Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 238 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sidhi Laksono
"Pandemi COVID-19 menyebabkan perubahan pada pelayanan di RS dimana terdapat pembatasan layanan klinik kronis, tidak terkecuali klinik jantung RS. Telekardiologi muncul sebagai solusi untuk mengatasi hal ini. Telekardiologi telah dilakukan di RSPP. Namun, kekuatan dan kelemahan layanan telekardiologi RSPP belum diteliti. Menggunakan penelitian campuran (mixed methods) yaitu penelitian kuantitatif tinjauan sistematis, kemudian triangulasi data (observasi, telaah dokumen, dan wawancara) dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif. Berdasarkan penelitian tinjauan sistematis dan kualitatif didapatkan keuntungan dari layanan telekardiologi adalah kemudahan pasien kronis jantung untuk evaluasi kondisi selama pandemi demi mengurangi penyebaran COVID-19, dari segi biaya, layanan telekardiologi lebih murah dibanding konvensional, layanan ini bisa digunakan tanpa mengenal batasan geografis, dan aplikasi yang simpel mempermudah pasien menggunakan layanan ini. Sedangkan untuk kelemahan layanan telekardiologi berupa waktu tunggu yang lama dalam konfirmasi tautan telekardiologi ke pasien, pasien usia tua memiliki ketidakmampuan dalam menggunakan teknologi ini, kurangnya pemasaran layanan ini, dan tidak terkoneksinya dengan layanan lain, menyulitkan dokter dan pasien yang ingin konsultasi secara holistik dengan bagian lain. Dengan demikian, penulis merekomendasikan RSPP untuk melakukan integrasi data, pelatihan telekardiologi bagi pegawai, membuat materi pemasaran yang berdampak, dan membuat kebijakan terkait pelaksanaan telekardiologi. Diharapkan dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan layanan tersebut dapat memperbaiki dan meningkatkan layanan tersebut.

The COVID-19 pandemic has caused changes to services in hospitals where there are restrictions on chronic clinical services, including the hospital heart clinic. Telecardiology has arise as the solution to overcome this problem. Telecardiology has been done in RSPP. However, the strengths and weaknesses of the RSPP telecardiology service have not been studied. Using mixed method research, namely quantitative research with a systematic review, then data triangulation (observation, documents review, and interview) was done to collect qualitative data. Based on systematic and qualitative review research, the advantages of telecardiology services are the convenience of chronic heart patients to evaluate conditions during the pandemic to reduce the spread of COVID-19, in terms of cost, this telecardiology service is cheaper than conventional, this service can be used regardless of geographic boundaries, and a simple application makes it easier for patients. As for the weakness of telecardiology services in the form of long waiting times in terms of confirming telecardiology links to patients, elderly patients have an inability to use this technology, lack of marketing, and not being connected to other services, making it difficult for doctors and patients who want to consult holistically with other parts. Therefore, the author recommends RSPP to support data integration, telecardiology training for staffs, make an impactful marketing strategy, and several policies regarding telecardiology practice. Hopefully by knowing the strengths and weaknesses of these services can improve these services in the future."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Anggaratni G.
"Kemampuan fasilitas kesehatan untuk dapat berfungsi tanpa gangguan dalam situasi bencana merupakan hal yang penting. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan, baik Rumah Sakit Pemerintah maupun Rumah Sakit Swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan kebencanaan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesiapsiagaan bencana di RSU Famili Husada dengan menggunakan Hospital Safety Index WHO dari segi keselamatan struktural, non struktural maupun manajemen kegawatan dan bencana. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan metode  campuran kualitatif dan kuantitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Safe Hospital Cecklist Form 2 dari WHO yang terdiri dari evaluasi potensi bencana, modul keselamatan struktural, modul keselamatan non struktural dan modul manajemen kegawatdaruratan dan bencana. Hasil penelitian pada evaluasi potensi bencana menunjukkan bahwa RSU Famili Husada memiliki potensi bahaya geologis, hidrologis, klimatologis dan bahaya biologis (pandemi COVID-19) yang tinggi. Berdasarkan indeks keselamatan struktural, RSU Famili Husada memiliki indeks yang baik (A), begitu pula dengan indeks keselamatan non strukturalnya. Dalam indeks manajemen kegawatan dan bencana, RSU Famili Husada masuk kategori rata-rata (B). secara umum, setelah dibobotkan maka indeks HSI RSU Famili Husada dalam kategori A yang berarti RS diprediksi dapat berfungsi pada masa bencana..  RS diharapkan memperkuat mekanisme pasokan perbekalan, meningkatkan kapasitas cadangan oksigen, serta penguatan SDM. Meskipun telah memiliki indeks HSI yang baik, RS masih berisiko mengalami hambatan pelayanan terutama pada masa lonjakan COVID-19 oleh karena adanya faktor eksternal yang memengaruhi rantai pasokan perbekalan utama seperti oksigen, APD dan obat-obatan. Diperlukan evaluasi kapasitas lonjakan, identifikasi sumber-sumber cadangan perbekalan dan simulasi kebencanaan di tingkat regional oleh pemegang kebijakan yang lebih tinggi agar kedepannya situasi lonjakan kritis pandemi dapat diantisipasi.

