan data SDKI tahun 2017, yang menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 10.813 dari 49.627 wanita usia subur yang memenuhi kriteria : wanita berusia 15-49 tahun, berstatus kawin, dan memakai kontrasepsi. Uji chi square digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah anak hidup, indeks kekayaan, pekerjaan, keterpaparan informasi, dan sumber pelayanan KB dengan penggunaan MKJP. Diharapkan agar BKKBN dapat menyebarkan informasi mengenai KB khususnya MKJP melalui media sosial secara lebih masif dan lebih intens

Family Planning program (KB) in Indonesia has been stated as government’s operational plan since 1970. At the beginning of this program, the focus was only on health care purpose. However, along with the increasing number of the Indonesian populations, mother’s death, and the needs of reproduction health, this family planning program has been used as one of the way to suppress the number of population’s growth and the health of mothers and babies. Nonetheless, based on Indonesian health profile data in 2019, it is stating that this program coverage has only reached 62.5% of all the mothers in the age of productive range. Moreover, the method is chosen by the people is dominated by short-term contraception method with the number of 80%. This number has not matched yet with the number of stated target by the government. This study is aiming for the purpose of knowing all the related factors with the usage of Long Acting Reversible Contraceptive (LARC) among the women with productive ages in Indonesia using IDHS’s data in 2017, and using cross-sectional studies design. The sample of the study was 10.813 of 49.672 productive women that fulfill the criteria; in the age of 15- 49, with married status, and using contraception. This study was assisted by chi-square method to analyze the correlation of each variable. The analysis shows that there is correlation between the number of living child, wealth index, occupation, information disclosure, and the source of family planning program services using LARC. It is hoped that BKKBN could broadcast the information about this family planning program (especially LARC) through social media in more massive and intensive way"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Tsaqila
"Penelitian ini bertujuan unutk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada peserta KB aktif di Kecamatan Cibadak tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional menggunakan data primer yang dilakukan di Kecamatan Cibadak pada Oktober 2020 dengan jumlah sampel sebanyak 152 responden. Penggunaan MKJP sebagai variabel dependen, sedangkan usia, tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, ketersediaan alat kontrasepsi, KIE KB, dukungan suami sebagai variabel independen. Data berupa hasil pengisian kuesioner dengan metode daring yang diisi sendiri oleh reponden dan dianalisis dengan uji chi-square. Berdasarkan hasil analisis didapatkan proporsi pengguna MKJP tertinggi adalah pengguna Non-MKJP (73,7%), pada masing – masing variabel proporsi tertinggi terdapat pada kelompok responden yang berada pada rentang usia 35-49 tahun (39,7%), tingkat pendidikan tinggi (31,9%), pengetahuan tentang MKJP yang tinggi (55,1%), sikap terhadap MKJP yang positif (40,2%), ketersediaan alat kontrasepsi yang tersedia (28,4%), KIE KB yang lengkap (31,9%), serta dukugan suami yang cukup (27,3%).Terdapat hubungan antara usia, tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, dan KIE KB dengan penggunaan MKJP. Hasil penelitian menyarankan untuk memaksimalkan KIE KB dengan memanfaatkan berbagai media yang berfokus pada penggunaan MKJP.

