Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 259 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sekar Handayani Sudibyo
"Perubahan Status Puskesmas Kecamatan Tebet dan Puskesmas Kecamatan Jatinegara DKI Jakarta menjadi swadana, secara otomatis terjadi perubahan dalam organisasi baik dalam manajemen, struktur organisasi, perencanaan serta evaluasi. Perubahan yang terjadi di puskesmas swadana adalah dalam mutu pelayanan, kemampuan pembiayaan, pengelolaan program, dan SDM. Perubahan ini dapat dipersepsikan secara berbeda antara seorang dengan lainnya.
Persepsi merupakan suatu hal penting karena perilaku seseorang didasari oleh persepsi mereka terhadap obyek dan persepsi dapat menentukan keberhasilan terlaksananya perubahan dalam organisasi dan mempengaruhi pengambilan keputusan individu dalam organisasi. Bagaimana suatu puskesmas swadana dapat dijalankan oleh individu yang telah berpengalaman menjalankan organisasi dengan sistem yang lama, merupakan suatu hal yang memerlukan perubahan pandangan dan pengambilan keputusan yang tepat.
Permasalahan yang ada adalah belum dikatahuinya persepsi individu yang terlibat dalam puskesmas swadana yaitu staf dan klien puskesmas swadana DKI Jakarta. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk menggali informasi dan analisis persepsi dari staf dan klien puskesmas swadana DKI Jakarta tahun 2000 terhadap mutu pelayanan, kemampuan pembiayaan, pengelolaan program, dan SDM.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Data diambil dari 13 orang staf dan 10 orang klien Puskesmas Kecamatan Tebet dan Puskesmas Kecamatan Jatinegara DKI Jakarta dari bulan Juli 2000 sampai dengan bulan Desember 2000, dengan cara wawancara mendalam (Indepth Interview). Untuk analisis data digunakan content analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi staf dan klien terhadap mutu pelayanan puskesmas swadana di Puskesmas Kecamatan Tebet bahwa terjadi peningkatan pelayanan, sedangkan di Puskesmas Kecamatan Jatinegara tidak terjadi peningkatan pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan mutu pelayanan belum seluruhnya dapat dilaksanakan di puskesmas swadana DKI Jakarta. Persepsi staf dan klien terhadap kemampuan pembiayaan puskesmas swadana bahwa terjadi peningkatan pendapatan fungsional puskesmas dan puskesmas mampu menggali potensi pembiayaan masyarakat. Persepsi staf dan klien terhadap mutu pengelolaan program puskesmas swadana mengatakan bahwa peningkatan mutu pengelolaan program belum dilaksanakan dengan baik. Persepsi staf dan klien terhadap peningkatan SDM puskesmas swadana belum berjalan dengan baik, insentif yang diterima belum memuaskan staf, disiplin belum sepenuhnya dapat dilaksanakan serta perubahan swadana relatif masih baru dan dalam tahap penyesuaian sehingga belum dipahami keswadanaan puskesmas.
Dari hasil tersebut, disarankan bagi puskesmas swadana untuk melakukan persamaan persepsi diantara staf, melakukan upaya peningkatan pelayanan, peninjauan kembali pengaturan insentif, sosialisasi program puskesmas, dan melakukan upaya peningkatan SDM. Bagi Dinas Kesehatan Tingkat I DKI Jakarta dalam persiapan pembentukan puskesmas swadana diperlukan persamaan persepsi diantara staf serta melakukan evaluasi rutin kegiatan swadana. Bagi akademik disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan konsep swadana terutama tentang persepsi staf dan klien terhadap puskesmas swadana.

Perception of Staff and Client on Self-Financed (Swadana) Public Health Centers in Jakarta Year 2000 The status? changes in Tebet and Jatinegara Jakarta Public Health Centers, automatically influence the changes in organization, especially in management, organization's, structure, planning, and evaluation. The changes of the self-financed public health centers will changes the service quality, financial capability, quality of the operational program, and quality of human resources. These changes can be percept differently from one to another.
Perception is the important thing because person? attitude was based by their perception to the object and perception can determine the success of change realization in organization and influence individual's decision making in organization. How the self financed public health centers can be operated by individual who have had experience in operating the organization with the old system, is the thing which is need change in perception and correctly decisions making.
The main problem is the unknown perception of individual who involves in management of the two public health centers. So, the purpose of this research were getting information and to analyzing the perception of the staffs and clients of the two self financed public health centers in quality of services, financial capability, program management, and human resources.
