Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Balthasar Bese
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik migran asal Nusa Tenggara Timur dan sebarannya antarwilayah di Indonesia tahun 1990. Fokus pengamatan studi ini pada sejauh mana pengaruh faktor-faktor sosio-demografi terhadap tingkat migrasi penduduk Nusa Tenggara Timur di Indonesia.
Untuk kepentingan analisis, penelitian ini menggunakan data sampel lengkap Sensus Penduduk Tahun 1990 khususnya yang berkaitan dengan migrasi. Alat analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dan inferensial. Statistik inferensial yang digunakan adalah model regresi multinomial logistik berganda.
Meskipun penelitian ini tidak mengikutkan variabel ekonomi sebagai salah satu variabel pengaruh terhadap migrasi, namun dari pola dan arah dari migrasi dapat digunakan untuk menduga arusnya. Dari paparan data tidak menunjukkan pola yang sistematis bahwa migrasi antardaerah cenderung menuju daerah-daerah yang diduga mempunyai tingkat pendapatan tertinggi atau tingkat urbannya tertinggi. Arus migrasi penduduk Nusa Tenggara Timur antardaerah di Indonesia cenderung mengikuti arus migrasi terdahulu, yakni daerah tujuan utama yang letaknya lebih dekat dengan daerah asal (seperti hasil studi Lee 1966: Mantra 1985).
Hasil studi ini menunjukkan bahwa para migran cenderung memilih daerah tujuan terdekat yakni Indonesia Timur satu yang meliputi provinsi- provinsi di Nusa Tenggara (Bali, Nusa Tenggara Barat, Timor Timur), Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Pilihan daerah tujuan kedua adalah menuju Indonesia Timur dua (provinsi-provinsi di Kalimantan). Dan yang terakhir baru memilih daerah tujuan Indonesia Barat (Jawa dan Sumatera).
Karakteristik umum kelompok migran antara lain: proporsi migran laki-laki di setiap daerah tujuan migrasi selalu lebih besar dibanding perempuan. Dengan kata lain, laki-laki Nusa Tenggara Timur cenderung bermigrasi lebih tinggi dibanding dengan perempuan. Sebagian besar responden berusia antara 20 - 34 tahun.
Hasil analisis deskriptif dan inferensial memperlihatkan bahwa migrasi cenderung dilakukan oleh mereka yang termasuk kategori kelompok umur 20 - 34 tahun dibanding dengan kelompok umur lainnya. Demikian pula proporsi migran berpendidikan SMTP ke atas lebih besar dibanding dengan migran berpendidikan di bawahnya di semua daerah tujuan migrasi. Selanjutnya para migran asal Nusa Tenggara Timur di Indonesia berstatus tidak kawin proporsinya lebih besar dibanding dengan mereka yang berstatus kawin.
Dari paparan data di atas dapat disimpulkan bahwa kejadian migrasi keluar penduduk Nusa Tenggara Timur lima tahun yang lalu (tahun 1985) adalah laki-laki, berumur 20 - 34 tahun, berpendidikan SMTP ke atas, dan berstatus tidak kawin."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1997
338.9 WID
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Brata Sanjaya
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi kecukupan keuangan lansia di Indonesia dan pengaruh jenis sumber keuangan terhadap persepsi kecukupan keuangan, dikontrol karakteristik individu dan kewilayahan dengan
menggunakan data SUPAS 2015. Sebagian besar lansia memiliki persepsi
keuangan yang cukup atau merasa mampu mencukupi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa
Penghasilan+transfer menjadi sumber keuangan yang memberikan
kecenderungan kecukupan tertinggi, diikuti dengan sumber keuangan
penghasilan. Sedangkan kategori transfer, menjadi mayoritas sumber keuangan
lansia, justru memberikan kecenderungan kecukupan terendah. Oleh karena itu, menjaga agar lansia tetap berpenghasilan serta menghadirkan sistem jaminan transfer yang baik akan menjamin kecukupan keuangan lansia di Indonesia

ABSTRACT
This research aims to understand the perceived income adequacy of older
persons in Indonesia. Furthermore, this research also analyzes the effect of types of source of income on older persons? perceived income adequacy controlled by individual and spatial characteristics using raw data of SUPAS 2015. Most older persons in Indonesia have adequate perceived of income. The binary logistic regression shows that income+transfer is the type of income which most likely gives older persons perceived adequacy, followed by income. Meanwhile, transfer, as the majority type of income of older persons in Indonesia, conversely becomes the type of income which less likely makes older persons perceive adequate. Therefore, assuring older persons to have income and an effective transfer system would ensure the income adequacy of older persons in Indonesia"
2016
T45874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tunjung Artha Trahtama Puri