This study aims to determine the factors associated with the use of the long-acting contraceptive method in active family planning participants in Cibadak District in 2020. This research is a quantitative study with a cross-sectional design using primary data conducted in Cibadak District in October 2020 with a total sample of 152 respondents. The use of long-acting contraceptive (LAC) method as the dependent variable, while age, level of education, knowledge, attitudes, contraception avaliability, family planning information, education, and communication (FP IEC), support of pairs of independent variables. The data used is the results of self-administered online questionnaires and analyzed by chi-square test. Based on the analysis of the results of the research, the highest users were Non-LAC users (73.7%), for each variable the highest representation was in the group that was in the age range 35-49 years (39.7%), the level of higher education (31,9%), high knowledge of LAC (55.1%), positive attitudes towards LAC (40.2%), indicating available contraceptives (28.4%), complete FP IEC (31, 9% ), as well as adequate partner support (27.3%) There is a relationship between age, education level, knowledge, attitudes, and FP IEC with the use of the long-acting contraceptive method .The results suggest maximizing FP IEC by utilizing various media focusing on the use of LAC methods."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenni Haristia
"Pencegahan obesitas perlu dilakukan sejak remaja karena berpotensi menjadi obesitas saat dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor predisposisi yaitu umur; jenis kelarnin; status gizi siswa; pengetahuan; sikap; status gizi ibu, faktor pemungkin yaitu status pekerjaan ibu; tingkat pendidikan ibu; dan pola makan, dan faktor penguat yaitu pengaruh teman sebaya dengan perilaku pencegahan obesitas. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain crosssectional. Pengambilan data dilakukan di SMP Negeri 1 Depok dengan instrumen kuesioner.
Penelitian menemukan bahwa 69,1% siswa melakukan pencegahan obesitas. Analisis lebih lanjut menemukan bahwa status gizi siswa, asupan lemak harian, kebiasaan sarapan, konsumsi sayur, serta konsumsi susu dan hasil olahannya berhubungan dengan perilaku pencegahan obesitas pada siswa SMP di Kota Depok tahun 2012.
Prevention of obesity needs to be done as adolescent because of the potential of becoming obese as adults. This study aims to determine the relationship between predisposing factors are age; sex; nutritional status of students; knowledge, attitude; maternal nutritional status, enabling factors, namely maternal employment status; level of maternal education, and diet, and reinforcing factors namely the influence of peer groups with obesity prevention behaviors. This study is quantitative with crosssectional design. Data is collected in state junior high school 1 Depok (SMP Negeri 1 Depok) with a questionnaire instrument.
The study found that 69.1% of students do prevention of obesity. Further analysis found that the nutritional status of students, the daily fat intake, breakfast habits, consumption of vegetables, as Well as the consumption of milk and processed products, was related to obesity prevention behaviors in students of state junior high school in Depok.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti
"Skripsi ini membahas tentang Hubungan jenis Kelamin, Keterpaparan Media dan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Remaja di SMPN 6 Palolo Sulawesi Tengah Tahun 2012. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Jumlah sampel 116 (Total Sampling). Hasil penelitian memperlihatkan sebagian besar (79,3%) Responden mempunyai perilaku seksual berisiko dan hampir seluruhnya (98,3%) sudah terpapar oleh media porno, terpengaruh oleh teman sebaya sebanyak (91.4%). Dari ketiga variabel yang diteliti satu variabel (jenis Kelamin) yang ada hubungan dengan perilaku seksual berisiko. Variabel keterpaparan media dan pengaruh teman sebaya tidak ada hubungan dengan perilaku seksual berisiko, hal ini disebabkan karena untuk kedua variabel tersebut responden cenderung homogen.

