Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Esty Wahyuningsih
"Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan primer di Indonesia dituntut untuk menerapkan keselamatan pasien dalam pelayanan yang diberikan. Langkah awal penerapan keselamatan pasien di puskesmas, adalah dengan mengukur budaya keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keselamatan pasien pada petugas yang bekerja di Puskesmas Kota Bekasi yang telah diakreditasi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk mengukur budaya keselamatan pasien dengan menggunakan instrumen MOSPSC (Medical Office Survey on Patient Safety Culture) dari AHRQ (Agency of Health Research and Quality), kemudian dilanjutkan metode kualitatif untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat budaya keselamatan pasien di puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan budaya keselamatan pasien pada petugas puskesmas dalam kategori budaya sedang. Tidak ada perbedaan budaya keselamatan pasien pada kelompok petugas yang kesemuanya termasuk kategori budaya sedang. Kerja sama tim merupakan komponen budaya keselamatan dengan presentase tertinggi dan termasuk kategori baik (84,2%). Presentase terendah budaya keselamatan pasien di puskesmas adalah pada komponan tekanan dan kesibukan kerja (36,3%). Pemerintah baik pusat maupun daerah perlu mempertimbangkan kembali kesesuaian antara program yang dibebankan kepada puskesmas dengan jumlah tenaga yang tersedia di puskesmas. Hal ini diperlukan agar puskesmas dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal termasuk penerapan budaya keselamatan pasien di Puskesmas.

Puskesmas is the leading of primary health services in Indonesia and required to implement patient safety in the services provided. The initial step in implementing patient safety at the puskesmas is to measure the patients safety culture. This study aims to determine the description of patient safety in officers whose working at accredited Puskesmas in Bekasi. This study used a quantitative method to measure the patient safety culture using the MOSPSC (Medical Office Survey on Patient Safety Culture) instruments from AHRQ (Agency of Health Research and Quality), then followed by qualitative methods to determine the supporting factors and inhibiting factors of patient safety implementation in puskesmas. The results of the study showed a patient safety culture in puskesmas officers in the medium culture category. There is no difference in patient safety culture in the group of workers based on the profession, all of which are in the moderate category. Team work was a component of safety culture with the highest score and including good categories (84,2%). The lowest score of patient safety culture at the puskesmas was in the component of work pressure and pace (36,3%). The central and regional governments need to reconsider the compatibility between the programs charged to the puskesmas and the number of staff available at the puskesmas. This is needed so that the puskesmas can carry out its duties and functions optimally including the application of a patient safety culture at the Puskesmas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Qurrata Aini
"Hasil survei kepuasan peserta BPJS Kesehatan terhadap pelayanan klinik yang dilakukan pada tahun 2014 mencapai sekitar 80% dan melampaui target Road Map Menuju Jaminan Kesehatan Nasional. Namun, masih banyak keluhan yang disampaikan peserta BPJS Kesehatan seperti yang tertera pada laporan YLKI, situs resmi Kemenpan, dan lain-lain mengenai tidak terpenuhinya harapan mereka. Sehingga, perlu diketahui tingkat harapan peserta BPJS Kesehatan beserta determinan harapan mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai determinan harapan peserta BPJS Kesehatan terhadap layanan di Klinik Pratama Kota Depok Periode Mei Tahun 2016. Penelitian ini mengkombinasikan antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif. Desain penelitian ini adalah sequential exploratory yang diawali dengan penelitian kualitatif untuk mengeksplorasi fenomena dan kemudian dilanjutkan dengan penelitian kuantitatif. Informan pada penelitian kualitatif adalah 12 orang dan responden pada penelitian kuantitatif adalah 203 orang.
Hasil penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara jenis kelamin, umur, dan pekerjaan dengan tingkat harapan peserta BPJS terhadap layanan di klinik pratama Kota Depok periode Mei tahun 2016. Sedangkan, variabel yang memiliki hubungan dengan tingkat harapan peserta BPJS terhadap layanan di klinik pratama Kota Depok periode Mei tahun 2016 antara lain, pendidikan, personal needs, word-of-mouth, dan past experience. Faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat harapan peserta BPJS terhadap layanan di klinik pratama Kota Depok periode Mei tahun 2016 adalah personal needs. Artinya, apabila frekuensi kunjungan Peserta BPJS Kesehatan untuk berobat ke suatu klinik ketika sakit semakin tinggi, maka skor harapan peserta BPJS Kesehatan akan naik semakin tinggi.

