Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vatya Lakshita
"ABSTRAK
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat apakah saham -saham yang
dikategorikan sebagai saham value dapat memberikan imbal hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan saham – saham yang dikategorikan sebagai saham growth,
atau dikenal dengan istilah value premium. Peneliti melakukan penelitian di pasar
modal Indonesia dengan jangka waktu pengamatan selama sepuluh tahun dari
tahun 2002 hingga 2012, dengan periode evaluasi per kuartal. Peneliti
menggunakan P/E dan P/BV sebagai dasar untuk membedakan antara saham
value dengan saham growth. Kelompok saham value maupun saham growth juga
akan dibagi lagi berdasarkan kapitalisasi pasarnya menjadi dua bagian,
kapitalisasi pasar besar dan kapitalisasi pasar kecil dan menengah, dengan cara
membagi dua sama besar seluruh saham di pasar berdasarkan urutan kapitalisasi
pasarnya. Selanjutnya dilakukan penghitungan imbal hasil masing – masing
kelompok yang telah ditentukan, untuk kemudian dianalisa hasilnya. Hasilnya
melalui penelitian ini Peneliti juga mendapatkan kesimpulan bahwa value
premium juga terjadi di pasar modal Indonesia, dan berlangsung sejak kuartal 1
tahun 2002 hingga waktu terakhir dari penelitian ini kuartal akhir 2012.

ABSTRACT
There have been many studies around the world to discovery whether value stocks
could gives a return that beat growth stocks return, or known as value premium.
Reseacher make a research about Indonesia Capital Market during ten years
period of observation from 2002 until 2012, which evaluated quarterly.
Researcher using P/E and P/BV to difference the group of value stocks and
growth stocks. Moreover that group will also divided into two group based on its
market capitalization, big market capitalization and middle and small market
capitalization, by divided two the whole market based on its market capitalization.
After that, researcher count the return from each group made, then analysis the
result. The result from this research, the researcher found that value premium also
happen in Indonesia capital market, and happens since first quarter 2002 until end
of time of this research at last quarter 2012."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jimmy
"Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998, 2005, dan 2008 membuat bank-bank mengalami kesulitan likuiditas. Kondisi tersebut menyebabkan risiko kredit/tingkat kredit bermasalah pada saat itu meningkat karena banyak perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan tidak mampu mengembalikan kredit yang dimiliki kepada bank. Di sisi lain, bank juga harus memiliki modal yang cukup untuk mengantisipasi penarikan dana besar-besaran pada suatu saat oleh nasabahnya. Peningkatan kredit bermasalah (NPL) membuat bank cukup rentan terhadap guncangan ekonomi yang akan terjadi jika bank tidak memiliki modal (CAR) yang cukup. Dalam kondisi ekonomi yang buruk (shock), bank perlu berhati-hati karena tidak ada yang dapat memperkirakan luas dan dalamnya krisis keungan. Oleh karena itu, bank harus melakukan stress testing secara berkala untuk memperkirakan kemampuan bank bertahan pada kondisi yang buruk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Auto Regressive (VAR) yang mampu memperkirakan jangka waktu (lag) yang optimal yang dapat mempengaruhi variabel itu sendiri dalam persamaan regresi linier atau model yang dibentuknya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan inflasi dan nilai tukar IDR/USD berpengaruh positif terhadap NPL, sedangkan peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (GDP) dan BI Rate berpengaruh negatif terhadap NPL dengan lag 1 (1 kuartal). Pada saat terjadi shock, NPL akan meningkat dan mencapai NPL tertinggi pada 5 - 7 kuartal setelah terjadinya shock. Peningkatan NPL tersebut tidak sama untuk semua jenis bank. Berdasarkan struktur kepemilikan bank, Bank Campuran dan Bank Asing memiliki risiko kredit tertinggi, sedangkan BUSN Non Devisa dan BPD memiliki risiko kredit terkecil akibat terjadinya shock. Risiko kredit tersebut menyebabkan tingkat CAR Bank menurun namun masih berada di atas ketentuan Bank Indonesia, yaitu 8%.