This thesis discusses the types of Gender Relations, Media Exposure and Influence Friends peer with Sexual Behavior of Youth in Central Sulawesi palolo SMPN 6 2012. This type of quantitative research with cross sectional design. Number of samples 116 (Total Sampling). The results showed the majority (79.3%) respondents had a risky sexual behavior and nearly all (98.3%) had been exposed to pornographic media, influenced by peers as much (91.4%). Of the three variables studied one variable (type of sex) in connection with risky sexual behavior. Variable media exposure and peer influence has nothing to do with sexual risk behavior, this was due to both the respondents tend to be homogeneous variables."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asma' Fauziah
"Sebanyak 4,8% penduduk Indonesia telah melebihi batas konsumsi gula yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 tahun 2013. Selain itu, proporsi konsumsi minuman berpemanis ≥ 1 kali/hari di Indonesia meningkat sebesar 8,17% pada tahun 2018. Banten merupakan salah satu provinsi dengan proporsi konsumsi minuman berpemanis yang tinggi (61,46%), lebih besar dari proporsi konsumsi minuman berpemanis di Indonesia. Salah satu penyumbang proporsi terbesar merupakan Tangerang. Konsumsi minuman berpemanis merupakan salah satu faktor utama yang mendorong obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, uang saku, teman, dan akses dengan perilaku konsumsi MBDK pada siswa-siswi SMAN 28 Kabupaten Tangerang pada tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data penelitian dikumpulkan melalui pengisian self-administered questionnaire oleh 172 siswa aktif SMAN 28 Kabupaten Tangerang. Data dianalisis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian telah menunjukkan sebanyak 88 (50,6%) responden mengonsumsi MBDK yang tinggi. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan signifikan secara statistik antara jenis kelamin (p= 0,046; OR= 2,16; 95% CI 1,07 - 4,36) dan uang saku (P= 0,004; OR=2,62; 95% CI 1,40-4,89) dengan Konsumsi MBDK, sehingga saran yang dapat diberikan peneliti yaitu membatasi penjualan dan iklan MBDK dan menyediakan air siap minum di sekolah.

Approximately 4.8% of the Indonesian population has exceeded the sugar consumption limit set by the Minister of Health Regulation No. 30 of 2013. Furthermore, the proportion of daily sweetened beverage consumption in Indonesia increased by 8.17% in 2018. The province of Banten is notable for having a high proportion of sweetened beverage consumption (61.46%), exceeding the national average, with Tangerang being a significant contributor. The consumption of sweetened beverages is a primary factor contributing to obesity. This study aims to investigate the knowledge, attitudes, pocket money, peer influence, and access related to the behavior of sweetened beverage consumption (MBDK) among students of SMAN 28 in Tangerang Regency in 2024. A cross-sectional study design was employed, with data collected via a self-administered questionnaire completed by 172 active students of SMAN 28 Tangerang Regency. Data analysis was conducted using the chi-square test to examine the relationships between the independent variables and the dependent variable. The findings revealed that 88 respondents (50.6%) exhibited high consumption of MBDK. Additionally, the study identified statistically significant relationships between gender (p= 0.046; OR= 2.16; 95% CI 1.07 - 4.36) and pocket money (p= 0.004; OR= 2.62; 95% CI 1.40 - 4.89) with MBDK consumption. Based on these findings, it is recommended to implement restrictions on the sale and advertisement of MBDK and to provide readily available drinking water in schools.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasqia Rizqiana
"Kementerian Kesehatan RI melaporkan bahwa prevalensi merokok pada usia 10-18 tahun pada tahun 2023 di Indonesia mencapai 7,4%. Tingkat merokok pada remaja dapat dikurangi dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan self-esteem, lingkungan keluarga merokok, pola asuh negatif, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa SMA DKI Jakarta Tahun 2023. Penelitian ini menggunakan data Survei Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta dengan menggunakan desain studi cross-sectional yang dianalisis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan lingkungan keluarga merokok (p=0,0001), pola asuh negatif (p=0,0001), dan tekanan teman sebaya (p= 0,0001) dengan perilaku merokok pada siswa, sedangkan pada self-esteem tidak terdapat hubungan dengan perilaku merokok pada siswa (p=0,582). Analisis stratifikasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan self-esteem, lingkungan keluarga merokok, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok siswa perempuan, sedangkan pada laki-laki terdapat hubungan lingkungan keluarga merokok, pola asuh negatif, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok. Selain itu, terdapat pengaruh pola asuh negatif pada hubungan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa. Sementara itu, tidak terdapat pengaruh pola asuh negatif pada hubungan self-esteem dengan perilaku merokok pada siswa. Oleh karena itu, disarankan untuk mengadakan layanan konseling dan program peer educator/peer counselor pada siswa.