The ability of health facilities to function without interruption in a disaster situation is critical. Law No. 36 of 2009 concerning Health explains that hospitals as health care facilities, both government hospitals and private hospitals are required to provide disaster health services that aim to save lives and prevent further disability. The purpose of this study was to evaluate disaster preparedness at the Famili Husada Hospital using the WHO Hospital Safety Index in terms of structural, non-structural safety as well as emergency and disaster management. This research is a descriptive observational study with a mixture of qualitative and quantitative methods. The instrument used in this research is the Safe Hospital Checklist Form 2 from WHO which consists of an evaluation of potential disasters, structural safety modules, non-structural safety modules and emergency and disaster management modules. The results of the research on the evaluation of potential disasters indicate that the Famili Husada Hospital has a high potential for geological, hydrological, climatological and biological hazards (the COVID-19 pandemic). Based on the structural safety index, the Famili Husada Hospital has a good index (A), as well as its non-structural safety index. In the emergency and disaster management index, Famili Husada Hospital is in the average category (B). In general, after being weighted, the HSI index of the Famili Husada Hospital is in category A, which means the hospital is predicted to function during a disaster. The hospital is expected to strengthen the mechanism for supplying supplies, increasing oxygen reserve capacity, and strengthening human resources. Despite having a good HSI index, hospitals are still at risk of experiencing service barriers, especially during the COVID-19 surge due to external factors that affect the supply chain of key supplies such as oxygen, PPE and medicines. It is necessary to evaluate the surge capacity, identify sources of supply reserves and simulate disasters at the regional level by higher policy holders so that in the future the critical spike situation of the pandemic can be anticipated."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endivia Rizki Maghfiroh
"Latar belakang. Jumlah Rujukan FKTP ke RSIA Kenari Graha Medika pasien BPJS Kesehatan masih mendapat proporsi kecil dibandingkan dengan rujukan ke FKRTL lain di wilayahnya. Kunjungan poli rawat jalan RSIA Kenari Graha Medika juga belum mencapai target kunjungan pertahun yaitu sebesar 46.080 kunjungan pasien poli rawat jalan dalam satu tahun. Guna meningkatkan kinerja rawat jalan, RSIA Kenari Graha Medika telah menjalin jejaring kerjasama dengan 84 FKTP di wilayah Kabupaten Bogor, namun belum diketahui ada tidaknya hubungan kepuasan kemitraan dengan WOMI. Metode. Desain penelitian cross sectional dengan jumlah sampel 70 sampel dari popuasi semua FKTP yang menjalin kemitraan dengan RSIA Kenari Graha Medika. Enam variabel yang diteliti adalah 5 variabel framework Lui & Ngo, 2005 (yaitu asset specificity dan partner reputation, actions acquiescence, actions simplicity, dan actions reciprocity) dan 1 variabel Komitmen Pelayanan Rujuk Balik (PRB) kemudian dihubungkan dengan keminatan FKTP dalam memberikan rekomendasi (WOMI (Word of Mouth Intentions)) pada pasien. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat (deskriptif) dan multivariat dengan SEM PLS. Hasil. Dari analisais data didapatkan seluruh konstruk dinyatakan valid dan reliabel berdasarkan hasil perhitungan loading factor, AVE dan cornbach alpha. Uji hipotesis menunjukkan 3 variabel diterima yakni Action Acquiescence, Action Reciprocity, serta Action Simplicity, sedangkan 3 variabel lainnya ditolak yaitu, asset specificity, partner reputation, dan Komitmen PRB RS. Kesimpulan. Dengan adanya ketidakpuasan pada beberapa indikator, maka sebaiknya RSIA Kenari Graha Medika melakukan engagement kepada FKTP dengan pemenuhan kebutuhan FKTP demi pelayanan terbaik pada pasien, membentuk Tim PRB, dan membangun sisten Rujuk Balik yang sesuai regulasi.