Banks had liquidity problems in Indonesia monetary crisis in 1997-1998, 2005 and 2008. The condition caused credit risk/the level of non-performing loans (NPL) increased because many companies had financial difficulties and are not able to repay the loan to the Bank. On the other hand, Banks also must have enough capital to anticipation of massive withdrawals (rush) at any time by the customer. Increasing in non-performing loans makes banks quite vulnerable to economic shocks that would occur if the bank has no sufficient capital (CAR). In bad economic conditions (shock), Banks need to be careful because no one can predict the breadth and depth of the financial crisis. Therefore, Banks should conduct stress tests periodically to estimate the banks' ability to survive in harsh conditions. The methodology used in this research is the Vector Auto Regressive (VAR) that is able to estimate the length of time (lag) that can affect the optimal variable itself in a linear regression equation or model of the formation. The results of this research represented that the increase in inflation and exchange rate IDR/USD have positive effect on NPL, while the increase in Gross Domestic Product (GDP) and BI rate have negative effect on NPL with lag one (one quarter). In the time of a shock, NPL will increase and reached the highest NPL in 5 - 7 quarters after the shock. The increase in NPL is not the same for all types of banks. Based on the ownership structure of banks, the Joint Venture Bank and Foreign Owned Bank have the highest credit risk, while the Non-Foreign Exchange Commercial Bank and Regional Development Bank have the smallest credit risk due to shock. Credit risk causes Bank's CAR level declined but it remained above the Bank Indonesia regulation, which is 8%."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Angelina
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh efektivitas dewan komisaris dan komite audit terhadap return saham perusahaan manufaktur dimediasi oleh tingkat efisiensi perusahaan. Pengukuran efektivitas dewan komisaris dan komite audit menggunakan skor penilaian yang dikembangkan oleh Hermawan (2009). Skor efektivitas dewan komisaris diukur berdasarkan karakteristik independensi, aktivitas, ukuran, dan kompetensi, sedangkan skor efektivitas komite audit diukur berdasarkan karakteristik aktivitas, ukuran, dan kompetensi. Perhitungan nilai efisiensi menggunakan metode data envelopment analysis model Charnes Cooper Rhodes (CCR), dengan asumsi constant return to scale. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode data panel model efek tetap dengan 381 data observasi (firm year) industri manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas dewan komisaris dan komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap return saham perusahaan baik secara langsung maupun melalui tingkat efisiensi perusahaan, akan tetapi hubungan antara tingkat efisiensi dan return saham perusahaan masih lemah. Ketika dilakukan pengujian terhadap masing-masing karakteristik efektivitas dewan komisaris dan komite audit, tingkat efisiensi menjadi tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing karakteristik efektivitas dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan apabila dimediasi oleh efisiensi perusahaan. Walaupun demikian, peranan dewan komisaris dan komite audit sangat penting bagi peningkatan performa perusahaan baik efisiensi maupun return saham perusahaan.

This paper examines the association between the effectiveness of board of commissioners and audit committee and the manufacturing companies? stock return, which is mediated by firm efficiency. Board of commissioners and audit committee effectiveness are measured by assessment scores developed by Hermawan (2009). Board of commissioners? scores are measured by their characteristics, namely independence, activity, size, and competence. On the other hand, audit committee?s scores are measured by their characteristics, namely activity, size, and competence. The efficiency value was calculated using data envelopment analysis (DEA) method, Charnes Cooper Rhodes (CCR) model, in which the assumptions used are constant returns to scale. The hypotheses are tested using panel data fixed effects model with 381 firm-year observations of manufacturing industries listed in the Indonesia Stock Exchange between 2008-2012.
The findings of the study show a positive association between the effectiveness of board and audit committee and the company stock returns, both directly and through the company's level of efficiency, although the relation between the level of corporate efficiency and stock returns is weak. When we testing the effectiveness of each characteristic commissioners and audit committee, the firm efficiency has no effect to the companies? stock return, it shows that the effectiveness of each characteristic commissioners and audit committee does not affect the companies? stock return if mediated by firm efficiency. Nevertheless, the roles of the audit committee and the board of commissioners are important to the improvement of both firms? efficiency and performance.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Budiyanti
"Data perbankan menunjukkan bahwa trend perbankan di Indonesia mulai melihat pendapatan pendapatan selain bunga, khususnya fee based income. Hal ini membawa konsekuensi apakah akan menambah jumlah pendapatan bank secara total dan mengurangi risiko rentabilitas dengan semakin beragamnya jenis keuntungan, yang memerlukan kajian mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendapatan selain bunga, khususnya fee based income terhadap risiko rentabilitas bank umum konvensional di Indonesia.
Objek penelitian adalah seluruh bank umum konvensional yang dikelompokan berdasarkan kepemilikan atas dasar pengelompokan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan dibagi menjadi tiga periodisasi data, yaitu sebelum krisis keuangan tahun 2004-2006, saat terjadinya krisis keuangan global tahun 2007-2009, dan pasca krisis keuangan tahun 2010-2013. Faktor-faktor yang diuji pengaruhnya adalah fee based income, pendapatan selain bunga, standar deviasi Return On Asset, standar deviasi Return on Equity dan standar deviasi Biaya Operasional/Pendapatan Operasional. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model panel heterogen dan metode regresi linier berganda, menggunakan data time series secara bulanan selama periode 10 (sepuluh) tahun yaitu tahun 2004 - 2013.
Uji regresi menunjukan pengaruh fee based income dan pendapatan selain bunga terhadap risiko rentabilitas berbeda-beda untuk masing-masing kelompok bank dan periode waktu yang berbeda. Alternatif pendapatan selain bunga seperti fee based income, pada saat krisis, hanya kelompok Bank Campuran dan BPD yang berpengaruh signifikan menekan risiko rentabilitas. Dengan demikian selama krisis, kelompok Bank Asing, Bank Persero dan BUSN Devisa yang dominan kontribusi fee based-nya, ternyata tidak berkontribusi mengurangi risiko rentabilitas. Adapun pada BUSN Non Devisa juga menunjukkan hasil uji hipotesis ditolak.