The result of BPJS customer satisfaction survey in primary clinic in 2014 was 80%, which means it achieved Road Map to Jaminan Kesehatan Nasional target. However, there are still many complaints from the BPJS customer as shown in YLKI report and in Kemenpan official website regarding unfulfillment of their expectation. Therefore, we needs to know the determinants and their level of expectation.
This study aim to determine information about the determinant of member of BPJS Kesehatan expectation to the service of primary clinic in Depok City period May 2016. This study is combined qualitative and quantitative study. Design of this study is sequential exploratory, which is started by qualitative study to explore the phenomena and then followed by quantitave study. Number of informan in qualitative study is 12 and number of respondent in quantitative study is 203.
The result of this study is there is no correlation between gender, age, and occupation with the level of respondent expectation. There is correlation between level of education, personal needs, word-of-mouth, and past experience with the level of respondent expectation. The most dominant factor that influences the level of respondent expectation is personal needs, which means the higher respondent frequency to visit primary clinic to get treatment when sick, the higher level of respondent expectation.
Keyword: member of BPJS Kesehatan expectation, personal needs, past experience, words-of-mouth"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sesri
"Berdasarkan Survey Dasar Kependudukan Indonesia (SDKI) Pada tahun 2002- 2003 AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, Hal ini menunjukan AKI di Indonesia masih tinggi salah satu penyebabnya adalah komplikasi dan resiko tinggi kehamilan yang dapat dicegah melalui pemantauan antenatal dengan pemeriksaan kehamilan serta memberikan pelayanan rujukan bagi kasus resiko tinggi yang dapat menekan angka kematian sampai 80%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang kinerja petugas KIA puskesmas pembantu dalam pelayanan Antenatal dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas KIA tersebut, serta faktor yang paling dominan berhubungan dengan kinerja petugas KIA puskesmas pembantu.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Agam dengan rancangan penelitian cross Sectional. Sampel penelitian adalah semua petugas KIA puskesmas pemhantu yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Agam yang berjumlah 115 orang. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara bivariat dan multivariat Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik untuk melihat faktor yang paling dominan.
Hasil penelitian menunjukan 55.7% kinerja petugas KIA puskesmas pembantu di Kabupaten Agana kurang dan 44.3% mempunyai kinerja baik, dan hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara status perkawinan, motivasi dengan kinerja serta analisis multivariat menunjukan bahwa status perkawinan merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kinerja.
Penelitian ini menyarankan agar dinas kesehatan Kabupaten Agam dan puskesmas dalam memberikan pembinaan kepada petugas KIA puskesmas pembantu dengan kinerja kurang khususnya tentang memeriksa glukosa urine atas indikasi, memeriksa urine untuk test protein atas indikasi, mengukur suhu, menganjurkan ibu buang air kecil sebelum memeriksa kehamilan, mencuci tangan sebelum memeriksa kehamilan.

Indonesian Health Demogaphy Base Survey (SDKI) in 2002-2003 showed that Maternal Mortality Rate (AKI) was 307 per 100.000 life birth. This indicated that AKI in Indonesia is still high compared to The National target, due to complication and high risk pregnancy that are preventable through proper antenatal monitoring and earlier pregnancy cheek up and delivering referal care for high risk case in order to repress mortality rate until 80%.
This research is aimed to describe KIA’s officer job performance at assistant community health center in performing antenatal care and to explore factors related to KlA'S officer job performance, and the most dominant motor related to KIA oiiicer job performance at servant community health center.
This research was conducted in Agam District region with cross sectional's design. The sample were all KIA’s oticer of servant community health center in Agam District Health office region with l 15 omcers. Data were analyzed in univariat, bivariat, and multivariate way. The bivariate analysis used chi square test to explore the correlation between independent and dependent variable and multivariate analysis used logistic regression test to explore the most dominant factor.