Background. The number of First Level Health Facilities’s referrals to RSIA Kenari Graha Medika for BPJS Health patients still receives a small proportion compared to referrals to other First Level Health Facilities in the region. RSIA Kenari Graha Medika outpatient clinic visits have also not reached the annual visit target of 46,080 outpatient clinic patient visits in one year. In order to improve outpatient performance, RSIA Kenari Graha Medika has established a collaborative network with 84 First Level Health Facilities in the Bogor Regency area, but it is not yet known whether there is a relationship of satisfaction with WOMI. Method. Cross sectional research design with a sample size of 70 samples from the population of all First Level Health Facilities that have a partnership with RSIA Kenari Graha Medika. The six variables studied were 5 Lui & Ngo, 2005 framework variables (namely asset specificity and partner reputation, actions acquiescence, actions simplicity, and actions reciprocity) and 1 variable Reciprocity Service Commitment (PRB commitment) which was then linked to First Level Health Facilities’s interest in providing recommendations (WOMI (Word of Mouth Intentions)) in patients. Data analysis was carried out using univariate (descriptive) and multivariate analysis with SEM PLS. Results. From data analysis, it was found that all constructs were declared valid and reliable based on the results of loading factor, AVE and Cornbach alpha calculations. Hypothesis testing showed that 3 variables were accepted, namely Action Acquiescence, Action Reciprocity, and Action Simplicity, while 3 other variables were rejected. Conclusion. Due to dissatisfaction in several indicators, it would be best for RSIA Kenari Graha Medika to engage with FKTP by fulfilling FKTP needs for the best service to patients, forming a PRB Team, and building a Refer-Back system that complies with regulations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Arina
"Kasus COVID-19 yang pertama kali ditemukan di Indonesia merupakan imported cases. Sebagaimana diketahui pelabuhan udara yang tidak hanya sebagai tempat keluar masuknya penduduk dari berbagai negara tetapi juga mempunyai resiko sebagai tempat keluar masuknya penyakit infeksi. Pada setiap bandar udara terdapat Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) termasuk Bandar Udara Soekarno Hatta. Dalam mencegah penyebaran lebih lanjut maka Presiden Indonesia menetapkan COVID-19 sebagai penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat pada tanggal 31 Maret 2020. Untuk mencegah dan mengendalikan kasus importasi COVID-19, maka Kementerian Kesehatan mengeluarkan kebijakan terkait protokol kesehatan dalam penanganan kedatangan penumpang dari luar negeri yang dtuangkan dalam bentuk surat edaran Menteri Kesehatan pada bulan Mei 2020. Pada periode Mei hingga September 2020 ditemukan 704 penumpang yang hasil RDT reaktif terhadap COVID-19 dari 29840 penumpang di Bandara Soetta. Tujuan penelitian tesis ini adalah untuk melakukan analisis implementasi kebijakan protokol kesehatan penanganan penumpang dari luar negeri dalam pencegahan penyebaran COVID- 19 oleh KKP Kelas I Soekarno Hatta. Penelitian ini merupakan analitik kualitatif dengan menggunakan data primer yang berasal dari wawancara mendalam dan data sekunder dari telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan protokol kesehatan penanganan penumpang dari luar negeri tidak berjalan dengan efektif dimana masih terdapat permasahan yang ditemukan di lapangan. Masih terdapat sasaran kebijakan yang tidak mematuhi persyaratan yang diminta untuk masuk ke Indonesia. Untuk itu peneliti menyarankan agar mempertimbangkan membuat aturan yang lebih tinggi kekuatan hukummnya dari Surat Edaran sehingga bisa mengatur sanksi bagi penumpang yang tidak patuh. Selain itu perlu meningkatkan pengawasan dan komitmen bersama antara lintas sektor serta pengembangan aplikasi eHAC untuk bisa melakukan validasi hasil PCR secara digital, mengklasifikasikan risiko infeksi dari wisatawan berdasarkan riwayat perjalanan dan asal penerbangan dan tracking penumpang.

