Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panggih Dewi Kusumaningrum
"Tesis ini membahas pengembangan Sistem Informasi Online Kebutuhan Tenaga Kesehatan Rumah Sakit di Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Tujuan pengembangan yaitu membangun prototipe panel informasi Kebutuhan Tenaga Kesehatan yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Online untuk mendukung kebijakan pemenuhan tenaga kesehatan. Metode pengembangan sistem informasi menggunakan pendekatan System Development Life Cycle (SDLC) berbasis prototipe. Pengembangan sistem informasi dilaksanakan dalam waktu singkat dengan melibatkan pengguna sehingga sesuai dengan kebutuhan pengguna. Input sistem informasi ini yaitu basis data SIRS Online yang selanjutnya dihitung menggunakan standar minimal kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan jenis dan klasifikasi rumah sakit untuk menghasilkan informasi. Penyajian informasi per wilayah yaitu grafik kekurangan, rekapitulasi kekurangan per kelas RS, grafik kondisi pemenuhan, detail kondisi pemenuhan per RS, tabel kekurangan dan kelebihan tenaga kesehatan rumah sakit, serta rekomendasi provinsi prioritas pemenuhan tenaga kesehatan berdasarkan besaran masalah di setiap wilayah. Perangkat lunak prototipe ini menggunakan bahasa pemrograman PHP, basis data MySql dan penyajian informasi HTML, Javascript, Bootstrap, dan Highchart. Sistem informasi ini dapat diakses secara online menggunakan komputer maupun smart phone sehingga informasi dapat di download untuk kepentingan analisis tahap berikutnya.

This thesis discusses the development of Online Information Systems for Hospital Health Human Resources Needs in the Directorate General of Health Services, Ministry of Health of the Republic of Indonesia. The purpose of development is to build a dashboard prototype of Health Human Resources Needs integrated with Sistem Informasi Rumah Sakit(SIRS) Online or Hospital Information Online System support policy making of hospital health human resources fulfillment. Information system development method using Prototype-based System Development Life Cycle (SDLC) approach. The development of information systems is implemented in a short time by involving the user so that according to user's needs. This information system input is SIRS Online database which is then calculated using minimum standard of health worker needs based on type and classification of hospital to produce information. Information presented by region, there are graphics information of needs by region, recapitulations of needs by hospital class, graphs of fulfillment condition, details fulfillment condition by hospital, tables of needs and excess of hospital health human resources, and recommendation of priority province for health personnel fulfillment based on problem scale in each region. This prototype software uses PHP programming language, MySql database and presentation of HTML information, Javascript, Bootstrap, and Highchart. This information system can be accessed online using computer or smart phone so that information can be downloaded for the interest of the next level analysis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48313
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sholahuddin Anwar
"ABSTRAK
Sistem Surveilans Penyakit Berpotensi KLB Berdasarkan Kejadian merupakan bagian dari peningkatan kewaspadaan dini dan respon terhadap adanya ancaman KLB melalui pengelolaan data dan informasi adanya kejadian berpotensi KLB yang telah terverifikasi kebenaran dan besarannya. Pengembangan ini bertujuan membangun Sistem Online Surveilans Penyakit Berpotensi Kejadian Luar Biasa berdasarkan kejadian yang dapat mengelola data KLB terverifikasi untuk menghasilkan laporan harian KLB yang akurat, dan tepat waktu untuk peningkatan kewaspadaan dini yang terjadi sewaktu waktu. Pengembangan sistem ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengembangan system development life cycle yang meliputi tahap analisis, perancangan, dan implementasi yang menghasilkan prototype aplikasi. Penelitian ini menghasilkan prototype sistem informasi online untuk memudahkan dalam komponen masukan, pengolahan dan luaran. Sistem ini mempermudah proses pengumpulan, entri dan pengolahan data hingga menghasilkan informasi yang tepat waktu dan akurat karena prosesnya sudah secara otomatis dengan teknologi komputer. Penyimpanan data menggunakan teknologi basis data sehingga memudahkan penelusuran data, pengolahan data dan terkoneksi dengan internet. Keluaran sistem berupa penyajian informasi persebaran, status KLB, kronologi kejadian yang tepat waktu, menggambarkan periode, yang dapat mendukung dalam identifikasi upaya yang akan dilakukan sebagai peningkatan kewaspadaan dini dan respon.