The prevalence of smoking among 10-18 years old in Indonesia reach 7,4% in 2023. Understanding the factors associated with smoking behavior can reduce smoking rates in adolescents. The purpose of this study is to determine the relationship between self-esteem, smoking family environment, negative parenting, and peer pressure with smoking behavior among high school students in DKI Jakarta in 2023. This study uses data from the Adolescent Behavior Survey of High School Students in DKI Jakarta using a cross-sectional study design that was analyzed univariate, bivariate, and stratified. The results of the study showed a relationship between smoking family environment (p=0,0001), negative parenting (p=0,0001), and peer pressure (p=0,0001) with smoking behavior among students. Meanwhile, self-esteem (p=0,582) is not related to smoking behavior among students. Stratified analysis shows a relationship between self-esteem, smoking family environment, and peer pressure with smoking behavior among female students, while among male students, there is a relationship between smoking family environment, negative parenting, and peer pressure with smoking behavior. Apart from that, negative parenting influences the relationship between peer pressure and smoking behavior among students. Meanwhile, there was no influence of negative parenting on the relationship between self-esteem and smoking behavior among students. Therefore, it is recommended to provide counseling services and peer educator/peer counselor programs for students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiansyah
"Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai unsur pelaksana pelayanan kesehatan, telah berupaya memberkan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat, salah satunya melalui Puskesmas Latihan. Salah satu unit pelayanan yang dimiliki oleh Puskesmas Latihan adalah poli gigi, dimana fasilitas yang dimilki terdiri dari 5 unit peralatan gigi yang terdiri dari 1 unit fuel elektrrc dan 4 unit sederhana yang dilayani oleh tenaga dokter gigi 2 orang, perawat gigi 9 orang serta 1 orang petugas kartu. Jumlah dokter gigi hanya 2 orang sedangkan beban kerja dokter gigi cukup besar antara lain mengawasi kerja perawat gigi, pencatatan kartu, penulisan resep sampai pembayaran pasien. Akibatnya waktu komunikasi dengan pasien menjadi berkurang, sehingga kemungkinan pasien menjadi kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan. Jumlah pasien mencapai 60-80 orang perhari dengan berbagai kasus perawatan. Banyaknya pasien mengakibatkan permasalahan permasalahan antara lain :
1. Fasilitas yang tidak mendukung sehingga apabila dibutuhkan pelayanan yang memerlukan mesin bor untuk preparasi kavitas mengakibatkan pasien menunggu terlalu lama. Data tahun 1998 menyatakan hampir 17,31 % setiap bulan pasien dirujuk akibat kurangnya alat ini.
2. Waktu komunikasi yang kurang akibat banyaknya pasien yang berobat, sehingga infonnasi yang disampaikan pasien mengenai penyakit giginya kurang mendapat respon.
3. Krisis ekonomi mengakibatkan harga obat melonjak sampai empat kali lipat sehingga mengakibatkan terbatasnya obat gigi yang digunakan sehingga ada kasus-kasus tertentu dilakukan pengobatan tidak sesuai dengan indikasinya. Data tahun 1998 jumlah kasus tambalan 1487 orang, yang mendapat tambalan tetap hanya 503 orang (25,3 %).
4. Kurangnya jumlah Instrumen dan alat sterilisasi yang hanya satu buah yang tidak sesuai dengan jumlah pasien mengakibatkan pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan SOP (Standar Opertional Prosedur). Data dari Dinas Kesehatan Tingkat I tahun 1998 jumlah kasus abces 955 orang (10,8 %).
Penelitian ini hanya menganalisa hubungan antara pelayanan tenaga kesehatan dengan kepuasan berdasarkan karakteristik pasien yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan jenis penyakit. Variabel penelitian dibatasi pada responden yang telah berumur 15 tahun keatas, dengan jumlah sampel 399 orang.