The first cases of COVID-19 found in Indonesia were imported cases. As is well known, airports are not only places of entry and exit for peoples form various countries but also have risks as places of entry and exit for infectious diseases. At every airport there is a Port Health Office (KKP) including Soekarno Hatta Airport. In preventing further spread, the President of Indonesia declared COVID-19 as a disease that caused a Public Emergency on March 31, 2020. To prevent and control imported cases of COVID-19, the Ministry of Health issued a policy related to health protocols in handling passenger arrivals from abroad in the form of a circular letter from The Minister of Health in May 2020. In the period from May to September 2020 found 704 passengers whose RDT results were reactive from 29480 passengers at Soetta airport. The purposes of this thesis research is to analyze the implementation oh health protocol policies for handling passengers from abroad in preventing the spread of COVID-19 by Soekarno Hatta Port Health Office. This research is a qualitative analysis using primary data from in-depth interviews and secondary data from document review. The results showed that the implementation of the health protocol policy for handling passengers from abroad did not effectively where there were still matters found in the field. There are still policy targets that do not comply with the requirements to enter Indonesia. For this reason, researchers suggest that they have a higher legal force than circulars so that the can regulate sanctions for passengers who do not comply. In addition, it is necessary to increase supervision and joint commitment between sectors and development the eHAC application to be able to digitally validate PCR results, classify the risk of infection from tourists based on travel history and flight origin and passenger tracking."
2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Sasanti Ardi
"Hasil swaperiksa di situs PDSKJI adalah 69% responden memiliki masalah psikologis: cemas 68%, depresi 67% dan trauma psikologis 77%, serta sebanyak 49% responden yang mengalami depresi juga memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya. Sebanyak 48% pasien dengan positif COVID-19 mengalami stress psikologis saat memasuki ruang isolasi. Alokasi anggaran kesehatan jiwa tahun 2019 sebesar Rp. 44.554.492.000. Rasio Psikiater di Indonesia adalah 1:278.000, penyebaran Psikiater belum merata. Terjadi beberapa situasi dimana pasien COVID-19 menerjunkan diri dari ruang lantai perawatan pada beberapa rumah sakit di Indonesia, yang terjadi pula di RS UI. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh pemodelan sistem dinamik yang menjadi opsi strategi pelayanan kesehatan mental COVID-19 di RS UI. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif (mix method) non-eksperimental/observasional design sequential exploratory dengan studi literatur, telaah dokumen (30 rekam medis), observasi, wawancara mendalam dan pemodelan sistem dinamik. Hasil penelitian adalah kelima unsur input memiliki pengaruh terhadap seluruh proses pelayanan kesehatan mental COVID-19 di RSUI, yaitu kebijakan (sosialisasi skrining status mental belum menyeluruh), sumber daya manusia (jumlah kurang dan tidak ada pelatihan psikiatri), sarana prasarana (keamanan ruangan belum sesuai syarat), logistik (persediaan obat rawat jalan yang belum memenuhi) dan anggaran (belum spesifik dicantumkan di rencana anggaran). Pemodelan sistem dinamik digunakan untuk memotret dinamika sistem pelayanan kesehatan mental COVID-19 di RSUI dan melakukan simulasi skenario-skenario yang dikembangkan untuk kondisi yang akan datang. Dari simulasi yang dilakukan dengan kondisi Business As Usual, akan terjadi peningkatan jumlah pasien cemas-depresi sebanyak 3795 pasien di bulan Juni 2021 jika RSUI tidak melakukan intervensi apapun. Skenario Moderat akan memprediksi jumlah pasien cemas-depresi sebanyak 2875 pasien, sedangkan dengan skenario Optimis jumlah pasien cemas-depresi sebanyak 2300 pasien. Di setiap skenario, manajemen RSUI dapat mengantisipasi peningkatan tersebut