ABSTRACT
Monitoring system based on event or EBS is part of an increase in vigilance and early response to the existence of a threat of the outbreak through the management of data and information of the existence of the outbreak that has potentially occurrences verified truth and adjustment. This research aims to develop information systems online monitoring of the outbreak based on events (event based surveillance) in the command post of the outbreak the Ministry of health who can manage the outbreak data are accurate, realtime and daily in increased alertness and early response. The research development of the system using a kualitatfi approach that aims to obtain identify information systems that are running at the moment. Data collection was done through in-depth interviews, observation and document study. Information obtained become the foundation to design a system of which refer to method of development used namely system development life cycle which includes the analysis stage, design, and the implementation of the simulation as prototype of application. This research produce prototype EBS information system in the form of application to make it easier for online in a component input, processing and the outer covering of. The system should ease the process of collecting the, entry and processing data up to produce information that realtime and accurate because the process is already automatically with computer technology. Data storage using technology database in order to facilitate the search for data, process data and is connected with the internet. Output berua system presentation of information that realtime, describing a period of daily, that could support in the efforts that identification will be carried out as increasing awareness and response."
2017
T48405
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almas Grinia Iksan
"Balita pendek stunting merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat diIndonesia yang berdampak negatif dalam jangka panjang. Provinsi Jawa Barat merupakanprovinsi dengan jumlah balita pendek terbanyak diantara provinsi lainnya. Determinanterdekat yang berhubungan dengan stunting ialah status gizi ibu dan asosiasi ini juga dapatdipengaruhi oleh faktor sosioekonomi. Tujuan penelitian ini ialah untuk menilai pengaruhstatus gizi ibu dan faktor sosioekonomi terhadap kejadian stunting menurut umur balita.Studi ini menggunakan data hasil Survey Pemantauan Status Gizi tahun 2017 yang terdiridari data balita, ibu hamil atau wanita usia subur, dan rumah tangga berjumlah 7.555.Pengaruh status gizi ibu tinggi badan dan IMT ibu terhadap Height-for-Age Z score HAZ dianalisis menggunakan regresi linier multivariabel. Prevalensi stunting tertinggiada pada balita usia 24 ndash; 59 bulan. Semakin tinggi pendidikan ibu dan ayah balita,prevalensi stunting semakin menurun. Prevalensi stunting lebih tinggi pada balita yangtinggal di perdesaan dan ibu dengan tinggi badan kurang dari 150 cm. Pada analisismultivariabel, nilai HAZ balita 0 ndash; 11 bulan dipengaruhi oleh TB ibu, IMT ibu,pendidikan ibu, dan tempat tinggal. Sedangkan pada balita usia 24 ndash; 59 bulan nilai HAZdipengaruhi oleh TB ibu, IMT ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan tempat tinggal.Pengaruh TB ibu terhadap nilai HAZ balita paling besar ialah saat balita berusia 6 ndash; 11bulan dan pengaruh tersebut turun saat balita berusia 12 ndash; 23 bulan. Sedangkan pengaruhIMT ibu terhadap nilai HAZ balita tidak berbeda antar kelompok umur balita. Prevalensistunting di Jawa Barat cukup tinggi, sehingga diperlukan intervensi yang sesuai untukmeningkatkan pertumbuhan linier anak. Hal tersebut bisa dilakukan melalui peningkatanpengetahuan mengenai gizi ibu dan balita bagi remaja putri, wanita, dan ibu hamil sebagaipenghasil generasi baru serta pemberian asupan nutrisi yang baik bagi balita, terutamasaat 1000 hari pertama kehidupan.Kata kunci: Stunting, status gizi ibu, faktor sosioekonomi.

