Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 793 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marcia E. E. Limbong Nelwan
Abstrak :
Pada akhir abad 19 dan permulaan abad 20 di negara negara industri, terutama Amerika Serikat dan Eropa Ba_rat, muncul gerakan Women's Lib yang mealperjuangkan a tau menuntut persamaan hak dan derajat. Mereka juga mengajukan tuduhan bahwa setelah memperoleh kesempatan untuk bersekolah, kaum wanita tidak atau kurang diberi kesempatan untuk menggunakan pengetahuannya itu secara produktif dan berarti; atau dengan perkataan lain tidak diberi kesempatan penuh untuk ikut serta dalam sitim ekonomi masyarakat luas.Pada umumnya, di dunia dikenal pembagian peranan dan pekerjaan dalam masyarakat yang berdasarkan atas je nis kelamin, yang sangat tajam dan yang membudaya. Di satu pihak, laki-laki berperan sebagai suami, bapak,pen cari nafkah, pelindung keluarga, dan merupakan orang yang nengurus semua hal yang bertalian dengan kegiatan di luar rumah. Di pihak lain, wanita adalah istri, ibu, pengelola rumah tangga dan orang yang mengatur semua pe_kerjaan di dalam rumah. Pendidikan di rumah juga dibe_bankan menurut jenis kelamin, sehingga manusia laki-la ki dan manusia wanita sejak kecil sudah dipersiapkan...
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S12790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kreasita
Abstrak :
Salah satu hal yang sampai saat ini masih menjadi topik pembicaraan hangat di Jepang adalah masalah pada masyarakatnya yang semakin menua. Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah penduduk lansia yang sangat cepat dan sudah hampir mencapai 1/4 dari keseluruhan penduduk Jepang di abad ke-21 ini. Walaupun Jepang bukanlah negara pertama yang memiliki koreika shakai, namun kecepatan pertumbuhannya yang luar biasa kurang diantisipasi oleh pemerintah sehingga tak dapat dielakkan lagi dan timbullah permasalahan di berbagai bidang. Di satu sisi dapat dikatakan bahwa Jepang memang sudah berhasil meningkatkan taraf hidup penduduknya sehingga usia rata-rata harapan hidup penduduk Jepang menduduki peringkat tertinggi di dunia sekarang ini. Namun di sisi lain seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, penduduk berusia lanjut juga semakin meningkat. Dalam bidang ekonomi dampaknya sudah terasa sekali dimana jumlah angka ketergantungan semakin tinggi tetapi jumlah penduduk berusia produktif semakin berkurang. Di bidang pendidikan pun tak luput terkena dampak dari koreika shakai ini. Beberapa sekolah dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi harus ditutup karena kekurangan murid. Tak hanya itu saja, rupanya koreika shakai di Jepang juga menimbulkan permasalahan khususnya bagi para wanita lansia. Karena harapan hidup mereka yang relatif lebih panjang daripada pria, sekarang mereka harus menghadapi kenyataan untuk siap dalam menjalani hidup tuanya tanpa didampingi oleh pasangannya. Bukan hanya perasaan kesepian saja yang harus siap mereka hadapi kelak, tetapi juga masalah kesehatan dan keuangan yang harus mereka jalani. Pendapatan wanita yang relatif lebih kecil daripada pria membuat wanita mau tak mau harus giat bekerja selagi mampu untuk menabung sebagai bekal hidup di hari tua. Itulah sebabnya mengapa banyak wanita yang sudah tua tetapi masih tetap bekerja. Itu pun berlaku hanya untuk yang masih sanggup untuk bekerja, tetapi banyak juga wanita lansia yang sudah tidak dapat bangun lagi dari tempat tidurnya. Bagi mereka hidup adalah siksaan karena harus membebani orang lain, sehingga banyak diantara mereka yang lebih memilih untuk melakukan bunuh diri. Sehingga tak mengherankan jika angka bunuh diri wanita lansia di Jepang salah satu yang tertinggi di dunia selain Hungaria. Pemerintah Jepang di satu pihak memang telah berhasil meningkatkan kesehatan rakyatnya dengan memberlakukan standar hidup yang tinggi sehingga penduduknya dapat hidup lebih lama, tetapi apa gunanya umur yang panjang jika harus menderita di hari tua.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S7525
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ita Syamtasiyah Ahyat
Tangerang Selatan: SAM (Serat Alam Media), 2014
305.4 ITA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Hairani Putri
Abstrak :