This research used qualitative method. The data was taken from 13 staffs and 10 clients of Tebet and Jatinegara Public Health Centre by using in-depth interview. The data analysis used content analysis.
The result of this research showed that the quality of services in Tebet Self-financed Public Health Center is increased; while in Jatinegara Self-financed Health Center is not increase. According to that result, summonsed that not all of the self-financed public health center can not increase of the quality of the services. Functional income and the self-financed public Health Center able to improve the potency of the public financing. Quality of program management in Self-financed public health center is not increase. Human resources improvement was not well, the incentive is not satisfied the staffs and the discipline could not fully apply. The changes of self-financed public health center still new and in the adaptation stage, so they could not understood.
According to the result, author suggest to the public health center to make equal perception between the staffs, to increase quality of services, to arrange the incentive management, to socialize the public health center program, and to increase the quality of human resources. Health Sub Department is suggested to make equal perception as the preparation to other public health centers that will be a self-financed public health center. The academy is suggested to continue this research.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T7789
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaelendra
"Di Indonesia angka kematian ibu secara Nasional berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1995 adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup, yang merupakan angka tertinggi di antara negara-negara ASEAN (Dep. Kes. RI 1998).
Berbagai upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi telah banyak dilakukan, salah satu diantaranya adalah peningkatan upaya pelayanan kesehatan dengan jalan mengikutsertakan oraganisasi/sektor terkait serta lembaga swadaya masyarakat dalam menunjang kesejahteraan ibu dan anak.
Disamping itu, pemerintah telah menyebarkan bidan ke desa untuk membantu akselerasi penurunan angka kematian ibu dan bayi serta memperluas jangkauan pelayanan yang telah ada sekaligus meningkatkan cakupan program kesehatan ibu dan anak (KIA).
Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran kinerja bidan di desa dalam pelayanan antenatal (ANC) dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan desa. Kinerja bidan di desa diukur dengan hasil cakupan K4. Kinerja baik bila cakupan K4 > 80% dan kinerja kurang bila cakupan K4 < 80%.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Agam dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Sampel penelitian adalah bidan di desa yang bertugas di Kabupaten Agam dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik random sampling sebanyak 100 orang,
Hasil penelitian menunjukkan 78% kinerja bidan di desa di Kabupaten Agam masih kurang dan 22% dengan kinerja baik. Penelitian menunjukkan bahwa kinerja bidan di desa di Kabupaten Agam masih kurang.
Faktor-faktor berikut ini, umur, status perkawinan, penghasilan, supervise Dinas Kesehatan Kabupaten dan kondisi kerja (gedung), mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kinerja bidan di desa. Sedangkan faktor jumlah anak, pelatihan, masa kerja, rasa aman, dan perlengkapan kerja tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja bidan di desa.
Penelitian ini menyarankan agar :
1. Pemerintah daerah menyediakan biaya operasional untuk pelatihan daiam rangka meningkatkan profesionalisme bidan di desa sehingga cakupan K4 meningkat.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Agam :
a. Melakukan upaya dalam bentuk penegasan kepada Kepala Puskesmas tentang tugas dan wewenang bidan di desa agar cakupan K4 meningkat.
b. Meningkatkan profesionalisme bidan di desa melalui kegiatan :
-Pertemuan sekali tiga bulan di tingkat Kabupaten.
-Pertemuan bulanan di Puskesmas.
-Pemberdayaan belajar melalui Kalakarya dan Gugus Kendali Mutu.
-Memberikan pelayanan prima kepada ibu hamil.

Analysis on Factors Which are Related to the Performance Villages Mid Wives in Antenatal Care Services (ANC) In Agam District, West Sumatera, October - December 2000Based on Indonesian Demographic Survey (1995), the Maternal Mortality Rate (MMR), in Indonesia were 390 per 100,000 life birth, which is the highest number of the ASEAN countries (Indonesian Department of Health, 1998).
There are some programs to decrease number of Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR). One of the programs is to increase of health services by following the relevant sector and non government organization. Also the government has been already spread the village mid wives to decrease Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) number and to widening the health services.
The purpose of this research is to know how the performance of the village mid wives in the Antenatal Care services and some related factors. The performance of the village mid wives is measures by four times health services visits. Good performance can be measures if the four times health services visits is 80% or more. Bad performance can be measures if the four times health services visits is less 80%.