Stunting is one of the public health problems in Indonesia which results long termnegative impact. West Java is the province with the highest number of stunted children.A proximate determinant associated to stunting is maternal nutrition and this associationmight be influenced by socioeconomic factors. The aim of this study was to assess theeffect of maternal nutrition and socioeconomic factors on child stunting according to thegroup age. This study used data from Survey of Nutrition Status Monitoring PSG 2017which included data of children under five, pregnant women or women of childbearingage, and households. Effect of mother 39 s nutritional status height and BMI on Heightfor Age Z score HAZ was analysed using multivariable linear regression. The highestprevalence of stunting was in children aged 24 59 months. The higher the education ofmother and father, the lower the prevalence of child stunting. The prevalence of stuntingwas higher in rural areas and mothers with height less than 150 cm. In multivariableanalysis, the HAZ of 0 11 months infants was affected by mother rsquo s height, mother rsquo s BMI,mother rsquo s education, and residence classification. Whereas in infants aged 24 59 monthsHAZ was affected by mother rsquo s height, mother rsquo s BMI, mother rsquo s education, mother rsquo s workstatus, and residence classification. The biggest effect of mother rsquo s height on HAZ was inthe infants aged 6 11 months and the effect was decreased when children aged 12 23months. While the effect of mother 39 s BMI on HAZ did not differ between age group ofchildren. The prevalence of stunting in West Java are relatively high, so appropriateinterventions are needed to increase the child 39 s linear growth. This can be tackled throughenhancing the knowledge of mother and child nutrition for young women, women, andpregnant women, also give adequate nutrition for infants, especially during the first 1000days of life.Keywords Stunting, maternal nutrition, socioeconomic factor."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ujang Abdul Muis
"Inisiasi menyusui dini dapat mengurangi pemberian makanan prelaktal serta mempromosikan pemberian ASI eksklusif pada pemberian ASI eksklusif selama 4 hingga 6 bulan pertama serta dapat memberikan nutrisi dan kekebalan tubuh kepada bayi. Metode penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan 2017 dengan tujuan untuk mengetahui kenaikan atau penurunan proporsi serta determinan perilaku pemberian makanan dini di Indonesia.
Hasil penelitian didapatkan bahwa ada peningkatan proporsi pemberian makanan dini di tahun 2017. Pemberian makanan dini lebih dipengaruhi oleh sosial ekonomi, umur ibu, lokasi tempat tinggal, pendidikan ibu, paritas, dan jenis persalinan. Paritas mempengaruhi pemberian makanan dini sebesar 2,06 kali, ibu dengan umur 5-19 tahun lebih berpeluang memberikan makanan dini dibandingkan dengan umur yang lebih tua, semakin rendah tingkat pendidikan, justru semakin berpeluang untuk memberikan makanan dini.
Diharapkan kepada pemerintah agar lebih fokus terhadap faktor pendidikan dan sosial ekonomi dalam mengatasi cakupan pemberian makanan dini ini. Menerapkan serta pelaksanaan PP No. 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Jika diperlukan agar melakukan pemberian sanksi bagi institusi yang tidak melaksanakannya.

Early breastfeeding initiation reduced prelactal food and promotes exclusive breastfeeding, and exclusive breastfeeding during the first of 4 to 6 month provide best nutrition and immunity to the infants. This study used a cross-sectional design using data from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012 and 2017 with the aim of finding out the determinants of Early Feeding Behavior in Indonesia.
The results showed that there was an increase in the proportion of early feeding in 2017. Early feeding was more influenced by socioeconomic, maternal age, location of residence, mother's education, parity, and type of delivery. Parity affects early feeding of 2.06 times, mothers aged 5-19 years are more likely to provide early food compared to older ages, the lower the level of education, the more likely they are to provide early food.
Expected to the government in order to focus more on educational and socio-economic factors in overcoming the scope of this early feeding. Implement and implement PP No. 33 of 2012 concerning the Provision of Exclusive Breast Milk. If it is necessary to make sanctions for institutions that do not implement it.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52950
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfansyah Maulana Hidayat
"Penjaminan Mutu merupakan suatu program evaluasi yang dilakukan sebagai upaya pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan. Saat ini pelaksanaan penjaminan mutu masih dilakukan dengan cara konvensional sehingga didapat beberapa masalah terkait pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, penyimpanan data dan umpan balik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan sistem informasi yang dapat membantu proses pencatatan dan pelaporan yang lebih efektif dan efisien. Pengembangan sistem informasi dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan perancangan sistem menggunakan metode prototipe yang memungkinkan pengembangan sistem dilakukan lebih cepat dan pengguna dapat langsung berinteraksi untuk memberikan umpan balik terhadap sistem yang dikembangkan.