Penelitian ini menggunakan rancangan belah lintang ( cross sectional ) untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan dan mendapatkan informasi tentang hubungan pelayanan tenaga kesehatan dengan kepuasan pasien.
Pada pelayanan penerimaan pasien, pelayanan dokter gigi, pelayanan perawat gigi, proporsi pasien yang puas lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak puas. Tetapi pada fasilitas medis dan penunjang medis proporsi pasien yang tidak puas lebih banyak dari pada yang puas. Untuk pelayanan tenaga kesehatan proporsi pasien yang puas terhadap pelayanan perawat gigi lebih besar dibandingkan yang puas atas pelayanan dokter gigi.
Setelah dilakukan pengujian secara statistik dengan Chi- Square maka diperoleh hubungan yang bermakna antara pelayanan tenaga kesehatan dengan kepuasan berdasarkan umur (> 25 tahun ), jenis kelamin (laki-laki dan wanita), pendidikan (pendidikan tinggi), pekerjaan ( yang bekerja dan tidak bekerja ), penyakit gigi (berlobang).
Kesimpulannya, hampir semua responden menyatakan puas terhadap pelayanan yang diberikan dan hanya sebagian kecil saja yang meyatakan tidak puas.
Daftar bacaan: 25 ( 1969 -1997 )

The Relationship Between Health Provider Service With The Patient Satisfaction for Mouth and Dental Health Service in Public Health Center Latihan Blang Padang Banda Aceh in 1999.Health District in Aceh Province as health service provider had given their best effort to give the optimum service for the community, one of them through the Latihan Public Health Center. One of the service is dental clinic equiped with five dental unit, one fully elektric and the other four are non elektric, manned by two dentists, and nine dental nurses and one medical registrar. As many as 60-80 patients visits per day needing various dental care. The two dentists, have heavy work load such as suvervising the work of the dental nurses. and medical registran, as well as receiving payment from the patients limiting the contact between them and the patients they attended, thus affecting the patients satisfaction.
Problem arise from serving too many patients included:
1. Long waiting time at the result of too few equipments including the drill machine for filling dental cavity. Almost 17,3 % of patients were referred to other dental facilities per month.
2. Limited time for communication renders the officials as unresponsive to their patients complaints.
3. Economics crisis forced the drug price up four times their original price limiting the amount of drug available in the health center, so that many cases were treated inadequadely. In 1998 as many as 1487 cases needed dental repair, only 503 ( 25,3 %) got permanent filling.
4. Too few instruments and only one sterilizer makes it difficult to fulfil the SOP in dental care. 1998 data shows the sum % 955 persons (10,8 %) with abcess after being treated at the health center.
This research is limited to the analysis of the relationships between health provider service with patients' satisfaction with respect to patients' characteristic such as: age, sex, education, job and types of symptoms. Respondents were limited to patients who were more than fifteen years old, numbering 399 person.
Design of this research was cross sectional study to describe the patients satisfaction to the service available at the health center and providing information on the relationship between provider service with patients satisfaction.
In patient admission service, dental service, dental nurse service the proportion of patients who were satisfied with the service is larger than those who were unsatisfied. On the other hand, the proportion of those satisfied with the medical fasilities and supports was smaller than those unsatisfied. With respect to type of personel rendering the service, the proportion of patients who were satisfied with.the dentist's service was smaller than those who were satisfied with the dental nurses's service.
Testing using Chi-square, showed significant relationship between health provider service with satisfaction according to patients characteristic such as age (more 25 years), sex (male and female), education (high), (job and jobless), dental cavity. Conclusion: most of the respondents stated their satisfaction service given in health center only few respondents remain unsatisfied.