The results of self-examination on the PDSKJI website were 69% of respondents had psychological problems: 68% anxiety, 67% depression and 77% psychological trauma, and as many as 49% of respondents who experienced depression also had the idea of ending their life. As many as 48% of patients who tested positive for COVID-19 experienced psychological stress when entering isolation rooms. The mental health budget allocation for 2019 is Rp. 44,554,492,000. The ratio of psychiatrists in Indonesia is 1: 278,000, the distribution of psychiatrists is not evenly distributed. There have been several situations where COVID-19 patients have dropped themselves from the treatment floor rooms at several hospitals in Indonesia, which also happened at UI Hospital. The purpose of this study was to obtain dynamic system modeling as an option for the mental health service strategy for COVID-19 at UI Hospital. This research is a qualitative and quantitative research (mix method) non-experimental / observational sequential exploratory design with literature study, document review (30 medical records), observation, in-depth interviews and dynamic systems modeling. The results showed that the five elements of input had an influence on the entire process of mental health services for COVID-19 at RSUI, namely policies (socialization of mental status screening was not comprehensive), human resources (insufficient number and no psychiatric training), infrastructure (room security was not yet according to requirements), logistics (inadequate outpatient medicine supplies) and budget (not specifically included in the budget plan). Dynamic system modeling is used to capture the dynamics of the COVID-19 mental health service system at RSUI and simulate developed scenarios for future conditions. From the simulations carried out with Business As Usual conditions, there will be an increase in the number of anxious-depressed patients by 3795 patients in June 2021 if RSUI does not intervene. The Moderate scenario will predict the number of anxious-depressed patients as much as 2875 patients, while with the Optimistic scenario the number of anxious-depression patients is 2300 patients. In each scenario, RSUI management can anticipate this increase."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Derisca Yosa
"Pelayanan pemeriksaan laboratorium Klinik Pratama KKP dirasakan masih rendah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pemantapan mutu internal pada tahap pra analitik, pasien mengeluhkan darah tidak berhenti sebanyak 3%, terdapat bekuan darah tabung EDTA sebanyak 7,5%, terjadi hemolisis sebanyak 10,5%. Pada tahap analitik, tidak adanya catatan evaluasi pada nilai control sedangkan pada tahap pasca analitik tidak dilakukan verifikasi validasi hasil pemeriksaan laboratorium dan ketidaklengkapan data pasien pada lembar hasil sebanyak 1,5%.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pemantapan mutu internal pada instalasi Laboratorium Klinik Pratama Kementerian Kelautan dan Perikanan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dan telaah dokumen. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Juli 2020. Kriteria informan penelitian adalah terdiri unsur pimpinan, pelaksana dan pengguna jasa laboratorium. Hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat komponen input (organisasi dan manajemen) belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, kemudian secara garis besar pada komponen proses dan ouput (tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik) terdapat factor penghambat yaitu ketidaklengkapan SOP pada tiap tahapan. Sedangkan factor pendukungnya adalah tersedianya insfrastruktur penunjang kegiatan laboratorium. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa pemantapan mutu internal laboratorium belum terlaksana dengan baik dan masih terdapat ketidaklengkapan acuan di tiap tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Perlu dilakukan monitoring seberapa jauh unsur organisasi dan sistem manajemen guna meningkatkan mutu laboratorium, kemudian dukungan sarana dan prasana dalam menunjang kegiatan laboratorium. Pada tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik, petugas laboratorium perlu menambahkan kelengkapan SOP di setiap tahapan.

Primary KKP Clinic laboratory examination services are still felt low. Based on the results of a preliminary study of internal quality assurance in the pre-analytical stage, patients complained of non-stopping blood by 3%, there was a 7.5% EDTA tube blood clot, hemolysis occurred by 10.5%. At the analytical stage, there was no evaluation record on the control value while at the post analytic stage there was no verification and validation of the results of the laboratory examination and incomplete patient data on the result sheet as much as 1.5%.
This study was conducted to analyze internal quality assurance at the Primary Laboratory Laboratory in the Ministry of Marine Affairs and Fisheries. This research is a qualitative study using in-depth interviews and document review. This research was conducted in March – July 2020. The criteria for the research informants consisted of elements of leadership, executors and users of laboratory services.