Penelitian ini menghasilkan Prototipe Sistem Informasi penyelenggaraan pelatihan yang mempermudah proses pengumpulan, pengolahan dan rekapitulasi data secara tepat waktu dan cepat dikarenakan proses nya dilakukan secara otomatis oleh teknologi komputer. Penyimpanan data menggunakan teknologi basis data untuk memudahkan penelusuran data. Keluaran berupa penyajian informasi untuk membantu dalam pengawasan dan pengendalian mutu proses penyelenggaraan pelatihan serta hasil dari sistem informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai data pendukung dalam penetapan kebijakan terkait pelatihan bidang kesehatan.

Quality assurance is an evaluation program used to manage and control the implementation of training activities. Currently, quality assurance is still implemented using a traditional method, which causes a number of issues with data collection, processing, presentation, storage, and feedback. The aim of this study is to create an information system that can help in the process of recording and reporting data in a more effective and efficient way. Information system development is carried out utilizing a qualitative research approach with system design using the prototype method, which allows system development to be carried out more quickly and users to directly interact to provide input on the system being developed.
This research resulted in a training information system prototype that automates the automatic collection, analysis, and recapitulation of data utilizing computer technology. Data storage uses database technology to simplify data tracking. The results of this information system can be used to monitor and manage the quality of the training delivery process and the results of this information system can be used as supporting data in establishing policies related to training in the health sector.
"
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Satriani Sakti
"Pelajar merupakan kelompok berisiko tinggi untuk menyalahgunakan narkoba. Pemakaian narkoba sejak dini akan meningkatkan risiko terjadinya ketergantungan pada usia dewasa. Penyalahgunaan narkoba pada pelajar dipengaruhi oleh berbagai sistem yang melingkupi dirinya baik sistem keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan keluarga dan sosial terhadap penyalahgunaan narkoba pada pelajar. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional. Data bersumber dari Survei Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa tahun 2016 dengan jumlah sampel 30.004 responden. Prevalensi penyalahgunaan narkoba tertinggi adalah pada pelajar SMA (2,4%) dan pelajar laki-laki (3,5%). Berdasarkan faktor perilaku, variabel yang berhubungan signifikan adalah merokok, konsumsi alkohol, dan seks pranikah. Berdasarkan faktor lingkungan sosial, variabel yang berhubungan signifikan adalah status pernikahan orangtua, kekerasan keluarga, dan kondisi lingkungan sosial. Berdasarkan faktor lingkungan yang dirasakan, variabel yang berhubungan signifikan adalah perilaku berisiko keluarga dan kehangatan keluarga. Berdasarkan karakteristik individu, variabel yang berhubungan signifikan adalah jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan. Determinan yang paling dominan adalah perilaku konsumsi alkohol dengan AOR 7,5 (95% CI: 6,0 – 9,4) setelah dikontrol dengan variabel lainnya. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat mendorong untuk mengoptimalkan program P4GN di Indonesia dan melakukan intervensi perilaku merokok, konsumsi alkohol, dan seks pranikah di lingkungan pendidikan. Bagi sekolah diharapkan dapat berinovasi dalam mengedukasi dan mensosialisasikan materi kesehatan reproduksi dan perilaku berisiko kesehatan. Bagi orangtua diharapkan mampu membangun komunikasi yang lebih baik dengan anak dan menciptakan keluarga yang harmonis dan kondusif dari perilaku berisiko.