Banking data shows that the trend of banking in Indonesia began to look into non interest income rather than interest income, especially fee-based income. This may result in an increase of banks? total revenue and decrease of rentability risk due to various type of profit, which require in-depth review. This research was aimed at studying the influence of non-interest income, in particular fee based income, toward the rentability risk conventional bank in Indonesia.
The research object were all commercial conventional banks, classified based on ownership as per Bank Indonesia classification, and divided into 3 (three) data periods, namely prior to financial crises (2004-2006), during the financial crises (2007-2009), and post financial crises (2010-2013). The factors that were being examined are feebased income, non-interest income, standard deviation of Return on Asset, standard deviation of Return on Equity, and standard deviation of Operational Cost/Operational Revenue. The estimation model was conducted using heterogeneous panel and mulitple regression analysis, and the date that were being utilised are monthly time series data for the period of last ten years (2004-2013).
Regression test showed that the influence of increases in fee based income and non-interest income was different for each category of banks within different time periods. During the crises, non-interest income alternatives, such as fee-based income, only significant in reducing rentability risks on regional banks and banks owned jointly by foreign and domestic parties. Thus, during the period of crises, banks whose fee-based income was dominant, such as foreign-owned banks, government-owned banks and banks conducting foreign-exchange activities, did not experience reduced rentability risk. As for the banks that did not conduct foreign exchange activities, the results of the hypothesis testing is rejected.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinan Marlim H S
"Tesis ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara rasio kredit terhadap dana pihak ketiga atau Loan to Deposit Ratio (LDR) dan beberapa variabel lainnya seperti Net Interest Margin (NIM) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap aktivitas off-balance sheet yang dilakukan oleh bank umum di Indonesia. Selain itu, tesis ini juga menganalisis hubungan antara aktivitas off-balance sheet beserta beberapa variabel lainnya seperti Net Interest Margin (NIM), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non performing Loan (NPL) terhadap profitabilitas bank umum yang diwakili oleh variabel Return on Asset (ROA).
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode regresi linier berganda dan metode estimasi Ordinary Least Squares (OLS), menggunakan data time series kuartalan dari kuartal I/2005 sampai dengan kuartal IV/2013. Pada model pertama, LDR terbukti berpengaruh positif terhadap aktivitas off-balance sheet. Di samping itu, NPL juga terbukti berpengaruh negatif, sementara NIM tidak memiliki pengaruh terhadap aktivitas off-balance sheet. Pada model yang kedua, seluruh variabel yang diuji terbukti memiliki pengaruh yang signifikan, dimana aktivitas off-balance sheet, NIM dan CAR memiliki pengaruh positif, sedangkan NPL memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas bank.