The results of the study found that there are input components (organizational and management) that have not been fully implemented well, then in broad outline in the procces and output components (pre-analytic, analytic and post-analytic stages) there are inhibiting factors namely incomplete Standard Operating Procedure at each stage. While the supporting factor is the availability of supporting infrastructure for laboratory activities. From the results it can be concluded that the strengthening of laboratory internal quality has not been carried out properly and there are still incomplete references in each component pre-analytic, analytic and post-analytic. It is necessary to monitor the extent of the elements of the organization and management system in order to improve the quality of laboratories, then to support facilities and infrastructure to support laboratory activities. In the pre-analytical, analytic and post-analytic stages, laboratory staff need to add the completeness of the Standard Operating Procedure at each stage.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Bunga Melati Jelita
"Keterbatasan akan ketersediaan masker N95 di rumah sakit selama pandemi COVID-19 menjadi masalah setiap fasilitas kesehatan dimana kebutuhan yang terus meningkat. Penggunaan kembali masker N95 dengan metode sterilisasi telah diteliti dan sudah diperbolehkan berdasarkan Pedoman Centers for Disease Control (CDC). Beberapa metode sterilisasi dapat dilakukan, sesuai prosedur yang telah ditetapkan agar tidak menurunkan fungsi dari masker N95. Yang dinilai dari proses sterilisasi adalah efisiensi
masker setelah sterilisasi, hingga jumlah pemakaian yang dapat digunakan. Juga parameter kondisi masker N95 setelah sterilisasi, yaitu efisiensi filter pada lapisan masker
N95. Dalam pendekatan manajemen rumah sakit dengan menilai dan waktu proses sterilisasi dan berapa banyak siklus sterilisasi yang dapat dilakukan. Hasil dari studi
systematic review ini menunjukkan bahwa metode yang paling baik digunakan dalam pendekatan manajemen rumah sakit adalah dry heat, steaming dengan autoclave.

The limited availability of N95 masks in hospitals during the COVID-19 pandemic is a problem for every health facilities where demand keep increasing. Reuse of N95 masks by the sterilization method has been investigated and is permitted under the Centers for
Disease Control (CDC) Guidelines. Several sterilization methods can be carried out, according to established procedures so it won’t degrade the function of the mask. Which is assessed from the sterilization process is the efficiency of the mask after sterilization, to the number of uses that can be used. Also, the parameter of the condition of the N95 mask after sterilization, namely the filter efficiency of the N95 mask layer. In hospital
management approaches by assessing and timing the sterilization process and how many sterilization cycles can be performed. The results of this systematic review study indicate that the best method used in hospital management approaches is the dry heat and steaming
with autoclave methods.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifa Nur Chabibah
"Pandemi COVID-19 dan surat himbauan Kemenkes Nomor YR.03.03/III/III8/2020 menyebabkan adanya gap permintaan pelayanan telehealth salah satuya pada platform telehealth yaitu Halodoc (kenaikan 2x lipat pengunduh aplikasi, 10x lipat konsultasi dokter, 6x lipat layanan toko kesehatan, dan 3x lipat layanan buat janji); Alodokter (kunjungan dan active user meningkat 50%), dan Grabhealth (8x lipat permintaan konsultasi dan 25% permintaan konsultasi Covid dari total layanan) pada tahun 2019 hingga 2020. Perubahan tersebut harus memperhatikan mutu dan kepuasan pelanggan karena pelayanan platform telehealth yang bermutu akan mengarah pada kepuasan pelanggan dan pelanggan yang puas akan menghasilkan loyalitas pelanggan terhadap pelayanan platform telehealth. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan mutu pelayanan dan kepuasan terhadap loyalitas pengguna platform telehealth di area Jabodetabek selama masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian analitik kuantitatif dan penelitian cross sectional. Hasil menunjukkan mayoritas responden berusia kurang dari 25 tahun (39,8%); berjenis kelamin perempuan (69,9%), tingat pendidikan S1/D4 atau lebih (81,3%) dengan pekerjaan wiraswasta (42,7%) dan pendapatan Rp 5.000.000,00 atau lebih per bulan (55,3%). Domisili paling banyak di Jakarta (39,0 %); aktivitas dan aplikais yang sering digunakan adalah konsultasi dokter (48,8%) dan Halodoc (78,0 %), frekuensi penggunaan sebanyak 1-2 kali selama Pandemi COVID-19 (52,8%) dan merupakan pelanggan lama (51,2%). 81,7% responden merasa telah mendapatkan mutu pelayanan baik; 84,6 % merasa puas; dan 63,0 % memiliki loyalitas tinggi. Terdapat hubungan antara mutu pelayanan dengan kepuasan (p-value = 0,000; OR 15,2 95%CI : 6,8 – 33,9). Mutu pelayanan dan kepuasan memiliki hubungan dengan loyalitas (p-value 0,000 dan 0,001) setelah dikontrol oleh variabel karakteristik individu (usia, pendidikan, pekerjaan, aktivitas, platform, frekuensi, dan lama penggunaan). Variabel yang paling dominan adalah mutu pelayanan dengan OR 11,4 (96% CI : 3,357 – 39,230). Saran yang dapat diberikan kepada pemerintah yaitu perlu menyusun pedoman dalam penyelenggaraan pelayanan platform telehealth dan bekerjasama dengan penyedia platform; bagi penyedia platform yaitu dapat memperluas jenis pelayanan yang berkaitan dengan pandemi COVID-19; meningkatkan jaminan keamanan data pengguna; memberi sosialisasi service excellent pada dokter; memberikan petunjuk penggunaan dan permasalahan platform; dan merancang tampilan desain tata letak menu dan warna yang menarik; sedangkan bagi masyarakat yaitu untuk lebih mengembangkan pemanfaatan pelayanan platform telehealth guna mencegah penularan COVID-19 dan lebih berpartisipasi untuk memberikan masukan terkait kebutuhan dan mutu pelayanan platform telehealth.