"Indonesia telah bergerak menuju masyarakat menua, upaya telah dilakukan untuk menciptakan masyarakat Menua Aktif, di mana lansia tetap dalam kondisi sehat, mandiri, dan produktif. Penelitian ini meneliti kondisi keuangan lansia, salah satu persyaratan yang paling penting untuk mencapai masyarakat Menua Aktif. Kondisi keuangan digambarkan dengan menggunakan empat pengukuran: apakah lansia bekerja atau tidak, jumlah jam kerja, pendapatan lansia, dan apakah lansia miskin atau tidak. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logit untuk meneliti faktor-faktor penentu bekerja atau tidak, dan apakah miskin atau tidak. Menggunakan analisis OLS untuk menemukan faktor-faktor penentu jumlah jam kerja dan pendapatan. Semua analisis statistik menggunakan individu, rumah tangga dan variabel spasial. Beberapa temuan bahwa variabel individu dan rumah tangga (umur, jenis kelamin, tempat tinggal, hubungan dengan kepala rumah tangga, pengaturan tempat tinggal, status perkawinan, pendidikan, baca tulis, keluhan kesehatan, Raskin, dan asuransi kesehatan) secara signifikan mempengaruhi keputusan untuk bekerja, jumlah jam kerja, pendapatan, dan apakah menjadi miskin atau tidak. Rawat inap memiliki efek yang signifikan pada pekerjaan dan pendapatan saja. Kredit usaha dan jaminan sosial hanya secara signifikan mempengaruhi keputusan untuk bekerja, jumlah jam kerja dan pendapatan. Variabel spasial (mengukur dengan PDB, upah minimum, persen orang miskin) secara signifikan mempengaruhi keputusan untuk bekerja, jumlah jam kerja, pendapatan, dan apakah miskin atau tidak.

As Indonesia has been moving toward an ageing society, efforts have been made to create an Active Ageing society, where the elderly are and remain healthy, independent, and productive. This study is examining the elderly?s financial condition, one of the most important requirements to achieve an Active Ageing society. It uses four measurements of the financial condition: whether or not the elderly works, the number of working hours, the income of the elderly, and whether or not the elderly is poor. The study uses a logit regression analysis for examining the determinants of working or not, and whether the elderly is poor. It uses an OLS analysis for finding the determinants of number of hours working and income. All statistical analyses employ individual, household and spatial variables. Some of the findings are that individual and household variables (age, sex, place of residence, relationship to head of household, marital status, living arrangement, education, literacy, health complaints, Raskin, and health insurance) significantly influence decision to work, the number of working hours, incomes, and whether being poor or not. Hospitalization has a significant effect on work and income only. Business credit and social security only significantly influence decision to work, the number of working hours and incomes. Spatial variables (measure with GDP, the minimum wage, percent of poor people) significantly influence decision to work, the number of working hours, income, and whether poor or not.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatik Mariyanti
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan mengidentifikasi faktor?faktor yang
berpengaruh dominan terhadap fertilitas yang terjadi antara
september 1986 s/d September 1987 dan untuk melihat tahap
Transisi Fertilitas di Propinsi Jawa Tengah. Studi ini
menggunakan data Survey Prevalensi Indonesia 1987 (SP187).
Kerangka pikiran yang dikembangkan disini berdasarkan pada
apa yang dikemukakan Bongaarts (1978) ada 8 variabel antara
sebagai proximate yang menyebabkan perbedaan fertilitas antar
penduduk, adapun variabel. tersebut adalah: proporsi kawin,
kontrasepsi, aborsi yang disengaja, frekuensi kumpul, menyusui,
sterilisasi, kematian janin, lama masa subur.
Dalam studi ini kerangka pemikiran Bongaarts tersebut
dìsederhanakan sesuai dengan data tersedia Lembaga Demografi UI.
Dengan keterbatasan tersebut, variabel yang diperhatikan sebagai
variabel proximate adalah: kontrasepsi, lamanya masa subur,
lamanya masa kumpul dan lamanya masa menyusui. Disamping itu
variabel sosial ekonomi yang diperhatikan adalah pendidikan
responden, pendidikan suami responden, pekerjaan suami dan agama
responden. Dalas penganalisaan nantinya semua variabel yang
diperhatikan dikontrol dengan usia responden.
Studi ini juga menentukan variabel-variabel sosial-ekonomi
mempengaruhi variabel proximate. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui melalui variabel proximate yang semua variabel sosial?
ekonomi tersebut mempengaruhi fertilitas.
Hubungan antar variabel tersebut dianaliais dengan
menggunakan peralatan statistik regresi logistik berganda.