The result show that 55,7% KIA oiiicer job performance is improper and 44,3% is good, and the analysis showed that there are significant correlation between marital status and job performance and between motivation and job performance. The multivariate analysis showed that marital status was the most dominant factor related to job performance.
This research suggests Agam District health o&ice and community health center to develop a training for KIA otlicers of cervant community health center with improper job performance, particularly about testing urine glucose on indication, checking urine for protein test on indication, measuring tempemtme, washing hand before checks pregnancy.
"
Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T33794
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartini
"Diperkirakan seperlima dari penduduk dunia adalah remaja, yang menurut WHO (World Health Organization) di definisikan sebagai mereka yang berusia 10 hingga 19 tahun. Di negara wilayah Asia Tenggara proporsi penduduk remaja mencapai 18-25 %. Di Indonesia pengertian remaja dimodifikasi oleh Departemen Kesehatan, dimana remaja adalah mereka yang berusia 10 hingga 19 tahun dan belum menikah. Data tentang pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di propinsi Banten dapat diungkapkan dari hasil penelitian Farihah (2002) pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di tiga SMUN di kota Serang ditemukan bahwa 3.3% berpengetahuan kurang baik, 21.3% berpengetahuan sedang dan 75 % berpengetahuan baik. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di kabupaten Lebak provinsi Banten belum diketahui.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tempat sekolah dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja pada pelajar SMA kelas dua berjumlah 460 pelajar SMA di kabupaten Lebak yang dididik di 21 SMA negeri dan 13 SMA swasta di pondok pesantren . Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi crossectional. Data yag diambil adalah data primer dengan menggunakan kuesioner dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2008.
Hasil penelitian mendapatkan proporsi remaja SMA di kabupaten Lebak yang berpengetahuan kurang baik dalam hal kesehatan reproduksi remaja (65.7%). Responden yang memiliki pengetahuan yang kurang baik tersebut proporsinya lebih tinggi pada mereka yang bersekolah di SMA pondok pesantren (84.4%) dibandingkan yang bersekolah di SMA negeri (57.8%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tempat sekolah dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja OR 4.510 (CI 2.660 - 7.647) artinya pelajar SMA negeri memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan reproduksi remaja 4.5 kali dibanding pelajar SMA di pondok pesantren.
Untuk itu disarankan agar Sekolah Menengah Atas di kabupaten Lebak dapat membekali pelajar dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja agar mereka memiliki pengetahuan yang benar tentang sistem, fungsi dan proses reproduksi manusia. Materi inti kesehatan reproduksi remaja dapat diberikan dan dikembangkan oleh guru mata ajaran dalam menyampaikan materi ini di sekolah. Sebagai fasilitator di sekolah disarankan guru pendidikan jasmani , biologi, agama, bimbingan konseling atau guru lain yang ditunjuk oleh kepala sekolah yang memenuhi kriteria. Dalam rangka advokasi kepada pengambil kebijakan, instansi terkait (Dinas kesehatan, Dinas pendidikan, Departemen agama, dan lainnya) perlu mekankan bahwa jalur sekolah umum maupun keagamaan hendaknya mendapat perhatian yang sama dari pemerintah daerah, khususnya dalam hal pengembangan kesehatan reproduksi remaja di wilayahnya.

It is estimated that one-fifth of world population is teenager which according to WHO (World Health Organization) is defined as those in range from 10 to 19 years of age. In South East Asia, teenager proportion reaches to 18-25 %. In Indonesian the meaning of teenager is modified by Health Department, where teenagers are those who reaches 10 to 19 years of age and unmarried. The data about teenagers health reproduction in Banten can be expressed from the Farihah research (2002). She indicates that the knowledge of teenager on health reproduction in three senior high school in Serang, 3,3% are unfavorable knowledge, 21,3% are knowledgeable, and 75% are well knowledge. The adolescent knowledge about teenager reproduction health in Lebak-Banten province has not been known yet.