This study aims to analyze the effect of Loan to Deposit Ratio (LDR) and other variables such as Net Interest Margin (NIM) and Non Performing Loan (NPL) on off-balance sheet activities of Indonesian commercial banks. It also analyzes the effect of off-balance sheet activities and other variables like Net Interest Margin (NIM), Capital Adequacy Ratio (CAR) and Non performing Loan (NPL) on the banks profitability, which is measured by Return on Asset (ROA).
The research is done using Multiple Linear Regression and Ordinary Least Squares (OLS) method. The data used in this study is quarterly time series data from Q I/2005 to Q IV/2013. In the first model, the result shows that LDR has a positive effect, where NPL has a negative effect, and NIM has no significant effect on off-balance sheet activities. In the second model, the result shows that all of the variables used have significant effect on profitability, where off-balance sheet activities, NIM and CAR have positive effect, while NPL has negative effect.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Ruditya Surya
"Penelitian ini membahas tentang pengaruh Seasoned Equity Offering berupa Right Issue terhadap return dan likuiditas perdagangan saham perusahaan tercatat non-keuangan yang terjadi di Bursa Efek Indonesia dalam rentang waktu tahun 2006- 2013yang dibedakan kedalam dua variabel pembeda berdasarkan jenis rights issue (sweetened and unsweetened) dan tingkat financial distress(safe, grey dan distress zone).Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah event study.Hasil penelitian membuktikan bahwa penerbitan modal tambahan melalui rights issue bukan merupakan pilihan yang tepat bagi perusahaan dengan tingkat financial distress rendah yang mengalami respon negatif dari pasar atas return dan likuiditas perdagangan saham. Namun fakta yang terjadi pada perusahaan yang berada dalam safe zone tidak berlaku bagi perusahaan tercatat yang berada dalam grey dan distress zone, yang mendapat respon positif pasar.Efek pemanis (sweetener)berupa waran memberikan pengaruh kepada peristiwa rights issue yang terbukti dengan peningkatan return dan likuiditas perdagangan saham yang terjadi pada perusahaan yang berada dalam grey dan distress zone.

This research examines about the effect of Seasoned Equity Offering in the form of Rights Issue onreturn and liquidity of stock trading of non-financial listed company in Indonesian Stock Exchange within 2006-2013which are distinguished into two variables based on type of rights issue (sweetened and unsweetened) and level of financial distress (safe, grey and distress zone).The research method used in this study is event study.The research proves that the issuance of additional capital through rights issue is not a right option for low distress companies which have negative response from market over the return and liquidity of stock trading. However, the fact that occurs in companies which are in the safe zone does not apply for companies which are in grey and distress zone because they get positive market response.The sweetener in the form of warrants gives effect to the rights issue which is proved with the increase of return and liquidity of stock trading for companies in grey and distress zone."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliefya Firnanda
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengantisipasi kerugian yang ditimbulkan karena selisih nilai tukar mata uang asing dalam hal ini yaitu antara mata uang Rupiah dengan US Dollar. Penelitian di khususkan untuk perusahaan BUMN, karena terkait keluarnya Peraturan Menteri (Permen) yang memberikan kebebasan bagi perusahaan milik negara untuk melakukan transaksi hedging atau lindung nilai. Perhitungan hedging yang akan dilakukan mengacu kepada nilai VaR dari portofolio fuel expense yang dimiliki oleh PT Garuda Indonesia, selanjutnya dengan mengetahui kemungkinan potensi risiko maksimal yang bisa terjadi dalam periode 1 hari ataupun 1 bulan kedepan, diharapkan PT Garuda Indonesia bisa mempersiapkan langkah-langkah dan strategi yang tepat untuk melakukan atau tidak melakukan hedging. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa setelah melakukan perhitungan VaR dengan simulasi Monte Carlo, penerapan kebijakan hedging yang akan dilakukan bisa jauh lebih mudah, karena memiliki dasar dan benchmark yang jelas didalam pertimbangannya, yang selanjutnya tentu saja akan menghasilkan penghematan terhadap anggaran.

ABSTRACT
This study aims to anticipate the losses incurred due to the difference in exchange rates of foreign currencies in this case is between the Rupiah to U.S. Dollar. Research in dedicated to state-owned companies, as related discharge regulation which gives freedom for state-owned enterprises to undertake hedging transactions. Hedging calculations to be performed referring to the VaR of a portfolio of fuel expense owned by PT Garuda Indonesia, next to knowing the possibility of the potential risks that could occur within a maximum period of 1 day or 1 month ahead, PT Garuda Indonesia is expected to develop measures and strategies the right to do or not to hedge. These results prove that after performing the calculation of VaR with Monte Carlo simulation, hedging policies can be made much easier, because it has a base and a clear benchmark in its discretion, which then of course will result in savings to the budget"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Syamsu
"Penelitian ini menguji mengenai pengaruh implied cost of capital terhadap market excess return. Cost of capital merupakan tingkat pengembalian yang dipersyaratkan oleh investor, sehingga secara teoritis return seharusnya lebih tinggi dari cost of capital tersebut. Implied cost of capital (ICC) didefinisikan sebagai tingkat diskon yang digunakan ketika harga pasar saham setara dengan present value dari arus kas yang diharapkan sehingga ICC dapat menjadi proksi yang baik untuk memprediksi return saham di masa mendatang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan dividend discount model untuk menghitung ICC dengan menggunakan dasar tahun penelitian 2012. Variabel yang digunakan adalah excess return sebagai variabel terikat dan untuk variabel bebasnya menggunakan ICC sebagai variabel uji dan P/E ratio serta PBV ratio sebagai variabel kontrol.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ICC berpengaruh signifikan terhadap excess return pada horizon 6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa ICC lebih mampu menjelaskan excess return dibandingkan dengan P/E ratio dan PBV ratio sehingga dapat digunakan sebagai alternatif penilaian saham perusahaan dalam analisis investasi.