The research had already done in Agam district, West Sumatera Province by using Cross Sectional Random Sample. The sample of this research is village mid wives which were working in Agam district and by using Systematic Random Sampling method for 100 villages mid wives.
The result of the research showed that 78% performance of the villages mid wives in Agam district still bad and 22% are good.
There are some factors related to this performance such as age, marital status, salary, upper level health offices, supervision and working facilities. The unrelated factors to this performance are number of children, working duration, training, the mid wives feels of secure and nurse working kit.
This research suggested that:
1. For District Government, is to provide the operational costs for trainings in order to increase the professionalism of mid wives at villages to increase K4.
2. For Agam District Health Department:
a. Stressing the Head of Health Center about job and responsibility of mid wives at villages to increase K4.
b. Increasing mid wife professionalism, through activities such as:
-Once in three months meeting at District Level.
-Monthly meeting at the Health Center.
-Empowerment through Kalakarya learning and Total Quality Management.
-Give prime quality services to pregnant mother."
2001
T7878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Tedja
"Pada era globalisasi dan persaingan bebas termasuk dalam bidang pelayanan kesehatan saat ini, maka peningkatan mutu pelayanan menjadi sesuatu yang mutlak harus diperhatikan oleh para petugas kesehatan. Salah satu dimensi mutu adalah kepatuhan petugas terhadap standar pelayanan. Semakin tinggi kepatuhan petugas penyelenggara pelayanan kesehatan terhadap standar, maka akan semakin tinggi pula mutu pelayanan tersebut terhadap pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal care yang merupakan salah satu kegiatan pokok di Puskesmas. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana hubungan kepatuhan bidan dengan karakteristik bidan serta faktor eksternal lainnya yang berhubungan, dan faktor paling dominan yang berhubungan dengan kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal care.
Penelitian ini dilakukan di 7 Puskesmas pelaksana QA kota Palembang pada bulan April sampai dengan Mei 2001. Sampel penelitian adalah seluruh bidan yang bertugas di 7 Puskesmas pelaksana QA kota Palembang, sebanyak 42 orang. Jenis penelitian adalah cross sectional.
Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat, multivariat : distribusi frekuensi, chi-square, dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proporsi kepatuhan bidan di tujuh Puskesmas pelaksana QA kota Palembang masih sangat rendah, terutama pada komponen kegiatan konseling.
Dari analisis bivariat didapat faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan bidan adalah supervisi, penghargaan, dan beban kerja. Dari analisis multivariat didapat bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan bidan adalah penghargaan.
Perlu diberlakukan sistem penghargaan dalam bentuk pengakuan/pujian pada acara apel pagi atau lokakarya mini, tentang kepatuhan bidan menggunakan daftar tilik standar pelayanan antenatal care.

Factors that Correlate with Midwives' Compliance to Antenatal Care Standard at 7 Public Health Centers Organizing QA in Palembang Sumatera Selatan by year 2001Improvement of health care in the era of the globalization and free competition is compulsory and must be considered by the health care people. One of the quality dimensions is to follow the health care standard. The more the health care standard is followed, the higher the service quality to patients is.
This research aims to obtain the description of level midwives' compliance to antenatal care service standard, which is one of public health center main activities. Beside that it was also focused on correlation between midwives's compliance to midwives' characteristics as well as other external factors, which correlate, and factor that predominant midwives" compliance to the antenatal care service standard.
This research was carried out at 7 health centers organizing QA in Palembang from April to May 2001. The research samples were all midwives serving at 7 health centers organizing QA in Palembang, were 42 people. Design study was cross sectional.
The data analyses have been using univariate, bivariate, multivariate analysis, furthermore frequency distribution, chi-square and logistic regression.
The results of this research show that the proportion of midwives' compliance at 7 health centers organizing QA in Palembang is still low, especially counseling activity component.
From bivariat analysis was found as a predominant factor. Working burden, Honor and Supervision were significance correlated to midwives' compliance. From multivariat analysis was found that variable which was predominant with midwives compliance is honor.
From multivariat analysis was found that variable which was predominant with midwives compliance is honor.
It's necessary to make a honor system with declaration/worship at morning ceremony or mini workshop about midwives' compliance using the list of antenatal care service standard.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T9283
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Zuhry
"Era globalisasi yang menuntut persaingan tinggi disertai program otonomi daerah menuntut kesiapan rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur kualitas layanan dikaitkan dengan peluang pasar pengembangan industri perumah sakitan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepuasan pasien, melihat hubungan antara karakteristik pasien dengan.kepuasan pasien terhadap layanan keperawatan, menganalisa penyebab ketidak puasan serta melihat gambaran kualitas layanan keperawatan, Penelitian ini dilaksanakan di bagian instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Solok.
Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner kepuasan pasien yang didukung dengan observasi, wawancara maupun diskusi kelompok terarah terhadap perawat di bagian rawat inap maupun dokternya. Dengan demikian kualitas layanan keperawatan yang diamati dapat menjelaskan penyebab ketidak puasan pasien yang harus diantisipasi demi perbaikan pelayanan kesehatan di RSUD Solok.
Analisis statistik yang dipergunakan adalah analisis univariat untuk melihat gambaran deskriptif, dilanjutkan dengan analisis bivariat dan multivariat untuk melihat hubungan karakteristik umum pasien dengan kepuasan pasien. Data penelitian kualitatif diolah dengan menggunakan matriks analisis. Dari analisis bivariat dan multivariat nampak bahwa pekerjaan merupakan variabel yang paling eksist menunjukkan hubungannya dengan gambaran kepuasan pasien. Kelompok tani merupakan kelompok paling puas dibandingkan jenis pekerjaan lain, sebaliknya wiraswasta dan pegawai negeri lebih cenderung tidak puas. Variabel lain yang cenderung memiliki hubungan dengan kepuasan pasien adalah jenis kelamin dan pendidikan. Dari sejumlah keluhan yang terekam bisa menjadi bukti hasil penelitian kuantitatif sebelumnya.
Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa masih kurang baiknya kualitas iayanan keperawatan yang memunculkan berbagai bentuk keluhan atau ketidak puasan pasien, sehingga perlu dikoreksi dengan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan kualitas layanan secara umum di RSUD Solok.

The globalization era make a high competition and desentralisation era make every hospital must be improved quality of health services. Patient satisfactions are each significantly indicator to measure quality of health services integrated with market opportunity for develop hospital industrial.
The goal of the research is to describe the degree of patient satisfaction and provide information on the correlation between patient characteristics with patient satisfaction. And to analyze how patient dissatisfaction correlation with quality of the nurse care. The location of this research is in Solok Municipality General Hospital.
The data was collected through self assased questionaire by patient assesment and was followed by observation, interview and focus group discussion for The nurses and the doctors in patient room care. In this cases a quality of a nurse care that observed can make a clear information how the patient dissatisfaction to be anticipated with a quality of care improvement.
Statistical analysis are used univariate analysis to show descriptive data, followed by bivariate and multivariate analysis for show correlation between patient characteristics with patient satisfaction. The quality data was processed by matrix (content analysis). For the bivariate and multivariate analysis shown that occupation still excisting variables who had a correlation with customer satisfactions. A Farmer group is the mostly satisfied comparable with others occupational, and the other hand a private employee and civil gouvernment have dissatisfied trend reactions. The other variables that have a trend for correlation with customer satisfactions are sex and educational status. For many patient complain that was recorded give an obtaine or information for quantitative study before that moment has occured.
The other results of this research shows in general a poor quality of a nurse care can make some patient complain or dissatisfaction, there are must be corrected by improvement for quality of health services in Solok Municipality General Hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T10494
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Jaya
"Pemberantasan dan pengobatan penyakit TB paru belum memperlihatkan hasil yang memuaskan, diperkirakan ada 500.000 penderita baru setiap tahunnya dan 175.000 diantaranya akan meninggal. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan antara faktor resiko lingkungan dengan terjadinya penyakit TB paru.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Barat dengan menggunakaan desain kasus kontrol. Sebagai responden diambil 79 orang penderita TB paru BTA (+), dengan jumlah yang sama juga diambil sebagai kontrol yang dipilih secara purposif dari 671 penderita tersangka yang terdaftar dalam registrasi TB Kabupaten. Keadaan ventilasi, kelembaban, pencahayaan sinar matahari dan konstruksi lantai yang berhubungan dengan rumah responden diobservasi sebagai faktor Iingkungan fisik, sedangkan data demografi diperoleh dari hasil interview oleh petugas Puskesmas yang telah dilatih. Data lingkungan fisik dan demografi diuji dengan menggunakan analisis univariat, bivariat dan mullivariat untuk mcnentukan dislribusi frekuensi, adanya hubungan dan kekuatan hubungan antara faktor lingkungan sebagai variabel bebas dan penderita TB paru BTA(+) sebagai variabel terikat.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa responden TB paru laki-laki dengan BTA(+) diperkirakan 2 kali lebih besar dari responden wanita. Dari mereka yang terkena TB paru BTA (+), 49,3% diantaranya berada pada usia produklif (25-44). Sekitar 30% dari responden yang terinfeksi TB adalah mareka yang berpendidikan rendah dan sedang (SDISLTP). Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya kontak penularan serumah, ventilasi kamar tidur yang jelek dan kepadatan penghuni sekamar secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan dengan terjadinya TB pare BTA positif, dengan nilai Odd Ratio 3,36 (p=0,035); 2,82 (p=0,001) dan 2,12 (0,028). Diantara faktor-faktor resiko lingkungan tersebut, analisis muitivarial menunjukkan bahwa ventilasi kamar tidur merupakan variabel yang paling kuat hubungannya dengan terjadinya penularan TB paru (OR = 1,63; p = 0,005). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas udara dalam rumah ikut berperan terjadinya TB paru BTA (+)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T3368