References : 25 ( 1969 -1997 )
"
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T451
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Mardhiati Adiwiryono
"Pemanfaatan tenaga penolong persalinan berhubungan secara tidak langsung dengan kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian ibu disebabkan adanya komplikasi persalinan dan terlambat dalam merujuk kasus yang berisiko tinggi, sedangkan tingginya angka kematian bayi disebabkan persalinan yang kurang bersih (steril) yang berisiko untuk terkena tetanus neonalorum. Pemanfaaatan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan dapat menangani komplikasi persalinan, dapat cepat mendeteksi kasus berisiko tinggi, dan merupakan persalinan yang higienis. Berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan persalinan tenaga kesehatan antara lain program Bidan di Desa (BdD), namun sampai sekarang cakupan persalinan masih tetap dibawah target. Pemanfaatan tenaga persalinan berkaitan dengan faktor sosio budaya masyarakat setempat dan karakteristik ibu. Untuk meningkatkan cakupan pemanfaatan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan, sangat memerlukan pengetahuan tentang faktor sosio budaya masyarakat dan karaktersitik ibu tersebut.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan tenaga penolong persalinan di Indonesia tahun 1997. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari 20.080 responden yang merupakan responden dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 1997, Variabel yang diteliti adalah umur ibu, pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi, paritas, riwayat kehamilan ibu, antenatal care, kebiasaan membaca surat kabar, kebiasaan mendengar radio, kebiasaan menonton televisi, dan pendidikan suami. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan sampel adalah ibu yang pernah melahirkan. Data dikumpulkan dan diolah dengan perangkat lunak statistik khusus desain kompleks.
Hasil penelitian menunjukkkan bahwa pemanfaatan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan (48,17 %) lebih rendah daripada pemanfaatan non tenaga kesehatan (51,83 %). Uji bivariat menemukan bahwa adanya hubungan antara pemanfaatan tenaga penolong persalinan dengan umur ibu, pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi, riwayat kehamilan, antenatal care, kebiasaan membaca surat kabar, kebiasaan mendengar radio, kebiasaan menonton televisi, dan pendidikan suami (pvalue <0,05), juga ditemukan tidak ada hubungan antara pemanfaatan tenaga penolong persalinan dengan paritas. Dan hasil uji multivariat ditemukan model yang terbaik dari deteminan pemanfaatan tenaga penolong persalinan adalah pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi, riwayat kehamilan, antenatal care kebiasaan membaca surat kabar, kebiasaan menonton televisi, dan pendidikan suami dan adanya variabel interaksi yang signifikan yaitu pendidikan dengan kebiasaan membaca surat kabar, pendidikan dengan antenatal care, dan tingkat sosial ekonomi dengan pendidikan suami.
Pendidikan yang tinggi akan memudahkan penyerapan dan penerimaan informasi kesehatan terutama tentang pelayanan kesehatan kehamilan dan persalinan , tingkat sosial ekonomi yang rendah mendorong pemanfaatan non tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan, dikarenakan non tenaga kesehatan dapat dibayar murah dan dapat dicicil. Pada keterpaparan ibu terhadap media massa ditemukan media massa dapat mendorong ibu untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan. Pendidikan suami yang tinggi akan mendukung pengambilan keputusan untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan.
Berdasarkan hasil yang ditemukan, maka saran yang diajukan antara lain memberdayakan masyarakat terutama wanita dalam bidang pendidikan dan ekonomi, sehingga masyarakat terutama wanita dapat hidup mandiri dan berkualitas.

The utilization of delivery services related to the maternal mortally and the baby also. The increasing of maternal mortality is caused of complication and there is not konwledge about the high risk of delivery, and the increasing mortality of the baby is caused of unsterile delivery that can cause neonatorum tetanus. The utilization of delivery services is espacted to handle the complilcation and detect the high risk case of delivery to provide a hygenic delivery. There are so many ways to increase the scope of delivery services such as the midwife program in villages (BBD), but until now the scope of delivery is still under the target. The utilization of delivery service related to the sociological cultural factor and maternal characteristic in order to increase the scope of the utilization of delivery services.