This study examines the effect of implied cost of capital (ICC) to market excess return. Cost of capital is the expected return on an investor`s investment and theoretically it is equal to minimal returns required by investor. Implied cost of capital (ICC) can be defined as the discount rate that equates the firm`s market stock price to the present value of expected cash flows. Several researchs showed that ICC can be a good proxy for predicting future stock returns.
This study used a dividend discount models approach to calculate the ICC using a base year of 2012. Variables used are excess return as dependent variable and ICC as independent variable with P/E ratio and PBV ratio as control variables.
The results showed that the ICC is significant on excess return for the horizon of 6 months, 12 months and 24 months of holding period. This study also shows that the ICC has better correlation coefficients than P/E ratio and PBV ratio so that this variable can be used in assessing the company`s stocks valuation.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanif Adinugroho Widyanto
"Tesis ini membahas mengenai kriteria evaluasi investasi yang diterapkan oleh Perusahaan Modal Ventura (PMV) dalam mengambil keputusan investasi atas Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) atau investee. Pada tesis ini, peneliti menggunakan benchmarking pada kriteria evaluasi investasi (investment evaluation criteria) yang digunakan oleh PMV dalam menganalisa dan menetapkan PPU mereka. Secara keseluruhan, terhimpun 12 kriteria. Dari literatur diperoleh untuk berinvestasi di AS disyaratkan 10 dari 12 kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa PMV di Amerika Serikat memiliki persyaratan kriteria evaluasi investasi yang lebih banyak dan ketat dibandingkan negara lain. Di bawahnya terdapat Singapura yang memiliki 8 kriteria, Eropa 6 kriteria, Kanada 5 kriteria dan wilayah Asia Pasifik 4 kriteria. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa Indonesia memiliki 8 kriteria dari 12 kriteria. Penelitian ini didukung oleh analisis terhadap data dokumen, observasi dan wawancara.

This thesis discusses about the investment evaluation criteria employed by Venture Capital Firms (VCF) in deciding to invest on potential investee companies. For this thesis, the researcher utilized investment evaluation criteria used by VCFs in analyzing and determining their investee portfolio as a benchmark. In total, 12 investment evaluation criteria are observed. From literature, it was discovered that VCFs in the US considered 10 out of the 12 criteria to be significant. This shows that VCFs in the US stricter and more rigorous when it comes to investment criteria compared to their counterparts in the study. Singapore comes second with 8 criteria, followed by Europe with 6 criteria, Canada with 5 criteria, and the Asia Pacific region with only 4 criteria that they consider to be significant. Based on the findings of this study, VCFs in Indonesia considers 8 criteria to be significant. This research is supported with analysis of the data, comprehensive observation, and in-depth interview."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Krisvian Heda
"Setiap transaksi valuta asing yang dilakukan Bank terdapat potensi keuntungan dan potensi risiko berupa kerugian. Untuk mengendalikan risiko tersebut, Bank perlu menerapkan manajemen risiko yang memadai, mulai dari identifikasi risiko, pengukuran risiko, dan Pengendalian Risiko. Pengukuran risiko nilai tukar dapat menggunakan Value at Risk dengan pendekatan Risk Metrics dan Variance-Covariance. Dalam pengendalian risiko dapat dilakukan dengan penentuan limit risiko berupa limitValue at Risk dan limit eksposur trading.Dalam penetapan limit risiko tersebut juga mempertimbangkan risk appettiteyang ditetapkan Bank.

Every foreign exchange transactions by the Bank are has its potential of benefits risks of loss. To mitigate these risks, Bank needs to implement adequate risk management, ranging from risk identification, risk measurement, and risk control. Exchange rate risk measurement can use Value at Risk with Risk Metrics and Variance-Covariance approach. Risk controlling may contained with risk limit form as Value at Risk limit and trading exposure limit. The establishment of risk limits are also consider Bank risk appetite."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>