Skripsi ini membahas representasi kemandirian yang ada pada wanita Jepang yang ditampilkan pada majalah fashion Jepang, yaitu majalah ViVi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan teori representasi dari Stuart Hall sebagai landasan, dan teknik yang digunakan adalah studi dokumen dan studi pustaka yang menggunakan majalah ViVi terbitan tahun 2013-2017 sebagai objek penelitian dan menggunakan karya ilmiah, buku-buku, dan sumber informasi dari internet sebagai referensi. Dari metode penelitian tersebut dicapai sebuah kesimpulan, yaitu majalah ViVi merepresentasikan kemandirian pada wanita Jepang. Wanita Jepang dapat bebas dalam berpakaian dan bersikap tanpa harus terpaku dengan standar sosial yang ada di sekitarnya. Majalah ViVi juga merepresentasikan bahwa wanita dengan etnis dan ras campuran dengan etnis Jepang dapat tampil di media dengan menunjukkan keunikan mereka. ......This research is focused on the representation of the independency of Japanese women in Japanese fashion magazine, ViVi. The purpose of this study is to understand what kinds of meanings that are conveyed by the magazine. This research is done through qualitative method, which used the theory of representation by Stuart Hall as the approach, this research used documents, scientific journals, and books as references. As the final conclusion, the 2013 2017 edition of ViVi magazine represents Japanese women who have their own independency to decide on how they should act, how to dress, and how to present themselves. ViVi magazine also represents that multiracial and multinational are allowed to present themselves in public to show their uniqueness.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S67231
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gloria Febe Rendakasiang
Abstrak :
Setiap lirik dalam lagu mengundang persepsi bagi setiap pendengarnya. Lirik tidak hanya berupa rangkaian diksi yang membentuk makna, namun juga bisa merepresentasikan objek tertentu. Seiring dengan perkembangan lagu-lagu pop Korea Selatan, lagu Korea yang menggambarkan wanita menarik perhatian penulis untuk dikaji dalam ranah representasi. Dari penelitian terdahulu dijelaskan bahwa wanita yang digambarkan dalam lagu cenderung menunjukkan stereotip wanita sebagai pemuas kaum laki-laki. Dalam tulisan ini, objek penelitian difokuskan pada dua lagu, yaitu "Tomboy" oleh (G)I-DLE dan "Stereotype" oleh STAYC. Adapun rumusan penelitian ini mempertanyakan bagaimana representasi wanita dalam lagu "Tomboy" dan "Stereotype". Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan representasi wanita dalam lagu "Tomboy" dan "Stereotype" yang dianalisis melalui lirik lagu. Penelitian ini memakai metode deskriptif kualitatif, dengan teknik analisis tekstual dan menggunakan tiga kategori dikotomi sifat dan perilaku gender oleh Copenhaver (2002). Adapun hasil penelitian memperlihatkan bahwa representasi wanita pada objek penelitian condong pada representasi wanita non-stereotipikal. Sikap dan perilaku wanita dalam lirik lagu masuk pada dikotomi maskulin, namun juga mempertahankan sikap dan perilaku feminin. Rasio sikap dan perilaku feminin atau maskulin berbeda di antara kedua lagu, namun wanita direpresentasikan sebagai individu yang percaya diri, tidak takut untuk berterus terang, dan memiliki identitas tersendiri dalam kedua lagu. ......Song lyrics invite certain perceptions to each of its listeners. Lyrics do not only form meaning through a series of words but may represent certain objects. With the development of South Korean pop songs, Korean pop songs that depict women became a point of interest to be studied under the field of representation. Previous studies explained that women depicted in song lyrics tend to stereotypically be shown as pleasers of men. In this study, two songs are focused on as objects of study, they are “Tomboy” by (G)I-DLE and “Stereotype” by STAYC. This study questions how women are represented in both “Tomboy” and “Stereotype”. The purpose of this study is to analyze the representation of women in “Tomboy” and “Stereotype” through its lyrics. The method used in this study is qualitative descriptive, using textual analysis and three categories of gender behaviors and characteristics dichotomy by Copenhaver (2002). The result of this study shows that women tend to be represented non-stereotypically. The behaviors and attitudes shown by women in the songs tended to fall into the masculine dichotomy, while still retaining feminine behaviors and attitudes. The ratio of masculine or feminine behaviors and attitudes differ between the two songs, however women are represented as individuals who are confident, not afraid of being blunt, and have their own identities in both.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Biran Affandi