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Bantolo
"Stroke adalah penyebab kematian kedua serta penyebab kecacatan ketiga di dunia. Penatalaksanaan yang menjadi standar baku emas pada stroke iskemik akut adalah trombolisis. Angka tindakan trombolisis masih rendah, bawah standar yang diharapkan sebesar 12% (Hoffmeister et al., 2016). Kondisi ini terjadi secara global, baik negara maju maupun negara berkembang. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai penyebab rendahnya cakupan tindakan trombolisis pada penderita stroke di berbagai negara di dunia. Penelitian ini merupakan systematic review dengan melakukan analisis faktor konfirmatori. Penelusuran dilakukan pada basis data dari PubMed, EMBASE, SpringerLink, dan ScienceDirect dari tahun 2012 sampai dengan 2022. Dilakukan juga penelusuran pada Google Schoolar dan Pusinfokesmas FKM UI serta Universitas Indonesia Library. Pelaporan systematic review ini menggunakan panduan PRISMA. Pada hasil penelusuran berdasarkan kata kunci dan kriteria yang sudah ditetapkan didapatkan total 4971 jurnal didapatkan dari berbagai negara di dunia. Setelah dilakukan skrining terdapat 101 jurnal, kemudian setelah diteliti, terdapat 26 studi terpilih yang diekstraksi dan disintesis. Analisis faktor yang diteliti mengikuti kerangka kerja Donabedian yang mengevaluasi pelayanan kesehatan. Pada hasilnya didapatkan bahwa pada komponen struktur pelayanan trombolisis terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab rendahnya trombolisis pada pasien stroke iskemik di berbagai negara yaitu kurangnya penggunaan telemedisin pada lokasi yang jauh dari pusat stroke, belum optimalnya pelayanan EMS sehingga meningkatkan door to needle time, tim stroke belum berkompeten dan berpengalaman, faktor pembiayaan dari mahalnya biaya pelayanan dan kurang mendukungnya penjaminan dari asuransi, tipe rumah sakit yang belum mendukung, SOP rumah sakit yang belum sempurna, kurangnya pelatihan, kultur organisasi rumah sakit yang belum mendukung, serta faktor dari pasien sendiri. Proses trombolisis dilakukan di beberapa tempat, antara lain di pusat stroke di rumah sakit besar, maupun di rumah sakit kecil dengan telestroke. output dari pelayanan trombolisis yaitu cakupan pemberian trombolisis pada pasien stroke akut di rumah sakit dimana pada penelitian ini ditemukan memiliki angka yang masih relatif kecil. Disarankan kepada manajemen rumah sakit dan otoritas kesehatan setempat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai stroke dan langkah yang harus dilakukan saat terjadi stroke. Rumah sakit juga perlu untuk meningkatkan kapabilitas tim stroke dengan pelatihan dan simulasi, menyempurnakan prosedur pelayanan melalui hospital by law, meningkatkan kemampuan EMS sehingga door to needle time berkurang, dan mencoba menerapkan berbagai metode trombolisis seperti telestroke untuk pasien yang lokasinya jauh, metode Helsinki dan drip and ship yang terbukti menurunkan penundaan pemberian trombolisis

Stroke is the second leading cause of death and the third cause of disability in the world. The gold standard treatment for acute ischemic stroke is thrombolysis. The rate of thrombolysis is still low, below the expected standard of 12% (Hoffmeister et al., 2016). This condition occurs globally, both developed and developing countries. Therefore, it is necessary to conduct research on the causes of the low coverage of thrombolysis in stroke patients in various countries in the world. This is a systematic review research by conducting confirmatory factor analysis. Searches were conducted on databases from PubMed, EMBASE, SpringerLink, and ScienceDirect from 2012 to 2022. A search was also carried out on Google Schoolar and the FKM UI's Pusinfokesmas and the University of Indonesia Library. This systematic review report uses PRISMA guidelines. In the search results based on keywords and predetermined criteria, a total of 4971 journals were obtained from various countries in the world. After screening there were 101 journals, then after being researched, there were 26 selected studies that were extracted and synthesized. The factor analysis studied followed the Donabedian framework that evaluates health services. In the results, it was found that in the structural component of the thrombolysis service there are several things that cause low thrombolysis in ischemic stroke patients in various countries, namely the lack use of telemedicine at locations remote from the stroke center, not optimal EMS