The study aims at the correlation between place of school and the awareness of teenager reproduction health among high school students at second grade with 460 high school students educated in 21 state high schools and 13 private high schools at Moslem boarding schools. The study is quantitative research using cross sectional study design carried out from April to May 2008.
The result proportion of high school students in Lebak having a low awareness on teenager reproduction health is 65.7%. The respondents above having low awareness has higher proportion for students studying at boarding high schools (84.4%) compared to students studying at state high schools (57.8%). The statistic test result shows an imminent correlation between place of school and the awareness of teenager reproduction health OR 4.510 (CI 2.660 7.647). It means that state high school students in Lebak has 4.5 value better awareness on the issue of teenager reproduction health compared to boarding high school students.
Therefore, it is suggested to senior high school in Lebak can apply student with knowledge about teenager health reproduction in order that they have the right knowledge about the system, the function and the process of human reproduction. The main item of teenager health reproduction may be given and developed by the teacher in the school. As facilitator in school, it is recommended to the teacher physical education, biology, religion, tuition concealing, or other recommended teacher by the headmaster who fulfilling the criterion. In the effort of advocating, it is necessary that official institutions (Health Department, Education Department and Religion Department, and others) to stress the importance of having equal attention for schools and religions aspects, particularly in the enhancement for the awareness of teenager reproduction health in its region.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41298
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sayekti Yuliyanti
"ABSTRACT
Penggunaan narkotika meningkat sampai pada kelompok perempuan. DKI Jakarta menjadi wilayah tertinggi penyalahguna narkotika dan prevalensi HIV/AIDS. Salah satu narkotika yang tinggi penggunaannya adalah shabu. Hal yang dapat memicu penggunaan shabu kelompok perempuan adalah lingkungan keluarga, teman, dan pasangan. Penggunaan shabu dapat memberikan efek pada peningkatan hasrat seksual seseorang dan perilaku seks berisiko. Perilaku seksual berisiko memicu peningkatan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong perilaku seks aman pada pengguna shabu perempuan. Data yang diambil adalah data dampingan perempuan pengguna shabu di Yayasan Karisma Jakarta dengan menggunakan desain studi kualitatif etnografi dengan metode partisipasi observasi. Subjek penelitian didapatkan dengan metode purposive sampling. Penelitian ini dilakukan kepada partisipan dengan rentang usia 20-40 tahun. Dengan jumlah partisipan sebanyak 5 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan, self-efficacy, ketersediaan kondom, akses layanan kesehatan, dukungan kelompok, dan dukungan tenaga kesehatan dapat mendorong perilaku seks aman pada pengguna shabu perempuan. Faktor yang paling paling berpengaruh  adalah pengetahuan, self efficacy dan dukungan kelompok. 

ABSTRACT
The use of narcotics has increased in womens groups. DKI Jakarta becomes the highest region of narcotics abusers and HIV/AIDS prevalence. One of the narcotics which has highest users is methamphetamine or meth. Things that are able to trigger the use of methamphetamine in women are the environment of their family, friends, and even spouse. The use of meth can give an effect on increasing ones sexual desire and risky sexual behavior. Risk sexual behavior is able to trigger the transmission of HIV/AIDS. This study aims to determine the driving factors of safe sex behavior in female meth users. The data is assisted data of female meth users at Yayasan Karisma or Karisma Foundation in Jakarta which was taken by using an ethnographic qualitative study design with participatory observation method. The research subjects were obtained by purposive sampling method. This study was done participant aged between 20-40 years old. Which total number of participant 5 person. The results of this study indicate that knowledge, self-efficacy, availability of condoms, access to health services, group support, and support of health workers can encourage safe sex behavior for female meth users.The most influence factors are knowledge, self-efficacy, and group support.  "
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oryza Yanuaristi
"Data Kementrian Kesehatan (2012) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(2012) menunjukkan bahwa infeksi menular seksual dan angka kehamilan tidak diinginkan
terbesar dialami oleh golongan remaja dan dewasa muda. Hal ini merupakan dampak dari perilaku
seksual pranikah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku seksual mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini
menggunakan data sekunder Survei Perilaku Sehat Mahasiswa Universitas Indonesia Tahun 2010.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian
adalah mahasiswa yang mewakili 12 fakultas dengan rentang umur remaja akhir (18-24 tahun)
yang berjumlah 1819 responden. Proporsi perilaku seksual berisiko tinggi pranikah adalah 137
(7,5%). Hasil analisis menunjukkan bahwa umur mempengaruhi perilaku seksual mahasiswa, lakilaki
lebih beresiko (OR=2,39) dibanding perempuan, rumpun fakultas yang memiliki resiko paling
besar adalah Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora (OR=15,46), mahasiswa yang pernah
berpacaran memilki resiko lebih besar (OR=2,31) daripada mahasiswa yang belum pernah
berpacaran

Data from the Ministry of Health (2012) and the National Population and Family Planning (2012) showed that sexually transmitted infections and unwanted pregnancies most common in adolescents and young adults group. This is the impact of premarital sexual behavior. The purpose of this research is to reveal premarital sexual behavior and factors that influence the students at the University of Indonesia. This study uses secondary data survey of health behavior 2010. The type of this research is quantitative with cross sectional approach. The study population was all students who represent 12 faculties with a lifespan 'late teens' (18-24 years) which amounted to 1819 respondents. The proportion of high-risk sexual behavior before marriage is the 137 (7,5%). The analysis showed that age affects the sexual behavior of college students, men are more at risk (OR = 2.39) than women, clumps of faculty who have the greatest risk is Clumps Social Sciences and Humanities (OR = 15.46), a student who was dating have the greater risk (OR = 2.31) than students who have not been dating."
2014
S55939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danti Tirta Anindi
"Selain memberikan banyak manfaat, internet juga memiliki dampak salah satunya pada kesehatan, apabila penggunaannya tidak dikontrol dengan bijak. Di Indonesia, perhatian terhadap intensitas akses internet berlebihan masih kurang, sementara banyak penelitian menemukan gejala kecanduan internet sebagai akibat dari penggunaan internet berlebihan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat penggunaan internet pada 100 mahasiswa S1 Reguler di Universitas Indonesia dengan rentang usia 18-25 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data survey menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian ini adalah tingkat pengeluaran, tingkat pengetahuan, serta pengaruh dari teman sebaya, keluarga, dan fasilitas yang dimiliki berhubungan dengan penggunaan internet responden. Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk memberikan informasi mengenai adanya dampak penggunaan internet berlebihan kepada masyarakat luas khususnya remaja dan adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui seberapa besar dampak penggunaan internet berlebihan yang telah dirasakan oleh masyarakat pengakses internet di Indonesia.

In addition to providing many benefits, the Internet also has an impact on one's health, if its use is not controlled wisely. In Indonesia, the attention to the intensity of excessive internet access is still lacking, although many studies have found symptoms of internet addiction as a result of excessive internet use. The purpose of this study was to determine the relationship of predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors internet usage at 100 Regular Bachelor Degree Program students at the University of Indonesia with an age range of 18-25 years old. This research is a quantitative survey data collected with questionnaires.
The results of this study is the level of expenditure, the level of knowledge, as well as the influence of peers, family, and owned facilities associated with the use of the Internet respondents. Based on this study are advised to provide information about the impact of excessive Internet use to the general public, especially adolescents and the presence of further research to determine how much impact that excessive internet use has been felt by the community of internet users in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Hardy
"Skripsi ini bertujuan untuk melihat gambaran manajemen program penanggulagan penyakit HIV/AIDS di Kota Bogor tahun 2013. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan penjangkauan populasi kunci belum mencapai target. Target penggunaan jarum suntik sudah mencapai target dan target penggunaan kondom belum bisa dihitung. Pada penggunaan sumber daya sebagai input dapat disimpulkan bahwa jumlah belum sesuai untuk petugas penjangkauan, petugas puskesmas dan Dinas Kesehatan. Kebutuhan sarana sangat seperti logistik laboatorium belum mencukupi dalam segi jumlah. Kesedian Dana dari pemerintah belum mencapai 70% target kesedian. Proses perencanaan dibagi menjadi perencanaan APBD dan perencanaan GF namun belum terintegrasi di musrembang. Proses pengawasan yang menjadi tugas KPAD belum berfungsi dengan maksimal. Rekomendasi penyelesaian permasalahan adalah peningkatan fungsi KPAD, peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya, dan peningkatan program.