Abstrak :
Sebuah studi intervensi telah dilaksanakan di delapan puskesmas di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, sejak April 1994 sampai dengan December 1996. Ada dua komponen intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu pemberdayaan wanita dan rujukan obstetrik-perinatal. Komponen pemberdayaan wanita terdiri atas paket kegiatan kemitraan dalam melakukan penelitian dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat dan kegiatan tutorial bagi ibu-ibu usia reproduktif di desa. Sementara komponen rujukan obstetrik dan perinatal berupa pengembangan model pelayanan obstetrik-perinatal di tingkat primer yang mendapat pengayoman dari dokter spesialis kehidanan dan spesialis kesehatan anak di rumah sakit rujukan. Kegiatan intervensi dilakukan dalam paket-paket kegiatan lokakarya penelitian untuk LSM setempat, pelatihan tutor, dokter/bidan puskesmas, bidan di desa, magang/pembinaan dukun bayi serta pengadaan alat, bahan habis pakai dan obat esensial untuk pelayanan obstetri dan perinatal. Dari kegiatan intervensi ini telah dilatih dan dilihatkan 5 LSM setempat, 9 dokter puskesmas, 16 bidan puskesmas, 23 bidan di desa, 104 tutor, dan 255 dukun bayi. Setelah kegiatan lokakarya dan pelatihan tersebut di atas, kegiatan tutorial dan rujukan obstetrik dan perinatal diimplementasikan. Kepada para tutor diberikan 3 paket kegiatan toturial, setiap paket terdiri dari 8 kegiatan pertemuan kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 8-10 orang. Selama implementasi kegiatan telah dilakukan 2043 kali kegiatan tutorial di desa yang memberi penyuluhan kesehatan dan keluarga berencana pada 2629 ibu usia reproduktif. Evaluasi atas kegiatan kemitraan dengan LSM dilakukan terhadap proses dan hasil penelitian yang dilakukan. Evaluasi kegiatan tutorial dilakukan dengan menggunakan parameter Pengetahuan, Sikap, dan Praktek (PSP) ibu usia reproduktif tentang Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Ibu dan Anak dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah intervensi. Untuk itu, dilakukan survei sebelum dan sesudah intervensi. Selain itu, juga digunakan data akseptor baru KB dengan cara melihat grafik kecenderungan dan membandingkan periode sebelum dan sesudah intervensi. Untuk rujukan perinatal, digunakan parameter kinerja pelayanan obstetri dan perinatal, yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, rujukan kasus risiko tinggi, pertolongan kasus aborsi dan penanganan kasus persalinan patologis. Secara keseluruhan kegiatan intervensi tersebut di atas mampu laksana dan berpengaruh positif terhadap perhaikan PSP ibu usia reproduktif dan kinerja pelayanan obstetrik dan perinatal di tingkat primer. Telah terjadi peningkatan proporsi responden yang mengetahui jenis kontrasepsi yang tepat, waktu pemeriksaan susuk. serta praktek penggunaan metode kontrasepsi yang lebih efektif. Intervensi tampaknya tidak berpengaruh pada jumlah kunjungan periksa hamil dan pertolongan kasus aborsi. Sebaliknya, intervensi terlihat herpengaruh pada proporsi persalinan puskesmas dan tenaga kesehatan, rujukan kasus kehamilan risiko tinggi, rujukan aborsi, dan tindakan obstetrik. Selama 24 hulan masa pengamatan angka kematian ibu pada praintervensi. pascaintervensi I, dan pascaintervensi 2 sebesar 303,233, dan 254 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu, angka kematian perinatal pada praintervensi, pascaintervensi 1, dan pascaintervensi 2 sebesar 15,6; 12,8 dan 12,5 per 1000 kelahiran. Angka-angka tersebut lebih rendah daripada angka provinsi dan angka nasional.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Nawangningrum
Abstrak :
ABSTRAK
Wanita masuk ke dunia militer, khususnya Angkatan Darat sudah lebih dari seperempat abad. Akan tetapi sampai sekarang belum juga ada wanita militer di ketiga angkatan perang berpangkat perwira tinggi. Pada umumnya wanita militer, khususnya di Angkatan Darat keadaannya tidak berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Perbedaan keadaan wanita militer sekarang hanya terletak pada kesempatan mereka memasuki kecabangan-kecabangan yang ada di Angkatan Darat.