services that increasing door to needle time, the stroke team has not competent and experienced, the financing factor is the high cost of service and the lack of support for insurance coverage, the type of hospital that does not supported, the hospital SOP is not perfect, the lack of training, the organizational culture of the hospital is not supportive, as well as factors from the patients themselves. The thrombolysis process is carried out in several places, including in stroke centers in large hospitals, as well as in small hospitals with telestroke. The output of thrombolysis services is the coverage of thrombolysis in acute stroke patients in hospitals, which in this study were found to have relatively small numbers. It is recommended to the hospital management and local health authorities to increase public awareness about stroke and the action that must be taken when a stroke occurs. Hospitals also need to improve stroke team capabilities with training and simulations, improve service procedures through hospital by law, improve EMS capabilities so that door-to-needle time is reduced, and try to apply various thrombolysis methods such as telestroke for patients who are placed remotely, the Helsinki method and drip and ship which has been shown to reduce delays in thrombolysis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triyana Ramadhani Hippy
"Penelitian ini membahas mengenai gambaran karakteristik peserta PT X yang menggunakan pelayanan rawat jalan produk asuransi XYZ. PT X merupakan perusahaan yang baru bergabung dengan asuransi XYZ. Pada tahun pertama utilisasi rawat jalan mencapai 120%. Angka tersebut bisa dikatakan overutilization. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik peserta dengan penggunaan rawat jalan PT X. Desain penelitian cross sectional, dengan mengambil data sekunder yaitu data klaim dan data kepesertaan PT X periode Februari 2011 - Januari 2012. Data yang diolah adalah data klaim per peserta. Variabel yang berhubungan dengan utilisasi rawat jalan adalah usia, jenis kelamin, status kepesertaan, plan benefit, dan diagnosa.
Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui bahwa dari 31% peserta yang menggunakan rawat jalan, 56% nya menggunakan rawat jalan lebih dari rata-rata. Variabel usia, jenis kelamin, status kepesertaan, plan benefit, dan diagnosa menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan penggunaan rawat jalan oleh peserta PT X.

This study discusses the characteristics of the participants an overview of PT X that use outpatient care insurance product XYZ. PT X is a company that recently joined the XYZ insurance. In the first year of outpatient utilization reaches 120%. This figure can be said to overutilization. The research goal to determine the relationship characteristics of participants with the use of outpatient PT X. Cross- sectional study design, by taking a secondary data is data and data claims membership of PT X period February 2011 - January 2012. The data is processed claims and data of participant. Variables related to the utilization of outpatient care are age, gender, membership status, benefit plan, and diagnostics.
Based on the results of statistical tests, it is known that 31% of participants who use outpatient care, 56% of them use more outpatient care than the average. The variables age, gender, membership status, benefit plan, and diagnosis showed a significant association with the use of outpatient participants PT X.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mirna Armidianti
"Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang tezpisah, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan nntuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa dengan prognosis dubia. Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rurnah Sakit sebingga sering dijadikan cerrnin keberhasilan pelayanan. Perawat merupakan komponen penting di Rumah Sakit, sehingga perlu diperhatikan ketidakpuasan kerjanya karena nantinya akan mempengaruhi produktivitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan kerja para perawat di ICU. Dalan1 penyusnnan kerangka konsep penelitian ini, sebagai variabel dependen adalah ketidakpuasan kerja perawat, sedangkan variabel independennya adalah Karakterisik individu (usia,jenis kelamin,status perkawinan,latar belakang pendidikan,lama kerja) dan Lingkungan kerja (Struktur tugas, pola kepemimpinan, penghargaan, ketersediaan sarana kelja, desain pekeljaan, pendidikan dan pelatihan,pola kerjasama).Penelitian ini menggunakan data knantitatif (kuisioner bagi perawat di ICU 18 RS) dan kualitatif (wawancara mendalam di 2 RSUD di Jakarta). Data knantitatif yang diperoleh, di analisa secara univariat, bivariat, multivariate.Selain itu juga dilakukan analisis berdasarakan diagram Kartesius dan gap score.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 46,7 % dari responden merasa ketidakpuasan kerja. Dan yang paling dominan mempengaruhi ketidakpuasan terlihat pada dimensi penghargaan. Sehingga dari basil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perbaik:an-perbaikan pihak Depkes, Rumah Sakit,Perawat pelaksana, maupun Program Kajian Administrasi Rumah Sakit, Universitas Indonesia.