Analisis data ini meliputi 679 observasi. Data ini diproses
dengan menggunakan program Statistical Analysis System (SAS
Program) di Laboratorius Computer Lembaga Demografi Universitas
Indonesia.
Penemuan dari studi ini diantaranya: kontrasepsi merupakan
variabel yang paling dominan menentukan apakah responden akan
melahirkan disamping masa kumpul dan masa menyusui.
Penemuan lain adalah variabei sosial?ekonomi khususnya
pendidikan berpengaruh positif terhadap kontrasepsi, dan
berpengaruh negatif terhadap masa menyusuì sehingga berakibat
meningkatkan natural fertiliti, sedang pada masa subur dan masa
kumpul tidak berpengaruh.
Mengenai Trasisi Fertilitas Easterlin di studi ini ditemukan
bahwa Jawa Tengah sudah berapa pada pertengahan tahun ketiga dan
periode transisi ferilitas, karena pemakaian alat kontrasepsi
sudah memasyarakat tetapi natural fertiliti masih meningkat.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Syamsuddin HM
"Pulau Sumatera yang terdiri dari delapan propinsi. Pada tahun 1992 dihuni oleh 57,94 persen angkatan kerja dari jumlah tenaga kerja di wilayah ini, dan 2,47 persen diantaranya adalah penganggur. Angka pengangguran yang merupakan refleksi dari rasio jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja cenderung meningkat, dengan proporsi 58,18 persen adalah penganggur yang berpendidikan SLTA.
Dengan mengaplikasikan Search Theory dalam data SAKERNAS tahun 1992, maka tesis ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan lama mencari kerja berdasarkan karakteristik dan sosio demografis dari pengangguran tenaga kerja terdidik di Sumatera, baik terhadap mereka yang bekerja sambil mencari kerja (on job search) maupun terhadap mereka yang mengaggur sambil mencari kerja (unemployment job search).
Teisi ini juga bertujuan untuk mempelajari bagaimana perilaku angkatan kerja di pasar kerja. Artinya pada karakteristik angkatan kerja dan bekerja di Sumatera mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap lama mencari kerja. Konsistensi hipotesis berdasarkan hasil uji statistik memberi arti bahwa:
Pencari kerja yang berpendidikan lebih tinggi cenderung masa mencari kerjanya lebih lama dibanding mereka yang berpendidikan rendah. Dengan kata lain terdapat hubungan positif antara lama mencari kerja dengan pendidikan. Sementara pencari kerja yang berusia tua ada kecenderungan semakin cepat memperoleh pekerjaan dibanding yang lebih muda. Denga kata lain terdapat hubungan negatif antara lama mencari kerja dengan umur.
Pencari kerja laki-laki di Sumatera rata-rata masa mencari kerjanya lebih singkat dibanding perempuan. Temuan ini diperkuat hasil analisis deskriptif. Pencari kerja yang berstatus kepala rumah tangga rata-rata masa mencari kerjanya lebih singkat dibanding dengan mereka yang bukan kepala rumah tangga.
Mereka yang berpengalaman masa mencari kerja lebih singkat dibanding yang tidak berpengalaman. Permintaan tenaga kerja pada pasar kerja lebih yakin dan percaya kepada mereka yang mempunyai pengalaman kerja. Strategi bekerja sambil mencari kerja, masa mencari kerjanya lebih singkat dibanding menganggur sambil mencari kerja. Berarti strategi ini di Sumatera dan diduga berlaku untuk Indonesia sangat tepat untuk memperoleh pekerjaan yang lebih cocok mengingat pasar kerja di Indonesia sarat dengan ketidakpastian.
Ketika variabel bebas Mills Ratio dimasukkan dalam model untuk mengatasi selectivity bias, ternyata penaksiran OLS menunjukkan perbedaan yang mendasar denga ntemuan sebelumnya. Walaupun tandan dan nilai absolut parameter estimasinya memperlihatkan perubahan, namun tetap konsisten dengan hipotesis. Variable Mills Ratio pada persamaan Tabel 6.1b menunjukkan hubungan yang signifikan pada α = 0.01 memberi arti bahwa terdapat persoalan selectivity bias dalam model ini. Dengan kata lain bahwa mereka yang tidak mencari kerja mempunyai pengaruh terhadap kecenderungan untuk mencari kerja.
Penaksiran dengan Multinominal Logit menyatakan bahwa angkatan kerja yang lebih terdidik mempunyai probabilitas yang lebih besar untuk menganggur, angkatan kerja berusia muda probabilitas menganggurnya lebih besar, angkatan kerja bukan kepala rumah tangga probabilitas menganggurnya lebih besar. Temuan yang berbeda bahwa laki-laki probabilitas menganggurnya lebih tinggi dibanding perempuan."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   2 3 4 5 6 7 >>