The purpose of this research is to know the factors that related to the utilization of delivery services in Indonesia in 1997. This research is a secondary data analysis from 20.080 respondents of demography survey and Indonesian health (SDKI) in 1997. The research consist of mother's age, educattion, social economic level, pregnancy history, antenatal care, the habit of reading a news paper, listening to the radio, watching televisionn and husband's education. Design of this research is cross sectional, and the sample is all of the woman who deliver their babies. This data is collected and made using the soft ware STATA version 6.0.
The result of this research shows that the utilization of health services (49,8 %). The result of bivariat analysis shows that there is a relationship between the utilization of delivery services with mother's age, education, social economic level, pregnancy history, antenatal care, the habit of reading a newsaper, listtening to the radio,watching television and husband's education (pvalue <0,05) and there is no relationship between the utilization of delivery services and paritas. By multivariat analysis is found a great model from determinant of utilization of delivery services such as mother's education, social economic level, pregnancy history, antenatal care, the habit of reading a news paper, watching television and husband's education also the significant interaction variable that is education with the habit of reading a news paper, education with anternal care and social economic level husband's education.
Education is a way to make the people easy to receive the health information especially about health care, pregnancy and delivery, low secial economic level makes the utilization of non health service as a delivery service because they can pay with the lower price. By reading, they can receive a knowledge and realize that it is important to delivered their babies by halped of delivery services. Husband's education influece also.
Based on result of this research, it is important to develop the human resources, especially women in economic and education fields, so that the people can stand by them selves and live in good quality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T404
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armini Hadriyati
"Makanan adalah salah satu bahan pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa serta mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Karena itu masyarakat harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya dari ancaman makanan yang tidak memenuhi syarat. Diantara makanan yang tidak memenuhi syarat adalah makanan daluwarsa yaitu makanan yang telah lewat tanggal daluwarsa atau telah lewat batas akhir suatu makanan dijamin mutunya, sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen.
Kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman terhadap peraturan Menteri Kesehatan tentang makanan daluwarsa seringkali menimbulkan masalah dalam peredaran makanan karena dengan masih banyaknya ditemukan makanan daluarsa di lokasi penjualan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang tingkat kepatuhan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilik sarana penjual makanan minuman terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa di propinsi Jambi tahun 2001.
Penilaian terhadap kepatuhan dilakukan terhadap 105 pemilik sarana penjual makanan minuman. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman yang ingin diketahui terdiri dari pendidikan, pengetahuan, sikap terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa, faktor pendukung yaitu penyuluhan peraturan tentang makanan daluwarsa dan faktor pendorong pengawasan dan sanksi.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan rancangan potong lintang (Cross Sectional). Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman cukup rendah (50%) dan faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kepatuhan terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa adalah faktor sikap dan pengetahuan pemilik sarana penjual makanan minuman.
Dari hasil penelitian disarankan pada pihak pemerintah yaitu balai POM Jambi supaya metode penyuluhan atau pembinaan yang dilakukan secara komprehensif sehingga pengetahuan terhadap peraturan dapat lebih ditingkatkan. Frekuensi pengawasan lebih ditingkatkan dan juga memberikan sanksi yang lebih keras terhadap pelanggaran yang telah dilakukan secara berulang-ulang.

The Factors that Related to the Obedience of Foods and Beverages Seller on the Regulation of Expired Date Foods in Jambi Province, 2001
Food is one of the basic commodities for the growth of the nation and having an important role in national development.. So they should be protected from the threat of their health and also the foods which so not fulfil safety and quality requirement. Among the foods that which so fullfil safety and quality requirement are date marking the foods used over than the date that best for used or it had been expired date to be used in guaranteed quality, and as long as they stored that stated in the producers instruction.
The obedience of foods retail seller to the regulation of the Minister of Health on date marking often rises problem in distributing them, since there were still found lot of expired foods in market place.