Students are a high-risk group for drug abuse. Early drug use will increase the risk of dependence in adulthood. Drug abuse in students is influenced by various systems that surround them such as family system, peers, and social environment. The purpose of this study was to determine family and social determinants of drug abuse in students. Research using cross sectional study design. The data source was 2016 Survey on Drug Abuse and Trafficking in Student and Student Groups with a total sample of 30,004 respondents. The highest prevalence of drug abuse is among high school students (2.4%) and male students (3.5%). Based on behavioral factors, the variables that are significantly related are smoking, alcohol consumption, and premarital sex. Based on social environmental factors, variables that are significantly related are parents' marital status, family violence, and social environmental conditions. Based on perceived environmental factors, variables that are significantly related are family risky behavior and family warmth. Based on individual characteristics, variables that are significantly related are gender, age, and level of education. The most dominant determinant is alcohol consumption behavior with an AOR of 7.5 (95% CI: 6.0 – 9.4) after controlled by other variables. For the government, it is hoped that the results of this research can encourage optimizing the P4GN program in Indonesia and conducting interventions on smoking behavior, alcohol consumption, and premarital sex. Schools are expected to be able to innovate in educating and socializing reproductive health and health risk behavior. Parents are expected to be able to build better communication with their children and create a harmonious and conducive family from risky behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramita Puspaningtyas Putri
"Survei Badan Pusat Statistik RI pada Februari 2022 melaporkan sebanyak 62,1% masyarakat Indonesia merasa jenuh pada situasi pandemi COVID-19 sebagai alasan tidak menerapkan protokol kesehatan. Tujuan penelitian adalah untuk menilai tingkat kestabilan perilaku protektif masyarakat Indonesia antara periode awal pandemi (2020) dengan periode satu tahun terakhir dan determinan yang mempengaruhinya. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dengan menggunakan instrumen survei online yang disebarkan melalui social media dan situs Kudata. Responden merupakan masyarakat Indonesia berusia 18-64 tahun yang berdomisili di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas tingkat kestabilan perilaku protektif menetap (53,1%), dan menurun (25,7%). Kestabilan perilaku menetap pada protokol kesehatan paling tinggi adalah memakai masker (86,3%). Faktor yang berhubungan terhadap kestabilan perilaku protektif adalah akses informasi dan pandemic fatigue (p-value <0,05). Penelitian ini menyarankan bahwa Kementrian Kesehatan dan stakeholder lainnya dalam penyelenggaraan komunikasi kesehatan untuk meningkatkan kualitas informasi yang sederhana, mudah dimengerti, bernada tegas baik termasuk dengan metode gain frames untuk menumbuhkan intensi masyarakat mempertahankan perilaku protektif yang sudah dilakukan, bahkan setelah pandemi berakhir.

Indonesian Central Bureau of Statistics survey in February 2022 stated that 62,1% Indonesians were bored during COVID-19 pandemic as their reason to avoid adherence health protocol. The purpose of this study is to understand the stability between behavior change in pandemic between the beginning of pandemic (2020) and last year period, and the determinants that contribute to. This research is quantitative cross sectional design. The data were collected by online survey utilizing social media and Kudata platform. Respondents of this research are Indonesian’s people in range 18-64 years old that live in Indonesia. Study results show the majority of behavior stability is in stable (53,1%), and decreased (25,7%) level. Stable level behavior stability in health protocol shows the highest for wearing mask (86,3%). Determinants of behavior stability are access to information and pandemic fatigue (p-value <0,05). The researcher suggests that Health Ministry and other health communication events stakeholders to improve the quality of health information in order to build public’s intention to maintain the protective behavior, even after pandemic."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Arianty