The COVID-19 pandemic and the circular letter from the Ministry of Health Number YR.03.03/III/III8/2020 caused a demand gap for telehealth services, one of which was on the telehealth platform, for example Halodoc (app downloads increased 2x, doctor consultations 10x, health store services 6x, and appointment service 3x); Alodokter (visits and active users increased by 50%), and Grabhealth (consultation requests increased 8x and Covid consultation requests reached 25% of total services) in 2019 to 2020. These changes must pay attention to quality and customer satisfaction because quality telehealth platform services will leads customer to satisfaction and satisfied customers will result in customer loyalty to the telehealth platform services. The purpose of this study was to determine the relationship between service quality and satisfaction to the loyalty of telehealth platform users at Jabodetabek during the COVID-19 pandemic. This research is an observational study with a quantitative analytical research design and a cross sectional study. The results showed that the majority of respondents were less than 25 years old (39.8%); female (69.9%); have a higher education level (81.3%); unemployed (42.7%); high income (55.3%); domiciled in Jakarta (39.0%); using a doctor's consultation (48.8%), using the Halodoc platform (78.0%); using 1-2 times during the COVID-19 Pandemic (52.8%), and were an existing customer (51.2%). 81.7% of respondents felt they had received good service; 84.6% were satisfied; and 63.0% have high loyalty. There is a relationship between service quality and satisfaction (p-value = 0.000; OR 15.2 95%CI: 6.8 – 33.9). Service quality and satisfaction have a relationship with loyalty (p-value 0.000 and 0.001) after being controlled by individual characteristics variables (age, education, occupation, activity, platform, frequency, and duration of use). The most dominant variable was service quality with an OR of 11.4 (96% CI : 3,357 – 39,230). Suggestions that can be given to the government are need to develop guidelines in the implementation of telehealth platform services and cooperate with platform providers; for platform providers, are being able to expand the types of services related to the COVID-19 pandemic, improve user data security guarantee, provide socialization of service excellent to doctors, provide instructions for use and platform issues, and designing attractive menu layouts and colors; while for the community was to further develop the use of telehealth platform services to prevent the transmission of COVID-19 and more participate in providing regarding the needs and quality of telehealth platform services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naenda Stasya
"Perkembangan teknologi informasi melalui internet dan perkembangan strategi marketing yang mengikutinya menjadi alasan rumah sakit untuk ikut merumuskan pengembangan strategi marketing . Sudah sejak lama bahwa strategi marketing berdasarkan marketing mix telah banyak digunakan untuk mencapai keberhasilan organisasi. Diperlukan pengembangan strategi marketing yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai zamannya namun tetap berupaya untuk mencapai keberhasilan tujuan organisasi. Oleh karena itu peneliti tertarik mengangkat strategi digital marketing dengan pendekatan marketing mix di RS Budi Kemuliaan sebagai penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif dan disain penelitian adalah crossectional. Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dan dilanjutkan dengan Consensus Decision Making Group CDMG) untuk penentuan strategi. Arahan strategi RS Budi Kemuliaan adalah Adding Value Strategy sehingga konsep pemasaran pun harus memiliki adding value untuk pelanggan. Strategy Marketing Mix melalui elemen 7P yaitu Product, Promotion,Price,Place, People, Procces, dan Physical Evidence ini sesuai dengan konsep marketing RS Budi Kemuliaan. Sementara Strategi Digital marketing yang sesuai dengan resources RS Budi Kemuliaan adalah optimalisasi website, media social, email, mobile phone dan video. Hasil penelitian ini adalah penggabungan dirumuskan Strategi Digital Marketing dengan Pendekatan Marketing Mix yang sesuai dengan RS Budi Kemuliaan yang disebut dengan Strategi Digital Marketing Mix. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan panduan strategi digital marketing di RS Budi Kemuliaan.