The objective of this study was to identify the description of the obedience level and the factors that related to foods retail seller on the regulation of date marking in Jambi Province, 2001.
The assessment of the obedience was conducted to 105 retail sellers of foods and beverages. The factors that related to the obedience of foods retail seIIers which to be identified among others education, knowledge, attitude to the regulation on expired food, supporting factor was education of regulation on date marking and encouraging factors were controlling and sanction.
This study used quantitative approach, and the study design was cross sectional. The data was analysis by univariate, bivariate and multivariate.
The result of this study showed that the proportion of the obedience foods retail seller was enough low (50%) and the factors that significantly related to the obedience of the regulation on date marking was attitude and knowledge of the foods retair seller.
Referring to the result of this study, it is recommended to the government, e.i. The Center for Drug and Food Control, Jambi should give education and extension comprehensively, so the knowledge to the regulation on date marking can be improved. The frequency of controlling should be improved and also giving harder sanction to who trespasser that it was done in several times."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firly Lizarni
"Kepuasan pasien adalah kebutuhan, keinginan dan harapan yang dapat terpenuhi sesuai dengan apa yang dimiliki pemberi pelayanan kesehatan. Dikatakan puas apabila yang didapat dan dirasakan melebihi kebutuhan, keinginan serta harapan pasien.
Kepuasan pasien juga merupakan salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan dan dapat juga digunakan sebagai umpan balik bagi pihak pemberi pelayanan (manajemen). Kepuasan pasien dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor diantaranya faktor sosiodemografi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tingkat kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan kesehatan yang dihubungkan dengan faktorfaktor sosiodemografi pasien. Faktor sosiodemografi yang akan diteliti adalah pendidikan, penghasilan, umur, jenis kelamin dan pekerjaan pasien.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh pada bulan April 2000. Cara pengambilan sampel dengan Purposive Sample Size. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan di Puskesmas dan yang terpilih sebagai sampel sebanyak 100 pasien rawat jalan. Jenis penelitian yang digunakan Cross Sectional. Analisis yang digunakan analisis Univariat dan Bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan uji t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien rawat jalan yang menyatakan puas terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Kuta Alam adalah 71% dan yang tidak puas 29%. Secara statistik dengan analisis uji chi-square diperoleh yang berhubungan secara bermakna dengan tingkat kepuasan adalah faktor umur, p=0,028 (p<0,05) dengan level of significant pada a 5% dengan uji t-test juga faktor umur yang berhubungan secara bermakna t=0,026 (t<0,05) pada Level of Significant a 5% dan yang tidak berhubungan secara bermakna adalah pendidikan, penghasilan, jenis kelamin dan pekerjaan dengan p>0,05.
Daftar bacaan: 42 (1979-1999)

The Factors are Related with Satisfaction Out Patient in Health Center of Kuta Alam Banda Aceh in 1999
Patient satisfactions are need, willingness, expectation and which can be fulfilled by health service provider. It is called satisfied if patients got and felt everything exceeded their needs, willingness and expectation everything.
Patient satisfaction is also one of indicator that measures service quality and used to give feedback to service provider. Patient satisfaction is influenced by many factors, such as social demography factors.
The objective of this study is to know the description of out patient's satisfaction toward health services, and its relationship with then social demography condition, such as education, earnings, ages, sex and job as well.
This study was conducted in the Health Center of Kuta Alam Banda Aceh in April 2000. Samples when taken by purposive method. The populations is out patient of the Health Center, from which they are chosen 100 to be respondent. The design of this study was a cross sectional approach. The analyses used univariate and bivariate, those were chi-square and t-tests.
This study resealed that 71% of out patient were satisfied by health service in Health Center of Kuta Alarn. Either by chi-square test or t-test, it shown these there are a significant relationship between satisfaction level and age at 95% confidence level. While there were not significant relationship between satisfaction level with education, income, sex and job as well.
Reference: 42 (1979 - 1999)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T 3970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>