"Angka Kematian Bayi masih menjadi masalah kesehatan yang belum teratasi. Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi, SDGs memiliki target pada tahun 2030 mengakhiri kematian bayi yang dapat dicegah, melalui Kematian Neonatal. Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Post Neonatal (AKPN) di Indonesia menurun lambat dan masih relatif tinggi.  AKN dan AKPN di Indonesia belum mencapai target prioritas SDGs yaitu 12 kematian per 1000 kelahiran hidup. Belum diketahui faktor determinan strategis kematian neonatal dan postneonatal. Tujuan penelitian ini ialah untuk menilai determinan strategis pada faktor sosial dan lingkungan, faktor program kesehatan, dan faktor maternal dan neonatal terhadap kematian neonatal dan postneonatal di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data dari Survei Penduduk Antar Sensus 2015 (SUPAS 2015) dan Potensi Desa 2014 (Podes 2014). Populasi penelitian ialah seluruh blok sensus yang memiliki wanita usia subur (15-54 tahun) dan terdaftar dalam SUPAS 2015 dan PODES 2014.  Variabel independen yang digunakan ialah faktor ibu, sosial ekonomi, lingkungan, dan kontrol kesehatan. Variabel dependen yang digunakan AKN dan AKPN. Analisis data yang digunakan ialah Log-Linier Model Multivariat dengan desain Cross-sectional. Determinan strategis kematian neonatal ialah faktor maternal dan neonatal yaitu jarak kelahiran dan proporsi paritas 4+, masing-masing meningkatkan AKN=50% dan 22%. Faktor sosial dan lingkungan yaitu wilayah, pendidikan, status ekonomi, dan sumber air minum, masing-masing meningkatkan AKN=21%;  9%; 8%; dan 6%. Faktor program kesehatan yaitu densitas populasi dukun bayi desa meningkatkan AKN= 5%. Densitas populasi RS kabupaten, dan puskesmas kecamatan dengan masing-masing dapat menurunkan AKN 7% dan 5%. Determinan strategis kematian postneonatal ialah faktor maternal dan neonatal yaitu jarak kelahiran dan proporsi paritas 4+ masing-masing meningkatkan AKPN 32% dan 22%. Faktor sosial dan lingkungan yaitu wilayah Luar Jawa-Bali, sosial ekonomi, dan pendidikan dengan masing-masing meningkatkan AKPN 22%; 10%; dan 9%. Faktor program kesehatan yaitu densitas populasi dukun bayi desa,  dokter kecamatan, puskesmas kecamatan, rumah sakit kabupaten, dan bidan desa. Densitas populasi dukun bayi desa meningkatkan AKPN=7%. Densitas populasi dokter kecamatan, puskesmas kecamatan, rumah sakit kabupaten, dan bidan desa dapat menurunkan AKPN masing-masing 8%; 6%; 5%; 4%.Kematian neonatal lebih mempengaruhi terhadap faktor endogen yaitu jarak kelahiran. Sedangkan kematian postneonatal lebih mempengaruhi terhadap faktor eksogen yaitu status ekonomi, pendidikan ibu, densitas populasi dukun desa, densitas populasi dokter kecamatan, densitas populasi puskesmas kecamatan, dan densitas populasi bidan desa. Maka, diharapkan pemerintah dapat meningkatkan program keluarga berencana dengan meningkatkan kebutuhan kontrasepsi dan meningkatkan akses layanan kontrasepsi. Dengan demikian, Indonesia dapat meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi yang tujuannya untuk mengatur jarak kelahiran sebelumnya.

Infant mortality is still an unsolved health problem. To reduce the Infant Mortality Rate, the SDGs have a target by 2030 to end preventable infant mortality, through Neonatal Mortality. The Neonatal Mortality Rate (NMR) and Post Neonatal Mortality Rate (PNMR) in Indonesia had declined slowly and were still relatively high. NMR and PNMR in Indonesia have not yet reached the SDGs priority target of 12 deaths per 1000 live births. The strategic determinants of neonatal and postneonatal mortality were unknown. The purpose of this study was to assess strategic determinants of social and environmental factors, health program factors, and maternal and neonatal factors on neonatal and postneonatal mortality in Indonesia. This study used data from the 2015 Inter-Census Population Survey (SUPAS 2015) and 2014 Village Potential (Podes 2014). The study population was all census blocks that had women of childbearing age (15-54 years) and registered in the 2015 SUPAS and 2014 PODES. The independent variables used were maternal, socioeconomic, environmental, and health control factors. The dependent variable used was NMR and PNMR. Analysis of the data used was a Multivariate Log-Linear Model with a cross-sectional design. The strategic determinants of neonatal mortality was maternal and neonatal factors, namely birth distance and the proportion of parity 4+, increasing NMR=50% and 22%, respectively. Social and environmental factors, namely region, education, economic status, and unprotected water sources, each increase the NMR=21%; 9%; 8%; and 6%. The health program factor, namely high village traditional birth attendant density, increases NMR= 5%. The population density of district hospitals and sub-district health centers can reduce NMR by 7% and 5%, respectively. The strategic determinants of postneonatal mortality was maternal and neonatal factors, namely birth spacing and the proportion of parity 4+ which increase PNMR by 32% and 22%, respectively. Social and environmental factors, namely the outside Java-Bali region, socio-economic, and education with each increasing the PNMR 22%; 10%; and 9%. The health program factors are the population density of traditional birth attendants, sub-district