The development of information technology through the internet and the development of marketing strategies that follow are the reasons for the hospital to participate in formulating the development of a marketing strategy. It has been a long time since marketing strategies based on the marketing mix have been widely used to achieve organizational success. It is necessary to develop a marketing strategy that can meet the needs of customers according to their era but still strive to achieve the success of organizational goals. Therefore, researchers are interested in adopting a digital marketing strategy with a marketing mix approach at Budi Kemuliaan Hospital as research. This research is a descriptive analytic study with a qualitative approach and the research design is cross-sectional. This study used in-depth interviews and was continued with the CDMG (Consensus Decision Making Group) to determine strategy. The strategic direction of Budi Kemuliaan Hospital is the Adding Value Strategy, so that the marketing concept must have adding value for customers too. The Marketing Mix Strategy through the 7P elements, namely Product, Promotion, Price, Place, People, Process, and Physical Evidence is in accordance with the marketing concept of Budi Kemuliaan Hospital. Meanwhile, the digital marketing strategy that is in accordance with Budi Kemuliaan Hospital's resources is to optimize the website, social media, email, mobile phone and video. The result of this research is a combination of formulated Digital Marketing Strategy with Marketing Mix Approach in accordance with Budi Kemuliaan Hospital which is called the Digital Marketing Mix Strategy. This study aims to obtain a digital marketing strategy guide at Budi Kemuliaan Hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Iskhia Dilla
"Alur pelayanan rumah sakit yang profesional di tuntut agar dapat dijalankan dengan baik dan sesuai dengan yang diinginkan pengguna jasa kesehatan dengan mengutamakan patient safety dan mutu pelayanan. Salah satu alur pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan rawat jalan. RS X memiliki pelayanan rawat jalan dengan kunjungan yang terus meningkat setiap tahunnya dan banyaknya komplain terkait pelayanan rawat jalan yang menjadi hambatan terhadap alur rawat jalan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa wawancara dan observasi dengan memakai konsep lean thinking. Observasi dibagi menjadi 5 proses: pasien tanpa pemeriksaan penunjang, pasien control rawat inap dan control rawat jalan dengan penunjang, pasien dengan pemeriksaan penunjang dari perawat, pasien dengan pemeriksaan penunjang dari dokter, dan pemeriksaan penunjang dari perawat dan dokter. Hasilnya menunjukkan adanya temuan berupa waste defect, overproduction, waiting, transportation, inventory, motion dan excess processing. Proses yang paling lama dan banyak ditemukan waste adalah pada proses pemeriksaan penunjang dari perawat dan dokter. Seluruh waste tersebar pada beberapa unit dalam pelayanan rawat jalan RS X. Usulan perbaikan jangka pendek diberikan berupa pemberian arahan serta teguran kepada petugas agar tidak perlu mengulang pekerjaan, pembuatan banner petunjuk serta alur pelayanan dan penerapan 5S. Usulan perbaikan jangka panjang yang diberikan berupa perbaikan alur pelayanan rawat jalan dengan mempertimbangkan pengurangan waste yang ditemukan.

The flow of professional hospital services is demanded to be carried out properly and in accordance with what health service users want by prioritizing patient safety and quality of service. One of the service lines in the hospital is outpatient services. RS X is a hospital with outpatient services that has an increasing number of visits every year. However, this has resulted in many complaints regarding outpatient services which are an obstacle to the outpatient flow. The concept of lean thinking is used so that outpatient services at RS X can be improved. Until later it will be given improvements to outpatient flows through proposals to improve outpatient flows using simulation applications. This research uses qualitative methods in the form of interviews and observations. Observation is divided into 5 processes: patients without supporting examinations, inpatient control patients and outpatient control with support, patients with supporting examinations from nurses, patients with supporting examinations from doctors, and supporting examinations from nurses and doctors. As a result, waste was found in the form of waste defects, overproduction, waiting, transportation, inventory, motion and excess processing. The process that is the longest and the most waste is found in the supporting examination process from nurses and doctors. All of the waste is scattered in several units in the outpatient services of X Hospital. Proposals for short-term improvements are given in the form of giving directions and warnings to officers so that they do not need to repeat work, making banner instructions as well as service flow and implementation of 5S. The proposed long-term improvement is to improve outpatient service flow by considering the reduction of waste found."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library