Intensive Care Unit (ICU) is a separate part of the hospital, with special staff and equipment that are specific fur observing, treating and the therapy of patients who are injured, or have life threatening or potentially life threatening conditions, with prognosis dubia. The nursing service is an integral part of the health services in a hospital, hence has frequently been a portrayal of the success of service. The nursing staff is an important component of a hospital, so it must be closely scrutinized, as it will affect productivity.
This research was carried out to gain information on the filctors affecting the work dissatisfaction of the nurses at the ICU. In making the concept of this research, the dependent variable was the work dissatisfaction of nurses, while the independent variable was individual characteristics (age, sex:, marital status, educational background, period of employment) and work environment (task structure, mode of leadership, appraisals, availability of equipment, task design, education and training, pattern of cooperation). This research used quantitative (questionnaires for nurses at 18 hospital ICU's) and qualitative (in depth interviews at two state hospitals in Jakarta) data. The obtained quantitative data was analyzed univariately, bivariately and multivariately. Furthermore, an analysis was performed based on the Kartesius diagram and the gap score.
From the research, 46.7 % of the respondents were dissatisfied with their work. In addition, what dominantly affected their dissatisfaction were their appraisals. Therefore, the result of this research is hoped to promote improvements at the Ministry of Health, the hospitals, the working nurses and the Hospital Administrative Research Program at the University of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T29131
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Martha M. L.
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubugan tingkat kompetensi, pengembangan sumber daya manusia, dan motivasi kerja terhadap kinerja tenaga kesehatan RSIA Budi Kemuliaan Jakarta tahun 2008. Meningkatnya Harapan masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan yang baik, Sehingga dibutuhkan tingkat Kompetensi tenaga kesehatan yang baik pula.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung dari tingkat kompetensi, Pengembangan SDM dan Motivasi kerja terhadap kinerja tenaga kesehatan RSIA Budi Kemuliaan Jakarta tahun 2008 Penelitian ini menggunakan methode analisa jalur ( pa!/1 analysis ).
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat kompetensi dan tingkat pengembangan sumber daya manusia mempengaruhi motivai kerja sebesar 66,1 %.
Disarankan untuk lebih memperhatikan peningkatan pengembangan sumber daya manusia dan motivasi kerja tenaga kesehatan RSIA Budi kemuliaan. Berdasarkan hal itu maka pimpinan RSIA Budi Kemuliaan diharapkan untuk lebih menaruh perhatian yang cukup terhadap masalah ini, agar kiarja tenaga kesehatan RSIA Budi Kemuliaan meningkat sehingga pelayanan yang dapat diberikan kepada pelanggan dapat menjadi lebih baik Iagi. Dibuat Suatu perencanaan yang baik Lmmk pengembangan karier sehingga para tenaga kesehatan yang bekerja di RSIA Budi Kemuliaan dapat merasakan adanya jenjang karier yang jelas, selain itu sudah seyogyanya rumah sakit ini membuat sistem renumerasi, sehingga dengan demikian motivasi tenaga kesehatan dapat terangsang yang nantinya diharapkan dapat miningkatkan kinerja dari tenaga kesehatan RSIA Budi Kemuliaan.

This research conducted to understand efforts relationship among Competency Level, Human Resources Development, and Work Motivation with performances of medical staff at RSIA Budi Kemuliaan in the year 2008. The increasing customer hope towards a better medical services, so it need a medical staff competency level better too.
The purpose of this research are to understand the direct and indirect influences from the competency level, human resources development and working motivation with performances of medical staff at RSIA Budi Kemuliaan year 2008.