doctors, sub-district health centers, district hospitals, and village midwives. The population density of traditional birth attendants increases the PNMR=7%. The population density of sub-district doctors, sub-district health centers, district hospitals, and village midwives can reduce PNMR by 8% each; 6%; 5%; 4%. Neonatal mortality was more influenced by endogenous factors, namely birth spacing. Meanwhile, postneonatal mortality was more influenced by exogenous factors, namely economic status, mother's education, population density of village traditional attendants, population density of sub-district doctors, population density of sub-district health centers, and population density of village midwives. So, it is hoped that the government can improve family planning programs by increasing the need for contraception and increasing access to contraceptive services. Thus, Indonesia can increase the prevalence rate of contraception with the aim of regulating the spacing of previous births."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Taufik Chaldun
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1991
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Made Kurniati
"ABSTRAK
Nama : Ni Made KurniatiProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Prevalen Sifilis, Gonore Dan/Atau Klamidia Sebagai PrediktorEpidemi HIV Pada Berbagai Kelompok Seksual BerisikoEpidemi HIV di Indonesia merupakan permasalahan yang harus segera ditangani karenaberdampak pada derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Deteksi prediktor utama yangberkaitan dengan kejadian Infeksi Menular Seksual IMS terhadap terjadinya infeksiHIV sangat penting untuk diketahui, mengingat IMS merupakan pintu utama masuknyainfeksi HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan anatara IMS yangterdiri dari sifilis, gonore dan klamidia terhadap HIV serta mengetahui keterkaitanketiga IMS tersebut dengan prevalen HIV pada kelompok seksual berisiko. Penelitianini menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data Survei TerpaduBiologi dan Perilaku tahun 2007, 2009, 2011, 2013 dan 2015. Analisis yang digunakanadalah analisis regresi logistik dan regresi fraksional. Infeksi sifilis, gonore danklamidia dapat meningkatkan odds kelompok seksual berisiko untuk terinfeksi HIVmeskipun tidak bermakna secara statistik. Nilai OR infeksi sifilis pada sebagian besarmodel adalah nilai OR terbesar yang meningkatkan peluang terjadinya infeksi HIV.Model hubungan antara IMS dan HIV dapat dilihat pada kota/lokasi yang masuk dalamkuadran I. Prevalen sifilis berhubungan dengan prevalen HIV pada setiap kelompokberisiko terutama pada kelompok waria dan LSL. Setiap kelompok seksual berisikodiharapkan dapat berpartisipasi dalam setiap program untuk pencegahan danpengendalian IMS dan HIV. Selain itu, perlu dilakukan penguatan program yangterfokus pada eradikasi IMS pada kelompok seksual berisiko.Kata kunci: HIV, Infeksi Menular Seksual, Kelompok Seksual Berisiko

ABSTRACT
Name Ni Made KurniatiStudy Program Public HealthTitle Prevalence of Syphilis, Gonorrhea and or Chlamydia as Predictor ofHIV Epidemics among Sexually High Risk Populations Analysis ofData from the Indonesia Integrated Biological and Behavioral Surveys,2007 2015The HIV epidemic in Indonesia is a problem that addressed immediately because itaffects the health status of Indonesian society. Detection of major predictors associatedwith the incidence of Sexually Transmitted Infections STIs against the occurrence ofHIV infection is important to note, because STIs are the main entrance of HIV infection.This study aims to determine the association between STIs consisting of syphilis,gonorrhea and chlamydia against HIV and knowing the relationship between these STIswith HIV prevalence in sexual risk groups. This study uses cross sectional design byanalyzing the data of ldquo Survei Terpadu Biologi dan Perilaku rdquo in 2007, 2009, 2011, 2013and 2015. Logistic regression analysis and fractional regression used for analysis.Syphilis, gonorrhea and chlamydia infections increase odds of sexual risk groups forHIV infection even if not statistically significant. The odds ratio of syphilis infection inmost models is the largest odds ratio that increases the chances of HIV infection. Themodel of the relationship between STIs and HIV can be seen in the cities or sites thatfall within quadrant I. Prevalent syphilis is associated with HIV prevalence in each riskgroup especially in transsexual groups and MSM. Sexual risk group expected toparticipate in programs for STI and HIV prevention and control. In addition, it isnecessary to strengthen programs focused on eradicating STIs in sexual risk groupsbased on cities or sites quadran.Keywords HIV, Sexually Transmitted Infections, Sexually High Risk Populations"
2018
T51356
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>