Hasil penelitian menunjukkan dari ketiga kecenderungan intensifying, decomposing, dan recomposing, dua diantaranya sangat menonnjol di Angkatan Darat, adalah intensifying dan recomposing. Hal tersebut tidal, terlepas dari sejarah pembentukan Korps Wanita Angkatan Darat itu sendiri. Prespektif jender belum dimiliki oleh wakil-wakil organisasi wanita yang tergabung dalam Kowani pada waktu itu. Akibatnya, saran-saran atau masukan-masukan yang diberikan kepada pimpinan Angkatan Darat tidak sensitif jender. Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat kondisi masyarakat pada waktu itu. Recomposing tidak terlepas dari adanya intensifying. Akibatnya. Jabatan-jabatan kunci dalam sturktur organisasi Angkatan Darat dipegang oleh pria.

Kondisi-kandisi tersebut tidak jarang menyebabkan wanita bersikap ambigu dalam kerier mereka. Kadangkadang wanita militer mengharapkan adanya perubahan. Akan tetapi, begitu mereka menyadari bahwa sukar bagi mereka untuk mendapatkan kesempatan tersebut, akhirnya pasrah dan daya swing mereka melemah.
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Turita Indah Setyani
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan ingin mengungkapkan mengapa dan apa tujuan para wanita disayembarakan dalam cerita dan lakon wayang serta citra dan posisi wanita Jawa melalui citra dan posisi para wanita yang disayembarakan itu. Cerita dan lakon wayang yang digunakan sebagai bahan untuk mengumpulkan data berasal dari teks, oleh karena itu penelitian ini bergantung pada teks yang berbicara, di mana berdasarkan teks-teks cerita dan lakon wayang tersebut diperoleh gambaran bagaimana sesungguhnya citra dan posisi wanita Jawa seperti yang tercermin dalam wayang.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dalam penelitian ini digunakan pendekatan intrinsik dan metode kualitatif, sebab penelitian bersifat deskriptif analisis sehingga ditemukan hasil yang obyektif dari gambaran keadaan sebenarnya sesuai dengan tujuan penelitian.