This research using Path Analysis methods From the result of the research, it achieved that competency level and human resources development level influenced the work motivation as much as 66,1 percent As a suggestion, management need to give more attentions to increase human resources development and work motivation at RSIA Budi Kemuliaan medical staff.
Based on that suggestion RSIA Budi Kemuliaan management hoped to give more enough attention towards this problem, in order medical staff performance RSIA Budi Kemuliaan increasing so services that provided to the customers getting better. RSIA Budi Kemuliaan management need to make a good plan for carrier development so the medical staff who work at RSIA Budi Kemuliaan able to feel a clearly carrier level. Other the hospital management may need make a renumeracy system so the medical staff will excited that will increase the RSIA Budi Kemuliaan performances.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adila Kasni Astiena
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kepemimpinan Senior, Tata Kelola dan Tanggung Jawab Sosial Terhadap Kinerja Kepala Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Karya Bhakti Kota Bogor Tahun 2008. Kerangka teori dari penelitian ini diambil dari Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence (MBCfPE) bagi institusi kesehatan dalam Hertz (2008). Kriteria MBCfPE yang diambil adalah kepemimpinan (leadership) yang dijabarkan menjadi variabel Kepemimpinan Senior, Tata Kelola Dan Tanggung Jawab Sosial.
Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan memakai alat bantu kuesioner. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur (Path Analysis). Responden penelitian ini adalah semua perawat ruang rawat inap Dahlia Anyelir Rumah Sakit Karya Bhakti Kota Bogor Tahun 2008.
Hasil penelitian ditemukan bahwa Kepemimpinan Senior, Tata Kelola dan Tanggung Jawab Sosial mempengaruhi Kinerja Kepala Ruang sebesar 57.59 % sedangkan sisanya 42.41 % dipengaruhi oleh variabel yang tidak diteliti. Variabel yang paling besar mempengaruhi kinerja kepala ruang adalah kepemimpinan senior (30.44 %) disusul oleh variabel tata kelola (22.96 %) dan Tanggung Jawab Sosial (4.18 %). Tanggung Jawab Sosial mempunyai koefisen jalur yang tidak bermakna dan sangat kecil, namun tetap dipertahankan dalam model akhir karena secara substantif penting dalam menentukan kinerja kepala ruang.
Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan kepemimpinan senior, tata kelola dan tanggung jawab sosial guna meningkatkan kinerja kepala ruang dengan cara (1) melakukan pembinaan terhadap kepala ruang dari dalam hal kepemimpinan mencakup kemampuan (ability), keterampilan (skill) dan perilaku (behaviour). (2) Menciptakan kebijakan guna terciptanya kondisi peningkatan kemampuan kepemimpinan senior, tata kelola dan tanggung jawab sosial kepala ruang, termasuk memberikan kesempatan untuk menambah pengetahuan (3) Dalam pemilihan kepala ruang disarankan untuk memilih kepala ruang dengan memperhatikan kapasitas kepemimpinan (kemampuan, keterampilan dan tingkah laku), tata kelola dan tanggung jawab sosial dari calon kepala ruang.

This study has an objective to know the influence of senior leadership, governance, social responsibility to performance of roomcare head nurses in Karya Bhakti hospital Kota Bogor 2008. Theoretically, this concept is taken from Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence (MBCfPE), in Health Care (Hertz, 2008). The choosen criteria MBCfPE is Leadership. Leadership criteria consist of senior leadership, governance and social responsibility variables.
The study design is a survey design with quantitative approaches. The method being used in this study is path-analysis-method. The data are primer taken by the questionaires. Respondance are taken among nurses at Dahlia Anyelir roomcare Karya Bhakti Hospital Kota Bogor 2008.
The result shows that senior leadership, governance and social responsibility influenced work performance of roomcare head nurses is 57.59 % while the rest 42.41 % is influenced by other factors which is not included in this study. The biggest variable which influenced work performance of roomcare head nurses is senior leadership (30.44 %), followed by governance (22.96 %) and social responsibility (4.18 %). Social responsibility variable is not significant to work performance of roomcare head nurses, but it being defended because of substantive importance.
According to the result of this study, it is recommended to give more attention to improve senior leadership, governance and social responsibility to improve work performance of roomcare head nurses, such as: (1) To maintance ability, skill and behaviour of roomcare headnurses (2) To create regulation to support improvement senior leadership capacity, governance and social responsibility with opportunity to improve knowledge (3) To give suggestion for election roomcare head nurses must have leadership capacity (ability, skill and behaviour), governance and social responsibility from the candidate."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T41288
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>