This scriture aims to look at the describe of HIV/AIDS Prevention Program Management in Bogor City 2013. This research are descriptive qualitative research. The results showed that the scope of outreach has not reached the target key populations. Targeted use of sterile needles has reached the target, but the target of condom use can not be calculated. Inputs that used as program resources can be concluded that the amount is not appropriate for outreacher, puskesmas's staff and the Department of Health?s staff. The need for facilities such as logistics laboatorium very inadequate in terms of quantity. Willingness of government funds have not reached the 70% target of willingness. The planning process is divided into the APBD budget planning and GF budget planning, but did not integrated yet in musrembang. Monitoring and evaluation as KPAD control not functioning optimally. Recommendations for solving the problems is an increasing function KPAD, increasing the quantity and quality of resources, and program improvement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darozatun Nisa
"Keikutsertaan dalam keluarga berencana penting untuk mencapai tujuan KB dengan pendekatan kesehatan reproduksi dengan memperhatikan hak-hak reproduksi dan kesetaraan gender, angka keikutsertaan pria dalam KB di Indonesia masih tergolong rendah 3,46% pada tahun 2012 (SDKI), hal tersebut masih jauh dari target nasional sebesar 5%. Penelitian bertujuan mengetahui gambaran dan faktor ? faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan pria dalam KB.Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di Kelurahan Cilenggang, Serpong, Tangerang Selatan, bulan November ? Desember 2014, menggunakan kuesioner pada 96 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 17,7% responden yang ikutserta dalam keluarga berencana, serta adanya hubungan yang bermakna antara faktor diskusi dengan istri tentang kontrasepsi pria, dukungan istri terhadap penggunaan kontrasepsi pria, pengetahuan dan sumber informasi mengenai kontrasepsi pria dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana.

Participation in family planning is important to achieve the purpose of family planning with health reproductive approach ,reproductive rights and gender equality, numbers of men 's participation in family planning in Indonesia is still low of 3.46 % in 2012(SDKI), it is still far from the national target of 5 %.The study aims to determine of men 's participation in family planning and factors assoiciated to the participation of men in family planning . This research design using cross sectional approach implemented in Cilenggang , Serpong , South Tangerang , in November-December 2014, using a questionnaire on 96 respondents . The results showed that there were 17.7 % of respondents who participated in family planning ( condoms and vasectomy ). There are meaningfull association between between discussion with the wife of a male contraceptive , wife support for male contraceptive use , knowledge and resources about male contraception with male participation in family planning.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S58243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Shabrina
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit endemik yang dapat menyebabkan kematian. Tahun 2013 jumlah kasus DBD tertinggi di Kecamatan Tebet berada di Kelurahan Kebon Baru yakni 67 kasus. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tinggi, perilaku pencegahan DBD cukup baik, dan paparan sumber informasi cukup. Dari analisa bivariat tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan (P=0,144), sikap (P=1,000), dan jenis kelamin (P=1,000) dengan perilaku pencegahan DBD. Ada hubungan yang signifikan antara paparan sumber informasi (P=0,001) dengan perilaku pencegahan DBD. Dari hasil penelitian, perlu dilakukan upaya promosi kesehatan pada siswa SD dengan melibatkan guru serta orang tua.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an endemic diseases that can cause death. In 2013 the highest number of dengue cases in Tebet is in Kebon Baru was 67 cases. This research is a quantitative study with cross-sectional design. The results showed that the respondents belong to the high knowledge, preventive behavior quite well, and exposure to information resources. From the bivariate analysis no significant relationship between knowledge (P = 0.144), attitude (P = 1.000), and gender (P = 1.000) with dengue prevention behavior. There is a significant relationship between exposure to sources of information (P = 0.001) with the behavior of dengue prevention. Health promotion efforts should be made to the elementary students with the involvement of teachers and parents."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S58303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>