Berdasarkan hasil yang ditemukan itu, dapat diketahui bahwa penyebabnya adalah pertama karena memang sudah waktunya bagi para wanita yang disayembarakan tersebut untuk menikah, namun hingga dewasa belum mau menikah dan belum mempunyai pilihan untuk dijadikan suami, selain itu juga karena banyaknya raja dan satria yang ingin melamar mereka, kedua karena banyaknya pria yang ingin menyunting sang putri yang mempunyai kelebihan-kelebihan, ketiga karena memang untuk menanti jodoh yang sudah dipastikan; keempat karena hilangnya sang putri dari kerajaan, kelima untuk memperoleh pasangan yang sesuai dengan keinginan, dan keenam tidak disebutkan alasannya, maka diadakanlah sayembara. Oleh karena itu, dapat pulalah diketahui tujuan mereka disayembarakan, yaitu untuk mencari calon suami bagi mereka.

Sedangkan penggambaran tentang citranya secara garis besar para wanita yang disayembarakan itu taat dan patuh kepada ayah atau saudara laki-lakinya, serta memiliki sifat-sifat santun dan pasrah. Dengan citra yang senantiasa taat dan patuh serta setia dan pasrah tersebut, mengakibatkan para wanita menduduki posisi yang tersubordinat Hal itu diakibatkan oleh tidak diberinya wewenang dan hak untuk mengungkapkan pendapat pribadi yang sesuai dengan keinginan mereka. Sementara di sisi lain terdapat citra wanita yangpantang menyerah, sabar, belas kasih, dan pendendam. Disamping itu mempunyai watak yang teguh pada pendiriannya Dengan citra yang seperti itu mengakibaikan para wanita menduduki posisi yang sejajar dengan para pria. Posisi seperti itu diakibatkan oleh adanya kesempatan untuk menggunakan wewenang dan haknya mengemukakan sesuatu sesuai dengan keinginan, sehingga dapat menentukan dan memutuskan kehendaknya berdasarkan keadaan yang dialaminya.

Dengan demikian, dari hasil citra dan posisi wanita yang disayembarakan dalam cerita dan lakon wayang dapat diketahui bahwa citra dan posisi wanita Jawa tidak berbeda dengan citra dan posisi wanita yang disayembarakan tersebut Sebab selama ini konsep-konsep budaya Jawa yang menyatakan bahwa wanita adalah kanca wingking `sebagai yang dipimpin' dan laki-laki adalah kanca ngajeng `sebagai pemimpin atau yang memimpin' sudah begitu mengakar dalam kehidupan masyarakat nya Demikian juga dengan konsep gurulaki, swarga nunur naraka karat, menyebabkan wanita selatu berada pada posisi di belakang atau bahkan di bawah laki-laki. Meskipun konsep-konsep itu sudah tidak dianut secara fanatik, dan bahkan terdapat ungkapan-ungkapan yang menilai kedudukan wanita cukup tinggi, misalnya 'Ibu pertiwi', Ibu jari.'', dan `surga di bawah telapak kaki Ibu', namun tanpa disadari mereka (masyarakat Jawa) masih terkungkung oleh budaya yang melingkupinya.
ABSTRACT
Image and Position of Javanesse Woman: Case Study in Women Figure which are Contested in Stories and Lakon WayangThe objective of this research is to find out why and what the purpose of contested woman is in stories and lakon wayang and image and the position of Javanesse women as well in terms of the contested image and position of the women. Stories and lakon wayang are used as material to collect data originated from texts, therefore, this research is depending upon the speaking texts, where the real image and position of Javanesse women are obtained in accordance to the texts as reflected in wayang.

To answer the above question, intrinsic and qualitative methods are used in this research for the research is analysis descriptive, so the unbiased result of real image is obtained up to the objective of this research.

Based on the result, there are some reasons why the contest is conducted; first, they are already have to get married, but they don't want it yet, and also they aren't find yet a goad pair, apart from that, there are so many prince and king want to proposed them; second, quite a few nobles men want to marry them; third, they waiting for somebody who has a faith to be their husband; fourth, somebody kidnapped the princess; fifth, to find somebody who fulfilled her desired; sixth, contested performed without any reason. Therefore, we can find the purpose of the contest, that is to find a marriage partner.

From that research we can find out that the image of the Javanesse women are always obey to the father and the brother's will, have a loyal and submit to their fate,-The consequences of these characteristic put the women in the subordinate position. Women can't expose their right and opinion as their wanted to. In the other side, women are describe have strong character, patient, mercifully, and bears a grudge. Consquences on that image cause the women have a similar position with a man. In that case, women can dicided what ever she wanted to do.

Javanesse culture have a concept of that a women is kanca wingking (follower), and a man is kanca ngajeng (leader), and also guru lake, swrzrga nunut, naraka katut (should follow the man in a good place or a bad place). All of these concept make a woman always in the lower position or even under the man. Besides that perceptions, in the wayang plays, there are another concept which is contrary different as we mention before. For example; i pertiwi (home land); ibu fart (thumb) and surga di bawah telapak kaki ibu (heaven is under mother's foot). These concept try to put the women in a good position. But that can't change so much, because man still fells that he is a leader and the women is the follower. Until now that conditions still continue and that continuation influenced with the patron of education and socialization that still life in the society.

Actually with wayang we can change the perception of the society. For example with the presentation of the Damayanti story. With the lakon wayang we also can influence the mission of equality of man and woman. We can change the perception of the society about the images and position of woman, from the subordinate to equality.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 10 11 12 13   >>